7 0 125 KB
Etika Berpakaian Wanita Muslimah Dalam Al-Quran
لا لولرمحلممةا لعلميمكمما السس ل لم لولبلرلكتامتمها ا ل Puji اdan اsyukur اmarilah اkita اpanjatkan اkehadirat اilahi اRabbi, اatas اkarunia-Nya اkita bisa اsama-sama اberkumpul اdalam اrangka اthalabulilmi, اmencari اilmu. اSerta اkita اbisa bersilaturahim, اbertatap اmuka اdi اmajlis اyang اmulia اini اdalam اkadaan اaman اfi اamanillah, sehat اwal اafiat. اMudah-mudaham اsetiap اderap اlangkah اbisa اmembuahkan اpahala اbagi اkita semua, اbisa اmenjadi اpenghapus اdosa اdan اpengangkat اderajat اdi اhadapan اllah اSwt.Taklupa semoga اshalawat اserta اsalam اsenantiasa اtercurah اkepada اjungjunan اkita اNabi اMuhammad Saw., اkepada اkeluarganya, اsahabatnya, اpara اtabi’in, اtabiut اtabiahum, اkepada اkita اsemua, serta اkepada اseluruh اumatnya اhingga اakhir اzaman اyang اmenjadikan اsebagai اuswatun hasanah, اsuri اtauladan اyang اbaik. Islam اmengatur اmengenai اetika اberpakian اadalah اdengan اmenutup اaurat. اHijab salah اsatu اbentuk اmodel اpakaian اyang اdapat اmenutup اaurat اyang اditawarkan. اKata اhijab berasal اdari اkata اhajaba, اyang اberarti اbersembunyi اdari اpenglihatan, اyang اjuga اberarti اalsatr, اsuatu اbenda اyang اmenjadi اsekat اbagi اbenda اyang اlain. اJadi اhijab اadalah اsesuatu اyang digunakan اsebagai اalat اuntuk اmemisah. اPemakaian اhijab اlebih اdikhususkan اpada اisteriisteri اNabi اketika اmereka اberbicara اdengan اlaki-laki اlain, اmereka اharus اberbicara اdibalik tabir ا اdengan ا اbegitu ا اlaki-laki اyang اbukan ا اmahram (ا اorang ا اyang ا اharam اdinikahi) اtidak bisa اmelihat اsosok اisteri-isteri اNabi, اberdasarkan اfirman اAllah:
"…Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) pada mereka (isteri-isteri Nabi) maka mintalah dari belakang tabir". (اQ.S: اal-Ahzab ا: ا53)
Ayat ا اlain ا اyang ا اmemerintahkan ا اtentang ا اpenggunaan ا اhijab ا اadalah اQur’an اSurat an-Nûr اayat ا30-31. اDari اayat اyang اtersebut اkaum اlaki-laki اdiperintahkan اuntuk اmenahan اdiri dari اpandangan اyang اmengarah اpada اperbuatan اmesum, اsedangkan اkaum اwanita اtidak hanya اdiperintahkan اuntuk اmenahan اpandangan اtetapi اjuga اdiperintahkan اuntuk اmentaati dan اmemperhatikan اkehidupan اsosial. اHal اtersebut اmemperlihatkan اbahwa اuntuk melindungi اmoralitas اkaum اwanita اtidak اhanya اcukup اdengan اmenghindari اpandangan اmata dan اmenjaga اauratnya. Ayat اtersebut اberkaitan اdengan اbeberapa اpersoalan, اyaitu: 1. Menghindari اpandangan اatau اghadl al-bashar اyang اdimaksudkan اuntuk اselalu mewaspadai اzina اmata. اArti اghadl al-bashar اadalah اtidak اmemandang اuntuk اmencari kelezatan اmelainkan اyang اbersifat اpendahuluan اdalam اpembicaraan اsaja اdan
merupakan اpandangan اyang اtidak ا اdisengaja, اtidak اdiulangi اdan اtidak اuntuk اmencari kepuasan. Allah اtelah اmenetapkan اbahwa اkesempatan اpertama اmelihat اdapat اdimaafkan اsedangkan pandangan اyang اkedua اtidak, اseperti اpesan اyang اdisampaikan اNabi اkepada اAli
"Hai Ali janganlah sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan yang lainnya, kamu hanya boleh pada pandangan pertama adapun yang berikutnya adalah tidak boleh". (HR.Ahmad, اAbu اDaud, اdan اTarmidzi). Rasulullah اtidak اmelarang اmemandang اwanita اtetapi اtujuan اyang اutama اadalah untuk ا اmencegah اakibat-akibat اnegatif اyang اbisa اditimbulkan, اoleh اkarena اitu اbeliau melarang اmelihat اyang اtidak اada اmanfaat اsosial اatau اhanya اdidasarkaan اpada اmotivasi seksual اbelaka. 2. Larangaan اmemamerkan اperhiasan (اaurat-nya). اLarangan اini اberlaku اbagi اpara اpria dan اwanitatetapi اada اsedikit اperintah اtambahan اbagi اkaum اwanita اyaitu اtidak memamerkan اperhiasanya اpada اpria اbukan اmahram, اkecuali اwajah اdan اkedua telapak اtangan, اkarena اpada اdasarnya اtubuh اseorang اwanita اadalah اaurat, اyang mana اseluruh اtubuhnya اharus اdi اtutup اkecuali اwajah اdan اkedua اtelapak اtangan. Selain اitu, اsetiap اorang اdilarang اjuga اuntuk اsaling اmelihat اaurat اmasing-masing berdasarkan اsabda اNabi ا:
"Dari Abu Sa’id Al-Khudzry berkata: ”Rasulullah pernah bersabda: Janganlah kaum laki-laki melihat aurat laki-laki yaang lain dan perempuan melihat aurat perempuan yang lain dan tidak diperbolehkan dua laki-laki bertelanjang dalam satu kain atau dua perempuan dalam satu kain".(H.R: Muslim) Aurat اlaki-laki اadalah اantara اpusar اsampai اlutut اsedangkan اbagi اperempuan اseluruh tubuh اkecuali اwajah اdan اkedua اtelapak اtangan, اoleh اkarena اitu اseorang اwanita اharus
menutup اtubuhnya اsesuai اdengan اQur’an اSurat اal-Ahzab اayat ا59. اAyat اtersebut mengandung اmaksud اmendidik اkaum اwanita اmuslimah اagar اmengenakan اbusana اluar اyang modelnya اsesuai اdengan اadat اkesopanan اmasyarakat اsetempat, اsehingga اtidak اmenjadi gunjingan اmasyarakat. اSabab اal-nuzûl اayat اtersebut اmenurut اAl-Wahidi, اberkenaan اdengan wanita اmukmin اyang اkeluar اpada اmalam اhari اuntuk اkeperluanya اdan اpada اwaktu اitu اorangorang اmunafik اmengganggu اdan اmenghalangi اmereka. اBerkenaan اdengan اhal اtersebut maka اturunlah اayat اdi اatas. اAdapun اmenurut اImam اAs-Saddi, اdikarenakan اdi اMadinah اada rumah-rumah اyang اpenduduknya اsangat اsempit, اketika اmalam اhari اpara اwanitanya اkeluar untuk اmemenuhi اkeperluanya, اdemikian اjuga اorang-orang اfasik, اketika اmereka اmelihat wanita اmengenakan اqinâ ( اtutup اkepala) اmaka اmereka اberkata, ” اini اadalah اperempuan merdeka, اakan اtetapi اjika اmereka اmelihat اperempuan اtanpa اqinâ اmaka اmereka اmengatakan bahwa اperempuan اitu اadalah اbudak اdan اmereka اmenganggunya. Dari اketerangan اdi اatas اdapat اdiketahui اdisyariatkan اhijab اtidak اlebih اdari اekspresi اrasa malu اyang اtercermin اdari اsikap اkaum اwanita اyang اmenutupi اsisi اsensualitasnya, اketika اia berinteraksi اdengan اpria اbukan اmahram, اdan اuntuk اmenjaga اdan اmengantisipasi اbahayabahaya اyang اakan اmenyebabkan اkemerosotan اmoral اkaum اwanita. Seorang اwanita اyang اakan اkeluar اdari اrumahnya اdan اberinteraksi اdengan اpria اbukan mahram, اmaka اia اharus اmemperhatikan اsopan اsantun اdan اtata اcara اbusana اyang dikenakan اharuslah اmemenuhi اbeberapa اsyarat: 1) Meliputi اseluruh اbadan اkecuali اyang اdiperbolehkan اyaitu اwajah اdan اkedua اtelapak tangan 2) اBukan اberfungsi اsebagai اperhiasan 3) Tebal اtidak اtipis 4) Longgar اtidak اketat 5) اTidak اdiberi اparfum اatau اminyak اwangi 6) Tidak اmenyerupai اpakaian اlaki-laki 7) Tidak اmenyerupai اpakaian اwanita اkafir 8) Bukanlah اpakaian اuntuk اmencari اpopularitas ا Islam mengajarkan etika berbusana اyang اmenutup اaurat اtidak اlain اadalah اdemi perlindungan اterhadap اpengguna ( اterutama اkaum اhawa), اsehingga اpelecehan اseksual tidak اterjadi. اDengan اdemikian اharkat اdan اmartabat اkaum اwanita اakan اterlindungi, اkalau tidak اingin اdirendahkan اmaka اhargailah اdiri اsendiri.