Contoh Hasil Sintesis Jurnal-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

No



Penulis, Tahun, Judul Artikel, Nama Jurnal, Volume dan Halaman



Fokus



Hasil



1



Seçken, Nilgün. (2010). “Identifying Student’s Misconceptions about SALT”. Procedia Social and Behavioral Sciences (2), 234–245



Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi pada topik “Garam”. Topik ini dipilih karena terkait dengan bidang studi sains lain, seperti fisika dan biologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis buku ajar yang sering digunakan untuk mengetahui sumber miskonsepsi serta penggunaan tes open-ended dan pilihan berganda untuk mengungkap miskonsepsi.



Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa siswa menganggap garam hanya terbentuk dari reaksi asam-basa Bronsted Lowry. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar buku hanya menjelaskan garam pada topik asam-basa. Selain itu siswa kesulitan mengaplikasikan konsep pada garam yang tidak lazim. Hal ini disebabkan siswa cenderung menghapal, bukan memahami apa yang terdapat dalam buku ajar.



2



Sesen, Burcin Acar. (2013). “Diagnosing preservice science teachers’ understanding



Penelitian ini dilandaskan pada pentingnya mendiagnosis miskonsepsi pada siswa terkait pembelajaran konstruktivisme yang mengharuskan konsep awal siswa harus benar sebelum dikaitkan dengan pengetahuan baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman guru preservice pada konsep kimia tegangan permukaan, adhesi dan kohesi. Tes yang dilakukan menggunakan computer-mediated predict–observe–explain tasks (CMPOE) yang terdiri dari tiga tahap: prediksi, observasi dan eksplanasi dari video eksperimen yang ditampilkan.



Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sebagian responden masih mengalami kebingungan antara adhesi dan kohesi serta tidak dapat menggunakan konsep tegangan permukaan dalam menjelaskan fenomena yang terjadi dalam soal tes yang diberikan.



Ekspansi pendidikan tinggi di Irlandia yang berlangsung sejak tahun 1980an selain



Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program intervensi dapat membantu meningkatkan



of chemistry concepts by using computer-mediated predict–observe–explain tasks”. Chem. Educ. Res. Pract., 2013, 14, 239—246



3



Regan, Áine., Childs Peter and Hayes, Sarah. (2011). “The use of an



No



4



Penulis, Tahun, Judul Artikel, Nama Jurnal, Volume dan Halaman



Fokus



Hasil



intervention programme to improve undergraduate students’ chemical knowledge and address their misconceptions”. Chem. Educ. Res. Pract., 12, 219–227.



memberikan pengaruh positif, ternyata membawa permasalah baru, yaitu beragamnya kelompok siswa, baik dari kemampuan maupun latar belakang pendidikannya. Hal ini tentu menjadi kendala dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang ini, dilakukan penelitian yang berfokus pada penggunaan program intervensi pada siswa undergraduate untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kimia serta mengungkap dan mengarahkan miskonsepsi yang muncul. Program Intervensi ini dilakukan melalui dua tahap yang mencakup tes diagnostik sebagai pretes, program intervensi sesuai hasil pretes dan postes.



pengetahuan siswa tentang kimia dan mampu mengarahkan miskonsepsi yang muncul.



Tamás, Turányi dan Zoltán Tóth. (2013). “Hungarian university students’ misunderstandings in



Beberapa tahun terakhir, banyak literatur mengungkapkan bahwa pengetahuan siswa Hungaria pada topik termodinamika dan kinetika tidak layak. Hal ini salah satunya disebabkan karena kesalahpahaman yang muncul dalam siswa. Untuk mendemonstrasikan kebenaran literatur-literatur yang telah ada, dilakukan penelitian untuk mengungkap kesalahpahaman siswa universitas di Hungaria melalui tes. Tes ini dilakukan pada empat kelompok siswa, yaitu jurusan kimia, biologi, farmasi dan sains



Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kesalahpahaman yang dialami responden memang sesuai dengan yang diungkapkan pada penelitianpenelitian terdahulu.



thermodynamics and chemical kinetics”. Chem. Educ. Res. Pract., 14, 105-116.



No



Penulis, Tahun, Judul Artikel, Nama Jurnal, Volume dan Halaman



Fokus



Hasil



Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu menyatakan bahwa siswa mungkin saja memiliki miskonsepsi yang fundamental tentang kimia. Salah satu alasannya bisa jadi disebabkan dari aspek pedagogis. Oleh karena itu, perlu adanya aksi nyata yang dilakukan guru preservice untuk mempersiapkan dirinya agar saat terjadinya proses pembelajaran, guru dapat mengarahkan miskonsepsi siswa menjadi konsep saintifik yang diakui kebenarannya. Fokus penelitian ini adalah pengamatan dan analisis terhadap praktis guru preservice yang bersifat kolaboratif, aktif dan reflektif. Data penelitian ini berupa hasil refleksi diri guru preservice dan respon siswa sekolah menengah atas dari tes diagnotik.



Hasil ini penelitian ini menyatakan bahwa kebanyakan guru preservice menyadari pentingnya dan beragamnya miskonsepsi. Selain itu, didapatkan pula bukti yang memuaskan bahwa banyak miskonsepsi siswa dapat diubah melalui pembelajaran yang telah didesain dengan basis miskonsepsi.



Efektifitas program pembelajaran intervensi dalam memfasilitasi pemahaman siswa pada konsep teori partikel dievaluasi menggunakan instrumen diagnostik two-tier yang meliputi: jarak antarmolekul, pengaruh gaya antarmolekul terhadap perubahan wujud serta difusi pada cairan dan gas.



Hasil penelitian menunjukan bahwa program intervensi ini terbukti sangat efektif meningkatkan pemahaman siswa pada konsep partikel. Namun, hanya 25-40% siswa yang menampilkan konsistensi pemahaman ketiga konsep tersebut.



lingkungan. 5



Yakmaci-Guzel, Buket. (2013). “Preservice chemistry teachers in action: an evaluation of attempts for changing high school students’ chemistry misconceptions into more scientific conceptions”. Chem. Educ. Res. Pract., 14, 95--104



6



Treagust, David F., Chandrasegaran, A. L., Zain, Ahmad N. M., Ong, Eng Tek., Karpudewan, Mageswary dan Halim, Lilia. (2011). “Evaluation of an intervention instructional program to



No



Penulis, Tahun, Judul Artikel, Nama Jurnal, Volume dan Halaman



Fokus



Hasil



facilitate understanding of basic particle concepts among students enrolled in several levels of study”. Chem. Educ. Res. Pract., 12, 251–261 7



Sendur, Gulten., Toprak, Mustafa. (2013). “The role of conceptual change texts to improve students’ understanding of alkenes”. Chem. Educ. Res. Pract., , 14, 431449



8



Wang, Chia-Yu dan Barrow, Lloyd H. (2013). “Exploring conceptual frameworks of models of atomic structures and periodic variations,



Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh conceptual change texts terhadap pemahaman siswa dan miskonsepsi yang terkait dengan alkena. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian kelompok kontrol non-ekivalen terhadap mahasiswa tingkat dua jurusan pendidikan IPA. Hasil analisis postes mengungkapkan bahwa skor siswa kelas eksperimen secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sebagai tambahan, siswa di kelas eksperimen lebih baik dalam meremediasi miskonsepsi mereka.



Hasil temuan ini menyarankan bahwa conceptual change texts efektif digunakan untuk memfasilitasi pemahaman konseptual siswa di topik alkena.



Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kerangka konsepsi dan proposisi mahasiswa sarjana kimia umum mengenai model struktur atom, kecenderungan periodik, ikatan kimia serta bentuk molekular dan polaritas serta bagaimana kerangka konseptual tersebut



Hasil studi ini mengungkapkan bahwa dari konten pengetahuan tinggi ke rendah, kualitas eksplanasi siswa menurun, begitu pula kemampuan untuk menyatukan informasi baru pada kerangka konseptual mereka yang telah ada.



No



9



Penulis, Tahun, Judul Artikel, Nama Jurnal, Volume dan Halaman



Hasil



chemical bonding, and molecular shape and polarity: a comparison of undergraduate general chemistry students with high and low levels of content knowledge”. Chem. Educ. Res. Pract, 14, 130--146



mempengaruhi kualitas eksplanasi siswa. Penelitian ini menggunakan teknik penyampelan bertujuan dan menggunakan tiga instrumen diagnostik untuk pemahaman konseptual untuk menentukan tingkat konsep pengetahuan siswa untuk konsep-konsep terkait. Wawancara dengan enam siswa dianalisis untuk menggambarkan kerangka konseptual pada kelopmpok siswa berkonten pengetahuan tinggi dan rendah.



Ültay, Neslihan., Durukan, Ümmü Gülsüm dan Ültay, Eser. (2014). “Evaluation of the effectiveness of conceptual



Tujuan penelitian ini adlaah untuk menginvestigasi efek teks perubahan kontekstual (CCT) dalam strategi REACT terhadap konsepsi siswa pada topik larutan. Metode kuasi eksperimen digunakan dengan membagi 61 responden kedalam kelas kontrol dan eksperimen. Pengumpulan data dilakukan melalui pretes dan postes dengan tes konsep larutan (SCT) dan wawancara klinis. Pada kelas kontrol, diterapkan strategi REACT, sementara pada kelas eksperimen diperkaya dengan CCT.



Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretes dan postes. Di sisi lain, analisis kualitatif mengungkapkan bahwa CCT cukup efektif meremediasi konsepsi alternatif pada topik larutan kimia.



Pengembangan instrumen Chemistry Competence Test (CCT) dipicu oleh perubahan kurikulum secara ekstensif pada sistem pendidikan Afrika Selatan sejak demokrasi tahun 1994. Hal ini dilatarbelakangi mungkin saja terjadi



Tes diagnostik yang pada awalnya dikembangkan untuk menjelaskan kemampuan siswa yang memasuki level tersier, ternyata dapat digunakan untuk mengawasi tingkat kesiapan siswa selama periode implementasi dan perbaikan kurikulum baru



change texts in the REACT strategy”. Chem. Educ. Res. Pract.



10



Fokus



Potgieter, Marietjie dan Davidowitz, Bette. (2011). “Preparedness for tertiary chemistry:



No



Penulis, Tahun, Judul Artikel, Nama Jurnal, Volume dan Halaman multiple applications of the Chemistry Competence Test for diagnostic and prediction purposes”. Chem. Educ. Res. Pract., 2011, 12, 193–204.



Fokus



ketidakcukupan keterkaitan antara level sekunder dengan tersier akibat perubahan kurikulum yang mungkin mempengaruhi pengetahuan dan perkembangan keahlian dari prospektif siswa.



Hasil



di level sekunder. Instrumen ini dapat pula digunakan untuk mengevaluasi kebijakan penempatan siswa di level tersier untuk memastikan bahwa siswa yang membutuhkan tambahan dukungan untuk mencapai kesuksesan mendapat program pembelajaran yang cocok. Sebagai tambahan, CCT dapat digunakan untuk memprediksi resiko kegagalan siswa tahun pertama berdasarkan aspek kognitif dan non-kognitif juga dapat mengkonstruk profil konseptual siswa.



SINTESIS JURNAL Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang



dapat mengkondisikan siswa



mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (Depdiknas, 2007). Hal ini tidak cukup dicapai melalui penggunaan model pembelajaran yang baik namun perlu ditunjang pula dengan sistem evaluasi yang baik. Pembelajaran akan efektif jika guru dapat mengetahui kesulitan dan miskonsepsi siswa karena proses pembelajarannya bertolak dari kebutuhan siswa sehingga hasil pembelajarannya menjadi lebih baik. Penelitian-penelitian tentang miskonsepsi telah banyak dilakukan beberapa tahun terakhir ini. Studi miskonsepsi kimia hampir dilakukan di semua materi kimia, seperti asam-basa (CetinDindar dan Geban 2011), garam (Seçken, 2010), ikatan kimia (Tan dan Treagust 1999) dan reaksi kimia (Chandrasegaran dan Mocerino, 2007), bahkan dilakukan khusus pada konsentrasikonsentrasi kimia tertentu seperti di kimia organik (Topal, et.al., 2007), anorganik (Tan, et.al. 2002) dan termodinamika serta kinetika (Tamás dan Tóth, 2013). Studi miskonsepsi ini kemudian diperluas bukan hanya pada siswa sebagai subjeknya, namun juga kepada guru (Sesen, 2013). Miskonsepsi yang mungkin muncul dapat menjadi masalah saat siswa harus mempelajari konsep-konsep kimia lain dan jika tidak segera diremediasi, miskonsepsi ini dapat bersifat persisten dan sulit untuk diperbaiki. Selain itu, saat siswa mengalami miskonsepsi pada suatu topik, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami topik lain yang berkaitan. Hal ini dikarenakan terdapat keterkaitan kerangka konsep siswa yang akan saling mempengaruhi terutama pada topik-topik yang saling berkaitan, misalkan pada konsep model struktur atom, kecenderungan periodik, ikatan kimia serta bentuk molekular dan polaritas (Wang dan Barrow, 2013). Dengan diberikannya suatu bentuk evaluasi yang dapat mendiagnostik miskonsepsi siswa, maka pembelajaran dapat diarahkan berdasarkan miskonsepsi tersebut. Hasil diagnostik ini dapat pula digunakan untuk memprediksi resiko kegagalan siswa, bahan evalusi dalam penempatan siswa sesuai program pendidikan yang diberikan, juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan kurikulum (Potgieter dan Davidowitz, 2011). Hasil penelitian miskonsepsi ini tentu sebaiknya diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran karena sia-sia saja penelitian dilakukan jika hasilnya tidak dimanfaatkan. Beberapa proses pembelajaran yang berbasis miskonsepsi adalah teks perubahan konseptual (Sendur dan Toprak, 2013) dan program intervensi (Regan, et.al., 2011). Hasil evaluasinya menyatakan bahwa proses pembelajaran teks perubahan konseptual dan program intervensi mampu meningkatkan pemahaman siswa dan meremediasi miskonsepsi siswa (Treagust, et.al., 2011; Ültay, et.al., 2014). Pada penelitian lain disebutkan bahwa guru yang mendesain proses pembelajaran dengan berbasis miskonsepsi ternyata dapat mengubah miskonsepsi yang dialami siswa (Yakmaci-Guzel, 2013). Dari pemaparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa pembelajaran yang berbasis miskonsepsi



menghasilkan



produk



pembelajaran



yang



baik.



Namun



permasalahannya,



pembelajaran yang didasari miskonsepsi ini belum banyak diimplementasikan di Indonesia.



Padahal, pembelajaran ini dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman siswa, terutama untuk topik-topik esensial, seperti stoikiometri. Penelitian tentang miskonsepsi stoikiometri telah dilakukan beberapa tahun ini (Gabel dan Bunce; Griffiths; Furió, et.al., dalam Fach, 2007). Hal ini didasarkan pada fakta bahwa stoikiometri merupakan konsep yang sangat dasar dan fundamental dalam kimia. Kenyataannya, beberapa ahli setuju bahwa konsep ini sangat sulit untuk dipahami sehingga konsep ini cukup menakutkan bagi siswa (Schmidt dan Jignéus, dalam Fach 2007). Dari pemaparan di atas, dapat kita lihat pentingnya pembelajaran berbasis miskonsepsi terutama pada topik esensial, seperti stoikiometri. Setiap topik kimia memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan cara pengembangan desain pembelajaran yang berbeda pula. Oleh karena itu, perumusan masalah yang muncul dari urgensi di atas adalah: bagaimanakah pembelajaran berbasis miskonsepsi yang cocok untuk topik stoikiometri dan bagaimana evaluasi dari desain pembelajaran yang telah diterapkan tersebut.



REFERENSI Cetin-Dindar, A dan Omer G. (2011). “Development of a three-tier test to assess high school students’ understanding of acids and bases”. Procedia Social and Behavioral Sciences, 15, hlm. 600-604. Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F. dan Mocerino, M. (2007). “The Development of A Two-Tier MultipleChoice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondary School Students’ Ability to Describe and Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels of Representation”. Chem. Educ. Res Practice, 8 (3), hlm. 293-307. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Depdiknas. Fach, M., de Boer, T. dan Parchmann, I. (2007). “Results of an Interview Study as Basis for The Development of Stepped Supporting Tools for Stoichiometric Problems”. Chemistry Education Research and Practice, 8 (1), hlm. 13-31. Potgieter, M dan Davidowitz, B. (2011). “Preparedness for tertiary chemistry: multiple applications of the Chemistry Competence Test for diagnostic and prediction purposes”. Chem. Educ. Res. Pract., 12, hlm. 193–204. Regan, Á., Childs P and Hayes, S. (2011). “The use of an intervention programme to improve undergraduate students’ chemical knowledge and address their misconceptions”. Chem. Educ. Res. Pract., 12, hlm. 219–227. Seçken, N. (2010). “Identifying Student’s Misconceptions about SALT”. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2, hlm. 234–245. Sendur, G dan Toprak, M. (2013). “The role of conceptual change texts to improve students’ understanding of alkenes”. Chem. Educ. Res. Pract., 14, hlm. 431-449. Sesen, B.A. (2013). “Diagnosing pre-service science teachers’ understanding of chemistry concepts by using computer-mediated predict–observe–explain tasks”. Chem. Educ. Res. Pract., 2013, 14, hlm. 239—246. Tamás, T dan Zoltán T. (2013). “Hungarian university students’ misunderstandings in thermodynamics and chemical kinetics”. Chem. Educ. Res. Pract., 14, hlm. 105-116. Tan, K. D., Goh, N. K., Chia, L. S. dan Treagust, D. F. (2002). “Development and Application of A Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Student’s Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative Analysis”. Journal of Research in Science Teaching, 39 (4), hlm. 283-301. Tan, K. D. dan Treagust, D. F. (1999). “Evaluating Student’s Understanding of Chemical Bonding”. School Science Review, 81 (294), hlm. 75-83. Topal, G., Oral, B dan Özden, M. (2008). “University and Secondary School Students’ Misconceptions about the Concept Of ‘Aromaticity’ in Organic Chemistry”. International Journal of Environmental & Science Education, 2 (4), hlm. 135 –143.



Treagust, D. F., Chandrasegaran, A. L., Zain, A. N. M., Ong, E. T., Karpudewan, M. dan Halim, L. (2011). “Evaluation of an intervention instructional program to facilitate understanding of basic particle concepts among students enrolled in several levels of study”. Chem. Educ. Res. Pract., 12, hlm. 251–261. Ültay, N., Durukan, Ü. G. dan Ültay, E. (2014). “Evaluation of the effectiveness of conceptual change texts in the REACT strategy”. Chem. Educ. Res. Pract. Wang, C. dan Barrow, L. H. (2013). “Exploring conceptual frameworks of models of atomic structures and periodic variations, chemical bonding, and molecular shape and polarity: a comparison of undergraduate general chemistry students with high and low levels of content knowledge”. Chem. Educ. Res. Pract, 14, hlm. 130—146. Yakmaci-Guzel, B. (2013). “Preservice chemistry teachers in action: an evaluation of attempts for changing high school students’ chemistry misconceptions into more scientific conceptions”. Chem. Educ. Res. Pract., 14, hlm. 95—104.