Cerita Lengkap Nabi Ismail [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Cerita Lengkap Nabi Ismail







Beliau merupakan anak dari Nabi Ibrahim Alaihissalam. Ismail adalah anak dari istri kedua Nabi Ibrahim, Siti Hajar. Ismail lahir dari rahim Hajar dimana sebelumnya istri pertama Nabi Ibrahim, Sarah mengizinkan Ibrahim untuk menikahi Hajar karena hampir sampai seratus tahun ia belum bisa memberikan Ibrahim seorang keturunan. Sayangnya, Sarah dibutakan dengan kecemburuan yang amat besar sehingga terjadi keretakan dalam rumah tangganya dengan Ibrahim, dan meminta Ibrahim agar Siti Hajar dijauhkan dari dirinya. Allah SWT menurunkan wahyu kepada Ibrahim supaya keinginan istri pertamanya tersebut dipenuhinya. Lalu berangkatlah Nabi Ismail as bersama Siti Hajar dan Ismail yang masih kecil ke tempat yang belum diketahui tujuannya. Pada akhirnya Ibrahim bersama Hajar dan Ismail tiba di suatu tempat kota suci yang disebut Makkah. Di tempat itulah Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar bersama dengan Ismail dengan hanya dibekali sedikit bekal makanan dan minuman, sementara keadaan di sekitar tempat mereka berhenti masih belum ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada air, berbatu dan pasir kering (Daerah itu yang sekarang tempat berdirinya ka’bah sebagai kiblat manusia di seluruh dunia). Lalu, Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail hanya berdua saja ditempat yang seperti belum ada kehidupannya itu. Sementara itu ibrahim tetap turun dari dataran tinggi meningalkan Mekah menuju kembali ke Palestina, untuk menemui istri pertamanya, Siti Sarah dan anak keduanya Ishak (setelah hampir seratus tahun, dengan izin Allah, Sarah akhirnya memiliki seorang anak bernama Ishak yang kemudian juga diangkat sebagai Nabi). Dalam perjalanan, Ibrahim hanya bisa memohon perlindungan bagi kedua orang tersayang yang telah ditinggalkannya di Mekah. Doa Ibrahim kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut: “Ya Tuhan ku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturuanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” Meski hidup ditempat yang sepi dan jauh dari peradaban, Hajar tetap bertekad untuk bertahan hidup bersama putranya. Dari sinilah, asal mulanya air Zamzam diciptakan Allah SWT. Hajar dan Ismail yang dibayang-bayangi kematian karena kehausan dan kelaparan, berlari larilah ia sebanyak 7 kali antara bukit safa dan marwah. Hampir putus asa, datanglah pertolongan Allah lewat malaikat Jibril. Bermula dari pertanyaan Jibril dengan jawaban Hajar yang begitu teguh dengan keyakinannya terhadap sang suami Jibril dan Allah SWT, atas izin dari Allah juga, Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat kuat di atas tanah dan segeralah keluar dari bekas telapak kaki itu air yang begitu jernih. Dalam kesejap, air bekas injakan kaki Jibril tersebut meluap kemana-mana. Kemudian Jibri berkata: “zamzam!”, yang artinya “berkumpullah: Kemudian air itu berkumpul dan sampai sekarang air itu diberinama zamzam. Kemudian Jibril berkata lagi: “Hai siti Hajar, janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini. Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantin Ibrahim akan



kembali juga ke di sini untuk mendirikan Ka’bah”. Dan Maha besar Allah, air Zamzam hingga saat ini terus mengalir. Kisah Nabi Ismail Disembelih Atas Perintah Allah Selain cerita diatas, kisah menarik lainnya tentang Nabi Ismail adalah ketika Allah SWT menyerukan Nabi Ibrahim menyembeli anak kesayangannya. Ketika Ibrahim akhrinya mengunjungi Hajar dan Ismail kembali ke kota Mekkah setelah lama ia tinggalkan, Ismail telah beranjak dewasa. Saat itu pula, Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembeli puteranya yakni Ismail. Mengetahui jika mimpi seorang Nabi adalah benar, Ibrahim termenung memikirkan perintah Tuhannya yang sangat berat baginya. Namun, ia sadar sebagai utusan Allah, seberat apapun ujian yang ia dapat, ia harus melaksanakan perintah Tuhannya. Allah berfirman: “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”. Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan. Ibrahim pun lantas menceritakan mimpi yang didapatkannya. Ibrahim berkata: “Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?” Amat beruntung Ibrahim mempunyai anak Soleh seperti Ismail. Ia menjawab: “Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkan darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.” Dengan penuh kebanggaan, Ibrahim memeluk Ismail dan berkata: “Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.” Allah Maha Besar. Saat penyembelihan dimulai, tiba-tiba mukjizat datang dimana pedang/parang yang digunakan untuk memotong leher Ismail tiba-tiba saja tumpul. Ismail sempat mengira ayahnya tidak tega melakukan hal tersebut. Namun nyatanya, ketika diulangi parang itu tetap tumpul dan tidak berfungsi untuk memotong leher Ismail. Dalam keadaan bingung karena gagal menyembelih anaknya, Wahyu Allah datang kepada Ibrahim: “Dan kami panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar.”



Sebagia ganti nyawa Ismail yang telah diselamatkan, Allah memerintahkan Ibrahim menyembelih seekor Domba yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh Ibrahim dengan parang yang tumpul di leher puteranya tadi. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia. Kejadian tersebut menegaskan bahwa perintah penyembelihan Ismail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim dan Ismail sampai sejauh mana cinta dan ketaatan mereka kepada Allah. dan Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (sekitar pekarangan Ka’bah). Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah agar membangun Ka’bah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata: “Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.” Ketika membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail: “Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia.” Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Nabi Ibrahim. Setiap kali bangun, mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Hingga pada akhirnya Nabi Ibrahim wafat di Mekkah dan dimakamkan di suatu sudut Ka’bah yang kini dikenal sebagai maqam Ibrahim. Kisah Nabi Ismail dan Isrtinya Nabi Ismail menikah dengan seorang wanita dari suku Jurhum. Diriwayatkan, ayah Ismail, Nabi Ibrahim tidak menyukai wanita ini. Hal ini bermula saat Nabi Ibrahim berkunjung meminta izin kepada Sarah untuk kerumah anaknya namun sang anak tidak ada dirumah dan hanya ada istrinya saja (ibunda Ismail, Siti Hajar telah meninggal). Namun rupanya istri dari Ismail tidak mengenal Ibrahim dan tidak menerima mertuanya dengan baik saat ia datang. Tidak diterima dengan baik, lantas Ibrahim meninggallkan rumah anaknya sembari menitip pesan kepada istri dari Ismail. Ibrahim berkata: “Jika suamimu datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari, ceritakanlah ada orang tua seperti ini dan berpesan kepadanya, bahwa saya ini tidak suka kepada orang yang membuka pintu rumah ini dan meminta supaya segera dicari penggantinya.” Setelah Ismail pulang kerumah dan mendengar cerita dari sang istri, Ismail langsung menjelasakan siapa pria tua tersebut dan bercerai dengan istrinya karena sudah tidak hormat kepada ayahnya. Terlebih dari pesan yang disampaikan, Ibrahim jelas tidak suka terhadap sikap dari istrinya. Menikahlah kembali Ismail dengan wanita yang masih berasal dari suku Jurhum. Dari pernikahan keduanya, Nabi Ibrahim sangat menyukai menantunya yang kedua ini. Ismail diberi keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi pemimpin kaum bernama Rab Musta’ribah. Nabi Ismail meninggal pada usia 137 tahun. Tapi masih dalam perdebatan tempat ia wafat karena ada yang menyebut beliau wafat di palestina dan ada yang berpendapat Ismail wafat di Mekah.



Beliau membantu ayahnya dalam berdakwah dengan mengingatkan kaumnya dan para pemimpin Bani Israil yang melanggar hukum Taurat. Ia sangat berani menegakkan kebenaran dan menerapkan hukum agama dengan tegas. Ia juga selalu menganjurkan agar kaumnya yang berdosa segera bertaubat. Pertaubatan ini ditandai dengan dipermandikan atau dibaptiskan di sungai Yordan. Karena itu, Yahya dijuluki al-Ma'madan (Pembaptis). Hingga sekarang, upacara pembaptisan ini masih dilakukan oleh umat Kristiani. Sebelum kelahiran Yahya, Nabi Zakaria sudah diberitahu tentang putranya yang akan membenarkan Firman Allah SWT mengenai kedatangan Nabi Isa AS : “Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya) : “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”. (QS. Ali Imran :39). Di kemudian hari Nabi Yahya yang membaptis Nabi Isa AS dan membenarkan risalah atau syariat yang dibawanya. Namun Nabi Yahya tidak sempat ikut membela risalah itu karena tewas dibunuh oleh Raja Herodus. Nabi Yahya AS hidup pada saat Yerussalem berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi (4 SM - 39 M) dengan Herodus sebagai penguasa setempat. Suatu ketika Raja Herodus berencana menikahi anak tirinya, Herodia. Tapi Yahya mengetahui rencana itu. Maka ia segera mengeluarkan fatwa larangan, karena menurut hukum Taurat, anak tiri haram dinikahi. Tapi Herodia tidak ingin pernikahannya gagal. Maka ia meminta Raja Herodus membunuh Yahya. Raja Herodus segera menangkap Yahya dan memasukkannya ke penjara. Akhirnya Yahya dibunuh oleh Raja Herodus untuk memenuhi permintaan kekasihnya itu. Di dalam Al-Quran Nabi Yahya AS tidak banyak diceritakan, hanya dijelaskan beliau dikaruniai hikmah dan ilmu semasa kecil. Beliau hormat



pada orang tuanya, dan tidak sombong atau pun durhaka. Beliau pintar dan tajam pemikirannya, beribadah siang malam. Di kalangan bani Israil, beliau dikenal sebagai ahli agama dan hafal Taurat.



Kisah Nabi Yahya AS Saat berdialog dengan Iblis Pada suatu hari, datanglah iblis menghadap Nabi Yahya as dan dia berkata : 



Iblis : "Wahai Nabi Yahya, aku ingin memberimu nasehat".







Nabi Yahya AS : "Kamu berdusta. Kamu jangan menasehati aku, tetapi beritahukan kepadaku tentang anak cucu Nabi Adam AS”.







Iblis : "Anak cucu Adam itu menurut asal ada tiga golongan, yaitu: (1) Golongan yang paling keras terhadap golongan kami, Bila saya menemukan kesempatan untuk menggodanya, maka kesempatan itu tidak bisa saya manfaatkan sehingga kami tidak memperoleh apa-apa dari mereka. (2) Golongan yang kami kuasai, Mereka ini ditangan kami tidak ubahnya seperti bola di tangan para anak-anak kami yang kapan saja bisa dimainkan. Kami puas atas mereka. (3) Golongan orang-orang seperti Anda, Mereka ini oleh Allah SWT dilindungi sehingga saya tidak dapat menembus mereka.







Nabi Yahya as : "Kalau begitu, apakah kamu mampu menggoda saya ?"







Iblis : "Tidak, tapi hanya sekali saja saya mampu menggoda anda. Yaitu ketika anda menghadapi makanan, lalu anda memakan makanan itu sekenyang-kenyangnya sampai anda tertidur pada waktu itu juga. Saat itu anda tidak melakukan shalat malam seperti pada malam-malam sebelumnya”.



Karena Iblis tidak mampu menggoda Nabi Yahya AS, maka iblis pun pergi untuk kembali nanti. Iblis berfikir, mungkin di kesempatan lain bisa menggoda Nabi Yahya AS. Iblis mendatangi Nabi Yahya AS lagi, dan kali ini iblis tengah memperlihatkan dirinya dengan beberapa barang yang tergantung. Dan terjadilah dialog lagi dengan mereka. 



Nabi Yahya AS : "Apakah barang-barang yang tergantung itu, wahai Iblis laknatullah ?"







Iblis : "Ini adalah beberapa syahwat yang saya dapat dari anak Adam”.







Nabi Yahya AS : "Apakah aku juga ada (syahwat) ?"







Iblis : "Kadang-kadang Anda kebanyakan makan (maksudnya sekali itu saja hingga Beliau tertidur), lalu Anda berat untuk menjalankan shalat dan dzikir kepada Allah SWT."







Nabi Yahya AS : "Apakah ada yang lain?"







Iblis : "Tidak ada. Wallahi tidak ada." (Ini menunjukkan bahwa para Nabi dan Rasul itu benar-benar dilindungi oleh Allah SWT dari perbuatan dosa).







Nabi Yahya AS : "Ketahuilah wahai Iblis, sesungguhnya Allah SWT tidak akan memenuhkan perut saya dari berbagai makanan."







Iblis : "Saya rasa demikian. Saya pun juga begitu, saya tidak akan memberi nasehat kepada anak cucu Adam".



Sekian dan semoga Kisah Nabi Yahya AS menjadi pembelajaran bagi kita, Wassalamu Alaikum wr wb !!! Terima Kasih Sudah Membaca: Kisah Nabi Yahya AS