7 0 1 MB
CRITICAL JOURNAL REVIEW KARTOGRAFI DOSEN PENGAMPU : Ir. Mahara Sintong, M.Si.
OLEH FAIRUZ NABILAH RAMADHANI 3183331030
PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical jurnal review ini dengan judul “Pengolahan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan lokal di kabupaten Lembatan provinsi Nusa Tenggara Timur”. Critical jurnal review ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Kartografi, semoga critical jurnal review ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca. Dalam penulisan critical jurnal review ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan
2.
Kepada dosen pengampu, Ir. Mahara Sintong, M.Si. Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya. Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam critical jurnal review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
Medan, Mei 2019
Fairuz Nabilah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang...................................................................................................... 1 B. Tujuan dan Manfaat .............................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2 A. Identitas Jurnal...................................................................................................... 2 B. Ringkasan Tiap Bagian Jurnal .............................................................................. 2 B.1 Pembahasan ....................................................................................................... 7 b.1 Relevansi Jurnal Dengan Karya Penulis Jurnal .................................................. 7 b.2 Pokok Argumentasi penulis pada pendahuluan ................................................... 8 b.3 Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori ............................................................... 9 b.4 Metodologi Penelitian yang Digunakan dan Relevansinya ................................ 9 b.5 Kerangka Berfikir Penulis Pada Bagian Pembahasan ......................................... 9 b.6 Tentang kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasi nya pada penelitian berikutnya ............................................................................................... 10 b.7 Pembahasan bias memuat persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi penulis journal review (mahasiswa) terhadap jurnal. .................................... 11 BAB III PENUTUP ................................................................................................... 12 A. Kesimpulan ......................................................................................................... 12 B. Saran ................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN JURNAL
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pemiliah jurnal ini, sesuai dengan yang telah di arahkan dan di tugaskan, jurnal harus yang membahas mengaenai sumberdaya pesisir, pengelolaan pesisir, dan permasalahan di wilayah pesisir. Jadi yang saya ambil yaitu lebih kepada pengolahan sumberdaya pesisir , erat kaitannya antara pesisir pantai dengan sumberdaya kelautan terutama pada bagaimana kita dapat mengelolah sumberdaya yang ada dan mempergunakannya sesuai dengan fungsinya. Jurnal yang saya ambil yaitu berjudul “Pengolahan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan lokal di kabupaten Lembatan provinsi Nusa Tenggara Timur, saya rasa ini sangat berhubungan dengan topic yang telah di tetapkan sehingga sangat baik untuk bahan dalam menganalisis dan memahami terhadap penelitian yang ada pada artikel tersebut. Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami degradasi sebagai akibat dari perilaku pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifat destruktif dan merusak, serta tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan keberlanjutan sumberdaya. Masyarakat memegang peranan penting, karena itu pengelolaan dengan berbasis pemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum adat yang mempunyai kaitan dan bermanfaat terhadap upaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. B. Tujuan dan Manfaat Menyelesaikan tugas mata kuliah Oseanografi.
Menyelesaikan salah satu tuntutan dari 6 tugas pokok dalam kurikulum KKNI.
Mempermudah memahami inti dari jurnal ataupun dari hasil penelitian.
1
BAB II PEMBAHASAN A. Identitas Jurnal Nama Jurnal : Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan Judul Jurnal
:Pengembangan Multimedia Pembelajaran Kartografi Pada Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNY
Penulis Jurnal
: Kimpul Endro Sariyono dan Mukminan.
Volume
: Vol. 3 No 2
Penerbit Jurnal
: Department of Ocean Engineering
Jumlah Artikel
: 207 – 220 halaman
Tahun Terbit Jurnal
: 2 Oktober 2016
p-ISSN
: 2407-0963
B. Ringkasan Tiap Bagian Jurnal Pendahuluan Pembelajaran merupakan proses yang kompleks yang berlangsung di kelas. Dosen mengajar tidak sekedar menyampaian pesan kepada mahasiswa, tetapi penyam paian harus dilandasi dengan berbagai wawasan dan menggunakan berbagai kete rampilan. Pembelajaran merupakan terje-mahan dari kata “Instruction”, yaitu merupakan serangkaian kegiatan yang diran- cang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada mahasiswa. Instruction is a set of events that effect learners in such a way that learning is facilitatated (Gagne, Briggs, & Wager, 1992, p.3). Dalam proses pembelajaran ada dua unsur yang sangat penting yaitu metode dan media pembelajaran. Media dari kata ”medium” berarti perantara, pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Salah satu tujuan penggunaan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, lingkungan belajar yang ditata dan dicipta- kan oleh dosen. Penggunaan media pembelajaran dimaksudkan agar ada rangsang- an dan motivasi mahasiswa dalam
2
kegiatan belajar. Di samping itu bahan pembel- ajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh mahasiswa/ ma- hasiswa(Arsyad, 2005, pp.1516). Demikian pula halnya, pada pem- belajaran kartografi pada Jurusan Pendidikan Geografi dengan alat dan media untuk keperluan teori dan praktek, dosen sangat mengandalkan metode ceramah dan menampilkan media yang sudah disiapkan diselingi tanya jawab. Pada materi-materi tertentu diberikan formula formula/rumusrumus tertentu untuk mengerjakan latihan soal yang harus diselesaikan pada saat perkuliahan. Dalam menyelesaikan latihan soal tersebut, diperlukan tanya jawab dan diskusi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan. Dalam hal ini metode pembelajaran diharapkan menjadi lebih menarik bila menggunakan media pembelajaran berbantuan komputer (multimedia). Sehingga mahasiswa lebih kreatif dan mandiri. Komputer sekarang ini sudah me- rupakan barang yang mudah diperoleh, hampir setiap sekolah sudah memanfaat- kannya, bahkan sudah banyak mahasiswa yang memiliki
komputer
pribadi.
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran di
perguruan tinggi khususnya pembelajaran kartografi sudah seharusnya menggunakan multimedia. Namun demikian dalam prak- tiknya masih menghadapi banyak kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Hal ini karena masih ada dosen yang kesulitan dalam menggunakan multimedia yang ber- bantuan komputer, dan kurangnya dukungan pihak lembaga untuk pengadaan media pembelajaran khususnya komputer dan ruangan yang memadai untuk sej- umlah besar mahasiswa.
Masalah Penelitian Masalah penelitian ini adalah potensi sumberdaya alam pesisir dan laut apa
saja dan sejauhmana tingkat pemanfaatannya? Nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang terdapat pada mansyarakat pesisir di Kabupaten Lembata yang mempunyai keterkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut? Usaha apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut?, Bagaimana persepsi dan aspirasi masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal, ketaatan terhadap tradisi/hukum adapt?, serta sejauhmana
3
peluang pemberdayaan nilai kearifan lokal dan hukum adat dapat dipertahankan dan dimanfaatkan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut?
Metodologi Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan atau research and
development (R&D). Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan multimedia
pem- belajaran mata kuliah kartografi bagi ma- hasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fa- kultas
Ilmu
Sosial
Universitas
Negeri Yogyakarta khususnya materi
menghitung volume cekungan. Isi multimedia ini me- rupakan proses interpretasi peta. Pengerti- an interpretasi peta merupakan proses lan- jut dari analisa peta yaitu dengan mengait- kan antara hasil analisa yang di peroleh dengan disiplin ilmuilmu lain yang ber- hubungan dengan segala data dan feno- mena/gejala yang tercakup dalam suatu peta (Sandy, 1986, p.3). Penelitian ini di laksanakan di Jurusan Pendidikan Geografi Fa- kultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yog- yakarta, pada Semester Gasal 2011/2012. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNY yang mengikuti mata kuliah Kartografi, sehingga pada penelitian ini populasi dan sampelnya adalah sebagian dari peserta mata kuliah Kartografi tersebut dengan cara acak atau random.
Pembahasan Penelitian dan pengembangan ini difokuskan pada teknis pembuatan produk
multimedia pembelajaran tentang karto-grafi khususnya menghitung volume cekungan. Langkah awal adalah mengum-pulkan beberapa konsep dan rumus-rumus yang berkaitan dengan teknis/ metode menghitung volume cekungan pada se-buah peta. Pembuatan media ini tetap memperhatikan silabus yang telas disusun.. Pengembangan produk awal multi-media pembelajaran diawali dengan pengembangan silabus. Adapun langkah-langkah dalam pengembangan silabus meliputi: (1) menentukan standar kompetensi, (2) menentukan kompetensi dasar, (3) 4
melakukan analisis pembelajaran, (4) me-rumuskan indikator, (5) mengembangkan instrumen penilaian, (6), mengembangkan materi pembelajaran, (7) menyusun strategi pembelajaran. Silabus digunakan sebagai pedo-man dalam proses pembelajaran yang dituangkan ke dalam multimedia yang di-kembangkan. Berdasarkan silabus tersebut kemudian dikembangkan multimedia pem-belajaran, yaitu (1) membuat flowchart (ter-lampir); (2) membuat storyboard (terlampir); (3) mengumpulkan bahan-bahan pendu-kung; (4) memproduksi media pembelajar-an menggunakan software power point; (5) tes program untuk memastikan apakah ha-silnya seperti yang diinginkan. Produk multimedia yang dikem-bangkan berupa CD (Compact Disk) pembelajaran, dimana pengguna dapat ber-interaksi, melalui mouse atau keyboard untuk mendapatkan respon dari komputer berupa teks, gambar, animasi, narasi. Adapun hasil identifikasi kerja multimedia yang dikembangkan antara lain sebagai berikut. Setelah program dijalankan akan tampil halaman intro “selamat datang” pada multimedia pembelajaran, identitas penulis dan selanjutnya akan sampai padaslide materi pembelajaran. Dalam slide ini ada tombol pilihan untuk klik sebelumnya atau klik selanjutnya. Tampilan selanjutnya adalah menu utama yang terdiri dari ba-gianbagian isi dari multimedia yang di-kembangkan yaitu: petunjuk, pendahulu-an, materi, latihan dan evaluasi. Pada slide menu utama ini tersedia pilihan untuk memilih konsep atau pedoman pemahaman yang terkait dengan sub- materi yang akan lebih dulu dipelajari dalam memahami teknis menghitung volume cekungan. Menu “materi” bila di-klik akan muncul beberapa submateri. Slide sub-materi tersebut berisi penjelasan mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan teknis menghitung volume cekungan.
Kesimpulan Kabupaten Lembata memiliki potensi yang cukup besar dengan luas
5
wilayah perairan laut 3.353,995 km2 (72,83%) dan memiliki panjang garis pantai 493 km. Potensi lestari perikanan tangkap baik ikan pelagis maupun dermersal masih tinggi. Produksi penangkapan selama lima tahun mengalami kenaikan dengan rata-rata kenaikan untuk ikan pelagis 91,95% dan ikan demersal 40,92%, dengan rata-rata tingkat pemanfaatannya baru mencapai 19,88%. Selain itu juga, potensi budidaya perikanan laut masih sangat besar dengan luas areal budidaya 886 ha, namun dimanfaatkan 189 ha (20,32 %). Infrastruktur perikanan dan kelautan yang belum memadai bahkan belum tersedia seperti TPI/PPI, pabrik es, lemmbaga pemantauan dan penjamin mutu produk pengolahan pasca panen dan sebagainya menyebabkan pengolahan pasca panen perikan masih bersifat tradisional sehingga produk pengolahan kurang berkualitas dan hygenis. Program dan kegiatan pembangunan perikanan dan kelautan relatif masih berkutat pada upaya penigkatan produksi penangkapan dan mekanisme perencanaan dan implementasi program masih bersifat top down. Aspek pemberdayaan dan pelibatan masyarakat (stakeholders) belum secara dijabarkan secara eksplisit dalam program dan kegiatan pembangunan. Disamping itu alokasi dan dukungan dana untuk menunjang kegitan sektor perikanan dan kelautan relatif masih sangat sedikit. Potensi kearifan lokal yang ditemukan pada lokasi penelitian dan berkaiatan dengan aspek pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut adalah Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keraifan lokal, tradisi, aturan-ataran adat, karena itu kepatuhan dan ketaatan terhadap sangat tinggi pula. Mereka menyadari dan memiliki persepsi bahwa kearifan lokal merupakan suatu pranata, norma yang dapat mengatur eksistensi kehidupan manausia dengan eksistensi kehidupan makhluk lain di alam ini. Dengan demikian itu kearifan lokal mempunyai peluang peluang dalam pemberdyaan masyarakat pesisir terhadap berbagai program pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. 6
Untuk lebih meningkatkan produksi baik kegitan penangkapan maupun budidaya, pengolahan pasca panen perikanan maka diperlukan mekanisme perencanaan komprehensif dan intergral serta identifikasi kebutuhan secara cermat, dengan melibatkan masyarakat berserta sumberdaya lokal dan berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat terutama dalam peningkatan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan masyarakat nelayan. Diperlukan program revitalisasi dan refungsionalisasi kearifan lokal melalui kegiatan pengkajian, seminar dan lokakarya kearifan lokal dalam rangka merumuskan secara bersama aturan-aturan hukum dank sanksi-sanksi pelanggaran serta sosialisasi kepada publik sehingga diketahui bersama dan lebih lanjut untuk menumbuhkan kesadaran bersama secara luas. Untuk kegiatan ini hendaknya pemerintah, LSM dan Perguruan Tinggi menjadi mediator dan fasilitator, dengan mendapat dukungan dan komitmen dari Pemerintah dan DPRD. Untuk itu dalam strategi pengelolaan, pengawasan sumberdaya pesisir dan pemberdayaan masyarakat diharapkan sedapat mungkin nilai kearifan lokal, tradisi/hukum adat beserta sistem kelembagaan baik kelembagaan dalam bentuk fisik struktur masyarakat adat, organisasi formal maupun kelembagaan non fisik dalam bentuk perangkat aturan secara hirarkis Perda, Keputusan Bupati, Keputusan Camat, sampai Keputusan Desa hendaknya dapat mengakomodir dan memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup, bertumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Diperlukan sistem pengaturan tentang jenis-jenis maupun ukuran yang dapat ditangkap terutama jenis yang dilindungi dan yang sementara matang telur dan jenis alat tangkap apa saja yang bole dipergunakan pada saat kegiatan pembukaan badu, sehingga tidak semua jenis maupun ukuran dapat ditangkap. B.1 Pembahasan b.1 Relevansi Jurnal Dengan Karya Penulis Jurnal Jurnal yang saya review ini di tulis oleh Stefanus Stanis, Supriharyono dan Azis Nur Bambang. Menurut reviewer jurnal tersebut telah baik dan relevan kari dari
7
hasil jurnal tersebut di dasarkan pada pengalaman penulis telah melakukan penelitian tersebut di bidang mata kuliah yang berkaitan dengan pembelajaran oseanografi dan sumber daya kelautan tersebut sehingga adannya pemahaman akan kelautan di mana yang banyak di jumpai apa pentingya laut bagi kita dan jika kita temui masalah pada laut yang di manfaatkan tersebut. Sehingga jurnal tersebut sangat cocok untuk di baca oleh mahasisiwa jurusan pendidikan Geografi pada mata kuliah Oseanografi dan Sumber Daya Kelautan agar mampu memahami, membangkitkan inovasi baru dan memberikan pengembangan pengetahuan tentang aplikasi oseanografi banyak fenomena yang kita lihat terkususnya dalam kelautan sehingga, sangat menarik dengan saya menggambil jurnal tersebut yang sangat erat kaitannya dengan sumberdaya pesisir.
b.2 Pokok Argumentasi penulis pada pendahuluan Di mana pada pokok pendahuluan tersebut telah memberikan penjelasan Dalam sektor perikanan Kabupaten Lembata mempunyai sumberdaya alam perairan yang cukup besar yakni memilki luas wilayah lautan 3.353,995 km2 dengan panjang garis pantainya mencapai 493 km dan tersebar di semua kecamatan. Produksi penangkapan selama lima tahun menunjukkan peningkatan dengan ratarata kenaikan untuk ikan pelagis sebesar 91,95% dan ikan demersal kenaikan baru mencapai 40,92%. Kondisi armada penangkapan yang masih didominasi oleh jenis armada sampan/jukung dan perahu papan serta alat tangkap yang relatif masih tradisonal yang didominasi oleh gill net dan pancing, ditambah lagi dengan jumlah nelayan yang lebih didominasi oleh nelayan sambilan tambahan maka upaya untuk meningkatkan produksi penangkapan masih sangat sedikit dan bergerak sangat lamban. Masyarakat Kabupaten Lembata memiliki cukup banyak potensi kearifan lolal yang berhubungan erat dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut (pemanfaatan dan konservasi). Hasil inventarisasi kearifan lokal pada lokasi penelitian adalah Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang.
8
b.3 Pemilihan Serta Cakupan Kajian Teori Penelitian dilakukan salah satu Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan lokasi pengumpulan data kearifan lokal di Kecamatan Wulandoni, Ile Ape dan Omesuri. Responden penelitian ini adalah semua stakeholders yang memiliki peranan dalam upaya pengelolaan sumberdya pesisir dan laut yakni Pemerintah mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan dan desa serta LSM (Care International dan Yayasan Pemberdayaan Masayarakat Pesisir).
b.4 Metodologi Penelitian yang Digunakan dan Relevansinya Penentuan sampling lokasi kecamatan dan desa dilakukan dengan menggunakan teknik area probability sampling yakni mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi yang didasarkan pada pertimbangan ciri atau karakteristik wilayah. Untuk responden tokoh-tokoh kunci/pemangku adat dilakukan secara purposive atau sampel bertujuan dengan mempertimbangkan tentang orang, latar- latar peristiwa dan proses-proses sosio- cultural sesuai dengan informasi yang hendak dibutuhkan. Sumber data berupa data primer yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan (obesrvasi), wawancara langsung dengan responden baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dari instansi terkait dan hasil-hasil penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah kuantitatif time series komparatif untuk melihat kecenderungan dan analisis kualitatif komparatif.
b.5 Kerangka Berfikir Penulis Pada Bagian Pembahasan Telah terlihat dari hasil pemikiran penulis sudah baik dan sistematis, mulai dari penjelasan latar belakang, pendahuluan dan memberikan uraian pada masingmasing pokok materi yang ada pada jurnal tersebut sehingga sangat jelas dalam
9
penjelasan dari jurnal yang memuat banyak pemahaman.akan maksud dari penulis jurnal tersebut.
b.6 Tentang kesimpulan dan saran yang diajukan penulis serta implikasi nya pada penelitian berikutnya
Kelebihan -Isi jurnal sangat bagus karena menyangkut tentang pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut melalui kearifan lokal masayarakat sekitar. Melalaui program ini
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk memanfaatkan sumberdaya laut dengan sebaik baiknya, dengan menumbuhkan kesadaran tidak semua jenis maupun ukuran dapat di tangkap.
-kesimpulannya jelas dan padat pengelolaan, pengawasan sumberdaya pesisir dan pemberdayaan masyarakat melalui nilai kearifan lokal, tradisi/hukum yang ada, jenis-jenis maupun ukuran yang dapat ditangkap terutama jenis yang dilindungi dan yang sementara matang telur dan jenis alat tangkap apa saja yang bole dipergunakan pada saat kegiatan pembukaan badu, sehingga tidak semua jenis maupun ukuran dapat ditangkap.
Kekurangan -jurnal tersebut juga tidak melampirkan gambar tentang kearifan lokal yang terdapat di masyarakat tersebut untuk pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Sehingga pembacanya kurang memahami seperti apa kearifan lokal yang dimiliki. -Jurnal tersebut tidak memberikan saran pada akhir bab -Masih terdapat kata-kata yang kurang di mengerti
10
b.7 Pembahasan bias memuat persetujuan, kritik, sanggahan, uraian penjelas serta posisi penulis journal review (mahasiswa) terhadap jurnal.
Sebagai mahasiswa pada prodi pendidikan geografi ,rasanya jurnal ini salah satu jurnal yang berhubungan dengan kajian geografi, tepatnya pada mata kuliah Teknologi informasi dan komunikasi sehingga preview memilih jurnal ini untuk di review
Dalam pemilihan jurnal ini,periview melihat bahwa jurnal ini sangat bagus, jelas,dan objek yang diteliti yaitu pemanfaatan TIK di Desa menjadi hal menarik bagi saya periviewer.
Sebagai periview jurnal yang masih banyak belajar, masih dapat dikatakan bahwa periview membutuhkan arahan serta kritik dan saran dalam penulisan”critical urnal review”ini.
11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. pembahasan pada jurnal tersebut mengkaji dan memberikan kemudahanan bagi para mahasiswa memberikan penjelasan. 2. dengan adanya penelitian tersebut dapat memberikan pemahaman bagi kalangan mahasiswa untuk memahami dalam bentuk penelitian 3. Dari gambaran jurnal tersebut menunjukan ke ahlian si penulis dalam karyanya dalam bentuk penelitian yang memberikan manfaat bagi yang membacannya untuk memahami dan nantinya dapat memberikan hal yang sama dalam mengispirasi para mahasiswa. 4. Dari jurnal tersebut memberikan hasil di mana masalah yang di temui tersebut sesuai dengan yang di teliti memberikan manfaat yang baik sehingga menemukan titik permasalhan dan bagaimana alternative yang di gunakan untuk pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut melalui kearifan loka yang dimiliki masyarakat sekitar tersebut dan lmemberikan solusi terhadap masalah tersebut.
B. Saran Saran yang saya dapat agar para pembaca mampu memahami jurnal yang saya review dengan mencari referensi lain guna memberikan pemahaman yang luas. Untuk itu saya meminta saran pada pembaca untuk hasil jurnal yang telah saya review, jika ada kekurangan yang di temui saya meminta saran dan masukan guna untuk dapat memahami kesalahan dan memperbaiki lebih baik lagi selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Stefanus Stanis, (2007) Pengolahan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan lokal di kabupaten Lembatan provinsi Nusa Tenggara Timur: UNDIP, Semarang, Journal Pasir Laut.
LAMPIRAN JURNAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT MELALUI PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN LEMBATA PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR
COASTAL AND MARINE RESOURCES MANAGEMENT BY EMPOWERING THE COMMUNAL WISDOM IN LEMBATA REGENCY, EAST NUSA TENGGARA PROVINCE Stefanus Stanis1), Supriharyono2), Azis Nur Bambang2)
ABSTRAK Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami degradasi sebagai akibat dari perilaku pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifat destruktif dan merusak, serta tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan keberlanjutan sumberdaya. Masyarakat memegang peranan penting, karena itu pengelolaan dengan berbasis pemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum adat yang mempunyai kaitan dan bermanfaat terhadap upaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive pada narasumber dan tokoh-tokoh kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lestari penangkapan 12.813 ton/thn dan rata-rata produksi penangkapan selama lima tahun untuk ikan pelagis sebesar 91,56% dan ikan pelagis sebsar 40,92%, serta tingkat pemanfaatan baru mencapai 19,88%. Potensi dan luas areal budidaya sebesar 886 Ha, dengan tingkat pemanfaatan 180 Ha (20,32%). Nilai kearifan lokal yang mempunyai peranan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir adalah Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Ketaatan masyarakat terhadap nilai kearifan lokal sangat tinggi, karena mereka memiliki kesadaran dan persepsi bahwa eksistensi kehidupan mereka tidak terlepas dengan eksistensi kehidupan makhluk lainnya dalam kebersamaan di bumi yang satu dan sama ini. Kata-kata Kunci: Pengelolaan, Pemberdayaan, Kearifan Lokal, dan Sumberdaya Pesisir
1)
Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas Katholik Widya Mandira, Kupang
2)
Staf Pengajar FPIK UNDIP Semarang 67
ABSTRACT The coastal and marine resources nowadays are degrading as the result of the behavior in exploiting them neglecting the essence of environmental aspects. The exploitation tends to be destructive without considering the conservation aspects and resources sustainability. The communities play important role, therefore, the management based on the communal wisdom is one of the essential things. Traditions, and traditional laws which relevant and potential for the efforts of coastal and marine resources in Lembata Regency, East Nusa Tenggara Province. The method used in this research is a descriptive method in which the technique of sampling taken conducted in purposive way towards the key persons. The results of this research shows that fishing potential catch is 12.813 tone/year and the average production catch during the last five years for pelagis fish 91,56% and demersal fish 40,92%, while the target of exploitation only reach 19,88%. The potential and width of marine culture area cover 886 ha, with the potential reaches only 180 ha (20,32%). The value of Communal Wisdom plays important role in managing the coastal resources include Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. The obedience of communities on the communal wisdom is very uprooted as they realize and think that their life existence can not be separated from the other living beings (creatures) that share the same world. Key Words: Management, Empowerment, Communal Wisdom and Coastal Resources.
68
I.
PENDAHULUAN
(stok) sumberdaya ikan pada beberapa daerah penangkapan (fishing ground) di
Latar Belakang Sumberdaya alam pesisir dan
Indonesia ternyata telah dimanfaatkan
laut, dewasa ini sudah semakin disadari
melebihi
banyak orang bahwa sumberdaya ini
kelestariannya terancam. Beberapa spesies
merupakan suatu potensi yang cukup
ikan
menjanjikan dalam mendukung tingkat
didapatkan bahkan nyaris hilang dari
perekonomian masyarakat terutama bagi
perairan Indonesia. Kondisi ini semakin
nelayan. Di sisi lain, konsekuensi
diperparah
logis
daya
bahkan
dukungnya
dilaporkan
oleh
sehingga
telah
peningkatan
sulit
jumlah
dari sumberdaya pesisir dan laut sebagai
armada penangkapan,
sumberdaya
dan teknik serta teknologi penangkapan
milik
bersama
(common
property) dan terbuka untuk umum (open
penggunaan
alat
yang tidak ramah lingkungan. Secara
acces) maka pemanfaatan sumberdaya
ideal
pemanfaatan
alam pesisir dan laut dewasa ini semakin
sumberdaya ikan dan lingkungan hidupnya
meningkat di hampir semua wilayah.
harus mampu menjamin keberlangsungan
Pemanfaatan yang demikian cenderung
fungsi
melebih daya dukung sumberdaya (over
keberlanjutan usaha perikanan pantai yang
eksploitatiton).
ekonomis dan produkstif. Keberlanjutan
guna
mendukung
(2004),
mengatakan
fungsi ekologis akan menjamin eksistensi
perkembangan
eksploitasi
sumberdaya serta lingkungan hidup ikan
Ghofar bahwa
ekologis
sumberdaya alam laut dan pesisir dewasa
(Anggoro, 2000). Penerapan Undang-Undang No.
ini (penangkapan, budidaya, dan ekstraksi bahan-bahan untuk keperluan medis) telah
32
menjadi suatu bidang kegiatan ekonomi
Daerah, dan sejalan dengan otonomi
yang dikendalikan oleh pasar (market
daerah serta menguatnya
driven) terutama jenis-jenis yang bernilai
dan peningkatan peran serta masyarakat
ekonomis tinggi, sehingga mendorong
membawa konsekuensi pada kabupaten
eksploitasi sumberdaya alam laut dan
dan/atau kota sebagai basis penyelenggara
pesisir dalam skala dan intensitas yang
otonomi
cukup besar.
mampu menjalankan roda pemerintahan
Sedangkan
menurut
Purwanto
(2003), mengatakan bahwa ketersediaan
Tahun
2004
daerah
tentang
dituntut
Pemerintah
demokratisasi
untuk
lebih
secara mandiri. Untuk itu pemerintah daerah harus mampu menggali potensi lokal guna meningkatkan pendapatan asli
69
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
daerah.
Daerah
mendorong
harus
mampu
Sedangkan
untuk
lebih
sebenarnya
berbagai
aspek
“empowerment ” yaitu sebagai upaya untuk
proses
mengaktualisasikan potensi yang sudah
masyarakat
berpartisipasi kehidupan.
juga,
dalam Oleh
karena
itu,
pemberdayaan
masyarakat
mengacu
pada
kata
pengembangan kawasan pesisir dan laut
dimiliki
hendaknya
bingkai
pemberdayaan masyarakat yang demikian
pendekatan integralistik yang sinergistik
tentunya diharapkan memberikan peranan
dan harmonis, dengan memperhatikan
kepada individu bukan sebagai obyek,
sistem nilai dan kelembagaan yang tumbuh
tetapi
dan berkembang dalam masyarakat serta
menentukan hidup mereka (Moebyarto,
sejalan dengan sumber-sumber potensi
1996) dalam Wahyono, 2001.
disusun
dalam
oleh
masyarakat.
sebagai
lokal.
pelaku
Pendekatan Keraf (2002), mengatakan bahwa
kearifan lokal/tradisional adalah semua bentuk
pengetahuan,
keyakinan,
pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yanag menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Dijelaskan pula bahwa
kearifan
lokal/tradisional
merupakan bagian dari etika dan moralitas
Pendekatan
(aktor)
yang
pemberdayaan
masyarakat yang bepusat pada manusia (people-centered kemudian
development)
melandasi
pengelolaan
merupakan
wawasan
sumberdaya
(community-based
lokal
management),
mekanisme
people-centered
ini
yang
perencanaan
development
yang
menekankan pada teknologi pembelajaran
yang membantu manusia untuk menjawab
sosial
pertanyaan
harus
perumusan program. Adapun tujuan yang
harus bertindak
ingin dicapai adalah untuk meningkatkan
moral
apa
dilakukan, bagaimana khususnya
di
bidang
yang
pengelolaan
(social
learning)
kemapuan
dan
masyarakat
dalam
mengaktualisasikan
lingkungan dan sumberdaya alam. Pengelolaan Sumberdaya alam
strategi
dirinya
(empowerment)
pesisir pada hakekatnya adalah suatu Pengelolaan berbasis masyarakat
proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar pemanfaatan dilakukan
sumberdaya secara
mengindahkan
alam
bijaksana kaidah
dapat dengan
kelestarian
lingkungan (Supriharyono, 2002).
atau
biasa
disebut
Community-Based
Management, menurut Nikijuluw (1994) dalam
Latama
(2002),
merupakan
pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang meletakkan pengetahuan yang
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
70
kuat dan biasanya tergabung dalam
Nusa Tenggara Timur”
kepercayaannya (religion). Carter (1996)
Masalah Penelitian
akan datang.
Berdasarkan uraian di atas maka
dalam Latama (2002) memberikan defenisi pengelolaan berbasis masyarakat sebagai :
masalah
“A strategy for achieving a people-
sumberdaya alam pesisir dan laut apa saja
centered development where the focus of
dan sejauhmana tingkat pemanfaatannya?
decision making with regard to the sustainable use of natural resources in an area
lies
with
the
people
in
the
communities of that area” atau sebagai suatu
strategi
pembangunan
untuk
yang
mencapai
berpusat
pada
penelitian
ini
adalah
potensi
Nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang terdapat
pada
Kabupaten
mansyarakat
Lembata
yang
pesisir
di
mempunyai
keterkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut? Usaha apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam
pemanfaatan
dan
pengelolaan
manusia, di mana pusat pengambilan
sumberdaya pesisir dan laut?, Bagaimana
keputusan
pemanfaatan
persepsi dan aspirasi masyarakat terhadap
sumberdaya secara berkelanjutan di suatu
nilai-nilai kearifan lokal, ketaatan terhadap
daerah berada di tangan organisasi-
tradisi/hukum adapt?,serta sejauhmana
organisasi dalam masyarakat di daerah
peluang pemberdayaan nilai kearifan lokal
tersebut.
dan hukum adat dapat dipertahankan dan
mengenai
Undang-Undang No.31 Tahun 2004
dimanfaatkan dalam perumusan kebijakan
tentang Perikanan sebagai pengganti UU
pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan
No. 09 Tahun 1985 yang ditelah disahkan
laut?
oleh DPR RI tanggal 14 September 2004
Tujuan Penelitian
dalam pasal 6 ayat (2) berbunyi :
Tujuan dari penelitian ini adalah
Pengelolaan perikanan untuk kepentingan
untuk
penangkapan ikan dan pembudidayaan
pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan
harusmempertimbangkan
adat
laut,
serta
memiliki keterkaitan dengan penegelolaan
memperhatikan peran-serta masyarakat.
sumberdaya alam laut dan pesisir, program
Dengan
dan kegiatan serta usaha-usaha yang
dan/atau
kearifan
demikian
hukum lokal
penelitian
tentang
“Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata Propinsi
71
menganalisis
nilai-nilai
dilakukan
oleh
kearifan
potensi
lokal
pemerintah
dan
yang
dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut, persepsi dan aspirasi
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan
mempertimbangkan tentang orang, latar-
lokal dan ketaatan terhadap taradisi/hukum
latar peristiwa dan proses-proses sosio-
adat
cultural sesuai dengan informasi yang
yang berlaku, dan menganalisis
sejauhmana peluang pemberdayaan nilai
hendak dibutuhkan.
kearifan lokal dapat dipertahankan dan
Sumber data berupa data primer
dimanfaatkan dalam perumusan kebijakan
yang
pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan
pengamatan
laut.
langsung dengan responden baik secara
diperoleh
individu II.
MATERI DAN METODE
langsung
dari
(obesrvasi),
maupun
hasil
wawancara
secara
kelompok.
Sedangkan data sekunder
diperoleh
Penelitian ini mengambil lokasi
melalui studi dokumentasi dari instansi
di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa
terkait dan hasil-hasil penelitian. Teknik
Tenggara
analisis yang digunakan adalah kuantitatif
Timur
pengumpulan Kecamatan
data
dengan
lokasi
kearifan
Wulandoni,
Ile
lokal Ape
di dan
Omesuri. Responden penelitian ini adalah
time series komparatif untuk melihat kecenderungan
dan
analisis
kualitatif
komparatif.
semua stakeholders yang memiliki peranan dalam
upaya
pengelolaan
sumberdya
pesisir dan laut yakni Pemerintah mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan
dan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Wilayah Kabupaten Lembata merupakan
desa serta LSM (Care International dan Yayasan
Pemberdayaan
Masayarakat
daratannya dikelilingi oleh laut, karena
Pesisir). Penentuan
sampling
lokasi
kecamatan dan desa dilakukan dengan menggunakan
teknik
area
probability
sampling yakni mengambil wakil dari setiap populasi
satu kabupaten yang seluruh wilayah
wilayah
yang
yang
pertimbangan
ciri
terdapat
didasarkan atau
dalam pada
karakteristik
wilayah. Untuk responden tokoh-tokoh kunci/pemangku adat dilakukan secara purposive atau sampel bertujuan dengan
kabupaten ini
merupakan satu
pulau
tersendiri yaitu Pulau Lemabta (Lomblen). Secara
geografis
Kabupaten
Lembata
terletak pada 080 040 – 080 45’ Lintang Selatan dan 1230 15’ –1240 38’ Bujur Timur
dengan
batas-batas:
Utara
berbatasan dengan Laut Flores, Selatan dengan Laut Sawu, Timur berbatasan dengan Selat Mrica (Kabupaten Alor) dan Barat berbatasan dengan Selat Lamakera
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
72
dan Selat
Boleng (Kabupaten
Flores
Timur).
sumberdaya alam perairan yang cukup besar yakni memilki luas wilayah lautan
Luas wilayah daratan 1.266,38
3.353,995 km2 dengan panjang garis
km2 (27,17%) dan luas wilayah perairan
pantainya mencapai 493 km dan tersebar di
2
laut 3.393,995 km
(72,83%). Secara
semua kecamatan. Potensi lestari perikanan
administratif Kabupaten Lembata terdiri
tangkap sampai pada tahun 2004 sebesar
dari 8 (delapan) kecamatan dengan
12.813 ton/tahun, masing-masing untuk
5
(lima) kelurahan dan 118 desa. Jumlah
jenis
penduduk di Kabupaten Lembata 97.655
ton/tahun (64,93%) dan ikan demersal
jiwa (data tahun 2003) terdiri dari laki-laki
sebesar
44.435 jiwa (45,50%)
dan perempuan
Produksi penangkapan selama lima tahun
53.220 jiwa (54,50%) dengan jumlah
menunjukkan peningkatan dengan rata-rata
penduduk miskin sebanyak 66.969 jiwa
kenaikan
(69,32%) dari total penduduk Kabupaten
91,95% dan ikan demersal kenaikan baru
Lembata. Jumlah desa pesisir sebanyak 77
mencapai 40,92% (lihat grafik 1). Tingkat
(65,25%) dan desa bukan pesisir 41
pemanfaatan relatif masih kecil dengan
(34,75%), dengan jumlah penduduk pesisir
perkembangan
sebanyak 63.595 jiwa (65,12%).
pemanfaatan selama lima tahun dapat
pelagis
4.484,64
untuk
sebesar
ton/tahun
ikan
8.832,64
(35,07%).
pelagis
persentase
sebesar
tingkat
dilihat pada grafik 2. Potensi Perikanan Dalam
ikan
sektor
perikanan
Kabupaten Lembata mempunyai
Potensi dan Produksi PerikananKabupatenLembata Tahun2000-2004 9,000.00 8,500.00 8,000.00 Potenisi Pelagis 7,500.00 Potensi Demersal 7,000.00
Produksi Pelagis Produksi Demersal
6,500.00 6,000.00 Jumlah 5,500.00 (Ton)
5,000.00
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
4,500.00
Grafik 1. Potensi lestari dan produksi penangkapan ikan pelagis dan 4,000.00 demersal Tahun 2000 – 2004 3,500.00 3,000.00 2,500.00 2,000.00
73
1,500.00
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
1,000.00 PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com 500.00
Persentase Tingkat Pemanfaatan 50.00 45.00 40.00 Tingkat Pemanfaatan
35.00 Persentase
30.00
(%)
25.00 2000
2001
2002
2003
2004
20.00 Tahun 15.00
Grafik 2. Persentase Tingkat Pemanfaatan Perikanan Tangkap Tahun 2000-2004 10.00
Perkembangan
5.00
armada
620, motor tempel = 254, motor ketinting
-
penangkapan juga mengalami peningkatan
= 78 dan kapal motor 0-5 GT = 96. (Grafik
sampai
3).
tahun
2004,
untuk
jenis
sampan/jukun = 1.268, perahu papan =
PerkembanganJumlahdanJenis Armada Penangkapan Tahun2000 -2004 1400 1300 1200 Sampan/Jukung 1100
PerahuPapan
Jumlah
Motor Ketinting 1000
Motor Tempel
900
Kapal Motor 0-5 GT
800 700 2000
2001
2002
2003
2004
600 Tahun 500
Grafik 3. Perkembangan Jumlah dan Jenis Armada Penangkapan Tahun 2000 -2004 300 400
200
Alat
tangkap
masih
sedangkan jumlah nelayan sampai dengan
didominasi oleh peralatan yang sederhana
tahun 2004 dengan rincian RTP = 2.228,
yakni gill net = 2.789, pancing = 2.928,
nelayan penuh = 1.107, nelayan sambilan
bubu = 679, puse siene dan rumpon
utama = 1.537 dan nelayan sambilan
masing-masing 86 dan bagan sebanyak 31,
tambahan = 2.154 orang (4, dan 5).
100
juga
0
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
74
Perkembangan Jumlah dan Jenis Alat Tangkap Tahun 2000-2004
3200 3000 2800 2600 2400 2200 J u m l a h
Purse Siene
2000
Gill Net
1800 Bagan
1600
Pancing 1400
Bubu Rumpon
1200 1000 800 2000
2001
600
2002
2003
2004
Tahun
400
Grafik 4. Perkembangan Jumlah dan Jenis Alat Tangkap
200 0
Perkembangan Jumlah Nelayan Tahun 2000-2004 1,800 1,600 1,400 Penuh J l a u h
1,200 800
Sambilan Utama Sambilan Tambahan
600 m 1,000 400 200
2000
2001
2002
2003
2004
-
Grafik 5. Perkembangan Jumlah Nelayan Tahun 2000 -2004 Tahun
Kondisi
penangkapan
Potensi budidaya perikanan laut
yang masih didominasi oleh jenis armada
masih sangat tinggi dengan luas areal
sampan/jukung dan perahu papan serta alat
budidaya laut sebesar 886 ha dan tingkat
tangkap yang relatif masih tradisonal yang
pemanfaatan
didominasi oleh gill net dan pancing,
mencapai 180 ha (20,32%). Komoditas
ditambah lagi dengan jumlah nelayan yang
budidaya laut yang dapat dikembangkan
lebih didominasi oleh nelayan sambilan
adalah ikan dengan tingkat pemanfaatan
tambahan maka upaya untuk meningkatkan
baru mencapai 10 ha, teripang 15 ha,
produksi penangkapan masih sangat sedikit
rumput laut 20 ha dan kerang mutiara 135
dan bergerak sangat lamban.
ha (lihat grafik 6).
75
armada
sampai
saat
ini
baru
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
LuasAreal Budidaya Laut dan Pemanfaatan 300
Luas (Ha)
250 150
Potensi Luas Pemanfaatan
200 100 Ikan
Rumput Laut
Teripang
Kerang Mutiara
Jenis Budidaya
Grafik506. Potensi Luas Areal Budidaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatan
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh masih kurangnya
ilmu
0
pengetahuan
dan
secepatnya mendaratkan ikan di sepanjang pantai
terdekat
dengan
pemukiman
keterampilan sumberdaya manusia dalam
penduduk atau desa tempat tinggal mereka.
mengakses teknologi budidaya, dukungan
Hasil tangkapan umumnya dijual dalam
dana yang memadai serta mekanisme pasar
bentuk
yang berpihak pada masyarakat nelayan
(Lewoleba, Balawuring, dan pasar desa).
segar
di
pasar-pasar
terdekat
Proses pengolahan yang umum
budidaya.
dilakukan yakni dengan cara pengeringan Pengolahan Pascapanen Infrastruktur Perikanan
dan
yang sangat bergantung pada ada tidak adanya matahari. Pengeringan ikan hasil
Aspek lain yang juga menjadi
tangkapan ditempatkan di atas pasir atau
perhatian adalah mengenai penanganan
terpal, sehingga kualitasnya masih jauh
pasca panen dan infrastruktur perikanan.
dari yang diharapkan. Infrastruktur lainnya
Umumnya kapal-kapal dan perahu yang
seperti fasilitas TPI/PPI, pasar perikanan,
beroperasi di wilayah perairan Lembata
pabrik es juga belum tersedia sehingga
adalah jenis kapal yang masih tradisional.
dalam
Kapal jenis ini belum memiliki palka
perikanan
penyimpanan dan persediaan es sehingga
kesulitan. Disampin itu lembaga penjamin
waktu operasi only one day fishing yakni
mutu produk pengolahan perikanan juga
berangkat sore dan pulang pagi hari. Hasil
belum dimiliki oleh Dinas Perikanan dan
tangkapan tidak disortir baik menurut
Kelautan, sehingga hasil pengolahan yang
ukuran maupun jenis dan disimpan tanpa
dijual
diberi es sehingga nelayan berusaha untuk
pemantauan kualitas terlebih dahulu.
hal
di
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
pengolahan masih
pasca
mengalami
pasar-pasar
panen banyak
tanpa melewati
76
Program Pembangunan
dan
aspek
dan
pemberdayaan
pembangunan
perikanan
dan
kelautan
selama lima tahun relatif sangat kecil (
Dalam perikanan
Kegiatan
pembangunan
kelautan
kearifan
lokal,
01,49%
-
02,21%)
jika
dibandingkan
dengan
dengan total pembelajaan pembangunan
tampak
daerah
seluruhnya.
Sebaliknya,
jika
belum begitu berjalan secara sinergis.
dibandingkan dengan dana pengembangan
Banyak
kegiatan
ekonomi rakyat (Catur program ke 2) adopsi
pembangunan yang melibatkan masyarakat
dana sektor perikanan dan kelautan relatif
pesisir dan nelayan umumnya masih
cukup besar (10,24% - 29,51%). Namun
didesain dari atas (top down). Kearifan
demikian,
lokal dan tradisi serta aturan-aturan adat
mempengaruhi
belum dilirik sebagai suatu yang dapat
pembangunan perikanan dan kelautan.
program
dan
menjembatani suksesnya program kegiatan
kondisi
ini
kecepatan
belum
dapat
pertumbuhan
Potensi Kearifan Lokal
pembangunan. Orientasi perencanaan dan
Masyarakat Kabupaten Lembata
pelaksanaan pembangunan masih bersifat
memiliki cukup banyak potensi kearifan
proyek, belum terlalu menyentuh pada
lolal yang berhubungan erat dengan
aspek-aspek pemberdayaan dan belum
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut
mengakomodasi sumberdaya lokal berserta
(pemanfaatan
capital
inventarisasi kearifan lokal pada lokasi
culture
yang
dimiliki
oleh
masyarakat setempat. Pada hal di sisi lain, adanya pemberdayaan kerarifan lokal dan pelibatan masyarakat dalam keseluruhan proses dapat membangkitkan kesadaran, motivasi, keiklasan dan kesungguhan hati sehingga mereka ikut bertanggung jawab
dan
konservasi).
penelitian adalah Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Penjelasan manfaat dan makna dari masing-masing keraifan
secara penuh terhadap suksesnya suatu
lokal adalah sebagai berikut:
program.
Lebih lanjut perilaku
yang
positip yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya peisir akan mampu bertahan dan
menjadi
dasar
filosofi
dalam
membangun kehidupan bersama dengan makhluk lain secara serasi, selaras, dan harmonis dengan lingkungan dalam satu komunitas ekologis Selain itu alokasi dana
77
Hasil
Badu; merupakan suatu tradisi adat masyarakat Watodiri dan Dulitukan yang
bersifat
larangan
untuk
mengambil/menangkap hasil-hasil laut pada suatu wilayah perairan selama periode waktu tertentu. Masyarakat dapat menangkap atau mengambil
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
setelah mendapat restu dari penguasa
kebersamaan, keselamatan nelayan dan
ulayat dan melalui upacara ritual.
alat tangkap itu sendiri.
Muro; merupakan suatu kesepakatan
yang
kepada masyarakat dan nelayan di
nelayan
Lamatokan untuk tidak menangkap
sampan/juku
ikan di wilayah perairan tertentu.
terhadap
Kolo umen bale lamaq; merupakan
keselamatan nelayan dan alat tangkap
tradisi/upacara adat dalam memberi
itu sendiri.
kepada
sebelum
penguasa
melakukan
di
laut
dilakukan
oleh
masyarakat
sebelum
melepas
baru.
Bermakna
hasil
tangkapan,
Lepa Nua Dewe; merupakan tradisi
panangkapan,
adat/acara ritual yang dilakukan oleh
budidaya atau penanaman bakau.
masyarakat nelayan sebelum melepas
Bermakna dalam hasil penangkapan,
pukat baru yang berukuran kecil (noro)
keselamatan dan juga dapat bermakna
khusus untuk menangkap ikan serdin
larangan.
dan tembang yang biasanya muncul
Poan kemer puru larang merupakan
pada
suatu tradisi adat yang
bersifat
Bermakna terhadap hasil tangkapan,
boleh
keselamatan nelayan dan alat tangkap
larangan
untuk
tidak
mengambil/menangkap
teripang
selama
tertentu.
periode
Masyarakat
waktu hanya
menangkap/mengambil
dapat
serdin
dan
terhadap
dan terumbu karang.
tradisi
tembang. hasil
Bermakna tangkapan,
keselamatan nelayan dan alat tangkap
Toto; merupakan tradisi adat/acara
sampan/juku baru dan pukat baru.
merupakan
ikan-ikan yang lebih besar, selain ikan
sumberdaya lainnya seperti mangrove
melepas
Bito;
pukat baru untuk menangkap jenis
larangan untuk tidak boleh merusak
sebelum
Bruhu
masyarakat nelayan sebelum melepas
didahului dengan upacara ritual. Juga
nelayan
tertentu.
adat/acara ritual yang dilakukan oleh
setelah
ritual yang dilakukan oleh masyarakat
musim-musim
itu sendiri.
mendapat restu dari Ata Molang dan
Bito Berue; tradisi adat/acara ritual
dan tradisi adat yang bersifat larangan
makan
itu sendiri.
Tulalou Wate; merupakan tradisi adat dalam
memberi
makan
kepada
arwah/roh leluhur yang meninggal.
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
78
masyarakat nelayan Lamalera pada
bersaing yang tidak sehat dan saling
setiap bulan Mei sampai Oktober dan
merusak
dilaksanakan dengan melalui berbagai
nelayan tidak pernah terjadi. Dengan
acara ritual baik secara adat maupun
demikkian
secara
sumberdaya
religius.
Leffa
Nuang
perlengkapan
dalam tidaklah
penangkapan
memanfaatkan bersifat
serakah.
tahapan-
Semacam ada pesan moral bagi mereka
tahapan: Tobu Nama Fatta, Misa
bahwa mereka hanya boleh menangkap
Arwah, Misa Leffa dan Tena Fulle.
untuk
dilaksanakan
melalui
kepentingan
hidup
mereka
(konsumsi), atau dijual untuk keperluan macam
Hal yang menarik dari macam-
yang lain. Penangkapan dalam
kearifan
yang banyak dan besar-besaran tidak
lokal
yang
dimiliki
masyarakat pesisir adalah bahwa mereka
terjadi.
begitu menyadari akan betapa pentingnya sumberdaya
pesisir
lokal sebagai suatu yang dapat menata
menopang kehidupan mereka. Tindakan
kehidupan baik antar mereka sebagai
yang bersifat destruktif terhadap kekayaan
komintas sosial maupun dengan alam
sumberdaya
sebagai
pesisir
laut
Mereka mempersepsikan kearifan
dalam
alam
dan
jumlah
dan
sistem
komunitas
ekologis.
Mereka
penangkapan yang tidak ramah lingkungan
menyadari
hampir tidak pernah terjadi. Semacam ada
kehidupan mereka tidak terlepas dari
rasa takut, mereka percaya jika tindakan
eksistensi kehidupan makhluk lain dalam
mereka tidak sesuai dengan kehendak
bumi yang satu sama ini. Oleh karena itu
alam, bersifat merusak, lambat laun cepat
bagi nelayan lokal, ketaatan dan kepatuhan
atau lambat mereka akan mengalami
terhadap aturan adat, kearifan dan tradisi
resiko. Resiko yang dihadapi dapat berupa
yang ada sangat dijunjung tinggi. Di lain
sakit yang tidak dapat diobati, jatuh dari
pihak,
masyarakat
pesisir
pohon, tenggelam di laut, digigit ular atau
respons
yang
pesimistis
ikan besar (hiu, paus).
implementasi
Makna lain yang dapat disimak dari
kearifan
lokal/tradisional
yang
pula
bahwa
dan
eksistensi
mempunyai
penegakan
terhadap hukum-
hukum formal yang berlaku sekarang. Banyak
kenyataan
penerapan
dan
dimiliki oleh masyarakat pesisir di lokasi
penegakan
penelitian yakni selalu tercipta suasana
pengrusakan lingkungan penyelesaiannya
kekerabatan dan kegotong royongan di
tidak jelas dan tidak membuat
hukum
terhadap
pelaku
jera .
antara masyarakat nelayan. Selalu tercipta
79
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
IV.
KESIMPULAN
(stakeholders) belum secara dijabarkan
Kabupaten Lembata memiliki
secara
eksplisit
dalam
program
dan
potensi yang cukup besar dengan luas
kegiatan pembangunan. Disamping itu
wilayah perairan laut 3.353,995 km2
alokasi
(72,83%) dan memiliki panjang garis
menunjang kegitan sektor perikanan dan
pantai 493 km. Potensi lestari perikanan
kelautan relatif masih sangat sedikit.
tangkap
baik
dermersal
ikan
masih
penangkapan
pelagis tinggi.
dukungan
dana
untuk
maupun
Potensi kearifan lokal yang
Produksi
ditemukan pada lokasi penelitian dan berkaiatan
dengan
aspek
pengelolaan
lima
tahun
dengan
rata-rata
sumberdaya pesisir dan laut adalah Badu,
kenaikan untuk ikan pelagis 91,95% dan
Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan
ikan demersal 40,92%, dengan rata-rata
Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue,
tingkat pemanfaatannya baru mencapai
Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa
19,88%. Selain itu juga, potensi budidaya
Nuang. Masyarakat sangat menjunjung
perikanan laut masih sangat besar dengan
tinggi nilai-nilai keraifan lokal, tradisi,
luas areal budidaya 886 ha, namun
aturan-ataran adat, karena itu kepatuhan
dimanfaatkan 189 ha (20,32 %).
dan ketaatan terhadap sangat tinggi pula.
mengalami
selama
dan
kenaikan
dan
Mereka menyadari dan memiliki persepsi
kelautan yang belum memadai bahkan
bahwa kearifan lokal merupakan suatu
belum tersedia seperti TPI/PPI, pabrik es,
pranata, norma yang dapat mengatur
lemmbaga pemantauan dan penjamin mutu
eksistensi kehidupan manausia dengan
produk pengolahan pasca panen dan
eksistensi kehidupan makhluk lain di alam
sebagainya
ini. Dengan demikian itu kearifan lokal
Infrastruktur
pasca
perikanan
menyebabkan
panen
perikan
pengolahan
masih
bersifat
mempunyai
peluang
peluang
dalam
tradisional sehingga produk pengolahan
pemberdyaan masyarakat pesisir terhadap
kurang berkualitas dan hygenis.
berbagai program pengelolaan sumberdaya
Program pembangunan relatif
masih
dan
perikanan berkutat
kegiatan
dan pada
pesisir dan laut.
kelautan upaya
produksi
Untuk
lebih
meningkatkan
baik
kegitan
penangkapan
penigkatan produksi penangkapan dan
maupun budidaya, pengolahan pasca panen
mekanisme perencanaan dan implementasi
perikanan maka diperlukan mekanisme
program masih bersifat top down. Aspek
perencanaan komprehensif dan intergral
pemberdayaan dan pelibatan masyarakat
serta identifikasi kebutuhan secara cermat, dengan melibatkan masyarakat berserta
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
80
sumberdaya lokal dan berorientasi pada
Diperlukan sistem pengaturan
upaya pemberdayaan masyarakat terutama
tentang jenis-jenis maupun ukuran yang
dalam
dapat ditangkap terutama jenis
peningkatan
pengetahuan,
yang
pengalaman dan keterampilan masyarakat
dilindungi dan yang sementara matang
nelayan.
telur dan jenis alat tangkap apa saja yang Diperlukan program revitalisasi
dan
refungsionalisasi
kearifan
lokal
melalui kegiatan pengkajian, seminar dan
bole dipergunakan pada saat kegiatan pembukaan badu, sehingga tidak semua jenis maupun ukuran dapat ditangkap.
lokakarya kearifan lokal dalam rangka merumuskan secara bersama aturan-aturan hukum dank sanksi-sanksi pelanggaran
UCAPAN TERIMA KASIH
serta sosialisasi kepada publik sehingga
Dalam penelitian ini, penulis banyak
diketahui bersama dan lebih lanjut untuk
mendapat bantuan dan perhatian berbagai
menumbuhkan kesadaran bersama secara
pihak, untuk itu pada kesempatan ini,
luas.
penulis
Untuk
kegiatan
ini
hendaknya
dengan
ikhlas
menyampaikan
pemerintah, LSM dan Perguruan Tinggi
terima kasih kepada :
menjadi mediator dan fasilitator, dengan
1. Pimpinan Yayasan Pendidikan Katholik
mendapat dukungan dan komitmen dari
2. Rektor Universitas Katholik Widya
Pemerintah dan DPRD. Untuk pengelolaan,
itu
Arnoldus Kupang.
dalam
pengawasan
strategi
sumberdaya
pesisir dan pemberdayaan masyarakat
Mandira Kupang. 3. Bupati Kabupaten Lembata. 4. Ketua dan Sekretaris Program Studi
diharapkan sedapat mungkin nilai kearifan
Magister
lokal, tradisi/hukum adat beserta sistem
Pantai UNDIP.
Manajemen
Sumberdaya
kelembagaan baik kelembagaan dalam bentuk fisik struktur masyarakat adat, organisasi formal maupun kelembagaan non fisik dalam bentuk perangkat aturan secara hirarkis Perda, Keputusan Bupati, Keputusan Camat, sampai Keputusan Desa hendaknya
dapat
mengakomodir
yang hidup, bertumbuh dan berkembang di
81
Anggoro, S,. 2004, Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah, MSDP, UNDIP, Semarang.
dan
memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal
dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2004, Lembata Dalam Angka 2003, Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lembata. Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003, Strategi Nasional Implementasi (Code of Conduct for Responsible Fisheries), Direktorat Jendral Kelembagaan Internasional, Direktorat Jendral Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Jakarta. Ghofar, A., 2004, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Terpadu dan Berkelanjutan, Cipayung-Bogor. Keraf,
S. A., 2002, Etika Lingkungan, Pn. Buku Kompas, Jakarta.
Latama, Gunarto, dkk., 2002, Pengelolaan Wilayah Pesisir
Nababan,
Berbasis Masyarakat,
2003, Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat Adat, Tantangan dan Peluang,
http://dte.gn.org.../ma kalah_ttg_p sda_ berb-ma_di_pplh ipb.htm. Purwanto,
2003, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Supriharyono, 2000, Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang, Pn. Djambatan, Jakarta. Wahyono, A., 2001, Pemberdayaan Masyarakat Nelayan, Media Pressindo, Yogjakarta. Undang-uandang Negara RI, Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
82