Cekungan Kutai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CEKUNGAN KUTAI Cekungan Kutai meliputi daerah sekitar 165.000 km , terletak di pantai Timur Kalimantan dan daerah paparan sebelahnya. Batas-batas wilayah Cekungan Kutai : -



Batas sebelah Utara, adalah Semenajung Mangkaliat yang merupakan daerah tinggian yang memisahkan Cekungan Kutai dengan Cekungna Tarakan.



-



Batas sebelah selatan, adalah daerah tinggian Paternosfer dan pegunungan Meratus.



-



Batas sebelah timur, adalah batas dari paparan benua di Selat Makasar.



-



Batas sebelah barat, adalah daerah Tinggian Kuching, yang umumnya terdiri dari batuan-batuan Pra-Tersier dan merupakan bagian dari inti benua.



Stratigrafi Cekungan Kutai Cekungan ini diperkirakan terjadi karena adanya gerakan pemisahan Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi yang kemungkinan terjadi pada Akhir Kapur sampai Paleogen (Samuel dan Muchsin,1975). Sedimen Tersier yang diendapkan pada bagian timur Cekungan Kutai adalah sangat tebal dan facies pengendapannya berbeda-beda . Meskipun demikian , secara keseluruhan batuan-batuan sedimennya mencerminkan adanya pengaruh siklus genang laut dan susut laut seperti halnya yang terjadi pada cekungan-cekungan lainnya yang ada di Mandala Indonesia bagian barat. Urutan transfresif ditemukan dengan baik disepanjang daerah pinggir cekungan yang berupa sedimen-sedimen klastik berbutir kasar dan serpih yang diendapkan pada lingkungan paralik pantai hingga marine dangkal (Formasi Berium yang berumur Eosen). Pengendapan-pengendapan laut terus berlangsung sampai Oligosen yang memperlihatkan periode genang laut maksimum. Pada umumnya endapannya terdiri dari serpih laut dalam, tetapi batugamping terumbu diketemukan secara lokal di dalam Formasi Antan. Urutan regresi yang ada di Cekungan



Kutai menghasilkan lapisan-lapisan sedimen



klastik dan lapisan batubara lignit yang diendapkan pada lingkungan delta sampai paralik. Sistem delta yang berumur Miosen Tengah berkembang dengan baik ke arah timur dan arah tenggara dengan Formasi Palubapang dan Formasi Balikpapan. Progradasi ke arah timur dan selama pertumbuhan delta berlangsung dijumpai selingan-selingan endapan fase genang laut yang sifatnya lokal. Batupasir delta plain regresif dan batupasir delta front yang berumur Miosen Tengah, merupakan reservoir-reservoir minyak di sejumlah lapangan minyak di Cekungan Kutai bagian Timur.



Urutan litostratigrafi dari Cekungan Kutai dari tua ke muda adalah sebagai berikut : 1. Formasi Mangkupa Berumur Eosen, merupakan formasi tertua yang diketahui di Cekungan Kutai.Batuanbatuan dari formasi ini tersingkap di Antiklin Mangkupa (Sangatta), terdiri atas batulempung, tufa, batupasir halus dan batulempung pasiran, diendapkan dalam lingkungan air tawar sampai air payau pada awal fase transgresi. Facies batuannya ke arah vertikal maupun horizontal, berubah menjadi gampingan sesuai perubahan lingkungan pengendapan yang menjadi marin. Tebal batuan dari Formasi Mangkupa menjadi 2500 m.



2. Formasi Gunung Sekerat Berumur Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Formasi Gunung Sekerat diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Mangkupa , terdiri dari batugamping dan napal . Sisipan-sisipan tufa dijumpai pada bagian bawah dari formasi. Diendapkan pada lingkungan laut dangkal . Tebal dari formasi ini 300m. 3. Formasi Pamaluan Berumur Miosen Bawah. Formasi ini terletak selaras diatas Formasi Gunung Sekerat, terutama terdiri dari batulempung dengan sisipan-sisipan tipis batupasir, batubara dan batugamping. Diendapkan pada lingkungan delta marin (prodelta) 4. Formasi Palubapang Berumur Miosen Tengah. Dijumpai selaras di atas Formasi Pamaluan, terutama terdiri dari batulempung, batupasir lampungan dan batupasir, yang merupakan endapan delta front. Diaderah Sangatta, formasi ini tebalnya 800m. 5. Formasi Balikpapan Berumur Miosen Tengah. Terletak selaras diatas Formasi Palubapang, terdiri dari batupasir, batupasir lempungan, batulempung dan batubara. Lapisan batupasir dan batupasir



lempungan



terutama



dijumpai



pada



bagian



bawah.



Lingkungan



pengendapannya adalah delta (delta front dampai delta plain). Tebal formasi ini mencapai 2000m. 6. Formasi Kampungbaru Berumur Miosen Tengah sampai Pliosen. Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Balikpapan, bagian bawahnya terdiri dari batulempung, batupasir, batupasir gampingan yang terendapkan pada lingkungan litoral, sedangkan pada bagian atasnya terutama terdiri dari batulempung, batubar dan sedikit lapisan pasir dan konkresi-konkresi lempung besian (clay ironstone). Diendapkan pada lingkungan transisi paralik. Tebal Formasi Kampungbaru adalah sekitar 1200 m. 7.



Endapan Alluvial Endapan Kuarter ini tersusun atas material lumpur, pasir, kerikil dan endapan pantai, yang terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta. Penyebaran endapan



ini berada disepanjang pantai timur dan merupakan produk dari Delta Mahakam modern. Struktur Geologi Cekungan Kutai Cekungan Kutai luasnya kurang lebih 165.000 km , disebelah utaranya berbatasan dengan Semenanjung Mangkaliat yang merupakan suatu daerah tinggian yang memisahkan Cekungan Kutai dengan Cekungan Tarakan. Disebelah selatan cekungan ini dibatasi oleh dataran paparan Paternosfer dan Pegunungan Meratus, sedangkan disebelah barat adalah Tinggian Kuching yang berumur Pra-Tersier. Proses tektonik yang terjadi pada Cekungan Kutai terjadi pada batuan Pra-Tersier sampai Tersier Akhir, dimana proses yang paling dominan berupa lipatan, sehingga mengakibatkan terbentuknya struktur sinklin dan antiklin serta terjadinya sesar. Struktur yang terjadi pada daerah Kalimantan dipengaruhi oleh proses sedimentasi yang cepat dan kecepatan tempat pengendapan (accomodation space) serta adanya tekanan komprehensif yang diakibatkan oleh inversi progresif cekungan dari arah barat ke timur.



Pada masa Paleosen sampai Eosen, Cekungan Kutai merupakan graben yang mengalami pemekaran ekstensional. Cekungan yang terbentuk, kemudian terisi oleh material endapan transgresi yang dicirikan oleh adanya pengendapan serpih pantai (marine shale) pada bagian atas cekungan dan endapan karbonat yang diendapkan pada tepian cekungan. Selama Eosen sampai Oligosen, cekungan laut dalam daerah Kalimantan mengalami fase regresif yang menghasilkan endapan klastik. Material klastik tersebut bersumber dari arah barat, dimana terjadi pengangkatan di barat laut Kalimantan akibat pengaruh pemekaran Laut Cina Selatan. Sedimen-sediman Tersier yang diendapkan di Cekungan Kutai pada bagian timur sangat tebal dengan fasies pengendapan yang berbeda-beda. Secara umum lapisan sedimen pada Cekungan Kutai memperlihatkan siklus genang laut-susut laut seperti umumnya pada cekungan-cekungan yang terdapat di Indonesia bagian barat. Struktur pada Cekungan Kutai pada umumnya berarah Barat daya-Timur laut yang terdiri dari antiklin yang terlipat kuat dan tersesar naikkan yang dikenal sebagai antiklinorium Samarinda. Urutan-urutan transgresif dapat ditemukan dengan baik disepanjang daerah pinggir cekungan berupa lapisan klastik berbutir kasar dan serpih yang diendapkan di lingkungan paralik pantai hingga marin dangkal. Urutan transgresif di Cekungan Kutai mengandung lapisan –lapisan klastik deltaik hingga paralik yang mengandung banyak lapisan batubara dan lignit. Sistem delta yang berumur Miosen Tengah berkembang secara cepat ke arah timur dan kearah tenggara yang meliputi daerah cekungan. Progradasi ke arah timur dan terdapatnya delta berlangsung terus sepanjang waktu diselang-selingi oleh fase-fase genang laut secara lokal. Delta plain yang regresif berumur Miosen Tengah dan batupasir delta front merupakan reservoar-reservoar di sejumlah lapangan minyak di Cekungan Kutai bagian timur. Cekungan kutai terbentuk pada kala pertengahan Eosen yang merupakan hasil dari perpanjangan hubungan terbuka dari selat Makasar dan Laut Philipina. Jarak profil seismik pada batas utara cekungan kutai pada umur pertengahan Miosen menunjukkan terbaliknya Horse graben dari NNE sampai SSW dan N - S. Lapangan observasi, modeling komputer dan geofgisika menjelaskan evolusi pada zaman Tersier.



Kenampakan horison lapisan karbonat pada kala pertengahan Eosen dan penebalan ke atas sedimen



syn tektonik secara cepat pada kala Oligosen. Ditunjukkan pada



penampang seismik pada kala Oligosen akhir dimana perpanjangan arah NW – SE mengalami peningkatan panjangnya sesar. Pada kala awal – pertengahan Miosen N7 – N8 telah terakumulasi di tepi timur half graben dan antiklin inversi asimetris ditemukan di batAs bagian utara dan selatan pada suatu cekungan. Perhitungan lapisan serat (Slicken – fibre) mengindikasikan penyusutan orentasi arah sesar menjadi290 0 – 310 0 yang telah aktif kembali secara dominan terbentuk kembali secara tranpresional dextral. Orientasi arah sesar NW – SE yang teraktifkan kembali dengan kedua pergerakan sinistral dan dekstral. Kenampakan arah lipatan dibawah dasar sesar prosentase secara dominan yaitu WNW vergent trust biasanya mengindikasikan penekanan yang berasal dari ESE . Inisial extention selama kala pertengahan Eosen telah terbentuk arah sesar pada NNE – SSW, N sampai S dan NE sampai SW sedangkan extention renewed pada arah NWSE terbentuk pada kala Oligosen akhir dibawah perbedaan rezim kinematik yang menunjukkan perputaran arah ektensi antara 45 - 90 0 Tumbukan secara cepat pada kala Miosen dengan batas bagian utara dan timur dataran Sunda merupakan tanda – tanda terbaliknya suatu cekungan (Terbaliknya cekungan kutai). Inversi tadi terkonsentrasi secar alemeh pad alempeng kontinantal di bawah kedua dasar cekungan kutai dan berbagai cekunganberumur Tersier di Sulawesi pad alempeng samudra yang terkuat atau menipisnya lempeng samudera yang merupakan menipisnya lempeng benua pada dasar selat Makasar yang berperan sebagai saluran pasif untuk penekananya. \ Cekungan Kutai Kalimantan Timur memiliki 60.000 km merupakan cekungan terdalam (15 km) dan terluas di Indonesia (Rose dan Hartono, 1978). Daerah Samarinda bagian Neogen itu sendiri mencapai ketebalan di atas 9 km. Sedimen pada zaman Tersier pada cekungan Kutai secara berkesinambungan lebih baik sejak permulaan pada kala pertengahan Miosen. Waluapun arah deposisinya telah berubah menuju arah timur yang mana sekarang terfokus di muara delta mahakam. Delta mahakam dan bagian Timur pada cekungan Kutai frekuensinya lebih ditargetkan pad aeksplorasi hidrokarbon. Batuan tersier di cekungan kutai terendapkan secara angular unconformaty di atas dasar dari lapisan tertua dari masa Mesosoik. Batuan dasra Kalimantan diklasifikasikan menjadi bebereapa lapisan tua dan pertengahan Eosen dan membuat ke atas secara



dominan suatu dataran tinggi yang merupakan hiasan pulau kalimantan dengan beberapa bentukan yang tertutup. Batuan dasar secara merupakan tipe batuan yang memiliki umur yang berbeda terekspos pada bagian utara, barat, dan selatan di cekungan kutai (gambar 1 ). Dari barat sampai utara kedua batuan dasar yang ada dari kedua busur depan dan cekungan sisa samudra yang mengisi dasar samudra “sunda land”. Batuan dasar samudera yang ada merupakan batuanmetamorf, sedimen dan granit dan batuan gabro yang berumur prem karboniverous sampai pretasious. Kisaran batuan samudera dari rijang yang berososiasi dengan



sedimen



yang berumur pretasious sampai pertengahan Miosen. Untuk



membentuk basal harzburgites tectonic menunjukkan kisaran lingkungan yang berbeda pada suatu formasi. Kemungkinan ophiolit telah teridentifikasi sampai di kalimantan tetapi singkapan yang dipelajari menujukkan pembentukan tipe yang tinngi dan tidak terdir dari sekuen penuh ophiolit.Zona kekar tarik ductile secara umum pada batas bagian utara dengan orintasi dominan NWSE dan NESW. Banyak zona kekar menunjukkan bebrapa fakta – fakta bagian pergerakan dari pembentukan urat kuarsa dan kembali bereaksi dan breaching dari shearbands. Dengan menggunakan data penginderaan jauh, tanda poros lipatan rijang yang berarah NE-SW sejajar dengan arah NW-SE yang sebelumnya telah didiidentifikasi sampai pulau kalimantan, yang telah dibuktikan dengan zona kekar sampai lintas kalimantan, yang berhubungan salah satu nomor sesar major strike-slip. Batas selatan pada cekungan kutai selalu tetap pada arah NNE-SSSW pada komplek ophiolite Meratus, yang sebelumnya dikalsifikasikan dalam struktur melange (Hamilton, 1979; Hutchitson, 1989). Ophiolite bertujuan untuk membagi obduksi cekungan busur belakang sampai batas timur dataran sunda selama awal cretaceous (Sikumbang, 1986) dan bagian sekuennya terangkat pada kala miosen akhir (Rose dan Hartano, 1978; Van de Weerd et al., 1987; Hutchitson, 1989) dan pada kala plio-plistosen (Van Bemmelen, 1949) komplek ini terletak pada batas selatan cekungan kutai yang mana kenampakan secara lateral memiliki kedudukan sesar berarah NW-SE. Hasil ini sama dengan umur batuan sedimen pada busur kepulauan vulkanik yang berumur Aptian sampai Turonian. Singkapan gabro dan batuan ultrabasa di batas selatan pada cekungan kutai menurut para peneliti merupakan hal yang penting pada komplek meratus yang



terbentang di bawah bagian utara cekungan kutai. (Albrencht, 1946; Sikumbang, 1990) sama dengan unit batuan dasar pada batas utara cekungan kutai, dan pembentukan komplek meratus pada zaman pra-tersier dan memberi kesan bahwa hal-hal tersebut berkelanjutan pada bagian sekuen yang mengalami pengangkatan pertengahan miosen.



selama inversi