6 0 281 KB
Nama NPM Kelas Mata Kuliah
: Fitri Yanti : C1B013108 : Manajemen C : Manajemen Operasional
Tugas : Buatlah contoh soal dalam melakukan perencanaan lokasi pabrik beserta penyelesaian! A. Metode beban skor Seorang investor merencanakan akan mendirikan perusahaan berupa rumah pemotongan ayam (rpa). Dari survey awal telah ditentukan 3 alternatif lokasi yaitu wilayah sleman, bantul dan kota Yogyakarta. Sedangkan faktor-faktor yang akan dinilai terkait dengan rencana pendirian rpa tersebut meliputi: sumber bahan baku, sewa tempat, sarana transportasi, ketersediaan tenaga kerja, aspek lingkungan terkait dengan dampak lingkungan JAWAB: 1. Menentukan skor faktor yang dinilai keterangan skor: 1 = kurang 2 = sedang 3 = baik 4 = baik sekali 2. Menentukan bobot faktor yang dinilai: sumber bahan baku = 20 sewa tempat = 25 sarana transportasi = 10 tenaga kerja = 15 limbah = 30 3. Memberikan bobot berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing faktor.
4. Mengalikan skor x bobot setiap faktor
5. Menentukan lokasi dengan mendasarkan pada nilai beban skor tertinggi Dari hasil analisis tersebut alternatif lokasi yang dipilih adalah lokasi yang memberikan nilai bobot skor yang tertinggi yaitu Bantul. B. Metode perbandingan biaya Sebuah perusahaan sedang menilai pendirian pabrik baru. Terdapat 3 alternatif lokasi yang tersedia (Sleman,Bantul, kota Yogyakarta). Perhitungan besarnya biaya tetap dan variabel pada masing-masing lokasi tampak pada tabel berikut:
Rencana produksi ditetapkan pada jumlah 500 unit dan 1.200 unit untuk setiap lokasi. Permasalahan: tentukan lokasi yang sebaiknya dipilih dengan mempertimbangkan total biayanya.
Penyelesaian : 1. Menentukan fungsi biaya pada masing-masing lokasi TC = a + bx Keterangan : a = biaya tetap b = biaya variabel per unit x = rencana unit produksi 2. Fungsi biaya pada masing-masing lokasi: Sleman = 600.000 + 1.600 x Bantul = 900.000 + 1.200x Kota = 1.200.000 + 800 x Total biaya pada kapasitas produksi 500 unit: Sleman = 600.000 + 1.600 ( 500) = 1.400.000 Bantul = 900.000 + 1.200 (500) = 1.500.000 Kota = 1.200.000 + 800 ( 500 ) = 1.600.000 Total biaya pada kapasitas produksi 1.200 unit: Sleman = 600.000 + 1.600 ( 1.200 ) = 2.520.000 Bantul = 900.000 + 1.200 ( 1.200 ) = 2.340.000 Kota = 1.200.000 + 800 ( 1.200 ) = 2.160.000 3. Menghitung jumlah unit produksi yang menghasilkan total biaya yang sama untuk setiap lokasi. 600.000 + 1.600 x 1.600 x – 1.200 x 400 x x
= 900.000 + 1.200 x = 900.000 – 600.000 = 300.000 = 750 unit
600.000 + 1.600 x 1.600 x – 800 x 800 x x
= 1.200.000 + 800 x = 1.200.000 – 600.000 = 600.000 = 750 unit
900.000 + 1.200 x
= 1.200.000 + 800 x
1.200 x – 800 x 400 x x
= 1.200.000 – 900.000 = 300.000 = 750 unit.
Kesimpulan: Jika kapasitas produksi antara 500 – 750 unit, maka alternatif Sleman yang terbaik (total biaya terendah) Jika kapasitas produksi diperkirakan antara 750 – 1.200 unit, maka lokasi Kota Yogyakarta yang dipilih. Jika kapasitas produksi sebesar 750 unit, maka ketiga alternatif lokasi sama baiknya (indeference). C. Metode break even point. BEP adalah titik dimana total pendapatan = total biaya. Secara matematik rumusan bep adalah: bep → Fc = marginal income bep → Fc/marginal income per unit FC bep = P−FC
bep
bep =
FC 1−VCR FC 1−VC / S
Dari contoh pada metode beban skor dan metode perbandingan biaya, maka dapat dihitung besarnya bep pada masing-masing lokasi
bep lokasi sleman =
6000 1.600
bep lokasi bantul =
900.000 2.000 = 450 unit
Bep lokasi kota =
Kesimpulan :
1.200 .000 2.400
= 375 unit
= 500 unit
Jika kapasitas produksi yang direncanakan diatas 750 unit, maka berdasarkan perhitungan bep tersebut lokasi yang terbaik adalah Kota Yogyakarta (karena dapat menghasilkan keuntungan yang terbesar)