Contoh Telaah Jurnal PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVIEW DAN TELAAH KRITIS ARTIKEL Judul Artikel: Effect of Dengue Vector Control Interventions on Entomological Parameters in Developing Countries: A Systematic Review and Meta-Analysis Penulis : T.E Erlanger, J.Keiser, J.Utzinger Publikasi : 2008 Penelaah : Kelompok 7 Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent FKM Universitas Airlangga Tanggal Telaah: 29 September 2014 I. Deskripsi Artikel 1. Tujuan Utama Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek dari pengendalian vektor demam berdarah yang berbeda yaitu pengendalian vektor secara biologi, kimia, kultural dan integrasi. 2. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa studi pengendalian vektor secara biologi yang dilakukan di Mexico dan Chiapas penggunaan ikan sebagai alat pengendalian vektor seperti Poecilia spp, Ictalurus spp, Lepisostus spp., Brycon spp mampu mengeliminasi larva Aedes spp. Sedangkan pengendalian vektor secara kultural pada umumnya dilakukan dengan penghapusan penggunaan tempayan dan menutupi tempat penampungan air. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan pengendalian vektor secara integrasi, yaitu mengkombinasikan pengendalian vektor secara kimia, biologi maupun kultural dengan program edukasi yang berbasis masyarakat. Program ini lebih ditekankan pada penanggulangan sumber daya, menutupi tempat penampungan air, dan pengolahan air dengan larvasidasi. 2



3. Kesimpulan Penelitian Pengendalian vektor demam berdarah merupakan cara yang efektif untuk mengurangi jumlah populasi vektor tersebut, terutama jika dalam melakukan pengendalian ini menggunakan pendekatan terintegrasi, community-based yang menyesuaikan dengan eco-epidemiological dan sosiokultural lokal dan ditambah dengan program edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. II. Telaah Artikel A. Fokus Utama Penelitian Fokus utama penelitian di dadasarkan pada efek intervensi pengendallian vektor demam dengan parameter entomologis negara berkembang. Jadi peneliti disini lebih memfokuskan pada cara untuk mengontrol vektor. B. Elemen yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Suatu Penelitian 1. Gaya penulisan a. Sistematika penulisan Sitematika penulisan yang digunakan pada jurnal yang kita analisis sudah cukup bagus. Sudah mencakup hal-hal yang harus ada pada sistem penulisan jurnal. Diantaranya judul artikel, nama penulis, unit kerja dan alamat lengkap, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, serta yang terakhir daftar pustaka. b. Tata bahasa Tata bahasa yang digunakan pada penulisan jurnal yang berjudul Effect of Dengue Vector Control Interventions on Entomological Parameters in Developing Countries ini sudah baik, karena pembaca sudah bisa menangkap isi yang ditulis. 2. Penulis a. Kualifikasi penulis Penulis dalam jurnal ini sudah expert di bidangnya, terbukti dengan alamat yang disertakan dibawahnya (Department of Public 3



Health and Epidemiology and Department of Medical Parasitology and infection biology, Swiss Tropical Institute, Basel, Switzerland). 3. Judul a. Kelebihan Judul yang digunakan berbeda dengan jurnal lain dan jarang di pakai. Jadi, merupakan riset yang tergolong masih baru. b. Kekurangan Judul yang digunakan bahasanya terlalu ilmiah. Jadi, tidak semua orang bisa mengerti. 4. Abstrak a. Kelebihan Abstrak yang ditulis jelas, karena sudah menunjukkan data dan range dari hasil penelitian. Selain itu, abstrak ini mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca. b. Kekurangan Dalam abstrak ini belum dijelaskan secara mendalam tentang sebab dari masalah yang ditulis pada artikel jurnal. C. Elemen yang Mempengaruhi Kekuatan Suatu Penelitian 1. Masalah dan Tujuan Penelitian a. Masalah Penelitian Masalah yang diangkat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan topik bahasan, yaitu masalah pengendalian vektor dengue di berbagai negara berkembang. Masalah dengan sangat jelas, spesifik dan konkret dijabarkan di bagian introduction. b. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian telah sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu menilai efek dari berbagai bentuk intervensi pengendalian vektor dengue di berbagai negara berkembang di dunia, sehingga dapat direkomendasikan usulan intervensi yang paling efektif berdasarkan hasil metaanalisis. Selain itu, tujuan 4



penelitian yang dijabarkan setelah pemaparan masalah di bagian introduction juga dirumuskan dalam bentuk yang konkret, dapat diamati (observable), dan dapat diukur (measurable). 2. Sistematika penulisan Sistematika penulisan artikel penelitian ini cukup sistematis, runtut, dan padu. Hampir tidak ada bagian yang terputus, karena antar bagian dalam artikel saling berhubungan satu sama lain. Penulisan artikel penelitian ini juga telah memenuhi kriteria logis dan konsisten. 3. Kerangka teori Artikel yang berisi hasil riset ini telah mengintegrasikan berbagai macam teori untuk membahas hasil penelitian, sehingga hasil meta-analisis tentang upaya pengendalian vektor di berbagai negara berkembang yang dibahas dalam riset ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Alur pikir peneliti juga dengan cukup bagus dipaparkan dan diperkuat dengan beberapa teori dan riset sebelumnya. 4. Sasaran Sasaran pada penelitian sudah jelas yaitu ditujukan untuk berbagai negara-negara berkembang dan dapat secara langsung diketahui oleh pembaca hanya dengan membaca judul pada review artikel tersebut yaitu “Effect of Dengue Vector Control Interventions on Entomological Parameters in Developing Countries: A Systematic Review and Meta-Analysis”. Sasaran penelitian juga lebih jelas dijabarkan pada tujuan penelitian tersebut. 5. Pertimbangan etik Pertimbangan Etik sudah tertera dengan jelas karena penelitian diawali dengan menjelaskan maksud penelitian secara lisan maupun tulisan baru kemudian melakukan intervensi dan ketika intervensi yang digunakan juga berbasis masyarakat, pendekatan terpadu, yang disesuaikan dengan ekoepidemiologi lokal dan pengaturan sosial budaya dan dikombinasikan dengan program pendidikan untuk 5



meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang praktek terbaik dengan tujuan penelitian dalam mengurangi populasi vector. 6. Definisi operasional Dalam artikel, peneliti telah menjelaskan dengan baik mengenai material dan metode mulai dari mencari strategi dan menyeleksi kriteria dari banyak publikasi tentang pengendalian vektor di dunia. Selain itu juga telah dijelaskan mengenai cara ekstraksi data dan analisis statistik yang digunakan. 7. Metode a. Desain penelitian Peneliti dengan sistematis telah menggolongkan cara intervensi pengendalian vektor di sejumlah negara berkembang dan endemis dengan menentukan beberapa kriteria yang kemudian dianalisis secara terpisah sesuai jenisnya agar dapat dinilai. b. Populasi dan sampel 1) Populasi Semua penelitian yang diterbitkan untuk menyelidiki efektivitas intervensi kontrol terhadap vektor demam berdarah termasuk kontrol kimia, kontrol biologi, manajemen lingkungan dan manajemen vektor terpadu di negara berkembang. 2) Sampel Dalam judul tertulis bahwa wilayah sasaran penelitian adalah negara berkembang, akan tetapi peneliti telah memasukkan negara yang diluar kriteria karena negara tersebut adalah negara dengan endemis demam berdarah. Seharusnya jika negara endemis walaupun bukan kriteria negara berkembang tetapi masuk dalam sampel penelitian, seharusnya peneliti lebih fokus kepada negara endemis dimana negara berkembang juga banyak yang termasuk negara dengan endemis demam berdarah atau penyakit akibat vektor nyamuk sehingga hasil penelitian mampu mewakili populasi yang juga telah disesuaikan, yaitu negara endemis. 3) Teknik 6



Peneliti hanya menjelaskan kriteria menentukan sampel, tidak ada perhitungan statistika yang jelas mengenai jumlah populasi dan jumlah sampel yang diambil. 4) Penentuan besar sampel Peneliti hanya menjelaskan 56 publikasi yang diteliti yang mewakili 61 macam intervensi pengendalian vektor di 23 negara. 5) Kesesuaian teknik penentuan besar sampel dengan besar sampel yang dipakai Secara teknik statistik penentuan besar sampel tidak sesuai, akan tetapi peneliti menggunakan kriteria untuk mengambil sampel sehingga sesuai dengan besar sampel walaupun tidak relevan dengan judul penelitian. c. Variabel penelitian Variabel yang menonjol dalam artikel antara lain variabel independen yaitu masing-masing cara pengendalian vektor di masing-masing negara kemudian dianalisis apakah mempengaruhi secara signifikan terhadap pengurangan populasi vektor nyamuk. Populasi vektor nyamuk merupakan variabel dependen. d. Instrumen yang digunakan Penulis mencari secara sistematis media publik, web keilmuan, ilmu langsung, buletin demam berdarah WHO dan daftar referensi dari artikel diambil pada intervensi pengendalian vektor demam berdarah di negara-negara berkembang. Penulis mengambil data mengenai efektivitas pengendalian vektor demam berdarah dan dihitung ukuran efektivitas relatif kemudian dikombinasikan dengan interval kepercayaan 95 %. 8. Data analisis/hasil a. Analisis statistik yang digunakan Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi semua penelitian yang diterbitkan yang menyelidiki efektivitas vektor dengue yang berbeda intervensi kontrol, termasuk kontrol 7



kimia, biologi kontrol, pengelolaan lingkungan di negara-negara berkembang. Pengelolaan lingkungan terdiri dari tiga pendekatan utama, yaitu: (a) lingkungan modifikasi; (B) manipulasi lingkungan, dan (c) modofikasi atau manipulasi tempat tinggal manusia untuk mengurangi kontak dengan vector. Dalam penelitian ini ada beberapa kroteria dalam pengambilan data. Pertama Penelitian ini hanya mengambil data dari from less dan medium developed countries dengan human development index (HDI ) ≤0.8 berdasarkan laporan terakhir United Nation Development. Ada beberapa pengecualian, pengecualian adalah: Kuba (HDI = 0,838), Meksiko (HDI = 0,829), Trinidad dan Tobago (HDI = 0,814),dan Brasil (HDI = 0.800). Negara-negara ini memiliki sejarah wabah demam berdarah dan sumber daya yang terbatas untuk kontrol, dan beberapa komunitas tidak memiliki akses keamanan yang terpercaya dan persediaan air. Kedua, data diperoleh dari publikasi yang melaporkan data yang diperoleh baik dari survei longitudinal atau cross-sectional survey. Vector kontrol dilakukan di bawah laboratorium atau semi-field-conditions (penempatan misalnya wadah air di atau sekitar perumahan). Ketiga, sampel hanya wadah air atau orang-orang yang dipilihsecara acak. Keempat, hanya mempelajari dengan ukuran sampel yang dikenal dan dengan data yang dapat ditransformasi menjadi indeks Breteau (BI), Indeks kontainer (CI), indeks rumah (HI) atau termasuk insiden dengue. Tiga indeks tersebut dipilih karena mereka adalah yang paling sering digunakan dalam penghitungan entomological untuk resiko penularan dengue. BI menentukan jumlah kontainer dengan Aedes spp. larva per 100 rumah, CI-individu adalah persentase wadah air positif bagi yang immature dan HI memberikan persentase rumah dengan wadah air immature. Insiden dengue ini dimasukkan karena 8



merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur efektivitas program pengendalian. b. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa studi pengendalian vektor secara biologi yang dilakukan di Mexico dan Chiapas penggunaan ikan sebagai alat pengendalian vektor seperti Poecilia spp, Ictalurus spp, Lepisostus spp., Brycon spp mampu mengeliminasi larva Aedes spp. Sedangkan pengendalian vektor secara kultural pada umumnya dilakukan dengan penghapusan penggunaan tempayan dan menutupi tempat penampungan air. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan pengendalian vektor secara integrasi, yaitu mengkombinasikan pengendalian vektor secara kimia, biologi maupun kultural dengan program edukasi yang berbasis masyarakat. Program ini lebih ditekankan pada penanggulangan sumber daya, menutupi tempat penampungan air, dan pengolahan air dengan larvasidasi. Untuk pengendalian vektor DBD, drainase, irigasi intermittentention dan pengelolaan air limbah tampaknya kurang efektif strategi pengelolaan lingkungan dari mereka adalah untuk malaria pengendalian vektor Kesimpulannya, pengendalian vektor memang efektif terhadap kasus dengue, terutama ketika intervensi didasarkan pada masyarakat luas, pendekatan terpadu, dan disesuaikan dengan eco- lokal epidemiologi dan pengaturan sosial budaya. Ketika sumber daya memungkinkan, kegiatan pengendalian vektor harus dikombinasikan dengan program pembelajaran sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik yang baik berkaitan dengan penyimpanan air rumah tangga 9. Pembahasan temuan hasil penelitian a. Kelebihan 9



Dalam penelitian ini hasil dari setiap penelitian dalam bentuk tabel telah dijelaskan secara rinci dan sistematis. Penelitian telah jelas mengungkapkan populasi yang diteliti, kelompok pembandig dan hasil akhir dari penelitian. Isi dari artikel serta cara penulisannya sudah relevan dengan kaidah penulisan jurnal ilmiah. Pembahasan dalam jurnal juga sesuai dengan tema yang diangkat. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data resmi yang dikeluarkan pemerintah setempat seperti media publik, web keilmuan, ilmu langsung, buletin demam berdarah WHO dan daftar referensidariartikeldiambilpada intervensi pengendalian vektor demam berdarah dinegara-negara berkembang. b. Kekurangan Dalam jurnal ini, terdapat beberapa referensi yang lebih dari 10 tahun. 10. Literature review/referensi Untuk sebuah karya tulis ilmiah, daftar pustaka atau referensi tulisan sangatlah penting sebagai syarat kelengkapan karya tulis. Referensi yang akan kami analisis adalah tentang referensi dalam sebuah karya tulis yang berupa jurnal. Berdasarkan referensi yang ditulis dalam jurnal yang berjudul “Effect of dengue vector control interventions on entomological parameters in developing countries: a systematic review and metaanalysis” bahwa gaya referensi yang digunakan adalah havard style. Penulisan referensi dengan menggunakan havard style itu sudah baik dan memenuhi syarat penulisan referensi jurnal internasional. Karena penulisan referensi jurnal internasional biasanya menggunakan penulisan referensi dengan havard style atau vancouver style. Fungsi daftar pustaka atau referensi dalam sebuah karya tulis adalah sebagai berikut: a. Membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis, 10



b. Memberi informasi kepada pembaca untuk memperooleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam daripada kutipan yang digunakan oleh penulis, dan c. Membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya. Oleh karena itu, penulisan referensi dalam jurnal tersebut sudah termasuk baik. Dan referensi dalam jurnal tersebut sudah memenuhi unsur-unsur dalam daftar pustaka atau referensi yang meliputi nama penulis, tahun terbit karya ilmiah yang bersangkutan, judul dari sebuah karya ilmiah, dan data publikasi yang berisi tempat (kota) dan nama penerbit karya yang dikutip. 11. Kesimpulan dan saran a. Kelebihan Dalam jurnal yang kami analisis dengan judul ”Effect of dengue vector control interventions on entomological parameters in developing countries: a systematic review and meta-analysis” kesimpulan dan saran dibuat sangat sesuai dengan hasil penelitian. Kesimpulan cukup mewakili hasil meta-analisis, dan saran yang dipaparkan juga cukup konkret dan implementatif, meskipun tetap membutuhkan penyesuaian di masing-masing negara. b. Kekurangan Jurnal yang berjudul ”Effect of dengue vector control interventions on entomological parameters in developing countries: a systematic review and meta-analysis” tidak mencantumkan sub kesimpulan dan saran secara khusus, namun disatukan dengan sub discussion, sehingga pembaca agak kesulitan mencari keberadaan kesimpulan dan saran. Berikut beberapa langkah dalam menyusun kesimpulan dan saran. Sebagai langkah pertama, penulis menguraikan garis besar permasalahan dan kemudian memberi ringkasan tentang segala sesuatu yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Pada 11



langkah berikutnya, penulis harus menghubungkan setiap kelompok data dengan permasalahan untuk sampai pada kesimpulan tertentu. Langkah terakhir dalam menyusun kesimpulan adalah menjelaskan mengenai arti dan akibat-akibat tertentu dari kesimpulan-kesimpulan itu secara teoritik maupun praktis. Seusai menutup kesimpulan penulis dapat memberikan saran atau rekomendasi guna penelitian lebih lanjut maupun saran-saran yang lebih praktis atau berfaedah secara riel. Seperti halnya Kesimpulan, dalam menyusun Saran hendaknya penulis tidak menyarankan sesuatu yang tidak mempunyai dasar atau keterkaitan dengan pembahasan yang dikemukakan. Dengan kata lain, Saran hanyalah berisi alternatif yang diajukan penulis agar permasalahan yang ada dapat dipecahkan sebaik-baiknya di waktu mendatang. III. Kesimpulan Kesimpulan dari telaah kritis terhadap artikel dengan judul Effect of Dengue Vector Control Interventions on Entomological Parameters in Developing Countries: A Systematic Review and Meta-Analysisini adalah bahwa artikel tersebut telah sesuai dengan kaidah penulisan artikel dalam jurnal dan dapat digunakan sebagai acuan. Adapun rekomendasi terhadap artikel ini adalah: 1. Judul artikel sebaiknya dibuat dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, sehingga tidak hanya kalangan akademis saja yang dapat memahami, namun dapat dipahami secara luas oleh siapapun yang membaca. 2. Abstrak harus memuat penyebab masalah atau latar belakang masalah yang singkat, namun jelas. 3. Pengambilan sampel harus lebih dicermati sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang benar. 12



4. Referensi yang digunakan harus diperbaharui, dan minimalkan referensi yang umurnya telah lebih dari 10 tahun. 5. Kesimpulan dan saran diletakkan di sub yang terpisah dengan bagian discussion, sehingga pembaca mudah menemukan dan memahami isinya. Sumber artikel jurnal: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2915.2008.00740.x/pdf



Telaah Kritis Jurnal Penelitian | Teori dan Model Bidang Studi



13.46 Posted by Hidup Manis BAB I: PENDAHULUAN 1. Identitas Judul Artikel: Managerial Leadership for Total Quality Improvement in UK Higher Education (Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Tinggi di Inggris). Penulis Artikel: (1) Augustus E. Osseo‐Asare; (2) David Longbottom; (3)Pieris Chourides Citation: Augustus E. Osseo‐Asare, David Longbottom, Pieris Chourides. 2007. "Managerial leadership for total quality improvement in UK higher education", The TQM Magazine, Vol. 19 Iss: 6, pp.541 - 560 Publisher: Emerald Group Publishing Limited (ISSN: 0954-478X). 2. Pendahuluan Pertimbangan penulis menelaah artikel ini dengan tema Managerial leadership for total quality improvement in UK higher education adalah Manajerial kepemimpinan dalam manajemen mutu implementasi total (TQM) memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi ataupun dalam lembaga. Gerakan mutu terpadu (TQM) dalam pendidikan masih tergolong baru, hanya ada sedikit literatur yang memuat referensi tentang hal ini sebelum tahun 1980-an. Inisiatif untuk menerapkan metode ini berkembang lebih dahulu di Amerika baru kemudian di Inggris, namun baru di awal 1990-an kedua negara tersebut betul-betul dilanda gelombang metode ini. Ada banyak gagasan yang dihubungkan dengan mutu juga dikembangkan dengan baik oleh institusi-institusi pendidikan tinggi dan gagasan-gagasan mutu tersebut terus menerus diteliti dan diimplementasikan di sekolah-sekolah. Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Institusi-institusi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik. Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian orang ada yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan tekateki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang berbeda dengan mutu dalam pandangan orang lain. Sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik. Seseorang bisa mengetahui mutu ketika mengalaminya, tetapi tetap merasa kesulitan ketika ia mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya. Satu hal yang



bisa diyakini adalah, mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dan meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian bersaing. Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah; institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa, yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah dibutuhkan suatu system manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu, dengan meneliti artikel ini kita dapat mengetahui bagaimana manajerial kepemimpinan dalam mutu implementasi total (TQM) di Inggris, dan untuk mengetahui tentang bagaimana untuk mempertahankan praktek manajemen dan kepemimpinan terbaik untuk perbaikan kualitas total dalam pendidikan tinggi. Rincian fokus pada tema kali ini yang penulis kaji atau kritisi adalah; Kepemimpinan, Total Quality Manajemen (TQM), Efisiensi dan Efektivitas, Originalitas, Sistematika, Bahasa, Metode Penelitian, Implikasi dan Pandangan terhadap Kepemimpinan. BAB II: GAMBARAN UMUM ARTIKEL



Tujuan dari penelitiannya adalah untuk meneliti hubungan antara derajat efisiensi dan efektivitas dalam praktek manajemen mutu yang diadopsi oleh Inggris, bagaimana praktek manajemen mutu yang serta hubungan antara “efisiensi manajemen" dan "efektivitas kepemimpinan" di Inggris. Serta hubungan antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual yang akan memungkinkan akademis dan praktis untuk mencerminkan kritis pada "efisiensi" dan "Efektifitas" pengajaran serta keputusan penelitian peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik juga mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam pendidikan tinggi Inggris, dan merekomendasikan penguatan asosiasi antara kriteria melalui perbaikan terus-menerus dalam efisiensi dan efektivitas pengajaran dan praktek peningkatan kualitas penelitian. Kepentingan dari penelitiannya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting manajerial kepemimpinan dalam implementasi total manajemen mutu (TQM) di Inggris pada lembaga pendidikan tinggi, dan untuk mendorong penelitian



lebih lanjut tentang bagaimana cara mempertahankan praktek manajemen dan kepemimpinan terbaik untuk perbaikan kualitas total dalam pendidikan tinggi. Sebuah tinjauan kritis terhadap literatur tentang kepemimpinan manajerial menyediakan ruang lingkup teoritis yang menyebabkan penetapan penelitian.Tujuannya adalah dicapai melalui survei akademis dan non-akademis yang bertanggung jawab untuk mengajar dan penelitian peningkatan kualitas pada sebuah sampel dari 42 Perguruan Tinggi di Inggris antara periode 2000 dan 2005. Drucker melihat "manajemen" sebagai fungsi serta kedudukan sosial dan otoritas dari orang-orang yang debit. Sedangkan Drucker menekankan pada "perilaku" dari manajer dalam sebuah karya lingkungan dapat dikaitkan dengan definisi Adair tentang "kepemimpinan" sebagai kombinasi persuasi dan paksaan. "kepemimpinan manajerial" istilah seperti yang digunakan oleh Leithwood dan Mullins mengintegrasikan "manajemen dan perilaku kepemimpinan", kecenderungan untuk menekankan hubungan timbal balik antara "manajemen" dan "kepemimpinan" dan untuk melihat mereka lebih sebagai sinonim. Mullins (2005) menjelaskan konsep "kepemimpinan manajerial "manajer dalam posisi kepemimpinan diharapkan untuk "melakukan hal yang benar". Menurut Osseo-Asare dari penjelasan Mullinsini, menunjukkan hubungan fungsional yang ada antara "Kepemimpinan efektifitas" dan "efisiensi manajemen". Dalam konteks pendidikan, ditunjukkan bahwa, staf para pemimpinbertanggung jawab untuk meningkatan kualitas pendidikan. Pertama, diharapkan keefektifan pemimpin dalam memutuskan pengajaran yang tepat dan sasaran mutu penelitian. Kedua, "efisien"manajer sebagai sumber untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kecenderungan, "manajemen" dan "kepemimpinan" mendasari asumsi bahwa tidak ada kepemimpinan tunggal atau manajemen yang tepat untuk semua situasi, yang menyebabkan perkembangan gaya model kepemimpinan situasional. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang baik atau gaya manajemen yang baik adalah kombinasi dari hubungan perilaku dan tugas perilaku yang dapatdidefinisikan oleh Mullins (2005) sebagai berikut: Hubungan perilaku sejauh mana pemimpin terlibat dalam komunikasi dua arah dengan bawahan (mendengarkan mereka, dan memberikan dukungan dan dorongan). Perilaku pemimpin dapat menugaskan dan memberikan arahan kepada bawahan; menetapkan tujuan, peran, serta membantu mereka (bawahan) dengan carabagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Keterkaitan antara "tugas" dan "hubungan” perilaku dari definisi-definisi tersebut, maka Adair (1983) menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan yang efektif dipertunjukkan ketika perilaku dimaksudkan "fungsional". Beberapa penulis termasuk Drucker percaya bahwa kepemimpinan terdiri dari sifat karakteristik tertentu yang terwariskan dan tidak dapat diajarkan atau dipelajari, dalam kontras langsung ke fungsional atau kelompok. Pendekatan kepemimpinan mengasumsikan bahwa keterampilan kepemimpinan dapat dipelajari dan dikembangkan, meskipun banyak jenis kepemimpinan.



Perilaku penelitian studi oleh Adair (1983) menunjukkan bahwa adanyakesepakatan umum dari "tugas" dan "orang" sebagai dua fungsi utama dalam soal kepemimpinan manajerial. Adanya kebutuhan bagi mereka yang beradadalam posisi kepemimpinan untuk sengaja belajar dan menyempurnakan perilaku hubungan yang tepat dalam memerintah untuk membuat mereka lebih efektif dalam mempengaruhi perilaku tugas, dalam rangka mencapai peningkatkan hasil kinerja. Kebutuhan ini, ditambah dengan kebutuhan untuk menggunakan bawahan Staf yang efektif, menyebabkan studi dari modelkepemimpinan "transformasional" Metode Penelitian Artikel Dilakukan sebuah survei didasarkan dari 42 Lembaga (sampel n) Perguruan Tinggi di Inggris pada tahun 2000 sampai tahun 2005. Data-data melibatkan data dari petugas terkait dari bagian akademis untuk mengajar peningkatan mutu riset di non-akademis. Digunakan 126 kuesioner dan 25 wawancara semi-terstruktur untuk mengeksplorasi dan menggambarkan sifat hubungan antara "efisiensi manajemen" dan "Kepemimpinan efektif". Kuesioner administrasi diikuti oleh wawancara semiterstruktur dalam durasi 60-90 menit. Tujuan dari penggunaan campuran kuesioner dan wawancara dalam pengumpulan data adalah untuk mendapat temuantemuan yang berbeda dan banyak. Dalam rangka untuk mempelajari sifat hubungan antara "efektivitas kepemimpinan" dan "efisiensi manajemen", responden diwawancarai diminta untuk mengevaluasi tugas mengajar mereka dan praktik manajemen kualitas penelitian sejauh yang mereka anggap praktik di lembaga mereka sebagai "praktek terbaik". Hasil Temuan Artikel Adanya delapan (8) kategori TQM praktek terbaik, penyebab kelemahan di "manajemen efisiensi"dan "efektivitas kepemimpinan"yang berkaitan dengan kualitas manajemen praktek, yaitu: - Hak keseimbangan antara pengajaran dan penelitian sulit dicapai ketika datang ke mengenai soal alokasi pendanaan publik dan perekrutan staf; - Komunikasi infrastruktur internal tidak didasarkan pada praktek-praktek terbaik. Infrastruktur tidak menyokong peningkatan kualitas kegiatan Pelaporan Sistem Terpadu yang tidak berhasil dilaksanakan; - Motivasi dan saran kepada Staf pemberdayaan ditawarkan untuk meningkatkan kualitas akademik. Staf tidak diperbolehkan otonomi. - Staf dukungan dan bawahan tidak diberikan umpan balik sesuai tepat waktu. Staf tidak terlibat dalam berbagi praktik yang baik. Staf tidak terlibat dalam mengurangi beban kerja dengan menyelaraskan tanggung jawab staf dengan kebijakan peningkatan kualitas dan strategi dengan sistem penghargaan;



- Peningkatan kualitas kebijakan, strategi, tujuan dan sasaran didasarkan pada kebutuhan dan harapan mahasiswa, pemerintah, pengusaha dan lainnya; - Ada kurangnya kontinuitas dalam aliran sumber daya untuk manajer dan staf; - Informasi untuk pengambilan keputusan tidak bersumber dari data, informasi yang relevan dan vallid tapi keluar dari informasi yang tunggal, akibatnya dari kebijakan yang lemah mengenai pengumpulan data, penyimpanan, pencarian, dan ketidakmampuan manajemen untuk mengurangi tingkat pergantian staf, sehingga staf dengan keterampilan yang relevan mengambil tawaran yang lebih baik di lembaga saingan; kurangnya departemen pemasaran khusus terpisah dari bisnis atau manajemen sekolah telah menyebabkan pemasaran yang lemah; - Mempertahankan kerangka proses yang tidak terdokumentasi dengan baik, adanya dasar yang sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih tugas dan kegiatan untuk meningkatkan kinerja proses, kurangnya pemantauan rutin kinerja proses tingkat staf, meningkatnya omset berarti staf yang efektif dan relevan. Proses keterampilan manajemen tidak selalu ada, untuk mempertahankan awal proses perbaikan tanpa harus restart. Staf pemberdayaan dan dukungan sebagian besar responden diwawancarai mengakui bahwapemberdayaan staf sangat penting, namun menurutnya, dalam lingkungan di mana sebagian besar akademisi membenci praktek resmi struktur kepemimpinan hirarki dimaksudkan untuk memberdayakan staf hanya sebuah alat yang tidak efektif. Kesimpulan Artikel Dari review mengenai "kepemimpinan manajerial" dalam pendidikan tinggi, dapat disimpulkan tiga hal pokok, yaitu: pertama, mengkomunikasikan pernyataan yang jelas tentang "misi". Kedua, keberhasilan pelaksanaan "proses inti" dengan bantuan dari staf diberdayakan, dibantu oleh data tepat waktu, informasi, intelijen dan pengetahuan tentang praktik terbaik, untuk memberikan hasil baik bagi mahasiswa, misalnya "Hasil kinerja kelembagaan yang Baik". Ketiga, mencerminkan konteks pendidikan tinggi di Inggris dan menggabungkan faktor penentu keberhasilan ditemukan. Dalam lingkungan ketidakpastian tentang tingkat dana alokasi dan kelangkaan sumber daya, kepemimpinan manajerial disengaja mengadopsi pendekatan untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan efektivitas kepemimpinan. Kualitas manajer di posisi kepemimpinan karenanya harus secara pribadi dan secara aktif terlibat dalam memutuskan "pengajaran-penelitian campuran"; menerapkan sistem komunikasi terintegrasi, didasarkan pada "fakta" bukan "salah informasi", dan menggunakan penuh potensi staf pada semua tingkat lembaga. Panggilan ini untuk manajemen dan gaya kepemimpinan berdasarkan pemberdayaan, motivasi, dukungan, dan dorongan daripada pemeriksaan yang berlebihan dan pengendalian staf yang justru mengurangi staff ratio turnover,



meningkatkan semangat dan motivasi staf, mengurangi frustrasi, kerja-beban dan ketidakpuasan staf. BAB III: TELAAH KRITIS 1. Kelebihan Kelebihan dari hasil penelitian jurnal tersebut adalah penelitian ini menggunakan hasil survei penelitian empiris yang dilakukan antara tahun 2000 s.d 2005 untuk menyelidiki sifat hubungan antara manajemen efisiensi dan efektivitas kepemimpinan yang berkaitan dengan praktek manajemen mutu, dalam sampel dari 42 lembaga perguruan tinggi di Inggris, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan memperdalam pemahaman tentang peran strategis dari kepemimpinan manajerial dalam sukses implementasi TQM di Inggris, dan untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang cara mempertahankan peningkatan kualitas akademik melalui keberhasilan pelaksanaan manajemen dan kepemimpinan praktik terbaik. Total Quality Managemen (TQM) merupakan salah satu pola manajerial dalam upaya merespon masyarakat yang cepat dan terus menerus(continue). Konsep ini menawarkan pendekatan baru dalam mengelola lembaga pendidikan tinggi dan keutuhan dalam manajemen menjadi ciri utama TQM. Sebenarnya, TQM dikembangkan dari pemikiran (system thinking) yang muncul pada tahun 1950, juga dimulai oleh dunia industri yang selanjutnya dijabarkan dan diaplikasikan menjadi TQM. Dalam TQM tidak dikenal sistem pemisahan yang kaku antara think (yang dilakukan oleh pihak manajemen) dan action(yang diemban oleh karyawan). TQM mengandung dua aspek kajian, pertama kajian dalam dataran konsep suatu pendekatan dalam menjalankan bisnis atau usaha yang berupaya memaksimalkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus-menerus atas produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi atau lembaga, dan kedua kajian mencakup cara penyampaiannya, yang mencakup pada sepuluh karakteristik dari TQM yaitu berfokus pada pelanggan (internal daneksternal); berobsesi tinggi pada kualitas; menggunakan pendekatan ilmiah; menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan; pendidikan dan pelatihan; menerapkan kebebasan yang terkendali; memiliki kesatuan tujuan; serta melibatkan dan memberdayakan karyawan. Kedua aspek tersebut harus menjadi kesatuan yang utuh sehingga usaha dalam mencapai tujuan dapat diperoleh secara optimal. Implementasi TQM dalam dunia pendidikan (perguruan tinggi) memang belum banyak dilakukan, bahkan ada sementara kalangan yang meragukan efektifitas TQM dalam dunia pendidikan.Sementara kalangan yang lain menganggap TQM sebagai suatu harapan yang cerah bagi dunia pendidikan. Aplikasi TQM dalam dunia pendidikan (perguruan tinggi) mengundang perdebatan. Beberapa pengamat mempertanyakan kelayakan dan kesesuaian konsep TQM dengan karakteristik perguruan tinggi (Kotler Philip: 1980). Pengamat tersebut berargumen bahwa TQM merupakan konsep yang sulit untuk dievaluasi dalam dunia pendidikan (pendidikan tinggi). Sedangkan



Holmes dan Drummond, H. (1992) berpendapat bahwa TQM mungkin cocok untuk fungsi pendukung (support function), tapi kurang cocok untuk fungsi pengajaran dan pembelajaran yang merupakan inti dari sebuah perguruan tinggi.Setidaknya ada empat bidang utama dalam perguruan tinggi yang dapat mengadopsi prinsipprinsip TQM. Bidang pertama, penerapan TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasi atau secara luas untuk mengelola universitas secara keseluruhan. Kedua, mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, ketiga, penggunaan TQM dalam pengajaran di kelas. Keempat, menggunakan TQM untuk mengelola aktifitas riset universitas. Kehadiran TQM berdampak pada perubahan manajemen konvensional. Demikian halnya dengan manajemen pada perguruan tinggi. Terdapat lima tantangan pokok yang dikaji dan dikelola secara strategik dalam rangka menerapkan konsep TQM dalam dunia perguruan tinggi yakni berkenaan dengan dimensi kualitas fokus pada pelanggan, kepemimpinan, perbaikan berkesinambungan, manajemen SDM, manajemen berdasarkan fakta. Sebagai salah satu bentuk jasa yang melibatkan tingkat interaksi yang tinggi antara penyedia dan pemakai jasa. Menurut Zethaml, Parasuraman, dan Barry dalam Kotler mengidentifikasikan lima dimensi pelayanan yaitu; kehandalan, kepastian, berwujud fasilitas dan peralatan fisik serta penampilan karyawan yang professional, empati – tingkat perhatian pribadi terhadap para pelanggan, dan kepekaan. Lebih lanjut Fandy menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas perguruan tinggi, yaitu; Pertama, keandalan (reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Pelanggan tidak ingin waktunya dihabiskan hanya untuk menunggu. Karena waktu bagi pelanggan sangat berharga, setiap menitnya memiliki makna yang berarti yang ingin dilaluinya dengan penuh senang hati. Beberapa contoh di antaranya penawaran mata kuliah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan (misalnya tuntutan keterampilan, profesi, dan dunia kerja); jadwal perkuliahan dan ujian yang akurat; proses perkuliahan yang berlangsung lancar; penilaian yang fair dalam perkuliahan,dll. Kedua, daya tangkap (responsiveness), yaitu kemampuan atau kesediaan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. Membiarkan pelanggan menunggu untuk alasan yang tidak jelas dapat menimbulkan persepsi yang negative terhadap kualitas. Dengan demikian rektor, pembantu rektor, dekan, ketua jurusan, dan para pejabat struktural lainnya harus mudah ditemui, begitu pula dengan dosen harus mudah ditemui mahasiswa untuk kepentingan konsultasi, proses belajar mengajar hendaknya diupayakan intensif dan memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan seluruh kapasitasnya, fasilitas pelayanan yang ada (perpustakaan, laboratorium, ruang olah raga, dll) harus mudah diakses oleh setiap insan kampus; prosedur administrasi penerimaan mahasiswa baru harus sederhana tidak birokrasi atau berbelit-belit dan lain-lain.



Kelebihan terakhir adalah bahasa yang digunakan dalam artikel ini, ilmiah dan mudah dipahami. 2. Kekurangan a. Kepemimpinan Tinjauan literatur Literatur menunjukkan tidak ada definisi yang disepakati konsep "manajemen", "Kepemimpinan", dan "kepemimpinan manajerial." Kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum (Goetsch & Davis B., 2000). Pengertian ini dipertajam oleh Dubrin bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan itu ada pada diri pemimpin/ manajer. Dari aspek karakteristik dibedakan antara karakteristik pemimpin (leader) dengan karakteristik manajer. Luthans menegaskan bahwa karakteristik pemimpin di Abad XXI adalah: Innovates(menciptakan sesuatu yang baru), dikatakan oleh Elsbree, dan Reutter sebagai ahli administrasi pendidikan mengemukakan, syarat-syarat bagi seorang pemimpin (pendidikan) yang baik harus memiliki: sifat-sifat personal dan sosial yang baik, kecakapan intelektual, latar belakang pengetahuan yang sesuai, filsafat pendidikan dan bimbingan, kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknik-teknik mengajar, pengalaman profesional dan nonprofesional, potensi untuk mengembangkan profesinya, kesehatan fisik dan mental. Perlu dibedakan antara tipe dan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe dan mungkin setiap tipe bisa memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan lebih cenderung kepada situasi. Seorang pemimpinadalah seorang yang memiliki salah satu tipe yang bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dalam melaksanakan kepemimpinannya. b. Total Quality Manajemen (TQM) Beberapa ahli managemen memberi definisi TQM (Total Quality Management) sebagai berikut: a) Menurut Edward Sallis bahwa; Total Quality Management is a philosophy and a methodologhy which assits institutions to manage change and to set their oum agendas for dealing whit the pletbora of new external pressures. Pengertian ini menekankan bahwa Total Quality Management merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbgai institusi, terutama industri, dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal. b) Menurut Cafee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suatu filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas dan mengurangi pembiayaan . c) Hradesky; TQM is a philosophy, a set of tools, and a process whose output yield customer satisfaction and continuous improvement(Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas yang diinginkan dengan didasarkan pada kepuasan



pelanggan), maka diperlukan manajemen yang tepat guna, yaitu Total Quality Manajement (TQM). Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Manajement (TQM) adalah continous improvement (perbaikan terus menerus) dan quality improvement (perbaikan mutu). Pada dasarnya Managemen Kualitas (Quality Management), Manajemen Kulaitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous formance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia . Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Total Quality Manajement (TQM) memfokuskan pada suatu proses atau system pencapaian tujuan organisasi. Dengan dimulai dari proses perbaikan mutu, maka TQM diharapkan dapat mengurangi peluang membuat kesalahan dalam menghasilkan produk, karena produk yang baik adalah harapan para pelanggan. Jadi rancangan produk diproses sesuai dengan prosedur dan tekhnik untuk mencapai harapan pelanggan. Penggunaan metode ilmiah dalam menganalisis data diperlukan sekali untuk menyelesaikan masalah dalam peningkatan mutu. Partisipasi semua pegawai digerakkan agar mereka memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi dalam mencapai tujuan kepusan pelanggan. Pengenalan pelaksanaan TQM tidak luput dari hambatan-hambatan yang dialami, khususnya untuk sektor pendidikan. Kenyataannya, pelaksanaan TQM merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan waktu lama untuk mengadakan perubahan budaya untuk quality improvement. TQM membutuhkan suatu kepemimpinan dan merupakan tantangan dan perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan. TQM memerlukan waktu yang lama dan ketaatan staf atau manajer senior dalam pelaksanaannya. Ketakutan terhadap metode atau cara baru merupakan hambatan yang besar dalam penerapan filosofi TQM. Takut akan ketidaktahuan, takut mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang berbeda, takut percaya pada orang lain, takut membuat kesalahan, dan sebagainya. Seluruh staf tidak akan dapat memberikan yang terbaik bila mereka tidak dipercaya dan tidak didengarkan. TQM tidak dapat dipisahkan dari rencana strategis yang digunakan untuk mencapai misi organisasi. Oleh karena berbagai kesulitan dan hambatan dalam penerapan TQM tersebut, ada beberapa hal yang penting dan harus diperhatikan dalam menerapkan filosofi tersebut pada lembaga pendidikan. Menurut Feigenbaum, A.V. (1991), yang paling penting dapat untuk melaksanakan TQM di lembaga pendidikan adalah Sebagai berikut: tanggung jawab dan dukungan (commitment), pendidikan dan pelatihan (education and training) , penerapan dan praktek (application and practice), standarisasi dan pengenalan (standardization and recognition); Selanjutnya, prinsip TQM yang dapat diterapkan di dunia bisnis dapat juga diterapkan di dunia pendidikan dan seringkali disebut dengan Total Quality Education atau Total Quality School. Yang paling penting adalah bagaimana kepemimpinan di sektor atau lembaga pendidikan tersebut memfokuskan pada sistem daripada mengejar masalah-masalah manajemen secara mikro. Jadi, kepemimpinan yang tangguh tersebut digunakan sebagai kekuatan dalam mengadakan perbaikan-perbaikan sistem. Menurut Fusco (1994), karak-teristik atau



syarat agar TQM dapat diterapkan di sektor atau lembaga pendidikan antara lain, lembaga pendidikan tersebut harus mempunyai hal-hal sebagai berikut: kepemimpinan yang kuat, perbaikan-perbaikan sistem secara berkesinambungan, metode statistik, memiliki visi dan nilai bersama. c. Efisiensi dan Efektifitas Pada artikel ini belum ada pengertian atau batasan dari pengertian efisiensi dan efektifitas yang peneliti maksud. Teori efisiensi adalah suatu ukuran atau ketepatan sasaran dari suatu proses/ kegiatan yang dilakukan. Efisiensi menurut K. Sengupta efisiensi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: 1) Dari segi tekhnikal/ efisiensi dalam produksi, adalah merupakan ukuran dari kesuksesan perusahaan/ lembaga pendidikan dalam kemungkinan menghasilkan hasil/ output yang maksimum dari beberapa input yang diberikan. 2) Dari segi alokasi/ efisiensi biaya, adalah ukuran perusahaan/ lembaga pendidikan dalam pemilihan sekumpulan input yang optimum dengan acuan dari harga pasar untuk input tersebut. Hubungan antara efisiensi dan efektifitas sebagai berikut: Efisiensi dilihat dari beberapa variabel seperti biaya rendah, waktu singkat dan sebagainya dimana pencapaian hasil maksimum dari input-input yang ada. Efektif adalah tepat guna mengenai sasaran. 3) Originalitas: pada penelitian ini terdapat originalitas yaitu menggunakan tingkat efisiensi dan efektivitas sebagai kriteria untuk mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam pendidikan tinggi Inggris, dan merekomendasikan penguatan asosiasi antara kriteria melalui perbaikan terus-menerus dalam efisiensi dan efektivitas pengajaran dan praktek peningkatan kualitas penelitian. 4) Sistematika: sistematika yang digunakan dalam jurnal ini juga lengkap serta sistematis, isi jurnal ini mengemukakan beberapa teori terkait manajemen pendidikan,manajerial dan kepemimpinan serta TQM, namun masih terbatas dan memerlukan tambahan teori untuk menguatkan penelitian, pada penelitian ini juga memaparkan fakta/fenomena yang ada, sehingga terjadi adanya kesenjangan atau masalah yaitu: kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak dijumpai permasalahan-permasalahan pada jurnal ini juga dipaparkan pentingnya masalah yang diajukan melalui penelitian, yaitu: penelitian ini berupaya mengkaji lebih jauh pada penelitian ini ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung baik yang berasal dari pengamatan, penelitian di 42 lembaga pendidikan perguruan tinggi berdasarkan analisis tersebut, maka disimpulkan bahwa peneliti sudah sesuai dan benar dalam mengungkapkan isi jurnal. Tujuan Penelitian sudah sesuai, karena pada tujuan penelitian dirumuskan secara jelas dan dirumuskan secara konsisten dengan apa yang dikemukakan pada permasalahan yang terjadi.



5) Hasil Temuan Peneliti telah mengemukakan dengan benar paparan data. Temuan penelitian juga sudah sesuai dengan penelitian, karena temuan penelitian yang dikemukakan tetap harus merujuk pada permasalahan yang dituangkan dalam fokus penelitian yang telah disajikan pada penelitian. Walau, adapun implikasi penelitian ini memahami sifat hubungan antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual yang akan memungkinkan akademis dan praktis untuk mencerminkan kritis pada "efisiensi" dan "Efektifitas" pengajaran dan keputusan penelitian peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik, sedangkan implikasi pada dunia pendidikan pada umunya, tidak hanya pada perguruan tinggi diantaranya adanya TQM salah satu masalah penting di dalam dunia pendidikan adalah masih rendahnya mutu keluarannya. Indikator yang menjadi acuan untuk menguatkan pernyataan tersebut adalah Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang secara umum belum terlalu menggembirakan. Upaya meningkatkan mutu pendidikan telah lama diangkat oleh pemerintah sebagai salah satu kebijaksanaan pembangunan pendidikan, dengan membuat empat kebijaksanaan strategis yang terdiri atas perluasan kesempatan belajar, meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan relevansi, serta efisiensi, dan efektivitas penyelenggara pendidikan. Kemudian mengadakan serangkaian kegiatan penataran guru, pembentukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejenis (MGMP), didirikannya Pusat Kegiatan Guru (PKG), Lembaga Balai Penataran Guru (BPG) dan lain sebagainya. Namun tidak serta merta persoalan tersebut bisa terselesaikan. Lalu di manakah letak kesalahannya? Mengapa input yang begitu banyak dan berharga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk pndidikan? Menurut Slamet PH (2000), sumber penyebab rendahnya kualitas pendidikan tersebut adalah aspek pengelolaan atau manajemen. Secara internal hal tersebut disebabkan oleh penerapan pendekatan input-output yang keliru. Terlalu mengedepankan aspek input pada penyelesaian hampir semua kasus pendidikan di sekolah. Seakan-akan mutu pendidikan akan meningkat dengan sendirinya apabila sejumlah input ditambahkan. Misalnya kekurangan guru, ditambah guru, membangun laboratorium, dan seterusnya. Ada satu faktor yang terlupakan, yaitu bagaimana berbagai input tersebut dipertemukan dan berinteraksi di dalam proses belajarmengajar. Dalam pendidikan tinggi, TQM ini juga akan membantu meningkatkan moral, mengurangi biaya, memperbaiki performansi organisasi, dan menanggapi kebutuhan pelanggannya. Untuk itulah maka diperlukan efektivitas organisasi, partisipasi karyawan dalam penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan, komunikasi efektif staf senior dan bawahannya, pendidikan dan pelatihan secara luas, desain yang baik dalam mengenal dan memberi penghargaan untuk memotivasi karyawan, visi yang berorientasi kualitas, benchmarking sebagai alat dalam continuous improvement untuk mewujudkan mahasiswa yang peduli, berpengetahuan, dan dapat melayani masyarakat, serta dukungan dari pimpinan.



BAB IV: KESIMPULAN TELAAH KRITIS Penelitian ini meneliti hubungan antara efisiensi dan efektivitas dalam praktek manajemen mutu yang diadopsi oleh Inggris, bagaimana praktek manajemen mutu yang serta hubungan antara efisiensi manajemen" dan "efektivitas kepemimpinan" di Inggris. Serta hubungan antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual yang akan memungkinkan akademis dan praktis untuk mencerminkan kritis pada efisiensi dan efektifitas pengajaran dan keputusan penelitian dalam peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik serta mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam pendidikan tinggi Inggris. Dalam jurnal ini terdapat kelebihan dan kekurangan, kelebihan penelitian ini meneliti 42 lembaga pendidikan tinggi di Inggris, dan sudah ada pembatasan 2000 dan 2005, sehingga dari hasil penelitian ini dapat digunakan rujukan dari praktek TQM, walaupun 42 lembaga tersebut tidak dapat mewakili semua lembaga yang berada di berbagai Negara. Kekuranganya diantaranya teori/ kajian literatur yang dipaparkan terkait kepemimpinan, Total Quality Manajemen, serta Efisien dan efektifitas masih terbatas dan perlu adanya penambahan beberapa teori. Adapun implikasi dalam dunia pendidikan TQM, yang akan membantu meningkatkan moral, mengurangi biaya, memperbaiki performansi organisasi, dan menanggapi kebutuhan pelanggannya. Diperlukan efektivitas organisasi, partisipasi karyawan dalam penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan, komunikasi efektif staf senior dan bawahannya, pendidikan dan pelatihan secara luas, desain yang baik dalam mengenal dan memberi penghargaan untuk memotivasi karyawan, visi yang berorientasi kualitas. DAFTAR PUSTAKA Drucker, Peter F. 1979. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Drummond, H. 1992.The Quality Movement – What Total Quality Management Is Really All About. London: Kogan Page Limited. Feigenbaum, A.V. 1991. Total Quality Control. (3rd edition). New York: McGraw-Hill. Goetsch, David L., and Davis B. Stanley. 2000. Quality Management: Introduction to Total Quality Management for Production, Processing, and Services. Third Edition. Prentice-Hall. Inggris: New Jersey. John E., Adair. 1983. Effective Leadership: A Self-development Manual. Pennsylvania State University. Kotler, Philip. 1980. Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta:



PT.Prenhallindo. Mullins. 2005. Management and Organizational Behavior. Edinburg Gate Harlow: Prentice Hall, Inc



“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PERSALINAN MELALUI OPERASI SECTIO CAESAREA” Pendahuluan 



Metode pencarian literatur Pencarian literatur dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui google scholar, yaitu pada address http://scholar.google.co.id . Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran jurnal yang akan ditelaah ini adalah “faktor – faktor tindakan persalinan sectio caesarea”. Setelah dimasukkan kata kunci pada search engine keluar sekitar 128 hasil penelusuran 0,04 detik. Tidak ada kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan.







Abstrak (abstrak dari jurnal) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dilakukannya persalinan melalui tidakan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan belah lintang, menggunakan data primer dari wawancara terpimpin dengan kuesioner serta data sekunder dari rekam medis. Penelitian ini dilaksanakan di RS YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen pada September-Oktober 2010. Populasi penelitian ini ialah seluruh ibu yang melahirkan di RSI YAKSSI selama tahun 2009 sebanyak 792 responden. Sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 60 responden yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan derajat kemaknaan (α< 0,05). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan persalinan sectio caesarea yaitu diantaranya; usia ibu (p 0,022), paritas (0,001) dan kejadian anemia (0,001). Deskripsi artikel / jurnal







Deskripsi umum Judul : Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Persalinan Melalui Operasi Sectio Caecarea Penulis



: Isti Mulyawati, Mahalul Azam, Dina Nur Anggraini Ningrum



Publikasi : Dipublikasikan oleh KEMAS 7 (1) (2011) 15-24, Jurnal Kesehatan Masyarakat, http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas



Penelaah



: Dwi Maryani, NIM. P27224012057



Tanggal telaah : 28 Juni 2012 







Deskripsi konten Tujuan Penelitian



untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dilakukannya persalinan melalui tidakan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen. 



Hasil penelitian Sebagian besar responden yang melahirkan berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 29 responden (48,3%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan umur ≤ 20 tahun yaitu dengan jumlah 11 responden (18,3%). Tingkat pendidikan responden dengan frekuensi yang terbanyak yaitu SMA dengan jumlah 46 responden (76,6%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu sejumlah 6 responden (10,0%). Responden yang tidak bekerja berjumlah 27 orang (45%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan jenis pekerjaan PNS berjumlah 2 responden (3%). Responden dikelompokkan menjadi dua yaitu responden rujukan berjumalh 54 orang (90%). Sedangkan responden bukan rujukan sejumlah 6 orang (10%). Sebagian besar responden tidak mempunyai riwayat obstetri yaitu berjumlah 40 responden (66,7%). Sedangkan responden dengan frekuensi terkecil yaitu yang mempunyai riwayat bayi lahir mati yaitu sejumlah 2 responden ( 3,3%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji ” sher dan chi square (x2), perolehan nilai probabilitas (nilai p) penentuan CC (contingency ce$ cient), tingkat signifikansi (α< 5%)chi square diperoleh nilai chi square sebesar 4,693 (p = 0,030 < 0,05). Hal ini berarti dapat disimpulkan pada tingkat signifikan 5% terbukti bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan persalinan operasi sectio caesarea adalah usia ibu, paritas dan kejadian anemia. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan persalinan operasi sectio caesarea adalah tinggi badan, jumlah pemeriksaan kehamilan, kejadian Ketuban pecah dini, riwayat obstetri ibu, riwayat penyakit hipertensi, dan riwayat penyakit asma.







Kesimpulan penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan operasi sectio caesarea di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Sragen maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada hubungan usia ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilaip= 0,022, CC= 0,300), (2) Ada hubungan paritas dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 0,001, CC= 0,420), (3) Tidak ada hubungan tinggi badan ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 1,000, CC= 1,097), (4) Tidak ada hubungan jumlah pemeriksaan kehamilan dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 0,526, CC= 0,065),



(5) Ada hubungan kejadian anemia dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 0,001, CC= 0,432), (6) Tidak ada hubungan riwayat obstetri ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 0,186, CC= 0,196), (7) Tidak ada hubungan kejadian ketuban pecah dini dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 1,000, CC= 0,061), (8) Tidak ada hubungan riwayat penyakit hipertensi ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010 (nilai p= 1,000, CC= 0,040), (9) Tidak ada hubungan riwayat penyakit asma ibu dengan operasi sectio caesarea pada persalinan ibu di Rumah Sakit Islam YASSI Gemolong Kabupaten Sragen Tahun2010 (nilai p= 0,673, CC= 0,087). 3. Telaah / review 



Fokus penelitian Persalinan dengan operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang, 2011). Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk dikerjakan (Akhmad, 2008; Asamoah et.al., 2011). Angka persalinan melalui sectio caesarea di Amerika Serikat telah meningkat empat kali lipat, dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada tahun 1985. Insidensi operasi sectio caesarea dalam masing-masing unit obstetrik bergantung pada populasi pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40 persen dari semua kelahiran, karena sectio caesarea telah ikut mengurangi angka kematian perinatal (Hacker, 2001). Angka persalinan sectio caesarea yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et al., 2010). Pada kasus sectio caesarea angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam, disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan sectio caesarea. Di Indonesia sudah ada peraturan yang menerangkan tentang kriteria standar agar persalinan sectio caesarea dapat dilakukan. Walaupun belum membahas secara mendetail namun peraturan tersebut dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan sectio caesarea (Utomoand McDonald, 2009). Mengacu pada WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka sectio caesarea standar antara 15 – 20% untuk RS rujukan. Angka itu dipakai juga untuk pertimbangan akreditisasi Rumah Sakit (Gondo, 2010). Di Indonesia, meskipun survei Demograf dan Kesehatan tahun 1997 dan tahun 2002-2003 mencatat angka persalinan bedah sectio caesarea secara nasional hanya berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah total persalinan, berbagai survei dan penelitian lain menemukan bahwa presentase persalinan sectio caesarea pada rumah sakit-rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dan Bali berada jauh di atas angka tersebut. Secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah



sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan.







Gaya dan sistematika penulisan Sistematika penulisan disusun dengan rapi, namun rumusan masalah belum tercantum dan tujuan penelitian seharusnya dipisah dari pendahuluan agar lebih jelas dan. Tujuan penelitian merupakan hal yang penting karena dengan adanya tujuan penelitian akan dapat diketahui arah dari penyusunan sebuah karya ilmiah tersebut. Tata bahasa dalam penelitian ini mudah dibahami dan penulisan sudah sesuai dengan kaidah.







Penulis Penulis dalam penelitian ini berasal dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Dan tidak ada keterangan lebih lanjut tentang peneliti, seperti status peneliti sebagai mahasiswa atau sebagai staf.







Judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PERSALINAN MELALUI OPERASI SECTIO CAESAREA”



Judul tersebut sudah cukup jelas, dan tidak ambigu. Judul merupakan wajah yang dilihat terlebih dahulu sebelum melihat isi menelitian, dengan melihat judul saja pembaca sudah dapat membuat konsep pikiran apa saja yang dibahas dalam penelitian tersebut. Dalam karya tulis penelitian ini judulnya belum dicantumkan tempat dan tahun penelitian. 



Abstrak Kelebihan: Abstrak merupakan ringkasan atau ulasan singkat mengenai isi karya tulis ilmiah/ skripsi, tanpa tambahan penafsiran, kritik, maupun tanggapan penulis. Abstrak dalam penelitian ini sudah mencakup masalah utama yang diteliti dan ruang lingkupnya, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh dan kesimpulan utama serta saran yang diajukan sudah cukup baik. Kekurangan: Kata – kata yang ada dalam abstrak kurang dari 200 kata. Saran hanya ditujukan kepada dokter Obgyn dan ibu hamil yang beresiko saja. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya belum dicantumkan.







Masalah dan tujuan penelitian Masalah dan tujuan dalam peneltian ini tidak Nampak karena memang kurang ditampakkan.







Literatur / tinjauan pustaka Penulisan jurnal sudah menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh penulis. Terdapat jurnal yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini dan buku – buku yang digunakan sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan dalam penyusunan penelitian ini.







Hipotesis Hipotesis seharusnya ada dalam penelitian, namun dalam penelitian ini tidak dicantumkan.







Populasi dan sampel Populasi penelitian ini ialah seluruh ibu yang melahirkan di RSI YAKSSI selama tahun 2009 sebanyak 792 responden. Sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 60 responden yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling.







Pertimbangan etik Dalam penelitian ini tidak terdapat etika yang dianut atau yang digunakan dalam penelitian yang seharusnya ada dalam sebuah penelitian.







Definisi operasional Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu (Lia et al., 2010). Persalinan dengan operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang, 2011). Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk dikerjakan (Akhmad, 2008; Asamoah et.al., 2011).







Metode penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, yaitu data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Jenis penelitian menggunakan Studi Korelasi yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada satu situasi atau sekelompok subyek (Notoatmodjo,2005).







Data dan analisa data



Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan derajat kemaknaan (α < 0,05). 



Hasil penelitian Sebagian besar responden yang melahirkan berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 29 responden (48,3%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan umur ≤ 20 tahun yaitu dengan jumlah 11 responden (18,3%). Tingkat pendidikan responden dengan frekuensi yang terbanyak yaitu SMA dengan jumlah 46 responden (76,6%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu sejumlah 6 responden (10,0%). Responden yang tidak bekerja berjumlah 27 orang (45%). Sedangkan frekuensi paling rendah, responden dengan jenis pekerjaan PNS berjumlah 2 responden (3%). Responden dikelompokkan menjadi dua yaitu responden rujukan berjumalh 54 orang (90%). Sedangkan responden bukan rujukan sejumlah 6 orang (10%). Sebagian besar responden tidak mempunyai riwayat obstetri yaitu berjumlah 40 responden (66,7%). Sedangkan responden dengan frekuensi terkecil yaitu yang mempunyai riwayat bayi lahir mati yaitu sejumlah 2 responden (3,3%).







Pembahasan hasil penelitian Hasil penelitian yang menunjukkan banyaknya kasus tindakan persalinan operasi sectio caesarea dengan 47 responden yang mengalaminya. Hal ini tentunya berdasarkan alasan tertentu, yang pasti dengan tindakan persalinan operasi caesar tersebut dijadikan solusi yang terbaik untuk keselamatan ibu dan bayi. Sectio caesarea atau bedah sesar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika jalan lahir normal tidak bisa lagi. Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun masih banyak ibu- ibu memilih jalan operasi sectio caesarea dalam persalinannya. Apapun yang menjadi kesulitan persalinan, penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi (Akhmad, 2008). Penyebab persalinan dengan bedah caesar ini bisa karena masalah di pihak ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah sectio caesarea, pertama keputusan bedah sectio caesarea yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebabnya antara lain bayi sungsang, sebagian kasus mulut tertutup plasenta, bayi kembar, kehamilan pada usia lanjut, sesar sebelumnya, dan sebagainya. Kedua adalah keputusan yang diambil tiba-tiba karena tuntutan kondisi darurat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan persalinan operasi sectio caesarea pada ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Islam YAKSSI Gemolong Sragen dengan nilai contingency coecient sebesar 0,420, yang artinya tingkat keeratan hubungan paritas ibu dengan persalinan operasi sectio caesarea adalah cukup kuat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami komplikasi persalinan pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Jumlah paritas lebih dari 4 keadaan rahim biasanya sudah lemah.







Referensi Penulisan jurnal sudah menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh penulis. Tidak ada jurnal yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini, namun buku – buku yang digunakan sudah cukup relevan sehingga dapat digunakan dalam penyusunan penelitian ini







Kesimpulan dan saran



Isi kesimpulan peneliti merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Kesimpulan ringkas, jelas dan padat. Dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan saran kepada peneliti selanjutnya dan hanya ditujukan pada dokter Obsgyn dan ibu hamil yang beresiko saja. 4. Penutup Walaupun penelitian ini masih banyak kekurangan yang ditemukan, namun penelitian ini telah memberikan sumbangan yang positif bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang karya tulis ilmiah. Nama : Dwi Maryani Nim



: P27224012057



Kelas : B



PENDAHULUAN Metode Pencarian Literatur Pada telaah jurnal ini reviewer menggunakan Google Scholer internasional dengan kata kunci “estimation of fetal weight for measurement”. Dari kata kunci tersebut reviewer memperoleh 9120 literatur. Proses seleksi literature menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi antara lain : 1)



Kelengkapan data



2)



Sinkronisasi judul dengan isi



Abstrak Pengukuran estimasi berat janin sangat penting dilakukan sebelum proses persalinan. Hal itu untuk mengurangi resiko tinggi dalam proses persalinan. Tujuan penelitian adalah membandingkan akurasi 3 metode menghitung taksiran berat janin yaitu ultrasonografi, evaluasi prakteknya di klinik serta efek penggunaannya. Metode penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah jumlah 62 pasien. Dalam studi ini, kriteria inklusi dipastikan untuk ibu bersalin. Analisis statistik yang akan digunakan dipasangkan analisis uji t. Dari analisis data, penelitian menunjukkan hasil bahwa estimasi berat janin dengan Ultrasonografi adalah 3330 ± 445 gram. Nilai signifikansi dalam perhitungan statistik adalah 0,253 (p> 0,05). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara Johnson formula dan ultrasonografi. DESKRIPSI JURNAL Deskripsi Umum



Jurnal yang akan ditelaah oleh reviewer berjudul “ Estimations Of Fetal Weight During Labor “. Jurnal ini ditulis oleh Robert M Patterson MD kemudian di publikasikan pada tanggal 7 Mei 1984. Telaah dilakukan oleh : Nama



: Niska Febian



NIM



: P27224012073



Tanggal Telaah



: 28 Juni 2012



Tanggal Publikasi : 29 Juni 2012 Deskripsi Content 1)



Tujuan Penelitian



Tujuan penelitian adalah membandingkan akurasi 3 metode menghitung taksiran berat janin yaitu ultrasonografi, evaluasi prakteknya di klinik serta efek penggunaannya. 2)



Hasil Penelitian



Dari analisis data, penelitian menunjukkan hasil bahwa estimasi berat janin dengan Ultrasonografi adalah 3330 ± 445 gram. Nilai signifikansi dalam perhitungan statistik adalah 0,253 (p> 0,05). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara Johnson formula dan ultrasonografi. 3)



Kesimpulan



Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara taksiran berat janin (TBJ) Johnson dengan ultrasonografi. TELAAH JURNAL Fokus Penelitian Hal pertama dalam telaah kritis adalah mengidentifikasi fokus penelitian yang terdiri dari latar belakang penelitian dan masalah penelitian. Dalam suatu penelitian latar belakang penelitian harus jelas karena latar belakang penelitian sangat menentukan kekuatan judul penelitian. Latar belakang harus tersusun mengkerucut yaitu dari umum ke khusus sehingga dasar penelitian akan semakin kuat. Selain itu dalam latar belakang harus muncul suatu masalah penelitian yang akan dibahas pada sub bab berikutnya. Penulis harus lebih menjabarkan latar belakang sehingga pembaca dapat dengan mudah mendapatkan gambaran tentang isi penelitian. Penulis juga perlu menuliskan masalah penelitian. Peneliti belum menuliskan data jumlah keefektivas metode Johnson Toshack dan data keefektivan metode dengan Ultrasonografi.



Gaya dan Sistematika Penulisan Gaya penulisan dan sistematika hasil penelitian merupakan hal terakhir yang harus dilakukan oleh peneliti. Pada umumnya peneliti telah belajar secara intuitif caracara penulisan dalam bentuk makalah untuk jurnal penelitian. Yang perlu diperhatikan dalam sistematika penulisan antara lain : 1)



Untuk siapa laporan penelitian ditujukan



2)



Bentuk umum laporan ilmiah



Gaya penulisan hasil merupakan bagian yang sentral pada laporan penelitian. Dalam penulisan hasil tidak perlu diberikan ulasan, komentar dan lain-lain, kecuali pada karangan pendek yang menggabungkan komponen hasil dan pembahasan. Meskipun demikian kalimat pengantar mutlak diperlukan. Penulis Dalam suatu penelitian nama penulis harus tertera dengan jelas untuk menghindari unsur plagiat. Terkadang penelitian tanpa penulis atau nama penulis tertera kurang dapat terbaca membuat pembaca lebih mudah untuk menjiplak. Umumnya penulis menuliskan nama di cover halaman depan dengan font 12. Adapula nama dengan huruf cetak tebal. Judul Penelitian Judul penelitian sebaiknya dibuat semenarik dan sejelas mungkin agar pembaca tertarik untuk membaca dan tidak salah dalam menafsirkan judul. Judul yang kurang sinkron dengan content membuat pembaca bingung. Selain itu jenis, tebal dan ukuran huruf juga harus diperhatikan. Perlu diperhatikan juga panjang dan pendeknya judul. Abstrak Abstrak menggambarkan isi dari penelitian. Abstrak dapat dibuat dalam satu paragraf atau terstruktur. Dari suatu abstrak pembaca dapat melihat sekilas tentang content dari penelitian. Reviewer menemukan banyak kelebihan dari abstrak penelitian ini, abstrak penelitian ini sudah lengkap dan sudah dapat menggambarkan isi dari penelitian. Namun gaya penulisan dan sistematika penulisan abstrak kurang lengkap dan tidak sesuai dengan kaidah yang ada. Komponen yang harus ada pada abstrak adalah IMRAD ( Introductions, Methods, Results dan Discussion). Jumlah kata seharusnya tidak lebih dari 200-250 kata. Masalah dan Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian biasanya penulis menggunakan kalimat tanya untuk rumusan masalah. Tujuan penelitian di rincikan dalam tujuan umum dan tujuan



khusus. Masalah belum dituliskan secara jelas oleh peneliti. Belum terdapat tujuan khusus dari penelitian. Literatur dan Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka harus diuraikan dengan mendalam berbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian. Hal yang disinggung dalam latar belakang masalah perlu dirici dan hubungan antar variabel dibahas. Sumber pustaka seyogyanya cukup baru 5-7 tahun terakhir agar informasi yang dikemukakan tidak kadaluwarsa. Masalah teknis penulisan harus diperhatikan benar. Kalimat terlalu panjang, kalimat tidak bersubyek, ataupun ejaan yang tidak taat asas harus dihindarkan sementara alur pikiran yang logis harus tetap dijaga. Penulisan rujukan harus diperhatikan dengan baik karena hal itu merupakan salah satu kriteria tinjauan pustaka yang baik. Hipotesis / Pertanyaan Penelitian Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Survai atau studi eksploratif yang tidak mencari hubungan antar variabel, jadi hanya bersifat deskriptif, tidak memerlukan hipotesis. Syarat hipotesis yang baik adalah : 1)



Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana



2)



Mempunyai landasan teori yang kuat



3) Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dari satu atau lebih variabel bebas. 4)



Memungkinkan diuji secara empiris



5)



Rumusan harus khas dan menggambarkan variabel-variabel yang diukur



6)



Dikemukakan a priori



Populasi dan Sampel Bila seseorang melakukan penelitian, biasanya ingin menggeneralisasikan hasil penelitian kepada suatu populasi yang luas. Namun peneliti tidak melakukan penelitian kepada seluruh populasi yang dikehendaki, melainkan dengan cara mengambil contoh (sampel). Penggunaan sampel memiliki berbagai keuntungan antara lain : 1)



Lebih murah



2)



Lebih mudah



3)



Lebih cepat



4)



Lebih akurat



5)



Mewakili populasi



6)



Lebih spesifik



Penulis harus menyertakan jumlah populasi, cara pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil. Pertimbangan Etik Salah satu yang penting dalam kode etik penelitian khususnya penelitian kesehatan adalah suatu keharusan adanya informed consent dari manusia yang digunakan dalam penelitian. Peneliti hanya dihimbau untuk mematuhi kode etik yang berlaku namun semua kebijaksanaan diserahkan pada peneliti, tidak adanya keharusan adanya pihak lain yang mengawasi. Peneliti harus membuat keputusan sendiri apakah penelitiannya menyimpang atau tidak dari norma-norma etik yang telah digariskan itu. Karena tidak ada pengawasan dari pihak lain, pengertian peneliti tentang perbedaan suatu tindakan sebagai pengobatan atau penelitian kadang tidak jelas, sehingga masih terjadi berbagai penyimpangan norma-norma etik. Formulir persetujuan atau Informed Consent harus disertakan pada lampiran. Definisi Operasional Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah yang operasional. Maksudnya adalah agar tidak ada makna ganda dari semua istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut. Oleh karena itu, semua konsep tersebut harus didefinisikan secara tegas supaya kerancuan dalam pengukuran, analisis serta kesimpulan dapat dihindarkan. Metode Penelitian Setelah pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis diformulasi dan kerangka teori serta kerangka konsep dirumuskan, maka peneliti melangkah pada suatu rencana pelaksanaan penelitian. Hal tersebut mencakup : desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, estimasi besar sampel, kriteria inklusi dan ekslusi, cara kerja, serta rencana pengumpulan data dan rencana analisis yang hendak dipergunakan. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji kesahihan hipotesis. Desain penelitian pada penelitian ini adalah menggunakan desain penelitian cross sectional. Desain ini hanyalah merupakan salah satu jenis studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor resiko dan penyakit. Penulis perlu melakukan pertimbangan untuk mengambil desain penelitian ini karena kurun waktu pendek dan sampelnya pun akan terbatas. Selain itu juga aakan sulit menentukan sebab dan akibat karena penngambilan data resiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan. Kemungkinan terjadinya bias prevalens atau bias insidens karena efek suatu faktor resiko selama selang waktu tertentu disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.



Data dan Analisis data Jenis analisa statistik yang akan digunakan dijabarkan set variabel yang akan dianalisis, dirinci cara analisis yang akan dipakai untuk tiap set variabel tersebut. Ditentukan batas kemaknaan yang akan dipakai serta interval kepercayaan akan disertakan dan tingkat kemaknaan statistika yang dipilih. Hasil Penelitian Hasil penelitian merupakan kesimpulan penelitian tersebut. Pada studi cross sectional hasil penelitian dinyatakan dalam rasio prevalens dengan membagi prevelens efek pada kelompok dengan faktor resiko dengan prevelans efek pada kelompok tanpa faktor resiko. Pada hasil penelitian hendaknya disertakan tabel deskripsi subyek penelitian. Untuk uji perbandingan karakteristik subyek perlu dibandingkan kesetaraannnya. Pembahasan Hasil Penelitian Semua hal yang dibahas dalam pembahasan harus relevan. Perlu juga disebutkan kesulitan, keterbatasan dan penyimpangan dari protokol pada penelitian serta dampaknya terhadap hasil penelitian. Yang tidak kalah pentingnya pembahasan dilakukan dengan menghubungkan teori dan hasil penelitian serta pertanyaan penelitian. Dalam pembahasan kelebihannya penulis sudah berusaha membandingkan teori dengan hasil penelitian namun masih kurang mendalam. Pembahasan masih terlalu singkat selain itu sumber yang digunakan sebagai teori masih kurang kuat. Pembahasan lebih banyak mengarah pada metode Johnson Toschack belum mengarah pada taksiran menggunakan Ultrasonografi dalam artian teori mengenai menghitung taksiran denga Ultrasonografi masih terlalu minim. Referensi / Daftar Pustaka Daftar pustaka harus disertakan dengan sistem yang dipilih dan dilakukan secara taat asas. Dalam penulisan usulan penelitian daftar pustaka tidak hanya bersangkutan dengan substansi yang akan diteliti, melainkan juga pada metodologi dan teknik statistika yang dipergunakan. Daftar pustaka hendaknya disusun sesuai dengan aturan jurnal. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan harus benar-benar menggambarkan isi dari penelitian yang disusun secara padat, ringkas dan jelas. Jika dalam kesimpulan terdapat hasil penellitian maka sudah seharusnya angka-angka hasil dari penelitian pun harus disertakan meskipun tidak seluruhnya karena kesimpulan yang terlalu panjang dan rumit menyulitkan pembaca dalam menganalisa. Saran dalam suatu kesimpulan hendaknya harus mempertimbangkan kepada siapa saran tersebut dibuat. Selain itu kata-kata yang disusun haruslah kata-kata yang sesuai dengan etika yang ada sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa tersinggung ataupun dirugikan.



Kesimpulan reviewer dalam menelaah jurnal dilihat dari kelebihannya analisa data yang ditampilkan sudah lengkap, sistematika penulisan juga sudah sesuai dengan kaidah penelitian. Perlu diperbaiki gaya bahasa yang masih terlalu rumit selain itu juga tinjauan pustaka masih minim dan masih memakai sumber dari blog, pada bagian analisa belum membandingkan secara mendalam antara hasil penelitian dengan teori yang ada di dalam penelitian ini hanya disebutkan garis besarnya saja. Penulisan lambang-lambang dan rumus dalam hasil penelitian masih menyulitkan pembaca karena terlalu rumit dan penulisannya pun masih kurang rapi. Selain itu nama peneliti dan judul penelitian belum ditulis secara benar. Abstrak yang dibuat masih belum sesuai dengan format yang ada. Sampel yang digunakan adalah sampel batas minimal sehingga kesahihan penelitian belum kuat. PENUTUP Adanya suatu penelitian memberikan banyak manfaat untuk pembaca.dengan adanya suatu penelitian akan timbul gagasan dan penemuanpenemuan baru. Oleh karena itu kemampuan metodologi penelitian sangat penting dimiliki oleh penulis. Selain itu perlu diperhatikan pula sistematika, gaya bahasa dan kaidah-kaidah penulisan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap isi dari penelitian. Perlu diketahui bahwa penelitian merupakan proses rangkuman aktivitas intelektual yang mencakup kemampuan untuk menciptakan ide, kreativitas, kemampuan metodelogi, penguasaan substansi, pemahaman aplikasi statistika, kemampuan bahasa serta konsistensi berpikir logis.