Contoh Naskah Drama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hilangnya Mimpi Naskah Drama untuk 8 Orang Pemain



Tokoh dan Penokohan 1) Pak Somat (Kasar, pemarah, kurang perduli terhadap keluarga) 2) Bu Inem (Cerewet, tidak bersyukur, pemboros) 3) Aryani (Manja, pandai) 4) Rangga (Perhatian, suka menolong) 5) Cinta (Cerewet, baik hati) 6) Ahmad (Religius, sabar) 7) Mustofa (Kyai, bijaksana, suka menolong, perhatian) 8) Fara: (Anggun, lemah lembut)



Di sebuah pinggiran kota, hiduplah satu keluarga hampir sempurna, cukup harta dan kebahagiaan. Namun, semenjak kepergian putra kedua mereka keluarga itu menjadi kehilangan jiwa.



Kebahagiaan berubah seketika, keluarga kini menjadi tempat yang seperti neraka, penuh teriakan, cacian dan makian, bahkan saat dimeja makan sekalipun. Suatu sore sang ayah pulang dengan wajah kusut dan tubuh yang berantakan….



Pak Somat: (membuka pintu dengan kasar dan melemparkan sepatu) Nem….. Inem…..!!! (memanggil istrinya sambil berteriak) Bu Inem: Eh, ayah sudah pulang ya… sini tas-nya Yah… (sambil mengambil tas yang dipegang suaminya) Pak Somat: Iya, sudah tahu tanya! Makan mana makan, aku lapar! Bu Inem: Iya ayah, kok bicaranya kasar seperti itu, sudah ibu siapkan di meja… (ucap Inem berusaha menahan emosi)



Pak Somat: Makanan apa ini!! Apa kamu enggak bisa masak yang lain! (dengan nada kesal) Bu Inem: Ayah ini kenapa sih, dari kemarin ibu salah terus. Ibu salah apa yah, dari kemarin dibentakbentak terus (sambil muka cembetut)



Pak Somat: Kamu ini jadi istri enggak becus! (pergi meninggalkan meja makan) Aryani: Ada apa sih bu, berisik benar! (berteriak dari ruang tengah) Bu Inem: Ayah kamu itu sudah keterlaluan. Sudah, kamu buang saja makanan di meja itu! (sambil menangis dan menuju ke kamar) Aryani: Ah, aku kan lagi belajar bu…. Ibu saja!



Susana rumah semakin tak nyaman terutama untuk Aryani. Ia pusing mendengarkan orang tua yang selalu ribut. Aryani pun menjadi sering melamun dan menyendiri. Sampai beberapa hari kemudian…



Pak Somat: Yani… sini kamu, cari sepatu ayah, buruan! (membentak dan melotot) Aryani: Lagi belajar yah….! Pak Somat: Ambil sepatu ayah dulu, ayah sudah kesiangan. Kamu kan bisa belajar nanti lagi di sekolah, lagian perempuan bangun siang, mau jadi apa kamu!



Aryani: Iya… (dengan nada kesal, setelah itu ia kembali ke kamar untuk siap-siap sekolah) Bu Inem: Yani….! Bantu ibu masak dulu….! Aryani: Ah ibu, ini kan sudah siang, Yani mau berangkat sekolah…. Bu Inem: Kamu ini kalau disuruh orang tua bantah terus! Sudah sini….! Aryani: Kenapa sih aku jadi seperti pembantu! (sambil pergi ke dapur)



Kini Aryani menjadi sasaran atas setiap kemarahan orang tuanya. Disuruh-suruh dan selalu salah, hingga akhirnya ia pun tak bisa menahan emosi dan ikut marah-marah. Suatu sore…



Bu Inem: Yah, uang belanja sudah habis, aku minta uang belanja… Pak Somat: Apa…. Uang belanja lagi, kemarin kan kamu baru dikasih sekarang sudah habis. Kamu ini boros benar jadi orang! Jadi istri itu yang benar! (marah-marah kepada istrinya) Bu Inem: Yang kemarin kan sudah buat belanja, kamu itu jadi suami pelit dan perhitungan! (berteriak dengan nada kesal)



Aryani: Berisik……! Bisa tidak sih ayah dan ibu enggak berantem terus! (berteriak dari dalam kamar) Pak Somat: Enggak sopan kamu ya! Sama orang tua teriak-teriak. Kamu ngapa di dalam kamar terus, bukannya bersih-bersih rumah, rumah sudah seperti kandang ayam begini! Bu Inem: Ayah kalau berbicara jangan sembarangan ya, aku sudah capek yah setiap hari kerja di rumah tidak dihargai. Pak Somat: Kerja apa…! Sudahlah, pusing aku di rumah (pergi meninggalkan rumah)



Bukannya sadar, orang tua Aryani semakin menjadi, setiap hari bertengkar dihadapan anaknya. Kini mereka saling diam tak tegur sapa. Sampai akhirnya suatu malam terjadi pertengkaran hebat, orang tua Aryani bercerai.



Aryani semakin kalut, ia pun tak konsentrasi lagi dalam belajar di sekolah. Teman-temannya pun menyadari hal itu dan menanyakan ada masalah apa.



Cinta: Hei, kamu lagi sakit gigi ya Yan, dari kemarin diam aja! (dengan suara nyaring) Rangga: Iya tuh, tumben, kenapa sih, ada masalah apa? Rahmad: Iya Yan, kalau ada masalah cerita saja sama kita, mungkin kita bisa bantu. Aryani: Enggak ada apa – apa kok…. Cinta: Eh, sini dulu kamu…. Kamu anggap kita ini apa, sini cerita dulu! (sambil menyeret lengan Aryani dan memaksanya duduk di bangku taman sekolah)



Rahmat: Yan, cerita saja, tidak baik memendam masalah sendiri. (dengan nada lembut) Fara: Iya Yan… cerita saja sama kita, kita kan sahabat.



Cinta: Sudah, sudah, kalian diam dulu, kapan Yani mau cerita kalau kalian ribut terus. Aryani: Iya nih… aku lagi ada masalah… (sambil menunduk) Ahmad: Masalah apa, uang sekolah, atau pacar kamu ya? Aryani: Bukan, masalah keluarga. Sekarang orang tuaku sudah bercerai. (sambil mengusap air mata) Rangga, Cinta, Ahmad dan Mustofa: Apa…..!!! (mereka pun akhirnya terdiam sejenak)



Ahmad: Kami turut prihatin Yan atas kejadian itu… Rangga: Iya Yan… sabar ya… Cinta: Terus, orang tua kamu sekarang bagaimana? Aryani: Ibu tetap di rumah dan ayah pergi entah kemana (sambil menahan isak tangis) Fara: sabar ya Yan, masih ada kita, kamu jangan sedih terus, kita kan juga keluarga kamu… Ahmad: Iya Yan, kami akan selalu ada buat kamu… Rangga: Benar Yan… Aryani: Terima kasih ya teman-teman….



Melihat sahabatnya yang tetap saja sedih, akhirnya satu bulan kemudian, teman-teman Aryani pun mengajak Aryani datang ke guru ngaji. Mereka ingin Aryani mendapatkan nasehat dan dukungan agar bisa tetap semangat hidup.



Fara: Yan, yuk ikut kita… Aryani: Kemana, enggak lah… Rangga: Udah, ikut saja… jalan-jalan kok tenang saja… dari pada di rumah. Cinta: Iya yuk (sambil menggandeng tangan Aryani)



Sesampainya di tempat yang dituju…



Ahmad: Assalamu’alaikum…. Pak Mustofa: Waalaikum salam…. Oh, nak Ahmad, mari-mari silahkan… Ahmad: Terima kasih pak, (sambil mengikuti pak Mustfa) kok ramai sekali pak Pak Mustofa: Iya nih, anak-anak sedang latihan…



Ahmad: Oh iya pak, kenalkan ini teman-teman saya, Rani, Rangga dan Cinta… Pak Mustofa: Oh iya, teman sekolah ya. Saya Mustofa, pengurus pondok ini… Fara: Oh….. Rangga: Eh… itu siapa pak, pandai benar menarinya? Pak Mustofa: Iya Nak, itu murid baru disini. Meski dia tidak punya tangan tapi ia berbakat, semangatnya tinggi benar!



Ahmad: Bangga ya pak melihat anak-anak seperti itu.. Pak Mustofa: Iya benar, sebagai seorang penerus bangsa, anak-anak memang harus terus semangat dalam keadaan apapun. Tidak boleh kalah karena masalah, musibah, atau cobaan… orang-orang yang kurang beruntung seperti mereka saja bisa semangat, kenapa kita tidak… Cinta: Iya, benar sekali pak…



Mereka pun duduk di serambi rumah sambil melihat anak-anak pondol latihan. Di sela-sela perbincangan itu, Ahmad pun menceritakan keadaan yang sedang dialami oleh temannya. Pak Mustofa pun memberikan nasehat berharga kepada mereka terutama Aryani.



Pak Mustofa: Hidup itu terlalu berharga untuk dibawa sedih nak. Sama dengan mereka, semua orang pasti memiliki kekurangan tetapi kita tidak boleh terpuruk dan hanya meratapi kekurangan kita. Apalagi kalau kita sedang ada cobaan atau masalah, itu tandanya Alloh sedang meningkatkan kemampuan kita…



Cinta: Tapi kan kami belum mampu seperti bapak… kami kan masih anak sekolah pak…



Pak Mustofa: Maka dari itu, fokus saja pada cita-cita, belajar yang rajin, ibadah jangan ditinggalkan. Insyaalloh, Alloh akan senantiasa menjaga dan membimbing kita.



Aryani: Saya harus bagaimana pak… orang tua saya sudah bercerai dan sekarang saya tidak tahu ayah saya dimana… (sambil menangis) Pak Mustofa: Sabar nak Yani… berdoa agar ayah dan ibu tetap diberi kesehatan dan diberi petunjuk. Mereka adalah orang tua kamu, jangan benci mereka tapi doakan mereka.



Setelah lama berbincang-bincang akhirnya mereka pulang karena waktu sudah sore. Meski sudah mendapat nasehat, Aryani tak bisa bertahan dari kesedihan, ia tidak masuk sekolah beberapa hari. Ia hanya mengurung diri di kamar dan mulai keluar dengan anak jalanan. Sampai suatu hari sahabatnya datang dan memarahi dia.



Cinta: Yan, kamu tidak sekolah kok disini! Dasar kamu ya… Aryani: Sudahlah, kalian tidak perlu perdulikan aku! Fara: Yan, kamu tidak boleh begitu…. Ingat Yan, kamu harus tetap sekolah Aryani: Mau sekolah pakai apa, uang saja tidak ada!



Cinta: Heh…. Kamu jadi orang jangan pesimis ya! Kalau kamu seperti itu kamu tidak akan lebih baik dari orang tua kamu, kamu sadar enggak sih! Ahmad: Ingat Yan, masa depan kita masih panjang… Aryani: Tapi kalian tidak akan bisa bantu aku! (Sambil menangis terisak-isak) Cinta: Sudah, tidak usah banyak bicara kamu! Aku tidak mau tahu, besok kamu harus sekolah, yang lain biar kami yang urus.



Ahmad: Iya Yan, hargai kami sebagai sahabat kamu! Rangga: Benar Yan, kami sayang sama kamu, jangan biarkan kami kehilangan sahabat terbaik kami. Kami janji tidak akan tinggal diam dengan masalah yang kamu hadapi..



Akhirnya, Aryani sadar hidupnya harus dilanjutkan meski orang tuanya bercerai. Kini Aryani memutuskan untuk tidak perduli dengan keluarganya dan lebih fokus dengan belajar. Teman Aryani pun mendukung dengan mencarikan dia pekerjaan untuk membayar uang sekolah agar tidak bergantung pada ibunya.



Aryani: Baiklah… aku bersedia menerima tawaran kalian, tapi bantu aku ya Rangga: Ya Alloh Yan, sudah tenang saja, kita akan atasi ini semua bersama-sama. Syaratnya kamu harus yakin dan semangat, tidak usah lagi berpikir masalah lain. Cinta: Iya Yan, nanti aku akan bilang sama ibu kamu agar mengizinkan kamu membantu aku… Fara: Benar, biar Cinta yang mengatur masalah ibu, sekarang kamu fokus masalah belajar, dan yang terpenting jangan boros sama air mata. Rangga: Iya ya…. Nanti banjir Aryani: Ih…. Awas ya kamu menggoda aku lagi….



Akhirnya, Aryani pun selamat dari pengaruh buruk kelakuan orang tuanya yang tidak bisa di contoh. Ini Aryani semakin semangat belajar dan giat bekerja.



--- oOo ---



Dari cerita di atas ada pesan moral yang bisa diambil, naskah drama broken home 8 pemain hilangnya mimpi. Pesan moralnya adalah jangan menjadikan cobaan dan ujian sebagai penghalang untuk menggapai hidup yang lebih baik. 



Kesombongan Itu Membunuhmu (Naskah Drama 8 Orang) Posted by Firda at 7:53 AM Reactions:  Revan à Pintar, bijak, baik, mempunyai rasa ingin tau yang tinggi, mempunyai tekad yang kuat. Felly à Pintar, sombong, tidak mau kalah, selalu menjaga image. Teman Felly  (Nigi) à Penurut, pendiam. Teman Felly 2 (Lavi) à Cuek, jutek, ceroboh. Teman Revan (Raffa) à Cuek, benci sama Felly, cowo yang ‘dingin’. Teman Revan 2 (Raka) à Sengak, troublemaker, berandal, genit. Guru1 à Baik, lemah lembut. Guru2 à Galak, tegas.



Babak 1 (di koridor kelas) Teman Felly : Fel, udah ngerjain PR belum? Felly : Udahlah, Felly gitu. (menepuk dadanya) (menhampiri pintu kelas) yailah masih dikunci. Teman Felly : Ajarin dong, Fel! (memasang muka pengen) Felly : Enak aja! Kerjain aja sendiri! (duduk deket Teman Felly) Teman Felly : Yaelah Fel, pelit amat. Yaudah deh ajarin gue dong. Gue nggak ngerti cara gunain rumusnya. Felly : Males ah! Usaha sendiri aja gih! (membuka HP-nya cuek) Teman Felly : (mendengus) Ampun dah Felly. Sama temen sendiri nggak mau berbagi ilmu. Felly : Lo temen gue? (menatap polos temannya) Teman Felly : Tau ah! Felly : (bersikap cuek) Teman Felly : Felly, ajarin dong. (mengatup kedua tangan)



Felly : Makanya jadi orang pinter biar bisa ngerjain PR! (tersenyum sinis) Teman Felly : (cemberut) Jangan sombong, Fel. Kena karma nanti. Felly : Bilang aja lo iri. Teman Felly : Terserah lo lah, Fel. Yang penting, ajarin gue sekarang. Sebelum bel bunyi. Felly : Lo tau kan, ini tuh PR. Perkerjaan Rumah. Jadi ngerjainnya ya dirumah. Kalo nggak bisa, ya usaha. Nyari di buku atau internet kan bisa. Jaman udah canggih. Jangan kaya orang susah deh. Ja— Teman Felly : (memotong pembicaraan Felly) Ini gue juga lagi usaha kok. Nanya sama lo. Felly : Yaudah mana sini gue bantuin! (merampas buku Temannya) Teman Felly : Ini gimana nih, gue bingung. Felly : Ini kan udah ada rumusnya. Makanya kalo guru jelasin dengerin! (Felly menjelaskan PR-nya) Teman Felly 2 : (berlari) Hai teman! (ngos-ngosan) Teman Felly : Tumben Vi baru dateng? Teman Felly 2 : Hehehe gue telat bangun tadi. Eh kok pada di luar. Teman Felly : Kebiasaan. Masih dikunci. Felly : Nigi dengerin kenapa sih! Teman Felly : (menyengir) Teman Felly 2 : Lagi ngapain sih? (mecondongkan tubuhnya ke arah pekerjaan Felly) Felly : Bisa liat kan? Teman Felly 2 : Astaghfirullah! Gue lupa ada PR! (panik) Teman Felly : (memutar kedua bola matanya) Felly : (berdecak) Kalian niat sekolah nggak sih, PR udah dari minggu lalu. Teman Felly 2 : (masih sibuk menyalin jawaban dari buku Nigi) Niatlah, Fel. Kalo nggak niat, kita nggak sekolah sekarang. Teman Felly : (menyengir) Felly : Susah punya temen kayak kalian. Dibilangin susah banget.



Teman Felly 2 : Yaudahlah, Fel. Lo nggak akan rugi kok karena sifat gue. (Masih menyalin) Teman Felly : (melotot mendenar perkataan Lavi) Felly : (berdecak kesal) Teman Felly : (wajah ketakutan) mmm, thanks, Fel. Udah ngajarin. Hehe.. Felly : (sambil memainkan HP-nya) hmm Teman Felly 2 : YES! Akhirnya selesai! (meregangkan tangan) Felly : Bangga nyontek? (masih memainkan HP) Teman Felly 2 : Yaelah, yang penting PR kelar sebelum bel. Masalah dapet dari mana jawabannya mah bodo amat. (merapikan bukunya) Thanks, Gi! Teman Felly : Iya, Vi . (suara kecil) Felly : Generasi bangsa ancur. Teman Felly 2 : (memutar bola mata kesal) (melangkah menuju mejanya) Kriing...



Babak 2 (Di kantin) Revan : (menghampiri temannya) weitss bro! Tumben sendiri? Mana  si Raka? (duduk disebelah teman Revan) Teman Revan : Lagi berurusan Pak Retno. (tetap sibuk sama makananya) Revan : Pak Retno? Guru fisika yang killer itu?(memainkan gadgetnya) Teman Revan : Yoi Revan : Kok bisa? Teman Revan : Bisalah. Orang kayak dia mah udah biasa berhadapan sama guru. Revan : Hahaha... Eh, ternyata ini sekolah gede juga ya? (menatap kagum kesekitar) Teman Revan : Ckck, norak banget deh. (memutar bola matanya) Revan : Suka – sukalah. Eh si Raka lama banget dipanggilnya?



Teman Revan : Dengerin ceramah dulu paling. (Felly memasuki kantin) Revan : Bro, itu siapa? (mengarahkan kepalanya ke arah Felly yang asik sama minumannya) Teman Revan : Yang mana? (celingukan) Revan : Itu yang lagi minum. Teman Revan : Oh si Felly (langsung memalingkan muka) Revan : Oh namanya Felly. (ngangguk – ngangguk) Cantik ya? Teman Revan : Hah? Eng, cantik sih. Tapi belom tau aja lo sifatnya. (mendengus kesal) Revan : Baik hati lah pastinya. (senyum – senyum) Teman Revan : Sok tau. Samperin aja, nanti juga tau sifatnya. (bersikap cuek) Revan : Hmm... oke deh. (bangun dari duduk, melangkah ke arah Felly) Teman Revan : (Menghentikan langkah Revan) Mau kemana, Van? Revan : Nyamperinlah. (meneruskan jalannya) Teman Revan : (cengok, meneruskan makannya) (Sesampainya di tempat Felly) Revan : Hai (senyum) Felly : (diam) Revan : Boleh gue duduk di sini? Felly : (masih diam) Revan : Oke gue anggap diem lo itu iya. (duduk di dekat Felly) Felly : (masih tetap diam) Revan : Hmm... Nama lo siapa? Gue- (terpotong karena tepukan teman Revan) Teman Revan : (menepuk pundak Revan) Hoi! Balik kekelas yok! (menarik Revan) Revan : Eh, selow dong. (melepas tarikan temannya) Gue duluan ya! Teman Revan : Ngapain sih deketin si sombong itu?



Revan : Dia baik. Teman Revan : Terserah. (Revan dan teman Revan keluar kantin) (Teman Felly 2 datang) Teman Felly 2 : Felly! (mengagetkan Felly) Felly : Berisik! Teman Felly 2 : Yaelah, Fel. Kaget napa. (menyeruput minuman Felly) Felly : Kayaknya nggak ada yang ngizinin situ minum itu deh. (sinis) Teman Felly 2 : Dikit doang, Fel. (memainkan gadgetnya) Felly : (mendengus) Teman Felly 2 : Eh, tadi gue liat ada si Raffa sama Revan deh disini. Felly : Ya emang. Eh Revan? Siapa tuh? (mengalihkan pandanganya ke arah temannya) Teman Felly 2 : Lo gak tau, Fel? Felly : Nggak (muka polos) Teman Felly 2 : Peduli dikit dong sama lingkungan sekitar. Felly : Penting? Udah deh tinggal bilang siapa dia? Teman Felly 2 : (tersenyum sinis) Dia anak baru. Felly : Ooohh Teman Felly 2 : Lo harus hati – hati. (tersenyum miring) Felly : Emang kenapa? Dia gigit orang gitu?(sinis) Teman Felly 2 : Dia itu... Felly : Apa? Hah? Anak penjabat? (melengos malas) Teman Felly 2 : Dia pinter! (tersenyum penuh kemenangan) Felly : Hahahaha... Lavi, kalo dia pinter, dia sekelas sama kita. Nyatanya? Dia Cuma di kelas biasa. Teman Felly 2 : Felly, yang di kelas reguler itu nggak bodoh, hanya saja mereka masih menyembunyikan kemampuannya.



Felly : Yayaya Teman Felly 2 : Akhirnya keinginan gue bentar lagi tercapai. Felly : Hah? Teman Felly 2 :  (tersenyum misteri) Felly : nggak jelas. Teman Felly 2 : (cuek)



Babak 3 (Di koridor kelas) Revan : Apaan sih Raf?!  Pake narik – narik segala! Teman Revan : Nggak usah deketin si Felly deh. Percuma. Revan : (duduk dilantai) Kenapa? Cemburu? Hahaha... Teman Revan : Ck, apaan sih! Revan : Hahaha... eh si Raka belom selesai juga berhadapan sama pak Retno? Teman Revan : Entah. (berdiri mau melangkah ke arah kamar mandi) Revan : Lah, mau kemana Raf? Teman Revan : Panggilan ‘alam’ nih. Hahaha (Teman Revan keluar kelas) Revan : Aneh dah tuh orang, tadi narik – narik ke kelas. Tapi sekarang ditinggal. (garuk – garuk kepala heran) (Tak lama Teman Revan 2 datang) Teman Revan 2 : (lari – lari, ngos – ngos) Revan : (menyeritkan dahi) Habis ngapain, Ka? Teman Revan 2 : (ngos – ngosan) Gila! Guru nggak punya hati! Revan : Kenapa dah? (melempar minum ke arah temannya) Teman Revan 2 : (minum) Disuruh bersihin toilet. (duduk dekat Revan)



Revan : Hahahaha... awalnya kenapa sih bisa dipanggil Pak Retno? Teman Revan 2 : Ketiduran. Revan : Oh, jadi ketauan tadi. Hahaha Teman Revan 2 : (muka ditekuk –cemberut-)  Lagian tadi main kabur ke toilet. Revan : Kebelet (nyengir) Teman Revan 2 : (mendengus) Capek men! Revan : Makanya jangan tidur mulu dikelas. Teman Revan 2 : Yayaya Revan : Ck. Eh kenal Felly nggak? Teman Revan 2 : Felly?! Revan : Yap! Teman Revan 2 : Kenallah, siapa coba yang nggak kenal dia? (senyum – senyum) Apalagi cewek cantik kayak Felly. Revan : Wah, naksir ya bro? Teman Revan 2 : Cuma orang buta yang nggak naksir dia. (tersenyum membayangkan Felly) Revan : (memandang jijik temannya) Teman Revan 2 : Eh, bentar, tau Felly darimana? Revan : Tadi liat di kantin. Teman Revan 2 : Ohh Revan : Dia kaya gimana orangnya? Teman Revan 2 : Dia siapa? Revan : Felly lah. (berdecak kesal) Teman Revan 2 : Hmm... cantik tapi yagitu. Revan : Yagitu kenapa? (memutar bola mata, lelah mendengar jawaban temannya) Teman Revan 2 : Nanti juga tau sendiri. (cuek) Revan : (memainkan gadgetnya)



Teman Revan 2 : Si Raffa mana? Revan : Toilet. Teman Revan 2 : Oohh. Eh mending deketin si Felly aja, kalo mau tau gimana dia. Revan : (berpikir) (tersenyum penuh misteri)



Babak 4 (Esoknya di koridor) Teman Felly : Hoi! Vi! Tumben  udah dateng? Teman Felly 2 : Dikerjain kakak. (cemberut) Teman Felly : Hahaha...  akur dikit napa sama kakak. Teman Felly 2 : Gimana bisa akur, liat mukanya bikin naik darah terus. Teman Felly : Ngomong – ngomong Felly belom dateng ya? Teman Felly 2 : Keliatannya adanya ada nggak? (cuek) Teman Felly : Nggak (muka polos) (Revan melewati kelas Felly) Teman Felly 2 : Eh, gue pengen Felly berubah deh. (Revan Berhenti, menguping pembicaraan teman Felly) Teman Felly : Berubah? Emang bisa ya? Felly kan bukan power rangers. (garuk tengkuk bingung) Teman Felly 2 : Ish... bodoh banget sih! Maksud gue berubah sifatnya, bukan tubuhnya. Teman Felly : Ooh, hehehe. Gimana caranya? Teman Felly 2 : Nah itu dia, gue nggak tau. (Mereka berpikir) (Revan tersenyum kemudian melanjutkan jalan kekelasnya) Teman Felly 2 : Felly itu harus dibikin jera biar sadar. Teman Felly : betul betul. Gimana tuh?



Teman Felly 2 : Ya bantu mikirlah! Gimana gimana mulu! (kesal) Teman Felly : (cengar – cengir) (berpikir) Teman Felly : (berteriak tiba – tiba) AH! GUE TAU! Teman Felly 2 : (mengelus dada kaget) biasa aja kali. (mendesis pelan) Teman Felly : hehehe... Gimana kalo kita geser Felly dari peringkat 1 paralel? Teman Felly 2 : Gi, meski kita dikelas bilingual, tapi otak kita nggak se jenius Felly. Teman Felly : Bisa aja, kalo kita beli otak kayak punya Felly. Teman Felly 2 : (menoyor kepala Nigi) Cari orang yang setara kejeniusan sama Felly. Teman Felly : Hmm... bisa tuh, tapi siapa? (muka polos) Teman Felly 2 : Ntah (menggidikan bahunya) (saling pandang) (tertawa)



Babak 5 (Di koridor) Revan : (menghampiri kedua temannya) Bro! Ada kabar baik! (duduk) Teman Revan 2 : Kabar baik apa? Revan : Gue udah tau sifat Felly. Teman Revan : Terus? Penting gitu? Revan : (mendengus) Gue punya rencana. Teman Revan 2 : Lo mau ‘nembak’ dia? (berbinar) Revan : Nggaklah. (tersenyum misterius) Teman Revan : Ada apa sih? Revan : Gue mau buat taruhan.



Teman Revan 2 : Inget dosa. Revan : Dengerin dulu. Jadi gue bakalan nge-geser Felly dari ranking 1 paralel. Teman Revan : Sok bisa. Revan : Kalo belajar mah bisa. Teman Revan : (melengos) (masuk kelas) Revan : Kenapa sih tuh orang? Teman Revan 2 : Tau deh. Revan : Kira – kira berhasil nggak ya? (memikirkan rencananya) Teman Revan 2 : Hmm, pasti berhasil kalo pinter mah. Revan : Ck. Do’a-in ya bro! (menepuk pundak sahabatnya) Teman Revan 2 : Berani bayar berapa? Revan : Ck. Kalo berhasil, pesen makanan di kantin sesuka lo. Teman Revan 2 : Yoi. (Ber-high five) (Kedalam kelas)



Babak 6 (dikoridor saat istirahat) Revan : (berjalan bersenandung mendengar musik lewat earphone) Felly : (memainkan hp sambil berjalan) (bersenggolan) Felly : aduh! (memegangi lengan atasnya) Revan : sorry sorry ya Allah ma- loh Felly? Felly : liat - liat dong kalo jalan! Revan : yee enak aja main salahin orang. Lo juga salah jalan kok nunduk.



Felly : lo yang salah. Sok kenal lagi. Revan : Nggak nyangka ternyata gini sifat murid terpintar. Felly : ck (liat Revan dari atas kebawah) oh situ anak baru? Nggak nyangka anak baru hobi nge-judge orang. Revan : tapi emang bener kan, Felly murid pintar tapi belagu. Felly : heh?! tau apa lo tentang gue? Jangan main ambil kesimpulan! Revan : well, baru begini aja udah kepancing emosinya Felly : mau lo apa sih? Sok akrab! Revan : (melirik Felly) Felly, murid terpintar yang selalu menempati ranking satu paralel. Asik juga kalo bisa nge-geser lo. (tersenyum misterius) Felly : (mengangkat dagunya sombong) (melipat kedua  tangan didepan dada) nggak usah sok pinter deh! Revan : bukannya sok, tapi kenyataannnya emang begitu. Felly : lo tuh cuma anak biasa yang beruntung masuk sekolah favorit. Jangan banyak gaya mas. Revan : kita liat aja nanti pengumuman hasil UAS  1. (Tersenyum misterius) Felly : jangan mimpi bisa dapetin posisi pertama. Karena anak sekelas gue aja susah geser gue Revan : hmm. Felly : ish terserah deh, males nanggepin orang nggak jelas. (Beranjak pergi dari tempat) Revan : (berteriak) lo takut? Felly : (memutar balik badan) Nggak! Revan : (menghampiri Felly) kalo nggak takut, seharusnya  mau dong terima  tantangan gue. Felly : apasih? Nggak jelas! (Membalikan badan) Revan : penakut! Felly : gue bukan penakut! Revan : kalo gitu, bisalah terima  tantangan dari gue. Felly : ck, apa?! Revan : hmm, sebenernya sih gue mau ajak lo taruhan.-



Felly : (mendumel memotong omongan Revan) cih katanya anak baru itu alim ternyata tukang taruhan. Revan : ini bukan sembarang taruhanFelly : banyak gaya lo . (memotong omongan lagi) Revan : siapa yang bisa nempati ranking satu paralel dialah pemenangFelly : ck sok. Revan : yang kalah harus menuhin 3 permintaan yang menangFelly :  lebay. Revan : permintaan bebas. Dan harus sportif. Felly: nggak penting banget sih! Revan: bilang aja takut kalah. Felly: Felly nggak pernah kalah! Revan: ya terimalah tantangan gue (bersedekap) Felly : apapun permintaannya? Revan: Ya Felly: (berpikir) Revan : (tersenyum miring) jadi? Felly : apa harus gue terima taruhan konyol lo? (mendengus) Revan : tentu. Itupun kalo lo bukan penakut. Felly : siapa takut?! Revan : oke , deal? (mengulurkan jabat tangan) Felly : deal. (bersalaman) Guru 2 : (berdehem) ada apa ini? kenapa masih diluar? Revan : eh ibu hehe nggak ada apa apa kok bu (cengengesan) Felly : (tersenyum kikuk) Guru 2 : cepat masuk! Bel masuk sudah berbunyi dari tadi.



Revan : iya bu, kalo gitu kami permisi masuk kekelas bu. Assalamualaikum. Felly : Assalamualaikum bu. (keduanya pergi ke kelas masing masing) Guru 2 : waalaikumsalam. Dasar murid bandel. Pacaran mulu.



Babak 7 (Di koridor esoknya) Revan : (lagi belajar) Teman Revan : tumben lo jam kosong gini belajar? Revan : Suka – sukalah. Teman Revan: Lo masih nekat buat kalahin Felly? Revan: hmm Teman Revan: Ngapain sih berurusan ama dia? Revan: Kenapa sih lo nggak suka gitu sama dia? Teman Revan: Sok cantik. Sombong lagi. Revan: Emang cantik kali. Hahah Teman Revan: terserah. Revan: Udah sono pergi, gue mau belajar. Teman Revan : halaah nggak bakal bisa lo nandingin Felly. Revan : usaha keras nggak akan menghianati kok. Teman Revan : sok bijak. Revan : pergi sonoh ah! Ganggu aja. Teman Revan : (mengangkat bahu, dan beranjak pergi) Revan : berisik banget dah tu orang. (Ngedumel) (tak lama kemudian Felly melewati koridor kelas Revan)



Felly : cie yang lagi belajar. (bersedekap) Revan : ada masalah? Felly : nggak sih. Cuma gue yakin lo belajar pun juga  percuma. Revan : Liat aja nanti. Felly : sok pinter. Revan : jangan banyak omong. Felly : uh takut hahahaha Revan : gue yakin, gue bisa karena gue  berusaha. Felly : duh jadi takut kalah hahahaha Revan : satu hal yang harus lo tau, usaha keras tidak pernah berkhianat. Felly : hmm te- (terpotong karena ada yang menyebut namanya) Guru 1 : Felly kenapa kamu ada disini? Felly : habis dari toilet bu. Guru 1 : yaudah sekarang kamu kembali ke kelasmu segera. Felly  : baik bu. Guru 1 : oiya ibu mau ambil daftar absen dulu. Kumpulkan pr di meja guru. Nanti ibu ke kelasmu. Felly : siap bu. (guru 1 pun pergi ke ruang guru) Revan : udah sono pergi. Berisik tau! Felly : dih. Oke, semangat belajarnya . Hahaha (Felly pun pergi ke kelasnya) Revan : Felly Felly. (Geleng geleng kepala) Teman Revan 2 : hoi! (menepuk pundak Revan) Revan : astaghfirullah. (Mengusap dada) Teman Revan 2 : Jangan mikirin Felly mulu makanya hahahah



Revan : ya Allah banyak banget si pengganggu. (Menjambak rambut kesal) Teman Revan 2 : udah batalin aja taruhannya. Kalah tau rasa loh. Revan : berisik! udah ah minggir. ( beranjak dari tempat) Teman Revan 2 : lah dia pergi. Basketan ajalah. (Kelapangan)



Babak 8 (Di koridor) (Ujian telah usai) Teman Felly: Fel. Felly: Ya? Ada apa sih? Kok daritadi orang-orang mandang gue aneh gitu? Teman Felly 2: SebenernyaTeman Felly: Mending lo ke lobby deh. Kita ke kelas dulu ya. Dahh (sambil menarik temannya) Felly: Apasih tuh anak, aneh banget. Ngapain juga harus ke lobby? Liat hasil UAS? Udah pasti gue juara 1, hahahaha. (Revan sedang berjalan santai sambil bernyanyi kecil) Revan: mana sih tuh orang? (celingukan) Nah tu dia! (Menghampiri Felly) Revan: Hai, Fel. (pura-pura memasang wajah sedih) Felly: (menengok) Kenapa lo sedih? Kalah ya? ahahahhaa. Revan: (bersedekap, bersender pada tembok) udah liat pengumuman? Felly: Haahahahaha, tanpa di liat juga ketauan kali siapa pemenangnya. Ya gue lah. Revan: Apa yang buat lo yakin kalau lo juara 1? Felly: (Berdiri) Gue Felly, murid yang selalu menempati ranking 1 paralel. Nggak ada yang bisa nyingkirin gue. Apalagi lo yang hanya dari kelas biasa. Revan: (tersenyum misterius) ingat, di atas langit masih ada langit. Felly: sok bijak. Ck..



Revan: (menyerahkan sebuah kertas) Felly: Apaan tuh? Revan: Liat aja sendiri Felly: (mengambil kertas itu ragu-ragu, membukanya perlahan) (Felly terdiam sejenak) Felly: Nggak! Ini nggak mungkin! Revan: Ingat perjanjian kita? Felly: Ini nggak mungkin. Lo pasti bohongkan?! Revan: Apa buktinya? Felly: Nggak! Semuanya pasti bohong! Ini nggak mungkin! Revan: Terima kekalahan Felly. Felly: (terdiam menatap kosong kertas) Revan: sportif, Fel Felly: Ini nggak mungkin! (mulai terisak) Revan: (panik) Felly: Ini pasti mimpi. Revan: (menghela napas berat) Gue nggak ada maksud buat lo nangis gini, gue cuma mau lo sadar. Kesombongan lo membuat lo terlihat buruk dimata teman lo. Felly:  emang gue sombong? Revan: Ya, lo memang pintar hanya saja lo terlalu tinggi hati. Lo jarang mau bantu teman lo yang kesusahan. Felly: (merenung) Revan: Siap terima 3 permintaan dari gue? Felly: Apa? Revan: pertama, jangan sombong. Hal yang lo miliki sekarang hanya sementara. Berbagi ilmu dengan teman itu lebih baik. Felly: Oke.



Revan: Kedua, mulai berteman dengan siapapun dan bersikap baik. Mencari teman tak semudah mencari musuh. Felly: Gue selalu bersikap baik. Revan: tapi kenyataannya, lo cuma punya 2 teman setia lo itu, yang lain menghindari lo karena sikap lo selalu meremehkan orang lain. Felly: (menghela napas) oke. Revan: dan yang terakhir, kita berteman sekarang. Felly: Hah? Revan: Ya selama inikan lo anggep gue musuh gitu. Jadi kita temenan sekarang. (tersenyum puas) (terdiam sejenak) Felly: Teman? (tersenyum) Revan: teman. (tersenyum)



Tamat.