14 0 756 KB
LAPORAN KEGIATAN PPDH ROTASI KLINIK Yang dilaksanakan di PRAKTEK DOKTER HEWAN BERSAMA (PDHB) DRH. CUCU K. SAJUTHI DKK JAKARTA UTARA Kasus Penyakit Dalam 1 CHOLANGIOHEPATITIS PADA KUCING PERSIA
Oleh: Wachidatun Nisa’, S.KH 150130100011011
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
CHOLANGIOHEPATITIS PADA KUCING PERSIA
A. Anamnesa Pada hari rabu tanggal 27 April 2016, kucing Tora datang ke cat clinic PDHB drh. Cucu dengan keluhan muntah tiga kali, demam dan enam bulan terakhir kucing tidak mau makan cat food tetapi hanya makan snack.
B. Signalemen Nama Pemilik
: Trihadi Putranto
Alamat Pemilik : Jln. Salak Kalibata Indah Nama Hewan
: Tora
Jenis Hewan
: Kucing
Ras Hewan
: Persia
Jenis Kelamin
: Jantan
Umur
: 4 tahun
Warna Rambut
: Kuning
Berat Badan
: 3,7 kg
Gambar 1. Kucing Tora
C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Perawatan
: Terawat baik
Gizi
: Baik
Sikap berdiri
: Berdiri tegak dengan empat kaki
Suhu
: 39,6oC
Frekuensi nadi
: 188 kali/menit
Frekuensi napas
: 32 kali/menit
2. Kulit dan Rambut Aspek rambut
: Bersih, halus, berkilau
Kerontokan
: Ada kerontokan
Kebotakan
: Tidak ada kebotakan
Turgor kulit
: ≤2 detik
Permukaan kulit
: Berwarna kuning
3. Kepala dan Leher a. Inspeksi Ekspresi wajah
: Bereaksi
Pertulangan wajah
: Kompak
Posisi tegak telinga
: Telinga berdiri keduanya
Posisi kepala
: Lebih tinggi daripada vertebrae
b. Palpasi Mata dan orbita kiri Palpebrae
: Membuka dan menutup sempurna
Cilia
: Melengkung keluar
Conjuctiva
: Pucat, basah, tidak ada kerusakan
Membran niktitans
: Tidak terlihat
Mata dan orbita kanan Palpebrae
: Membuka dan menutup sempurna
Cilia
: Melengkung keluar
Conjuctiva
: Pucat, basah, tidak ada kerusakan
Membrana nikitans
: Tidak terlihat
Bola mata kiri Sklera
: Jaundice
Kornea
: Jernih, permukaannya rata, tidak kering
Iris
: Kuning
Reflek pupil
: Merespon cahaya dengan baik, bisa membesar dan bisa mengecil
Vasa injectio
: Tidak ada
Lensa
: Jernih
Limbus
: Rata
Bola mata kanan Sklera
: Jaundice
Kornea
: Jernih, permukaannya rata, tidak kering
Iris
: Kuning
Reflek pupil
: Merespon cahaya dengan baik, bisa membesar dan bisa mengecil
Vasa injectio
: Tidak ada
Lensa
: Jernih
Limbus
: Rata
Hidung dan Sinus Bentuk
: Simetris
Aliran udara
: Aliran udara bebas di kedua cavum nasal
Mulut dan rongga mulut Defek bibir
: Tidak ada luka atau kerusakan
Mukosa mulut
: Jaundice
Telinga Posisi
: Keduanya berdiri
Bau
: Khas serumen, telinga sedikit kotor
Daun telinga
: Bersih
Krepitasi
: Tidak ada krepitasi
Refleks panggilan
: Ada
Leher Perototan
: Kompak
Trachea
: Teraba, tidak ada reflek batuk saat palpasi
Esophagus
: Teraba
Kelenjar Pertahanan Ln. Mandibularis
: Tidak teraba, simetris, tidak ada pembengkakan, konsistensi kenyal, suhu normal
Ln. Retropharingeal
: Tidak teraba, simetris, tidak ada pembengkakan, konsistensi kenyal, suhu normal
Ln. Axilaris
: Tidak teraba, simetris, tidak ada pembengkakan, konsistensi kenyal, suhu normal
Ln. Inguinalis
: Tidak teraba, simetris, tidak ada pembengkakan, konsistensi kenyal, suhu normal
Ln. Popliteus
: Tidak teraba, simetris, tidak ada pembengkakan, konsistensi kenyal, suhu normal
4. Thoraks a. Sistem Pernafasan Inspeksi Bentuk rongga thorax
: Simetris
Tipe pernafasan
: Costal
Ritme
: Ritmis
Intensitas
: Normal
Frekuensi
: 32 kali/menit
Trakea
: Teraba
Batuk
: Tidak ada batuk
Palpasi Penekanan rongga thorax
: Tidak ada reaksi kesakitan
Penekanan M. Intercostalis
: Tidak ada reaksi kesakitan
Auskultasi Suara pernafasan
: Lama inspirasi sama dengan lama ekspirasi
b. Sistem Peredaran Darah Inspeksi Ictus cordis
: Tidak terlihat
Auskultasi Frekuensi
: 188 kali/menit
Intensitas
: Sedang
Ritme
: Ritmis
5. Abdomen dan Organ Pencernaan Inspeksi Ukuran rongga abdomen
: Tidak ada pembesaran
Bentuk rongga abdomen
: Simetris
Palpasi Tegangan isi perut
: Tidak tegang
Auskultasi Suara peristaltik usus
: Terdengar pelan
Anus Daerah sekitar anus
: Cukup bersih
Refleks spinchter ani
: Terdapat reflek mengkerut
Kebersihan perianal
: Cukup bersih
6. Sistem Urogenital Jantan Inspeksi dan Palpasi Preputium
: Bersih
Penis
: Sedikit pucat, basah, licin, tidak ada luka
Testis
: Belum di kastrasi, ukuran kiri dan kanan sama besar, menggantung keduanya, tidak ada luka
7. Alat Gerak Inspeksi Perototan kaki depan
: Kokoh
Perototan kaki belakang
: Kokoh
Spasmus otot
: Tidak ada
Tremor
: Tidak ada
Kesimetrisan
: Simetris
Koodinatif gerakan
: Koordinatif
Palpasi Struktur pertulangan a. Kaki depan kiri dan kanan
: Tegas, kompak
b. Kaki belakang kiri dan kanan : Tegas, kompak Konsistensi pertulangan
: Keras
Reaksi saat palpasi
: Tidak ada reaksi kesakitan
D. Temuan Klinis Temuan klinis yang didapat yaitu jaundice pada mukosa dan urin yang berwarna kuning pekat.
E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan pada kasus ini antara lain pemeriksaan hematologi, kimia darah, urinalisis, ultrasonografi (USG) dan rapid test.
1.
Pemeriksaan hematologi dan kimia darah Hasil pemeriksaan hematologi dan kimia darah pada kucing Tora dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pemeriksaan hematologi dan kimia darah Kisaran
Hasil
Hasil
(28-4-2016)
(4-5-2016)
Sel darah putih (WBC)
6,8
10,7
10^3/ µL
5.5-19.5
Sel darah merah (RBC)
10,2
6,18
10^6/ µL
5.0-10.0
Hemoglobin (Hb)
15
9,3
g/dL
8.0-15.0
Hematokrit (HCT)
45,1
27
%
24.0-45.0
MCV
44,2
43,7
fL
39.0-55.0
MCH
14,7
15
Pg
12.5-17.5
MCHC
33,3
34,4
g/dL
30.0-36.0
Trombosit (PLT)
563
217
10^3/ µL
300-800
Limfosit
10,5
8,5
%
20.0-55.0
Monosit
1,9
1,7
%
1.0-4.0
Eosinofil
5
8,8
%
2.0-12.0
Granulosit
82,6
81
%
35.0-78.0
Limfosit
0,7
0,9
10^3/ µL
1.5-7
Monosit
0,1
0,2
10^3/ µL
0.0-0.85
Eosinofil
0,3
0,9
10^3/ µL
0.0-1.5
Granulosit
5,7
8,7
10^3/ µL
2.5-14.0
RDW
13,8
14
%
13.0-17.0
PCT
0,49
0,2
%
0.0-2.9
MPV
8,7
9,2
fL
12.0-17.0
PDW
14,1
14,4
%
0.0-50.0
AST/SGOT
317
260
U/L
9.2-39.5
ALT/SGPT
700
550
U/L
8.3-52.5
Ureum (BUN)
47,9
26,7
mg/dL
20-30
Pemeriksaan
Satuan
Normal Kucing
Hematologi
Kimia Darah :
Kreatinin
1,4
1,1
mg/dL
1-2
Total protein
7,9
8,3
g/dL
5.7-8.0
Albumin
3,8
3,7
g/dL
2.4-3.7
Globulin
4,1
4,6
g/dL
2.6-5.1
Ratio A/G
0,93
0,8
Total bilirubin
12,067
9,572
mg/dL
0.15-0.20
Direct Bilirubin
9,463
20
mg/dL
0.0-1.4
570
438
U/L
12-65.1
Glukosa
64
79
mg/dL
60-100
GGT
14
8,094
U/L
1.8-12.0
Alkalin
phosphatase
0.6-1.1
(ALP)
2.
Pemeriksaan urinalisis Hasil pemeriksaan urin pada kucing Tora dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan urin kucing Tora Pemeriksaan Hasil Hasil 28-4-16 4-5-16
Urin : Warna konsistensi Berat jenis pH Leukosit Nitrit Protein Glukosa Keton Urobilinogen Bilirubin Darah Hemoglobin
Kuning kecoklatan Encer 1.045 6 3+(500) 1+(30) 3+ -
Satuan
Kisaran Normal pada Kucing
Kuning Encer 1.015 7 1+(10-25) 3+ -
1.015-1.060 5.0-7.0 Leuko/ µL Negatif/positif mg/dL mg/dL Negatif/positif mg/dL Negatif/positif Ca.Ery/ µL Ca.Ery/ µL
3.
Pemeriksaan USG Ultrasonografi tanggal 29 April 2016
Hepar
Gambar 2. Organ hepar kucing Tora menunjukkan hepatosit masih homogen tetapi margin mulai tumpul
Kantung empedu
Gambar 3. Adanya massa hypoechoic (mucocele) pada lumen kantung empedu dan penebalan dindinng kantung empedu Ultrasonografi tanggal 2 Mei 2016
Kantung empedu
Hepar
Gambar 5. Dinding kantung empedu masih tebal, margin hepar tumpul dan hepatosit mulai tidak homogen
4.
Pemeriksaan rapid test Hasil pemeriksaan rapid test Toxoplasma pada kucing Tora menunjukkan
hasil positif.
E. Diagnosis Berdasarkan hasil anamnesa, temuan klinis, pemeriksaan hematologi, kimia darah, urinalisis, USG dan rapid test maka dapat disimpulkan bahwa kucing bernama Tora didiagnosis menderita cholangiohepatitis.
F. Diagnosis Banding Diagnosa banding pada kasus ini antara lain adalah kolelitiasis, kolesistitis, hepatitis kronik.
G. Terapi 1. Terapi Cairan - Dilakukan pemberian terapi ringer asetat 2. Antasida - Ranitidin® 3. Antiemetik - Ondansetron 5. Antibiotik - Ampicillin - Marbofloxacin - Klindamisin 6. Vitamin - Vitamin K1 7. Hepatoprotektif - Ornipural® - Nofivit S® 8. Analgesik - Tramadol®
9. Suportif - Urdafalk® - Hematopan® - Biodin® - Orbumin® - Sangobion® 10. Pakan - Hills prescription diet® l/d
H. Rawat Inap Tabel 3. Data rawat inap kucing Tora Tanggal
28 April 2016
29 April 2016
30 April 2016
Kondisi Umum (Appetite, Stool, Hydration, Temperature, Improvement, etc Pagi Temperatur : 39,8°C Defekasi : sedikit Urinasi : kuning pekat Nafsu makan : baik Mukosa : jaundice Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi
Pengobatan Ornipural® Ondansentron Ranitidine® Hematopan® Biodin® Ampicillin
: 38,9°C : tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice : 39,8°C : encer : tidak ada : baik : jaundice
:: tidak ada : ada : baik : jaundice : 38,4°C : ada
Ondansentron Ranitidine® Hematopan® Biodin® Ampicillin Urdafalk® Novifit S® Marbocyl ® Vitamin K1
Ornipural® Ondansentron Ranitidine®
Urinasi : kuning pekat Nafsu makan : baik Mukosa : jaundice
1 Mei 2016
2 Mei 2016
3 Mei 2016
Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Abdomen Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Abdomen Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Abdomen Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Abdomen Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Abdomen Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Abdomen
: 39,9°C : tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice : sakit saat dipalpasi : 38°C :tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice : sakit saat dipalpasi
Hematopan® Biodin® Ampicillin Urdafalk® Novifit S® Marbocyl ® Vitamin K1
Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Urdafalk® Novifit S® Marbocyl ® Vitamin K1
: 38,7°C : tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice : sakit saat dipalpasi : 38°C :tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice : sakit saat dipalpasi
Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Urdafalk® Novifit S® Marbocyl® Vitamin K1 Tramadol®
:: tidak ada : tidak ada : baik : jaundice : sakit saat dipalpasi : 38°C :tidak ada : tidak terlalu kuning : baik : jaundice : sakit saat dipalpasi
Ornipural® Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Marbocyl® Vitamin K1
Tramadol®
4 Mei 2016
5 Mei 2016
6 Mei 2016
7 Mei
Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Abdomen Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi
:: tidak ada : tidak ada : baik : jaundice : sakit saat dipalpasi : 39°C : ada : tidak terlalu kuning : baik : semu jaundice
Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Marbocyl® Vitamin K1 Nofivit S®
:: tidak ada : ada : baik : jaundice : 39°C : tidak ada : tidak terlalu kuning : baik : semu jaundice
Ornipural® Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Marbocyl® Vitamin K1 Nofivit S®
:: tidak ada : ada : baik : jaundice : 39,3°C : encer : tidak terlalu kuning : baik : jaundice
Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Vitamin K1 Nofivit S® Urdafalk®
:: tidak ada : ada : baik : jaundice Ornipural®
2016
8 Mei 2016
9 Mei 2016
10 Mei 2016
Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi
: 39,4°C : encer : tidak terlalu kuning : baik : jaundice
Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Vitamin K1
: 39,2°C : tidak ada : ada : baik : jaundice :: tidak ada : tidak terlalu kuning : baik : jaundice
Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Vitamin K1 Marbocyl®
:: tidak ada : ada : baik : jaundice :: ada : kuning pekat : baik : jaundice
Ondansentron Hematopan® Biodin® Ampicillin Vitamin K1
:: tidak ada : ada : baik : jaundice : 37,5ºC : encer : kuning pekat : baik : jaundice
: 38ºC : tidak ada
Ondansentron Vitamin K1
11 Mei 2016
12 Mei 2016
13 Mei 2016
14 Mei 2016
Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa
: ada : baik : jaundice : 38ºC : tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice
Urdafalk® Novifit S®
:: lembek berbentuk : ada : baik :semu jaundice :: tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice
Urdafalk® Novifit S®
:: tidak ada : ada : baik : jaundice : 38,3ºC : tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice
Klindamisin Sangobion® Orbumin®
: 38,4ºC : tidak ada : ada : baik : jaundice : 38,6ºC : ada : kuning pekat : baik : semu jaundice
Klindamisin Sangobion® Orbumin®
15 Mei 2016
16 Mei 2016
Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Pagi Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa Sore Temperatur Defekasi Urinasi Nafsu makan Mukosa
: 38,5ºC : tidak ada : ada : baik : jaundice : 38ºC : tidak ada : kuning pekat : baik : semu jaundice
Klindamisin Sangobion® Orbumin®
: 38ºC : tidak ada : ada : baik : semu jaundice : 38,3ºC : tidak ada : kuning pekat : baik : jaundice
Klindamisin Sangobion® Orbumin®
: 38,4ºC : ada : ada : baik : jaundice
I. Pembahasan Kucing Tora dibawa ke Cat Clinic pada tanggal 27 April 2014 dengan anamnesa kucing muntah tiga kali dan demam. Menurut pengakuan pemilik, semenjak enam bulan terakhir Tora tidak mau makan cat food tetapi hanya makan snack. Hasil temuan klinis diketahui berat badan 3,7 kg, suhu 39,6ºC, urin berwarna kuning pekat serta jaundice pada mukosa mata, telinga, mulut dan gusi. Penegakan diagnosa suatu penyakit dimulai dengan signalemen, anamnesa, dan
gejala klinis. Tahap berikutnya adalah dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan hematologi, kimia darah, urinalisis, USG dan rapid test. Pemeriksaan darah dilakukan pada tanggal 28 april dan 4 mei 2016. Hasil pemeriksaan hematologi kucing Tora (Tabel 1) menunjukkan adanya peningkatan eritrosit dan hematokrit tetapi tidak signifikan, trombositopenia, limfopenia, dan granulositosis meskipun tidak signifikan. Peningkatan eritrosit dan hematokrit diakibatkan hewan mengalami dehidrasi akibat muntah. Pemeriksaan hematologi juga menunjukkan adanya limfopenia, trombositopenia, dan granulositosis. Limfopenia dapat terjadi pada keadaaan seperti amiloidosis, penyakit endokrin, infeksi, neoplasia, penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit pencernaan, obstruksi pada saluran urinasi, pencernaan, respirasi empedu, trauma dan paska operasi (Salasia dan Hariono, 2010). Trombositopenia dapat terjadi karena berkurangnya produksi trombosit atau meningkatnya penghancuran trombosit, limfoma, penyakit mieloproliferatif, adanya antibodi igG pada membran trombosit, infeksi virus dan toksititas kemoterapeutik (Suyono, 2001). Selain itu, trombositopenia dapat juga disebabkan oleh penyakit hepar (Dircks et al., 2012). Trombositopenia pada kasus kucing Tora diduga terjadi karena penyakit hepar. Granulositosis dapat terjadi pada kondisi infeksi, inflamasi, stres dan peningkatan kadar glukokortikoid dalam darah, exercise dan pemberian epinephrine. Selain itu, leukositosis dan granulositosis dapat terjadi pada kondisi stres leukogram (Willard dan Tvedten, 2012). Granulositosis yang terjadi pada kucing Tora dapat terjadi karena adanya inflamasi dan infeksi. Hasil kimia darah menunjukkan terjadi peningkatan nilai aspartate transaminase (AST), alanine transaminase (ALT), alkaline phospatase (ALP), gamma glutamil transaminase (GGT) dan total bilirubin. Enzim ALT terdapat pada sitoplasma dari hepatosit. Peningkatan enzim ALT dapat disebabkan oleh kerusakan sel-sel hepar seperti pada kasus cholangiohepatitis, sirosis hepar, hepatitis dan pankreatitis. Enzim AST merupakan enzim yang dijumpai pada hepar, jantung, otot rangka, dan ginjal. AST dapat digunakan sebagai parameter untuk memeriksa keabnormalan fungsi hepar akan tetapi tidak spesifik, karena enzim ini juga diproduksi oleh organ lain selain hepar (Willard dan Tvedten 2012).
Enzim ALP merupakan enzim yang banyak ditemukan di hepar dan tulang, serta sedikit diproduksi oleh sel-sel pada saluran pencernaan, plasenta, dan ginjal. Peningkatan ALP dapat terjadi bila cairan empedu dihambat akibat adanya inflamasi atau sumbatan seperti batu empedu. Gamma glutamyl transferase (GGT) mengalami peningkatan pada pemeriksaan kimia darah pertama maupun kedua. GGT sebagian besar dihasilkan di hepar dan saluran empedu. Apabila enzim GGT dan ALP meningkat maka dapat mengindikasikan terjadinya kerusakan pada hepar, saluran empedu, dan kantong empedu. Oleh karena itu peningkatan kadar ALT, AST, total bilirubin, ALP dan GGT mengindikasikan terjadinya suatu keabnormalan pada bagian hepar, kantong empedu, dan saluran empedu (Anna, 2012). Peningkatan nilai blood urea nitrogen (BUN) dan albumin pada pemeriksaan darah yang pertama diakibatkan hewan mengalami dehidrasi. Ketika dehidrasi sudah tertangani, maka nilai BUN dan albumin kembali normal. Hal ini terbukti pada pemeriksaan darah yang kedua. Kenaikan kadar bilirubin (hiperbilirubinemia) secara nyata merupakan indikasi terjadinya hemolisis, cholestasis dan penyakit hepatoseluler (Lecoindre and Arpaillange, 2010). Pada kasus ini tingginya kadar bilirubin menyebabkan terjadinya jaundice. Menurut Lappin (2001), jaundice adalah suatu kondisi bilirubin terakumulasi dalam darah dan jaringan yang menyebabkan mukosa tampak berwarna kekuningan. Patofisoliogi jaundice terbagi dalam tiga tipe yaitu pre-hepatik, intrahepatik dan post hepatik. Prehepatik disebabkan adanya peningkatan hemolisis atau lisisnya eritrosit. Terjadinya peningkatan hemolisis eritrosit adalah penyebab utama meningkatnya pembentukan bilirubin. Tipe intrahepatik disebabkan karena adanya peradangan atau adanya kelainan pada hepar sehingga mengganggu proses ekskresi bilirubin (Lecoindre and Arpaillange, 2010). Sedangkan post hepatik yaitu berhubungan dengan penyumbatan saluran empedu di luar hepar oleh batu empedu atau tumor (Labori and Raeder, 2004). Bilirubin merupakan pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotelial (Bijanti, 2010). Bilirubin harus terkonjugasi menjadi bilirubin direk dan diekskresikan dari hepar hingga akhirnya dikeluarkan dari tubuh (Cowel, 2008). Secara normal mekanisme terbentuknya bilirubin diawali dengan pemecahan
komponen eritrosit yang tua. Bilirubin bersifat tidak larut air sehingga dalam proses transportnya harus berikatan dengan albumin menuju hepar. Di dalam hepar, selanjutnya bilirubin memasuki hepatosit dan melepaskan ikatannya dengan albumin. Bilirubin kemudian membentuk ikatan dengan protein transport di hepatosit untuk melewati membran sel dengan difusi pasif. Setelah melewati membran sel, bilirubin membentuk ikatan antara ligand dan reseptor protein untuk memasuki retikulum endoplasma melalui proses endositosis mediasi reseptor (Bijanti, 2010). Bilirubin yang telah mencapai retikulum endoplasma kemudian dikonjugasi dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Menurut Lappin (2001), hasil konjugasi bilirubin berupa bilirubin direk dan ditransport menuju ke empedu untuk dirubah menjadi urobilinogen serta diekskresikan ke usus (duodenum). Pemeriksaan urin dilakukan sebanyak dua kali. Hasil urinalisis pada tanggal 28 April 2016 didapatkan adanya leukosit 500 sel/µL, protein 30 mg/dL, dan bilirubin 3+. Urin normal mengandung