24 0 612 KB
COGNITIVE PERFORMANCE
O
SERIES Download Ilmu-Ilmu Keperawatan, Asuhan Keperawatan, Laporan Pendahuluan dan Ketrampilan-Ketrampilan Klinis Keperawatan
100% Free SERPIHAN ILMU PENGETAHUAN
www.serpihanilmuku.blogspot.com
www.serpihanilmuku.blogspot.com
2012 :
TIM PENYUSUN Ns. Perdana R. Purnomo S.Kep Ns. Nita Aprilia2012 S.Kep Ns. Kartika Hari Krisnani S.Kep Ns. Dian Bekti Susanti S.Kep Ns. Nurina Hildayanti S.Kep PEMBIMBING
Ns. Toni Suharsono, S.Kep, M.Kep Ns. Zuin Sulaimin, S.Kep
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2012
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ”CODE BLUE” dengan sebaik- baiknya. Buku ini diperuntukkan untuk tenaga
kesehatan,
diharapkan dapat
khususnya membantu
perawat
yang
dalam mengatasi
masalah cardiac arrest dengan cepat dan tepat. Dalam penyusunan buku ini penulis telah berusaha
untuk
mungkin,
tetapi
menyajikan penulis
dengan
sebaik
menyadari
bahwa
kemungkinan buku ini masih banyak kekurangan sehingga penulis membuka
diri
untuk segala
masukan dan saran yang sifatnya membangun. Semoga buku ini memberikan manfaat bagi profesi keperawatan pada umumnya, dan perawat RSUD Ngudi Waluyo pada khususnya. Sehingga perawat
dapat
memberikan
pelayanan
yang
bermutu.
Wlingi, 26 Juni 2012 Penyusun
DAFTAR ISI
Halama n Kata Pengantar ....................................................... ii Daftar Isi ................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................ 1 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Definisi............................................................. 4 2.2 Tujuan Code Blue ............................................. 5 2.3 Organisasi Tim Code Blue ................................ 6 2.4 Pendidikan, Pelatihan, dan Jaminan Kualitas Anggota Code Blue ........................................................ 8 BAB III RUANG LINGKUP ............................. 10 BAB IV TATA LAKSANA 4.1 Fase Code Blue.................................................13 4.2 Komunikasi ...................................................... 21 4.3 Koordinasi dengan Ruangan Lain .................... 21 4.4 Algoritma Code Blue ......................................... 22 DAFTAR PUSTAKA ...................................... 23
BAB I PENDAHULUA N 1.1 Latar Belakang Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita
tidak
pembuluh
bisa darah,
lepas
dari
karena
penyakit
penyebab
jantung
dan
tersering
dari
cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit di Unites State (American
Heart
Asociation,
2012).
WHO
(2008)
menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan
penyakit infeksi
mendominasi
peringkat
dan
kanker
teratas
masih
penyebab
kematian di dunia. Serangan jantung dan
tetap utama
problem
seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap tahun. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung
koroner
bersama
dengan
penyakit infeksi
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2010). Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul keluhan (American Heart
Association, 2010). Kematian www.serpihanilmuku.blogspot.com
otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera
dengan
defibrilasi
cardiopulmonary
untuk
resusitation
mengembalikan
denyut
dan
jantung
normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan
tanpa
defibrilasi
cardiopulmonary
(American
Berdasarkan
hasil
Heart
penelitian
resusitation
Assosiacion, dari
dan
2010).
American
Heart
Association pada bulan Juni 1999 didapatkan data bahwa
64%
pasien
dengan
cardiac
arrest
yang
mendapatkan penanganan segera dapat bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti
dari
penangan
cardiac
arrest
adalah
kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat
dan
benar
untuk
sesegera
mengembalikan denyut jantung untuk
mencegah
terjadinya
mungkin
ke kondisi normal
kematian
otak
dan
kematian permanen. Penanganan secara cepat dapat diwujudkan
jika
terdapat
tenaga
yang
memiliki
kemampuan dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan paramedis. Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan
life
www.serpihanilmuku.blogspot.com
saving,
akan
tetapi
belum
semuanya
dapat
mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum
terdapat
pelaksanaannya.
pengorganisian Masalah
inilah
yang yang
baik
dalam
kemudian
memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan arrest segera, yang disebut Code Blue.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1
Definisi 1.
Code Blue Code blue adalah dan stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac atau respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak teraba, atau
tidak
bernapas)
misalnya
pasien
yang
membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR). 2.
Code Blue Team Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai "codeteam", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crashcart, kursi roda/tandu, alat - alat penting seperti defibrilator,
peralatan
intubasi,
suction,
oksigen,
ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien. 3.
BLS atau Bantuan Hidup Dasar BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga awam
medis,
paramedis
yang www.serpihanilmuku.blogspot.com
maupun
orang
melihat pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai oleh paramedis dan medis, dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena seringkali korban
justru ditemukan pertamakali bukan oleh
tenaga medis. BLS adalah suatu cara memberikan bantuan/ pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya jalan napas (airway/A), pernapasan yang adekuat (breathing/B), sirkulasi yang adekuat (circulation/C). 4.
Advanced Cardiac Life Support (ACLS) Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan pertama pada penyakit jangtung.
2.2
Tujuan Code Blue Tujuan dari code blue adalah : 1.
Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami kondisi darurat cardio-
respiratory
arrest
yang
berada
dalam
kawasan rumah sakit. 2.
Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan perlatan medis darurat yang dapat digunakan dengan cepat.
3.
Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS
dan
penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED) untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
4.
Untuk
memulai
penempatan
peralatan
BLS
di
berbagai lokasi strategis di dalam kawasan rumah sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis. 5.
Untuk membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.
2.3
Organisasi Tim Code Blue: Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang waktu 1.
Tim code blue respon primer beranggotakan kru yang paling tidak telah menguasai Basic Life Support (BLS) Tim Code Blue terdiri dari 3 sampai 4 anggota, yaitu :
1 Koordinator Tim
1 Petugas Medis
1 Assisten Petugas Medis dan 1 perawat atau 2 perawat (perawat pelaksana dan tim resusitasi)
2.
1 Kelompok Pendukung (jika perlu)
Uraian Tugas a.
Koordinator Tim
Dijabat oleh dokter ICU/NICU
Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim. Bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan
yang
anggota tim.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
dibutuhkan
oleh
b.
Penanggung Jawab Medis
Dokter jaga/ dokter ruangan
Mengidentifikasi awal / triage pasien
Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan
c.
Memimpin tim saat pelaksanaan RJP
Menentukan sikap selanjutnya
Perawat Pelaksana
Bersama
dokter
pemanggungjawab
medis melakukan triage pada pasien
Membantu
dokter
penanggungjawab
medis menangani pasien gawat dan gawat darurat d.
Tim Resusitasi
Perawat terlatih dan dokter ruangan /dokter jaga
Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau gawat darurat
Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat atau gawat darurat
Daftar nama Tim Code Blue meruapakan tanggung jawab Koordinator setiap bulan dalam MECC
3.
ETD Code Blue Response Team Anggota tim ini pun juga wajib untuk dilatih BLS. Tim Code Blue terdiri dari 3 sampai 4 anggota:
1 Koordinator Tim
www.serpihanilmuku.blogspot.com
1 Petugas Medis
1 Kelompok Pendukung (jika perlu) Setiap anggota tim code blue akan memiliki
tanggung jawab yang ditunjuk seperti pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, IV line, persiapan obat dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus membawa hand phone.
2.3
Pendidikan, Pelatihan dan Jaminan Kualitas Anggota Code Blue
Pendidikan
dan
pelatihan
BLS
diwajibkan
bagi
anggota tim code blue dan atau harus memiliki sertifikat ACLS yang berlaku 3 tahun.
Meninjau semua kebijakan dan prosedur.
Melakukan review standar peraturan.
Melakukan
pengukuran
standar
pelayanan
(jam pelayanan)
Audit Program pendidikan dan pelatihan BLS, ACLS dan MTLS / ATLS diberikan kepada tim rumah sakit dan unit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan
dan hasil respon code blue sebagai tim
yang memainkan peran penting sebagai responden pertama untuk situasi code blue. Pihak-pihak yang tertarik mengikuti pendidikan atau pelatihan ini harus menghubungi Departemen Darurat dan Trauma (ETD) www.serpihanilmuku.blogspot.com
atau CPR komite (Anestesiologi departemen).
www.serpihanilmuku.blogspot.com
BAB III RUANG LINGKUP Sistem
respon
cepat
memastikan
bahwa
semua
code
blue
kondisi
dibentuk
darurat
untuk
medis
kritis
tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2 tahap. 1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah
sakit yang berada di sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic Life Support (BLS). 2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan
terlatih yang berasal dari departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan
standar
kualitas
pelayanan
yang
telah
ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan adalah : 1. Semua
personil
di
rumah
sakit
harus dilatih
dengan
keterampilan BLS untuk menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian. 2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis
dalam kawasan rumah sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
Contoh Tim Code Blue / Asal Ruangan dan Area Cakupan
1
Tim Code Blue Primer (Koordinator) Gawat Darurat dan Trauma
2 3 4 5 6
Tim Tim Tim Tim Tim
7
Tim Forensik
No
orthopedic Poliklinik Medikal Bedah Imaging dan Diagnostik
Area Cakupan Area gawat darurat, rekam medis, area parker depan, lobi, PMI, Depo farmasi. Bangunan utama Bangunan poliklinik Rawat inap penyakit dalam Rawat inap bedah Radiology, gizi, laboratorium Bagian Forensik (Saed & Amin, 2011)
BAB IV TATA LAKSANA Sebuah respon code blue untuk seluruh daerah Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi tidak dapat ditangani oleh Unit Gawat Darurat (UGD) sendiri karena kesulitan jarak dan lokasi yang tidak terjangkau padahal idealnya waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan code blue Team adalah 5 menit. Sehingga diharapkan setiap regio rumah sakit mempunyai tim yang dapat melakukan BLS awal sambil menunggu kedatangan tim code blue rumah sakit untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5 anggota yang terlatih dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi terjadi kondisi darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih dalam keterampilan BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja satu departemen sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari Code Blue Tim akan lebih baik dan harapan hidup pasien meningkat. Hal ini sama pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter dan non-medis, dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan (CPR) di lokasi kejadian sambil menunggu respon
primer
atau
Code
Blue
tiba,
dengan
demikian
juga
meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam
keterampilan BLS dan penggunaan AED juga dapat dilakukan oleh ETD. 4.1
Fase Code Blue 1. Alert System
Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota tim code blue. Sistem telepon yag ada akan digunakan. Jika terjadi keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup rumah sakit tersebut dapat mengktifkan respon dari code blue lewat telepon untuk bantuan dan pengaktifan: a) Local Alert : tergantung pada mekanisme yang
dibuat oleh Zone Coordinator, contoh: Pengumuman melalui sistem PA Menampilkan nama-nama tim code blue primer di
lokasi strategis di zona mereka Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus
meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code blue dan bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS. b) Hospitl Alert : Nomor telepon code blue -> Pusat
Panggilan Kegawatdaruatan Medis: Prioritas 1: Untuk mengaktifkan
team code blue
sekunder dari ETD Prioritas
pengaman
2:
Untuk kedua)
memeriksa pengaktifan
primer. www.serpihanilmuku.blogspot.com
(sebagai team
code
jaring blue
Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat terjadinya kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis. Tim ETD code blue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm 'code blue'. Standar
layanan
untuk
durasi
waktu
yang
dibutuhkan antara menerima pesan 'code blue' (code blue aktivasi) dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit. Standar layanan akan diberi batas waktu & dikaji kinerja
dan
pemeriksaan
jaminan
kualitas
untuk
menentukan ‘perangkap’ dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan penyebaran cepat dari tim code blue. Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue line
o Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang sebenarnya (sampai bisa dibuktikan)
o Panggilan code blue harus dijawab secepatnya (< 3 kali dering) o Informasi vital adalah: Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tertentu Lokasi pasti Trauma atau kasus medis Dewasa atau anak-anak o Pengumuman kepada ETD tim code blue- CODE BLUE 3x di area cakupan o Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan membawa perlengkapan jika zona ETD bisa dijangkau dengan jalan kaki.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
2. Intervensi Segera di Tempat Kejadian
Tim di tempat kejadian darurat medis (pasien tidak sadar atau dalam cardiac dan respiratory arrest) telah terjadi memiliki tanggung jawab untuk meminta bantuan lebih lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS) dan keterampilan ALS dan peralatan jika cukup terlatih dan lengkap. a. Nomor tim code blue Rumah Sakit/ nomor MECC akan
ditempatkan
di
bangsal,
departemen,
divisi,
unit,
kantor, lobi lift, koridor, kantin, taman, tempat parkir, dll trotoar dan lokasi lain di dalam halaman rumah sakit. b. Personil rumah sakit yang menemukan korban harus
mengaktifkan pemberitahuan lokal untuk tim code blue primer
atau
seseorang
menginstruksikkan
mereka
untuk melakukannya, mereka juga harus meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika tersedia. c. Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah
sakit harus dilakukan dengan menghubungi nomor code blue rumah sakit. d. Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung jawab
atas daerah tertentu (misalnya dari ruangan lain) juga harus diberitahu untuk datang ke lokasi segera. e. Sementara
menunggu
kedatangan
tim
utama
menanggapi code blue, jika tersedia tim yang terlatih untuk BLS, mereka harus memulai BLS (posisi airway, bantuan pernapasan, kompresi dada dll).
www.serpihanilmuku.blogspot.com
f. Jika tidak ada tim yang terlatih BLS, tim yang ditempat
kejadian
harus
menunggu
bantuan
yang
berpengalaman dan menjaga lokasi dari kerumunan orang. g. Jika
monitor
defibrillator peralatan ini
jantung, eksternal
defibrillator otomatis
manual
(AED)
atau
tersedia,
harus melekat kepada pasien untuk
menentukan kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh tim yang berpengalaman atau tim terlatih dalam Alert Cardiac Life Support (ACLS). h. Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus
berusaha untuk memastikan bahwa tim mereka dilatih dalam
setidaknya
keterampilan
BLS
dan
mereka
dilengkapi dengan resusitasi kit atau troli, setidaknya peralatan resusitasi dasar dan ditempatkan di lokasi strategis. i. Tim dari masing-masing ruangan akan bertanggung
jawab untuk pemeliharaan resusitasi kit mereka. j. Jika
korban berhasil disadarkan/dihidupkan kembali
sambil menunggu kedatangan tim respon code blue, tim dilokasi harus menempatkan pasien dalam posisi pemulihan dan monitor tanda-tanda vital. k. Semua kasus code blue harus mengirim ke ETD untuk
evaluasi lebih lanjut dan manajemen terlepas hasilnya. 3. Kedatangan Team Code Blue a. Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code
blue, mereka harus menghentikan tugas mereka saat ini, mengambil resusitasi kit (tas peralatan) mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis dengan berjalan kaki.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
b. Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri dengan
cepat dan lancar dan menggunakan rute terpendek yang tersedia. c. Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari code
blue call / aktivasi kedatangan tim Code blue di tempat kejadian akan disimpan. d. Akan ada saat ketika ETD / Kedatangan Sekunder tim
code blue adalah penundaan karena berbagai alasan, sehingga kebutuhan untuk tim Code blue untuk tidak hanya terdiri departemen
dari tim ETD tetapi juga tim dari yang
lebih
strategis
atau
dekat.
Selanjutnya, sangat penting bahwa setiap
tenaga
medis di lokasi kejadian mulai langkah BLS. e. Jika korban masih dalam
cardiac atau respiratory
arrest ketika tim respon code blue tiba di lokasi, tim akan mengambil alih tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian harus tinggal di sekitar untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan. f. Setiap kasus code blue akan kirim ke ETD terlepas
kondisi pasien baik untuk mempertahankan kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) atau tidak. Dalam disposisi, ETD pasien akan diputuskan setelah integrasi pasca perawatan serangan jantung. 4. Perawatan Definitif a. Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah
baik klinis atau non-klinis dan baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap code blue, pasien ini akan diangkut ke ETD untuk resusitasi lanjut dan perawatan definitif dimana tempat-tempat ini biasanya
www.serpihanilmuku.blogspot.com
tidak memiliki infrastruktur yang memadai dan peralatan untuk perawatan lanjutan. b. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP),
korban
masih
perlu
ditransfer
ke
ETD
untuk
dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian. c. Setiap kasus code blue akan menerima perawatan
definitif setelah perawatan pasca integrasi serangan jantung dan diskusi dalam ETD. 5. Peralatan dan pelatihan a. Semua tingkat tim rumah sakit harus cukup terlatih
setidaknya dalam BLS dan penggunaan AED. b. AED dan resusitasi kit dasar harus ditempatkan di
berbagai daerah di dalam halaman rumah sakit dan mudah diakses bagi tenaga medis dan tim Code Blue untuk digunakan. c. Lokal / code blue primer (zona risiko rendah) tim
peralatan: 1.
Sarung tangan
2.
Pocket mask
3.
Guerdel / jalan napas orofaringeal
4.
Tas / kotak pertama bantuan
d. Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh
code blue team Dasar di zona risiko tinggi dan ETD / sekunder tim tanggap : 1.
Oksigen tangki dan pipa
2.
Tinggi aliran masker
3.
Pocket mask
4.
Bag-valve mask
5.
Pedoman defibrilator atau AED (ke dalam disiplin lain ETD dan KIV) www.serpihanilmuku.blogspot.com
6.
Sekali pakai sarung tangan steril
7.
Oro-faring dan naso-faring saluran udara
8.
Extraglottic perangkat (LMA / LT)
9.
Kursi roda atau tandu
10. Stetoskop 11. Alat suntik dan jarum 12. Infus set (termasuk semangat usap, branula dan
plester) 13. Glucometer 14. Obat-Dextrose 50%, Dekstrosa 10%, Normal saline /
Hartmann
's,
Adrenalin,
Atropin,
Amiodarone,
Diazepam, GTN Tab dan Aspirin 15. Sphygmomanometer 16. Obor cahaya e. Lanjutan pelatihan BLS dapat diperoleh melalui komite
CPR.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
Ketika muncul code blue, tim dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai "code-team", bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan
crash-cart, kursi roda / tandu, yang berisi alat - alat penting seperti
defibrilator,
peralatan
intubasi,
suction,
oksigen,
ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan
IV
set
untuk
menstabilkan
pasien.
Tim
akan
mempraktekkan keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) untuk resusitasi pasien. Peralatan resusitasi
diletakkan
di
area
yang
sering
membutuhkan bantuan resusitasi sehingga bila code blue muncul tim yang ditunjuk sebagai code blue Tim akan segera dapat mengakses peralatan tersebut. Jika code blue disebut di suatu daerah tanpa crash- cart, tim yang ditunjuk code blue akan membawa crash-cart atau kit resusitasi. 4.2
Komunikasi Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu
panggilan khusus yang mengaktifkan tim Code Blue Respon Primer 4.3
Koordinasi dengan ruangan lain Panggilan akan diperoleh dari ruangan lain yang tidak
memiliki tim tanggap darurat. Jika tidak ada rencana tanggap darurat di tempat, ETD akan mendapatkan panggilan mengenai kebutuhan
mereka
berkoordinasi
untuk
dengan
perawatan
mereka
tentang
medis
darurat
bagaimana
dan untuk
mendirikan tanggap darurat medis menggunakan sistem code blue .
www.serpihanilmuku.blogspot.com
Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest
Staf rumah sakit memanggil pertolongan Mengaktifasi “local alert” menuju tim code blue 4.4 ALGORITMA CODE BLUE primer
Anggota bystander/penemu pertama terlebih dahulu melakukan BLS/CPR bila memiliki skill yang cukup Lanjutkan BLS/CPR sampai tim code blue datang Jika tidak memiliki skill BLS, tunggu pertolongan datang, sementara menunggu, amankan korban dari kerumunan BY STANDER Segera hubungi code blue rumah sakit untuk mengaktivasi “Hospital alert”
Setlah mengaktifasi code blue, tim primer yang bertugas di sekitar tempat kejadian bergegas menuju tempat kejad Mulai atau lanjutkan BLS/CPR sementara menunggu tim code blue sekunder/ETD datang TIM CODE BLUE PRIMER
Setelah tim code blue sekunder/ETD datang, mereka akan mengambil alih resusitasi BLS dilanjutkan dan lakukan AED TIM CODE BLUE Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh tim SEKUNDER code blue
- Pindahkan korban ke ETD secepat mungkin setelah stabil untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut - Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat, korban harus tetap dipindahkan ke ETD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kematian
www.serpihanilmuku.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA Institute For Clinical Systems Improvement. 2011. Health Care Protocol: Rapid Response Team. http://www.icsi.org/rapid response team protocol/rapid response team protocol with order set pdf.html. Diakses tanggal 18 Juni 2012 Royal Brisbance & Women’s Hospital Health Service District. 2007. Code
Blue Manual.
http://www.sasvrc.qld.gov.au/ SASVRC/Assets/document/code
blue
0207.pdf.
Diakses
tanggal 20 Juni 2012
Saed,
MD
&
Amin,
Mohd.
2011. Code
Blue
System.
http://www.hsajb.moh.gov. Diakses tanggal 18 Juni 2012.
www.serpihanilmuku.blogspot.com
BIOGRAFI PENULIS Perdana R Purnomo Blitar, 27-10-1989 Talun, Blitar Dian Bekti S Blitar, 05-021989 Kuningan, Blitar Nita Aprilia Kediri, 11-041989 Keras, Kediri
Nurina Hildayanti Blitar, 16-08-1988 Blitar Kartika Hari K Blitar, 13-041989 Wlingi, Blitar