Cerita Pandji Dalam Perbandingan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CERITA PANDJI DALAM PERBANDINGAN



Hal 42 Tanpa suatu perbandingan dengan tjeritera Pandji jang lain tentang isi tjerita jang dikemukakan diatas ini, jang sengadja agak luas diuraikan tidak banjak jang dikatakan. Namun, segera dapat kami katakan, bahwa penaklukan berbagai keradjaan yang berulangulang hingga mendjemukan, oleh putera-putera radja jang menjamar itu, sebagian besar adalah tambahan atau perluasan penjalin-penjalin kemudian, sebagaimana jang kami maksud. Tapi kami di sini kami perlu mengatakan beberapa patah kata tentang naskah lain dengan djudul jang hampir sama dengan naskah kita ini, jaitu : Pandji Semirang. Naskah ini oleh Balai Pustaka telah berkali-kali diterbitkan (hingga tahun 1940 telah empat kali ditjetak), suatu bukti bahwa tjeritera ini digemari. Tapi untuk membandingkannja dengan teks kita, tidak ada jang dapat kita ambil dari naskah itu, karena djika dibanding betul-betul selain namanja tidak banyak jang sama. Lagipula naskah itu mestinja amat muda. Djuga pengaruh Pandji Djawa baru sekali dalamnya. Singasari jang dalam teks kita mempunjai peranan ketjil sekali dalam tjerita Pandji Semirang ini dihilangkan sama sekali, sebagai gantinja telah muntjul kili turunan radja, dengan nama Bѐko Gandasari, jang berkedudukan di gunung Wilis. Lukisan Singamantri, putera mahkota Gegelang, sebagai orang jang edan (bagian pertama hal 7) disamping menjebutkan nama-nama sebagai Wirun dan Andaga, memperlihatkan pengaruh wajang-gedog jang njata dalam naskah itu. Memang Tjandra-kirana setelah diam-diam meninggalkan istana orang tuanja dan kemudian berpakaian sebagai laki-laki menamakan dirinja Pandji Semirang dan melakukan perampokan-perampokan, tapi sekaliannja itu dilakukannja dengan kemauan sendiri. Mengenai hukuman dewa-dewa atau muntjulnja Kala, tidak ada sama sekali. Peranannja, ketika ia untuk kedua kalinja atas andjuran Kih Sutji menjamar sebagai laki-laki dan menakan dirinja Gambuh Warga-asmara, untuk mengadakan pertundjukan dikota Gegelang. Merupakan perantjuan peranan Perbatasari sebagai dalang di kota jang sama. Persamaan teks kita dengan teks Balai Pustaka terbatas pada hal bahwa sebagian besar pertundjukan bermain dikeradjaan Gegelang. Persamaan lain jang ketjil-ketjil menurut pendapat saja tidak tjukup penting untuk disebutkan.



Hal 105 Seperti bisa dimengerti, tjerita jang berangkai-rangkai seperti Serat Kanda, dengan sendirinja berisi tjerita permulaan tentang pengalaman Pandji. Hal ini akan kita bitjarakan lebih landjut kemudian. Sebagai tambahan atas pendapat kami, bahwa Serat Kanda adalah sebuah naskah Solo jang agak tua, kami sebut adanja nama radja Dandang-gendis, sebuah nama jang djuga kita temukan dalam Pararaton. Selandjutnja nama Djajasastra bolehlah dianggap berdasarkan sedjarah. Sebab nama ini mestija sebagian dari nama Çri Djajawarsa Digdjaja-Çastraprabu. Kalau bukan radja ini, maka mestinja ia Çastradjaja, pengganti Djajasabha. Nama-nama ini tidak kedapatan lagi dalam Babad Tanah Djawi, hal mana membenarkan persangkaan, bahwa Serat Kanda itu lebih dekat kepada ingatan sedjarah, dengan lain perkataan, lebih tua dari Babad Tanah Djawi. Sebab penjebutan kedua nama itu tidak bisa dianggap kebetulan belaka; itu adalah sisa tradisi lama. Singakatan ringkas jang telah kita buat tentang Serat Kanda itu pun cukup menundjukan bahwa ia, dalam susunanja boleh dibilang adalah prototip Pustakaradja karngan Ranggawaraha. Djika kita bandingkan Serat Kanda dengan naskah kita Pandji Semirang, maka pertama-tama akan kita lihat, bahwa Pendetawati dalam kerja jang disebut pertama, tampil dalam peranannja, jang mutatis mutandis biasanja kita dapatidalam tjerita Pandji jang lain. Ia tidak disebut dalam Pandji Semirang, maupun dalam tjerita Pandji Kambodja. Radja Singasari dalam Serat Kanda bukanlah saudara ketjil orang radja jang lain, melainkan ipar, jang kawan dengan seorang adik dalam keluarga mereka itu. Rasa tjemburu isteri pertama Miluhur terhadap kedua selir jang kemudian akan dibunuh, boleh dianggap sebagai penjimpangan jang jauh dari rasa tjemburu ibu Pandji terhadap kekasihnja jang pertama, Martalangu. Kedatangan Miluhur kepada kedua Djati di gunung Djambangan, adalah suatu pemindahan satu angkatan lebih tinggi dari kedatangan Pandji kepada Tjaktjasana di gunung Danuradja. Peperangan jang demikian banjak terdjadi dalam Pandji Semirang, dalam Serat Kanda disederhanakan mendjadi satu peperangan terhadap brahmana dan puteranja, radja Pulo Kentjana Kanda, jang meliputi banjak masa, perdjuangan melawan musuh keempat radja, tidak diperbanjak, seperti djuga dalam tjerita Pandji Kambodja. Dengan jang tersebut kemudian ini, persamaan jang dalamnja ialah, bahwa putera sulung radja Djenggala (Kurepan) kawin dengan seorang puteri Gegelang. Dalam Serat Kanda masih banjak unsur-unsur, jang nanti perlu dibandingkan dengan unsur-unsur dalam tjerita Pandji jang baru.



Hal 79 Persamaan antara tjeritera Pandji Semirang dan tjerita Pandji Kambodja sangat kentara sekali. 1. Mengemukakan empat buah keradjaan, tanpa menjebutkan nama radja masingmasing. 2. Dengan tidak muntjulnja anak radja, Kili sutji, jang dalam tjerita-tjerita Pandji Djawa, selamanja didapati. 3. Bossaba (Tjandra-kirana) menghilang dengan kedua orang dajang-dajangnja, dibawa oleh Batara Kala, mojang Bossaba, sebagai disambar angin topan. 4. Bossaba menjamar sebagai anak muda. 5. Sama-sama memperhambakan diri kepada radja Kalang (Gegelang). 6. Pertandingan di Kalang, jang dalam Pandji Semirang pindah ke Damiradja, peristiwa itu dapat dipandang sebagai bagaian jang serupa dengan peristiwa di Gegelang. 7. Radja Chamara, setelah kematian permaisurinja dan setelah pinangannja ditolak untuk memperistri puteri kalang, lalu menjerang kerajaan itu; ini dalam Pandji Semirang pula dengan penjerangan radja Sotjawindu kepada Gegelang dan penjerangan Panggal-djaja kepada Danuradja. 8. Onacan (Semirang) mengambil bagian bersama Pandji dalam peperangan melawan musuh. 9. Sesudah pertempuran, Onacan (Semirang) meninggalkan kota Gegelang. 10. Penjelesaian di Gegelang dengan perkawinan antara beberapa orang pangeran dengan beberapa puteri dan untuk itu orang tuanja diminta datang; kemudian radja-radja itu meletakkan djabatanja, digantikan oleh putera-puteranja. Bagian ini dalam Pandji Semirang ditempatkan lagi dalam adegan terakhir di Danuradja. 11. Keradjaan Singasari dalam kedua naskah itu tidak mematikan peranan jang penting dan pada penutup tjerita Pandji Kambodja bahkan sama sekali dilupakan. 12. Sebelum menjamar Inu dalam kedua tjerita itu tidak pernah disebut Pandji. Dan pastilah ada beberapa hal lagi jang dapat ditundjukkan persamaanja, demikian umpamanja pengembaraan pelaku-pelaku utama, akan tetapi hal itu oleh penjalin telah diperluas mendjadi penaklukan-penaklukan jang tidak terkira banjaknja oleh anak-anak radja jang menjamar, sehingga bagi kita tidaklah mudah untuk mengenalinja kembali satu demi satu. Persamaan jang kentara dalam kedua tjerita itu, jang dapat dikatakan naskahnja tiada berhubungan jang satu dengan jang lain, disebabkan karena keduanja berasal dari satu sumber jang lebih tua, jang sama. Bahwa hal itu terdjadi karena kebetulan sadja, pasti tidak mungkin.



Hal 118 Dengan Angron-akung, jang rupanja adalah satu fragmen dengan tjerita Pandji jang lebih besar, kita madju selangkah lagi. Disini kita dapat disebutkan hilangnja Tjandra-kirana, jang dengan nama Nawang-resmi mendjadi anak angkat Demung. Dengan tidak diketahui Pandji, bahwa ia sebenarnja adalah puteri Daha, ia telah mendjadi selirnja. Karena sedihnja Pandji mengambil isteri lain, ia bunuh diri. Majatnja menghilang dalam pangkuan Pandji, jang djatuh pingsan. Selandjutnja Pandji berlaku sebagai orang gila, seperti dalam Pandji Semirang dan Pandji Kambodja. Radja Kembang-kuning disini tampil sambil bertindak tegas. Nama keradjaan Urawan (Bauwarna), jang dalam Serat Kanda tiba-tiba, pada achir tjerita, disebut sebagai ganti nama Gegelang disini mulai mendesak nama Gegelang. Dalam Angron-angkung ini djuga nampak peralihan tempat suatu peristiwa besar masih terdjadi di Urawan (Gegelang), seperti dalam Pandji Semirang dan Pandji Kambodja; tapi perhatian tjerita dalam Angron-angkung sudah berpindah ke Daha. Pemberian keris oleh Pandji kepada putera mahkota Daha selandjutnja dapat dianggap sebagai kenangan samar-samar kepada pertukaran keris antara Pandji dan Sijatra dalam Pandji Kambodja. Tingkah laku Bradjanata (Prabangsa) selandjutnja saling mengingatkan kita kepada tingkah laku Bradjanata dalam Pandji Semirang. Amat penting di sini tampilnja Wiranatardja, putera mahkota Daha, jang menganggap dirinja lebih tua dari Pandji.



Hal 174 Tjerita Djajakusuma, jang isinja disingkatkan diatas jang semestinja amat populer di Solo kira-kira 50 sampai 100 tahun jang lalu terutama dikalangan kaum wanita dalam keraton. Penjebutan dalam Tjentini ini menundjukan dengan jelas, tjerita itu mestinja amat populer. Namun dalam buku lain kebenaran-kebenaran Djajakusuma disangkal, jaitu sebagian daripadanja. Peperangan Pandji melawan Bali, jang dalam Tjentini djustru ditjeritakan pandjang lebar dalam Geschiedenis dianggap sebagai suatu pemalsuan. Sebagai pendahuluan singkat, kita akan membatasi diri dengan sekedar memberikan gambaran selanjang pandang tentang naskah-naskah. Dalam notulen termaksud dapat kita badja : Surat (dari residen Palembang) berlampirkan 3 naskah Djawa kepunjaan residen dipindjamkan kepada direksi untuk diketahui. Karena ternjata bahwa jang satu adalah tjerita Pandji sedang dua jang lain adalah fragmenfragmen dari tjerita. Naskah itu panjangnja 25 dan lebar 19 cm, djumlah laman semuanja 352, kertasnja sedjenis Eropah lama. Dengan sampul kulit jang kuat dengan disertai lidah-lidah seperti kulit Quran. Naskah itu ditulis atas perintah pangeran Adi-Manggala. Dari semua tjerita Pandji jang saja kenal, tjerita Pandji kembang inilah jang rasanja paling dalam segala hal paling sempurna. Karena itu kita akan memusatkan perhatian kepada tjerita ini.