Cerita Pendek - Aditya Septian - XI MIPA 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Penyesalan Karya : Aditya Septian Kisah ini berawal ketika aku masih duduk dibangku sekolah. Sekolah dapat berdampak baik untuk kehidupan, namun semua itu dapat sirna jika kita salah dalam memilih pertemanan. Semua berawal ketika aku diterima di SMA Tardika, aku tidak pernah terbayang bahwa ini akan terjadi. Suara ayam terdengar di sekitar rumahku, hingga aku terbangun dari lelapnya tidurku. Sambil mengucek-ngucek mata yang masih berat, aku melihat jam. Betapa kagetnya diriku ketika melihat jam menunjukkan pukul 06.10. "Hari pertama masuk sokolah ku!" mendadak tubuhku menegang, kantukku terasa hilang begitu saja. Tanpa berpikir panjang aku mengganti pakaian tidurku ke seragam sekolah. Benar, aku memutuskan untuk tidak mandi. Karena bagiku terlambat adalah hal yang paling menyedihkan, apalagi hari ini adala hari pertamaku sekolah setelah sekian lama dirumah. Setelah rapih menggunakan seragam sekolahku, aku keluar kamar. "Mamah, kenapa tidak Membangunkan aku. Apakah mamah lupa hari ini adalah hari pertama aku sekolah?” Gerutu ku kesal Mamah yang sedang menyiapkan bekalku, menoleh kearahku. "Kenapa kamu marah-marah ke mamah? Ini bukan kejadian pertama bagi kamu terlambat berangkat, karena susah dibangunkan. Pintu kamar di kunci. Jangan buat mamah kesal pagi - pagi!". Aku yang sudah sangat takut terlambat, bergegas mengambil bekalku dan berpamitan kepada Mamah. “Aku berangkat dulu mah! Dadah!” Pamitku kepada mamah. “Hati-hati, jangan ngebut-ngebut di jalan!" ucap mamah sambil menggelengkan kepala. Singkat cerita aku telah sampai di sekolahku, sokolah yang tidak kecil dan tidak besar. Setelah aku memarkirkan motorku, aku bergegas ke kelas. Sesampainya dikelas aku duduk di sebelah seorang wanita yang sangat cantik, namanya Bela. Dia baik, penampilannya rapih dan terlihat pintar. Bel sekolah pun berbunyi. Menandakan pelajaran akan segera dimulai. Berbarengan ketika bel berbunyi, datang tiga orang perempuan, dengan hebohnya mereka masuk kelas. Aku menoleh ke arah Bela dengan tujuan menanyakan siapa mereka, namun Bela acuh tak acuh. Kesan pertamaku melihat mereka adalah, perkumpulan perempuan yang merepotkan dan aku tidak ingin dekat dengan mereka. Dari dulu aku sangat tidak suka dengan orang-orang seperti mereka, omongan tidak pernah di saring, merasa paling hebat, berisik dan merasa paling berkuasa. “Berbeda sekali dengan Bela" Ucap aku dalam pikiranku Ketika mereka ingin duduk, salah satu dari mereka berbicara, "Lihat! Ada dia! tidak tahu malu, sudah tau Ayahnya korupsi. Masih berani masuk sekolah." Aku yang sedang berbicara dengan Bela pun kaget dan menoleh ke arah mereka. Disana terlihat seorang wanita yang sedang menunduk malu. "Hahaha” mereka tertawa bersamaan. Bersamaan dengan itu guru pun datang. Aku yang penasaran bertanya kepada Bela. “Baju kamu dengan mereka sama, kamu kenal siapa mereka?" Bela sempat diam sejenak, “Mereka adalah teman SMPku, aku kenal mereka. Awalnya yang mereka buly itu adalah bagian dari mereka, dan bisa dibilang dia yang paling bersinar dari yang lainnya. namanya adalah viola, dia baik, mudah bergaul, jago nyanyi jago



alat musik dan lain-lain. Namun suatu ketika bapaknya diberitakan melakukan korupsi, Viola yang kaget pun tidak masuk selama satu minggu. Ketika viola memberanikan untuk masuk, teman-temanya yang dipikir akan menghibur dia, menemani dia, kini telah berubah sangat tidak terduga. Mereka menjauhinya dan mulai mencacinya. Ketiga temannya adalah Khairun. Arsyid dan Dina. Yang berbicara di awal tadi adalah Dina. Dia dulu adalah teman yang paling dekat dengan Viola. Namun, yang aku dengar Dina iri dengan Viola karena bertalenta dan banyak yang suka pada dirinya. Pada saat itu Dina menyukai seorang laki-laki, namun Dina sadar bahwa lelaki itu menyukai Viola. Begitu kira-kira. Viola sudah seperti itu sejak kelas 2 SMP, kehidupannya yang seperti di surga tiba tiba berbalik begitu saja, Dan yang paling mengejutkan adalah mereka satu sekolah kembali, sangat disayangkan Viola bertemu kembali dengan ketiga orang itu. Apakah itu kebetulan atau sudah direncanakan aku tidak paham. Padahal...." Bela yang sedang asik menceritakan kaget karena penghapus papan tulis melayang kearahnya "Masih mau ngobrol ? Ibu paham hari pertama kalian masuk ke sekolah pastinya ingin mencari teman,, tapi tolong ketika guru berbicara, didengar! Ucap Bu Guru dengan nada tinggi. Bela yang kaget hanya bisa menundukan kepala. Akupun merasa bersalah, karena diriku Bela dimarahi. Ketika aku ingin meminta maaf ke Bela, aku kaget, melihat Viola sedang dilempari kertas oleh Dina dan Arsyid. Akupun menoleh ke guru, dan betapa kesalnya diriku melihat mereka sangat beruntung karena Bu Guru didepan sedang menulis dan tidak melihat mereka. Akupun berencana untuk melaporkannya. Namun Bela menahanku “Jangan, kalau kamu mau belajar dengan tenang" Pada akhirnya aku bersikap seolah tidak melihatnya. Bel istirahat telah berbunyi. Aku dan Bela berniat untuk membeli minuman dikantin sekaligus memakan bekalku. Kondisi kelas sudah sepi, hanya ada aku, Bela, Viola dan ketiga orang itu. Ketika kami ingin meninggalkan kelas, aku mendengar Khairun mengatakn “Viola, aku bawa bekal, kamu mau makan bareng?” Namun belum sempat Viola menjawab. Dina menyiram Viola dengan air minumnya. Rambut Viola dan Seragam Viola yang rapih pun basah. Aku marah, aku ingin sekali menarik rambut Dina dengan sekencang-kencangnya dan aku caci maki dirinya. Namun Bela sekali lagi menahanku dan menggelengkan kepala sebagal isyarat untuk aku tidak ikut campur. "Aku marah sekali melihat viola diperlakukan seperti itu" Bela tidak mendengarkan ucapanku dan meninggalkanku begitu saja. Akupun bingung harus memilih yang mana. Pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak campur ikut dan segera menyusul Bela. Bel kembali berbunyi, menandakan waktu istirahat berakhir. Pelajaran selanjutnya adalah mengenai peraturan yang harus ditaati selama menjadi pelajar di sekolah ini. Aku yang penasaran dengan viola menoleh. Arsyid dan Dina masih mengganggunya. Aku tidak bisa berkonsentrasi, aku ingin sekali menolong viola, namun aku takut dengan hal yang akan terjadi jika aku menolong viola. Setelah pembekalan telah selesai diberikan, siswa kelas 10 diperbolehkan untuk pulang dan mempersiapkan kegiatan selanjutnya. Aku mengajak Bela untuk pulang bersamaku, Bela menolak dikarenakan ia dijemput supirnya. Selama perjalanan pulang aku terus memikirkan tentang kejadian hari ini. Hatiku gelisah, aku sangat sedih tidak bisa membantu viola. Sesampainya dirumah, aku menceritakan semuanya kepada mamahku. Mamahku mengatakan "Lakukan apa yang bisa kamu lakukan, kesempatan tidak datang dua kali. Jangan buat dirimu menyesal.” Setelah mendengar itu, aku yakin dengan apa yang akan ku lakukan esok hari. Aku akan menjadikan Viola temanku dan menjaga Viola dari ketiga orong tersebut. keesokan harinya, aku berangkat sangat pagi. Tidak seperti hari sebelumnya, hari ini aku sangat mempersiapkan. Aku sengaja datang pagi dikarenakan aku pikir, aku bisa berbicara terlebih dahulu kepada



Viola tentang hal sebenarnya. waktu terus berlalu, namun Viola tidak kunjung datang. Aku mulai gelisah. Bel masuk berbunyi. Aku yang penasaran bertanya kepada Bela. "Bel, Viola tidak masuk hari ini?" “Mungkih terlambat” Balas Bela Akupun mengangguk mencoba untuk setuju dengan Bela. Gurupun datang, kami diberikan informasi tentang ekstrakurikuler. Banyak hal telah dibicarakan, namun aku tetap mencari tahu keberadaan viola. Hingga kepala sekolah memasuki kelasku. “selamat pagi anak-anak" Salam Bapak kepala sekolah “Pagi Pak" Balas kami serentak "Bapak ingin memberitahukan kabar duka. Aku kaget, aku mulai memikirkan hal yang tidaktidak” "Viola, teman kelas kalian ditemukan bunuh diri tadi malam" Tubuhku membatu, tangis membasahi wajahku, hal yang aku takuti terjadi. Bela memeluk diriku, hatiku sudah tidak karuan. Kesadaranku mulai menghilang. Saat aku membuka mata, badanku sangat lemas, dan aku sadar bahwa aku sudah tidak di kelas. Bela menceritakan hal yang terjadi, Bahwa aku pingsan ketika aku mendengar berita tersebut. Bela juga mengatakan semuanya kepada kepala sekolah, apa yang terjadi sebenarnya. Bela menjadi saksi dalam proses penanganan ini. “Maafkan aku, jika saja aku kemarin tidak ragu, mungkin semua ini tidak akan terjadi Andai kita memberikan semangat untuk Viola, andai kita bisa menemani Viola..." Bela menangis. Aku yang mengerti kondisi Bela, memeluknya dengan erat. Aku mengerti perasaan Bela, perasaan penyesalan karena tidak melakukan hal yang seharusnya bisa ia lakukan.