Contoh Tugas Research [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMUNIKASI ISLAMI DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMP PLUS ULUL ILMI MEDAN Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam



O L E H UMMU SALAMAH AZHARA



Dosen Pengampu Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd.



MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUMATERA UTARA MEDAN 2021



KATA PENGANTAR



Puji dan Syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita yang memberikan kita nikmat Iman, Islam serta Ihsan teruntuk patut kita syukuri adalah nikmat kesehatan. Alhamdulillah berkat keridhoan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Islami Dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Ulul Ilmi Islamic School Medan”. Materi pada makalah ini adalah sub pembahasan dari Mata Kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam. Adapun Materi pada makalah ini diharapkan dapat memperkaya diri dalam memahami Komunikasi Islami Dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Ulul Ilmi Islamic School Medan. Pada kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah telah membimbing kami pada mata kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan Islam. Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat penyempurnaan isi dari makalah ini dalam perbaikan kedepannya.



Medan, 16 Januari 2021



Ummu Salamah Azhara



i



DAFTAR ISI K5TA PENGANTAR..........................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................3 C. Tujuan Masalah........................................................................................3 D. Manfaat.....................................................................................................4 BAB II KAJIAN TEORI A. Komunikasi Islami....................................................................................5 1. Pengertian Komunikasi Islam.............................................................5 2. Unsur-Unsur Komunikasi...................................................................7 3. Proses Komunikasi.............................................................................7 4. Jenis Komunikasi................................................................................8 5. Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif dalam Alquran...........................8 6. Hambatan Komunikasi Islami.............................................................9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................12 B. Latar Penelitian........................................................................................12 C. Jenis dan Pendekatan Penelitian..............................................................11 D. Sumber Data............................................................................................12 E. Teknik dan Pengumpulan Data...............................................................13 F. Proses Analisis Data................................................................................15 G. Pemeriksaan Keabsahan Data..................................................................18 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Temuan Ummum ................................................................................... 22 B. Temuan Khusus.......................................................................................25 C. Pembahasan.............................................................................................30



ii



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................33 B. Saran........................................................................................................33 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................34 DOKUMENTASI...............................................................................................36



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbagai organisasi, seperti perusahaan perbankan, rumah sakit, sekolah dan perguruan tinggi diperlukan komunikasi diantaranya para anggotanya, sifat dasar komunikasi sebenarnya bertumpu pada proses pertukaran pesan diantara anggota organisasi tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003. Bahwa pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Sehingga keluarga menjadi sangat vital untuk membentuk anak melalui pendidikan. Dalam menumbuhkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam berfikir tetapi juga mempunyai akhlak yang baik menurut pandangan sementara penulis perlu tindakan penanaman pendidikan komunikasi islami dalam keluarga yang baik kepada peserta didik yang mana akan mampu memberikan gambaran tentang apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan dan cita-cita. Untuk itulah suatu lembaga pendidikan tentulah harus benar-benar dituntut untuk memberikan perubahan ke arah yang lebih baik kepada peserta didik yang berada di lembaga tersebut. karena pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Pendidikanlah yang menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang. Walaupun tidak semua orang berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan manusia nomor satu.



1



Dalam konteks pendidikan komunikasi Islami, pendidikan akhlak ini merupakan hal penting yang harus ditanamkan kepada anak mengingat generasi sekarang ini seolah tergelam dalam suasana dekadensi moral. Dengan pembentukan akhlak secara terus menerus diharapkan dapat membentuk peserta didik berakhlak mulia. Disini letak peran sentral keluarga untuk menjalin komunikasi interaktif dengan anak terhadap problematika yang menghadangnya. Akhlak dalam bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat. Secara terminologi, akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan. Sementara itu, menurut Imam Al Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang dapat memicu perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak merupakan suatu hal yang menjadi perhatian besar pada zaman serba canggih seperti saat ini, mulai dari informasi yang mudah di akses melalui internet, handphone dan alat elektronik canggih lainnya yang telah memudahkan manusia dalam melakukan segala hal. Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi Islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Berdasarkan pengamatan sementara yang penulis lakukan, masih ada sebagian peserta didik Kelas X di SMP Plus Ulul Ilmi Medan belum mencerminkan atau menerapkan serta mengaplikasikan komunikasi Islami



2



yang berakhlak al-karimah atau beretika. Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian



dengan



judul



“Komunikasi



Islami



Dalam



Pelaksanaan



Pembelajaran di SMP Plus Ulul Ilmi Medan”.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana komunisasi Islami Pendidik dengan Peserta Didik pada pelaksanaan pembelajaran di SMP Plus Ulul Ilmi Medan? 2. Hambatan komunisasi Islami Pendidik dengan Peserta Didik pada pelaksanaan pembelajaran di SMP Plus Ulul Ilmi Medan?



C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian pastilah memiliki tujuan-tujuan tertentu disini penulis memiliki tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi Islami pendidik dengan peserta didik di SMP Plus Ulul Ilmi Medan? 2. Untuk Mengetahui bagaimana hambatan komunikasi Islami Pendidik dengan pesera didik di SMP Plus Ulul Ilmi Medan?



3



D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini sekurang-kurangnya dapat memberi manfaat yaitu: a. Diharapkan dapat Menerapkan Komunikasi Islami pada pelaksanaan pembelajaran b. Diharapkan dapat Menyelesaikan hambatan Komunikasi Islami pada pelaksanaan pembelajaran



4



BAB II KAJIAN TEORI A. Komunikasi Islami 1. Pengertian Komunikasi Islami Kata komunikasi atau commotion dalam bahasa inggris berasal dari kata asal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, cummunicatio, atau comunicare yang berarti membuat sama “(to make common)”. Jadi komunikasi berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya kesamaan makna mengenai suatu hal yang di komunikasikan. (Syahraini Tambak, 2013:44) Komunikasi adalah proses berbagi dan membagi pengalaman dengan



tujuan



saling



mempengaruhi.



(Harjani



Hafni,2015:7)



Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja ataupun tidak sengaja (Hafied Cangara, 2008:18). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan, komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih, yang saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dan berkomunikasi. Islam adalah kerendahan, penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Robbul Alamin. Kedudukan ini disyarakatkan harus dalam



5



bentuk pilihan bukan karena terpaksa, yaitu ketundukan kepada Allah di segala bidang. Islam dalam arti kedudukan dapat ditemukan dalam firman Allah Surat Ali Imran: 19 yang berbunyi:



                             19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19).



Agama memiliki peran yang penting dalam membentuk sikap dan prilaku seseorang. Sikap dan prilaku seseorang dapat di lihat dari cara seseorang menjalani kehidupannya sehari-hari. (Noer, Tambak, Rahman: 2017) Komunikasi Islam adalah komunikasi yang berupa untuk membangun hubungan dengan diri sendiri dengan sang pencipta, serta dengan sesama untuk menghadirkan kedamaian, keramahan dan keselamatan buat diri dan lingkungan dengan cara tunduk dengan perintah Allah dan Rasul-nya. (Harjani Hafni,2015:14) Pendidikan komunikasi islami yaitu usaha sadar yang dilakukan manusia membimbing anak melaluisuatu pesan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membentuk karakter dan sikap kepribadian anak menjadi manusia yang bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa. (Syahraini Tambak, 2013:46) 2. Unsur-unsur Komunikasi



6



Komunikasi terdiri atas beberapa unsur yang sangat penting yaitu: 1. Komunikator; 2. Komunikan; 3. Pesan, berita dan informasi; 4. Alat komunikasi; 5. Teknik komunikasi; 6. Interaksi kedua belah pihak; 7. Verbalitas atau nonverbal dalam komunikasi. (U Saefullah, 2012:180) 3. Proses Komunikasi Proses komunikasi dapat dilakukan dengan beberapa jenis yaitu: 1. Komunikasi langsung, yakni berhadap-hadapan hanya dilakukan secara lisan; 2. Komunikasi langsung melewati pesawat telepon; 3. Komunikasi tidak langsung dapat dilakukan melalui surat, email, dan pengiriman pesan atau berita melalui orang lain; 4. Komunikasi personal, yakni komunikasi antar individu; 5. Komunikasi antarpersonal, yang dilakukan dengan berbagai individu; 6. Komunikasi sosial, yang dilakukan di dalam pergaulan di masyarakat; 7. Komunikasi verbal dan nonverbal, yang dilakukan dengan katakata atau isyarat dan bahasa tubuh. 4. Jenis Komunikasi Berlangsung



7



Dalam organisasi, jenis komunikasi yang berlangsung adalah: 1. Komunikasi atasan kepada bawahan; 2. Komunikasi bawahan kepada atasan; 3. Komunikasi antar bawahan; 4. Komunikasi bersama, dalam suatu musyawarah terbuka bagi seluruh anggota organisasi. (U Saefullah, 2012:180) 5. Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif dalam Alquran Komunikasi yang efektif berarti perkataan yang singkat, jelas, lengkap dan dapat menyampaikan informasi dengan tepat. Banyak pengertian tentang definisi komunikasi efektif, namun secara garis besar komunikasi efektif berarti menyampaikan sesuatu dengan cara yang tepat dan jelas sehingga informasi yang kita sampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh orang lain. Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip atau etika komunikasi efektif dalam Islam, yaitu: 1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur)



                Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka



8



bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa’/4:09)



2. Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti) (QS. An-Nisa/4:63). 3. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik) (QS. Al-Ahzab/32:32). 4. Qaulan Karima (perkataan yang mulia) (QS. Al-Isra’/17:23) 5. Qaulan



Layyinan



(perkataan



yang



lembut)



(QS.



Al



A’raaf/07:55) 6. Qaulan Maysura (perkataan yang ringan) (QS. Al-Isra’/17:28) (Rahmat Hidayat dan Candra Wijaya, 2017: 237-240). 6. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Kelancaran dan Hambatan Berkomunikasi Kelancaran berkomunikasi dengan lisan bagi setiap orang berbedabeda, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut, 1. Faktor Pengetahuan Pengetahuan mempengaruhi kelancaran berkomunikasi karena apabila komunikator menguasai bahasa dan kebudayaan orang yang diajak berkomunikasi, komunikasi akan lancar. Sebaliknya, apabila ia tidak memahami bahasa dan kebudayaan komunikan, komunikasi pun terhambat. 2. Faktor pengalaman Pengalaman merupakan guru terbaik. Komunikasi akan terhambat



apabila



pelaku



komunikasi



sangat



sedikit



pengalamannya. Demikian sebaliknya, komunikasi akan lancar apabila ditunjang oleh pengalaman yang memadai, seperti 9



berkomunikasi dengan orang Baduy, tentu bagi peneliti yang berpengalaman dengan orang Baduy, komunikasi akan lebih baik dan berjalan lancar. 3. Faktor Inteligensi Orang yang inteligensinya rendah, biasanya tidak lancar dalam



berbicara



karena



tidak



memiliki



kekayaan



perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Cara berbicaranya terputus-putus, bahkan antara kata yang satu dengan lainnya tidak/relevan. 4. Faktor Kepribadian Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan, biasanya kurang lancar berbicara. 5. Faktor Biologis Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan, seperti: a. Sulit mengatakan kata desis (lipsing) karena ada kelainan pada rahang, bibir, gigi. b. Berbicara tidak jelas (sluring), yang disebabkan oleh bibir (sumbing), rahang, lidah dan tidak aktif. c. Berbicara ragu-ragu, gagap yang disebabkan tidak biasa berbicara dengan orang banyak, sifat pemalu.



10



BAB III METODOLOGI PENILITAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Plus Ulul Ilmi Medan, Jalan Jermal II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.



11



Penelitian ini dilaksanakan Hari Senin 11 Januari 2021 dan apabila hasil



penelitian



ini



masih



membutuhkan



keperluan



data,



maka



kemungkinan waktu penelitian akan diperpanjang hingga data-data penelitian sudah mencukupi.



B. Latar Penelitian Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan adalah sekolah yang berbasis pendidikan Islam. Penerapan komunikasi Islami tersebut membuat penulis tertarik dalam meniliti terutama pada pelaksanaan komunikasi Islami dalam pelaksanaan pembelajaran. Adanya juga keharmonisan antara guru dan murid dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah. Sehingga tidak jarang pelaksanaan kegiatan proses belajar dengan baik. Penelitian dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung antara pendidik dan peserta didik. Peniliti tertarik untuk mencermati bagaimana situasi pelaksanaan komunikasi Islami di sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan.



C. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin, penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa



12



kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif, proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Studi kasus (Case Study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara insentif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Menurut Nasution, studi kasus (Case Study) adalah bentuk penelitian yang dapat dilakukan terhadap seorang individu, kelompok individu, golongan manusia (guru, suku), lingkungan hidup manusia (desa), atau lembaga sosial. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk melihat data melalui pengamatan mendalam terhadap fokus penelitian, berinteraksi dengan pelaksana dilapangan sehingga mendapatkan informasi dari informan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan komunikasi Islami di SMP Plus Ulul Ilmi Medan.



D. Sumber Data Ada pun yang menjadi informan pada penelitian ini sebagai berikut:



13



1. Sumber data primer, yaitu sumber yang diterima langsung dalam penulisan kepala sekolah, pendidik dan peserta didik sekolah Ulul Ilmi Islamic School Medan. 2. Sumber data skunder, yaitu sumber data pendukung atau pelengkap yang diperoleh secara langsung dari tata usaha yaitu mengenai dokumendokumen tentang program, profil sekolah, data-data tentang tenaga kependidikan termasuk guru yang ada di SMP Plus Ulul Ilmi Medan



E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data penelitian ini, maka teknik yang di gunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut; 1.



Observasi Nasution berpendapat bahwa observasi adalah dasar semua ilmu



penetahuan.Peran ilmunya hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observsasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi berperan serta ditunjukkan untuk mengungkapkan makna suatu kejadian dari setting tertentu, yang merupakan perhatian esensial dalam penelitian kualitatif. Observasi berperanserta dilakukan untuk mengamati obyek penelitian, seperti tempat khusus suatu oraganisasi, sekelompok orang atau beberapa aktivitas suatu sekolah.



14



Pada oberservasi ini peneliti melakukan observasi partisipatif. Peneliti ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan sumber data. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Instrumen yang digunakan untuk oberservasi adalah kamera dan alat tulis. Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan berperan serta (participant observation) di mana peneliti ingin mengetahui apakah tanpa kehadiran subjek berprilaku tetap atau menjadi berbeda dan sebaginya. 2. Wawancara Wawancara terhadap informan sebagai sumber data dan informasi dilakukan dengan tujuan penggalian informasi tentang fokus penelitian. Wawancara ialah percakapan yang bertujuan, biasanya antara dua orang (tetapi kadang-kadang lebih) yang diarahkan salah seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Menurut Suharsimi Arikunto, Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara (interview) untuk memperoleh informasi dari terwancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Jenis wawancara ini dengan wawancara semi terstruktur, peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan pokok dan akan dikembangkan lagi pertanyaan baru dari jawaban imforman dilapangan.



15



Wawancara



dilakukan



dengan



mengajukan



sejumlah



pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu disusun sedemikian rupa. Instrument yang digunakan dalam wawancara yaitu recorder, kamera (HP), alat tulis dan lembar pertanyaan wawancara (terlampir). Dalam hal ini wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah dan pendidik Ulul Ilmi Islamic School Medan yaitu sebagai kunci informan. 3. Studi Dokumentasi Dokumen adalah salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan dokumen sebagai penelitian. Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, yang dipersiapkan karena adanya perminntaan seorang penyidik. Studi dokumentasi adalah pengadaan secara langsung dan hasil berbentuk dokumen baik berbentuk data (tulisan) ataupun gambar yang akan menjadi pendukung hasil penelitian. Analisis dokumentasi yaitu mengadakan pengujian terhadap dokumen yang dianggap mendukung hasil penelitian. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber arsip dan dokumen berupa profil sekolah, kelender pendidikan, data personil sekolah, dan foto madrasah. Instrumen yang digunakan dalam dokumentasi yaitu kamera (HP).



F. Prosedur Analisis Data



16



Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Pengelolaan dan analisis dilakukan sejak awal data hingga selesai penulisan leporan penelitian dengan melalui tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Karena itu sejak awal penelitian, peneliti telah melalui pencarian arti pola-pola tingkahlaku aktor, penjelasan-penjelasan, konfirmasi-konfirmasi yang mungkin terjadi dan mencatatat keteraturan. Analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data dari pengumpulan data, meruapakan tahapan yang penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data yang terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini untuk memberi arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data. Analisis data adalah menjelaskan bahwa analisis data ialah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan untuk menambah pemahaman



sendiri



mengenai



bahan-bahan



tersebut



sehingga



memungkinkan temuan tersebut dilaporkan kepada pihak lain. Analisis



data



penelitian



kualitatif,



dilakukam



pada



saat



pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhdadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti



17



akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data sebagai berikut: 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah



peneliti



untuk



melakukan



pengumpulan



data



selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam reduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi dta dapat mendiskusikan pada teman atau ornag lain yang dipandang ahli, melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. 18



2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka selanjutanya adalah penyajian data. Dalam penelitian kulalitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Hal yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutanya, selain penyajian data dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. 3. Penarikan Kesimpulan Analsis data menurut Miles Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin



juga tidak, karena seperti yang telah



dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian



19



kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan yang diharapkan penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa dekskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.



G. Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan.Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian. Faktor keabsahan data dalam penelitian kualitatif juga sangat diperhatikan karena suatu hasil penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan atau terpercaya. Untuk memperkuat keabsahan data hasil temuan dan menjaga validasi penelitian, maka peneliti berpedoman yaitu:



1. Keterpercayaan (Credibility)



20



Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai: kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kredibilitas yaitu peneliti melakukan pengamatan sedemikian rupa dengan hal yang berkaitan dengan Komunikasi Islami Ulul Ilmi Islamic School Medan. Demikian pula dilakukan pemeriksaan data dari berbagai informan. Menurut Moleong, tringulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data dapat memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh dari penggunaan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan tiga tahap yaitu: a. Meningkatkan ketelitian dalam menggunakan triangulasi. b. Memeriksa secara seksama masalah-masalah yang divalidasi c.



Menetapkan tipe triangulasi yang tepat untuk permasalahan yang bersifat umum diguanakan triangulasi antara metode, seperti memeriksa catatan lapangan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Kemudian isu-isu yang lebih rinci digunakan



21



triangulasi dalam metode, prosesnya mengkomfirmasikan antar narasumber yang berbeda tetapi masih dalam konteks yang sama. 2. Keteralihan (Transferbility) Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian



peneliti



bertanggungjawab



untuk



menyediakan



data



dekskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut. Generalisasi dalam penelitian kualitatif tidak mempersyaratkan asumsi-asumsi seperti rata-rata populasi dan rata-rata sampel atau asumsi kurva. Transferabilitas memperhatikan kecocokan arti fungsi unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena studi dan fenomena lain diluar ruang lingkup studi. Cara yang ini adalah dengan melakukan uraian rinci dari kata ke teori, atau dari kasus ke kasus lain, sehingga pembca dapat menerapkannya dalam konteks yang hampir sama. 3. Kebergantungan (Dependability) Kriterium reliabilitas



dalam



kebergantungan penelitian



merupakan



yang



substitusi



nonkualitatif.



Pada



istilah cara



nonkualitatif, reliabilitas ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka maka



22



dikatakan reliabilitasnya tercapai. Persoalan yang sulit dicapai di sini ialah bagaimana mencari kondisi yang benar-benar sama. Disamping itu, terjadi pula ketidakpercayaan pada instrument penelitian. Meskipun



demikian,



paradigma



alamiah



menggunakan



kedua



persoalan tersebut sebagai pertimbangan, kemudian mencapai suatu kesimpulan untuk menggantikannya dengan kriterium kebergantungan. Konsep kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh peninjaunnya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang tersangkut. Bagaimana hal itu akan dibicarakan dalam konteks pemeriksaan. Dalam



penelitian



ini



ketergantungan



dibangun



dari



pengumpulan data dan analisis data lapangan serta saat penyajian data laporan narasumber, penetapan teknik pengumpulan data, dan analisis data serta penyajian data penelitian. Selain itu, setiap data wawancara dan observasi dikonfirmasi ulang kepada informan kunci, dan subjek penelitian lainnya berkaitan dengan kebenaran fakta yang ditemukan. Perspektif lain dalam mencapai penjaminan keabsahan data dan hasil penelitian, dapat dilihat dari dimensi kesahihan data baik secara internal maupun eksternal.



BAB IV



23



TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN



A. Temuan Umum 1. Identitas Sekolah Nama Madrasah NPSN Nama Kepala Madrasah Lokasi Belajar Alamat Provinsi Kota Kecamatan Kelurahan Kode Pos



: SMP Plus Ulul Ilmi Medan : 70000260 : Yasinta, S.Pd : : : : : :



Jl. Jermal II Sumatera Utara Medan Medan Denai Tegal Sari Mandala III 20227



2. Profil Sekolah Ulul Ilmi Islamic School merupakan salah satu Sekolah Islam Swasta di Kecamatan Medan Denai dan di Kecamatan Medan Marelan. Ulul Ilmi Islamic School di bawah naungan Yayasan Rapy Ray Putratama, didirikan pada tahun 2011 oleh Alm. H. Muklas, Bapak H. Ervan BA dan Bapak H. Irwansyah Putra, SE. Pada awal berdirinya Ulul Ilmi Islamic School di kelola oleh Ustadz Zulkarnain Ahmad, S.Pd.MI yang dimulai dari Jenjang Playgroup dan TK.            Selanjutnya pada tahun 2012 Ulul Ilmi Islamic School membuka cabang di Kecamatan Medan Marelan dengan nama Ulul Ilmi Islamic School 02 Marelan. Ulul Ilmi Islamic School 01 bertemap di Jalan Denai No. 241 Berkembang ke jenjang Sekolah Dasar (SD), seperti pada awalnya PG dan TK di kepalai oleh ustadz Zulkarnain Ahmad, S.Pd.MI begitupun jenjang SD juga dikepalai oleh beliau selaku pengelola. Pada tahun 2014 Kepala sekolah PG & TK Ulul Ilmi Islamic School 01



24



diamanahkan kepada Umi Rosdiana Nasution, S.Pd.I, sedangkan PG & TK Ulul Ilmi Islamic School 02 dimanahkan kepada Umi Mega Indani, M.Pd.I.  Selanjutnya pada tahun 2018 dibangunlah Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Islamic School yang beralamat di Jl. Jermal II Kecamatan Medan Denai. Dan dikepalai oleh Yasinta, S.Pd. Ustadz Zulkarnain Ahmad, S.Pd.MI menjabat sebagai Kepala Penjamin Mutu & Sumber daya Pendidik yang membawahi PG-TK-SD-SMP Ulul Ilmi Islamic School 01 Medan Denai dan PG-TK Ulul Ilmi Islamic School 02 Medan Marelan. Dengan tingginya antusias masyarakat terhadap sekolah PG-TK-SD-SMP Ulul Ilmi Islamic School, Insyaallah Yayasan Rapy Ray Putratama tetap mendukung berkembangnya dunia Pendidikan khususnya di Kota Medan.



3. Visi dan Misi Sekolah



4. Stuktur Organisasi



25



5. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan di Ulul Ilmi Islamic School Tenaga Pendidik JENJANG PENDIDIKAN PENDIDIK



S.2



S.1



D1/D3/D4



SMA



0 0



1 1



1 1



5 5



PEGAWAI JUMLAH



JUMLAH < SLTP 0 0



7 7



Tenaga Kependidikan TENAGA KEPENDIDIKAN GURU JUMLAH



JENJANG PENDIDIKAN S.2 S.1 D1/D3/D4 SMA < SLTP 2 10 0 0 0 2 10 0 0 0



6. Data Siswa/i



26



JUMLAH 12 12



No



Kelas



1 VII – A 2 VII – B 3 VIII – A 4 VIII – B 5 IX Jumlah Kelas X



Jenis Kelamin L P 12 11 10 10 12 13 12 13 9 12 55 59



Jumlah



Rombongan Belajar



13 20 25 25 21 114



1 1 1 1 1 5



B. Temuan Khusus Sebelumnya penulis observasi pada hari Senin, 11 Januari 2021 ke sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan dan menanyakan kepada pihak sekolah tepatnya kepada Kepala Sekolah dan menanyakan boleh tidak nya untuk melakukan penelitian yang berjudul Komunikasi Islami Pelaksanaan Pembelajaran di sekolah tersebut, sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan, dan alhamdulilah hari Selasa tanggal 12 Januari 2021 pukul 14.05 WIB penulis mendapat informasi melalui via WhatsApp mendapat informasi penelitian sudah bisa dilakukan. Penulis menjumpai Kepala Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan pada hari Rabu 13 Januari 2021 untuk melakukan wawancara sesuai dengan judul yang saya teliti yaitu berapa orang tenaga pendidik dan kependidikan disini, “Pegawai ada 4 orang tenaga kependidikan ada 3 orang dan 12 orang dan tenaga kependidikan 7 orang jadi semua berjumlah 19 orang” Dan penulis menanyakan dalam hal komunikasi Islami di sekolah ini antara kepala sekolah dengan tenaga pendidik dalam keseharian, “Kalau komunikasi kita pakai bilingual (dua bahasa) bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, kita ada komunikasi secara langsung, kalau memang guru itu hadir kita tatap muka untuk diskusi, tapi kalau tidak langsung kita melalui WA atau medos lain”(KS)



penulis menanyakan kembali kepada Kepala Sekolah mengenai bagaimana komunikasi Islami antara tenaga pendidik dengan peserta didik,



27



“jadi begini pak, untuk kami disini, sesuai dengan visi dan misi kami pak, memang menanamkan nilai-nilai tauhid yang terintegrasi dalam proses kegiatan belajar mengajar, jadi memang sesuai Al-Quran dan Hadis, jadi tenaga pendidik menggunakan komunikasi yang berakhlakulkarimah sesuai dengan anjuran agama Islam, jadi yang pertama itu tenaga pendidik memang diajarkan kepada pesera didik itu terutama yaitu Adab, sampai di tes awal kemampuan siswa yang biasanya kita nilai secara kognitif, tetapi kita juga ada penilaian tes kemampuan dasarnya itu di adab siswanya, terutama kita lihat adab dia ketika masuk ke ruangan, ketemu dengan teman, ketemu dengan yang lebih tua adab bersalaman, adab makan dan minum memang kita integrasikan pak, contoh komunikasi dengan mengajarkan perkataan jujur, berkomunikasi dengan memberikan informasi yang tepat, berkomunikasi dengan perkataan yang baik, lemah lembut kepada peserta didik”(KS) penulis menanyakan kepada Kepala Sekolah mengenai bagaimana adab berteman itu seperti apa, adab peserta didik ke pendidik itu seperti apa?, “kalau kita kegiatan masih tatap muka seperti kemarin, itu guru menyambut siswa pada saat tiba di sekolah dan mereka mengucapkan salam, sesuai dengan motto sekolah yaitu senyum, sapa, salam, sopan, santun, terus ketika mereka masuk ke kelas mereka (siswa) kita pisahkan kan pak sesuai dengan jenis kelamin mereka, dan kita ajarkan kepada mereka agar menjaga jarak antara mereka yaitu seperti perempuan menjaga auratnya, tentang berhadapan dengan lawan jenis, ketika mereka bertemu pendidik/guru, mereka itu kan bertemu dengan yagn lebih tua, ya... bagaimana mereka kita ajarkan untuk menghormati dengan sedikit membungkukkan badan pada saat tegur sapa dan melewatinya, ketika pulang pun seperti itu pada saat meninggalkan kelas ucapkan salam kepada umi atau muallimnya, kalau sesama mereka/siswa mereka diajarkan untuk tidak bersalaman lagi untuk jawab salam dengan lawan jenisnya”(KS) penulis menanyakan mengenai jadwal masuk sekolah, “kalau jadwal sekarang kita mulai masuk sekolah jam 09.00 – 12.00 WIB. Kalau jadwal masuk sekolah sebelum covid masuk sekolah itu mulai jam 07.15 – 15.00 WIB. Jadi mereka harus diajarkan disiplin pak, masuk jam 07.15, lewat dari 07.15 apapun ceritanya terlambat tanpa konfirmasi kita kembalikan ke orang tuanya, karena sebelumnya sudah kita lakukan sosialisasi dengan orang tua murid, yang penting mereka harus konfirmasi, yang tidak konfrimasi kita suruh pulang pak, kita tutup gerbang, karna depan gerbang kita letak jam dinding agar siswa dapat melihat jam berapa dia sampai, lewat 1 menit dari waktu yang telah ditentukan tidak boleh masuk”



28



penulis menanyakan bagaimana komunikasi antara sesama guru, “kalau tersistem kita biasa komunikasi pada saat rapat ya pak baik itu tatap muka maupun zoom, sebelumnya sekolah juga ada kegiatan tahsin yang diadakan seminggu sekali di hari Sabtu jam 10.00 – 12.00 itu langsung atasan kami yang mengajarkan kami, jadi baik itu guru, maupun tenaga kependidikan, itu sudah belajar tahsin, yang mengajarkan adalah Muallim Zulkarnaen, dia sebagai Kepala Penjamin Mutu Pendidik dan Sumber Daya Pendidik, dan dilakukan juga tes kepada guru dan tenaga kependidikan hasil tahsin yang telah diajarkan”(KS) penulis menanyakan apa ada akhlak siswa yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam di sekolah, “ada, ini bongkar sedikit kejelekan kami ya, ada kasus ketahuan di kelas peserta didik merokok, jadi solusi pihak sekolah menanganinya dengan cara memanggil siswa tersebut dan di ajak berdialog dan memberikan nasehat kepada si anak bahwa merokok itu tidak ada manfaat, dan memanggil orang tua siswa untuk lebih mengawasi si anak pada saat di rumah dan diawasi pada saat anak di sekolah, dan ada juga orang tua marah kepada anak dan memukulinya, dan pihak sekolah melakukan memanggil orang tuanya untuk berdiskusi dan memberikan nasehat bahwa anak itu adalah titipan/amanah dari Allah Swt. Dan kepada si anak diberikan pemahaman bahwa pada saat dia merokok memang bisa tidak ketahuan dengan umi dan muallim juga teman-teman sekolah, tapi ingat bahwa Allah ada dan Maha Mengetahui dimana pun kita berada, jadi ada nilai-nilai nasehat komunikasi yang diberikan kepada orang tua juga kepada peserta didik; ada juga kasus akhlak anak gondrong atau tidak rapi, pihak sekolah memanggil siswa tersebut dan melakukan mediasi terhadap siswa dengan mengatakan abang.... umi/muallim mau lihat di tanggal berapa abg bisa ganteng/rapi umi/muallim melihat abg ke depannya, umi/muallim tersebut mengasih kalender agar siswa tersebut melingkari tanggal berapa yang dia menginginkan dia pangkas, dan pihak sekolah pun melakukan kordinasi dengan orang tua anak didik agar bisa bekerjasama sama untuk saling mengingatkan si anak untuk menunaikan janjinya yaitu memangkas rambutnya agar terlihat rapi, karena dalam Islam kita dianjurkan untuk menepati janji yang telah kita ucapkan;(KS) penulis menanyakan apa ada hambatan dalam komunikasi Islami pada pelaksanaan pembelajaran sekolah, “ada pak, misal siswa yang terkadang di nasehati agak susah, setelah kita cari tahu dan diketahui bahwa anak tersebut orang tuanya pisah



29



atau tidak serumah lagi, sehingga siswa tersebut susah untuk kita beri nasehat walau sudah melakukan pendekatan agar dia berubah kebiasaannya berkata tidak sesuai ajaran Islam dikarenakan di lingkungan keluarga si anak tersebut mengalami permasalahan dengan orang tuanya; ada juga kasus di keluarga anak tersebut belum pernah dikasih kepercayaan kepada anak tersebut untuk berinteraksi dengan teman sebaya sehingga anak tersebut mengalami pergaulan yang masih baru bagi si anak atau tidak seperti biasanya yang dia rasakan dilingkungan keluarga, sehingga si anak merasa kurang nyaman di lingkungan sekolah; ada juga kasus anak yang belum pernah di bawa orang tua keluar dari rumah seperti berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggal sama sekali, sehingga ada anak yang kami bawa keluar sekolah untuk melaksanakan shalat jum’at berjamaah di masjid terasa canggung sehingga kita harus memberikan nasehat juga komunikasi yang baik kepada anak untuk bisa meyakinkan memberi kenyamanan juga kepercayaan bahwa di luar itu menyenangkan, sehingga si anak mau untuk ikut melaksanakan shalat jum’at di masjid, di luar lingkungan sekolah, ada juga kasus anak tersebut terbentuk sudah kita bekerjasama tapi dikarenakan orang tua terlalu sibuk, sehingga orang tua tidak sempat untuk mendidik, mengarahkan, membimbing si anak untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya agar si anak berubah dari mempunyai perangai yang tidak baik menjadi baik, dari yang kurang baik menjadi baik”(KS) Penulis menjumpai Guru Bidang Studi Mata Pelajaran Agama SMP Plus Ulul Ilmi Medan dan penulis menanyakan bagaimana komunikasi Islami antara pendidik dan peserta didik, “kalau kami dalam kegiatan sehari-hari sebelum semasa covid itu yang biasa dilakukan tegur salam sapa, kemudian kalau komunikasi kita ada panggillan kalau kepada guru laki-laki muallim kepada guru perempuan umi, dan kepada peserta didik guru memanggil murid lakilaki itu abang dan kepada murid perempuan kakak, kalau kepada sesama guru ada muallim; Dan kita ada pelajaran tahsin kepada peserta didik yang dilakukan tiap hari, dilakukan setelah shalat dhuha di mushola baru dilakukan tahsin di kelas masing-masing selama 30 menit; Selama proses belajar mengajar guru mengupayakan memberi contoh menggunakan komunikasi yang baik, sopan santun, berjiwa pendidik,



30



sabar dalam mengajar dan sabar dalam menghadapi siswa yang adab atau tingkah laku tidak sesuai ajaran Islam, dengan terus menerus memberikan nasehat atau melakukan mediasi seperti menghargai sesama teman, menghormati orang tua, menyayangi yang muda serta bagaimana harus bersikap berprilaku terhadap sesama teman di lingkungan sekolah, keluarga dan sekitaran tempat kita tinggal”(GBS) penulis menanyakan mengenai komunikasi Islami berkaitan dengan adab, kira-kira ada tidak siswa itu ketahuan berbohong dalam pelaksanan pembelajaran, “kalau satu dua itu ada ya,contoh misalnya kita suruh mengerjakan PR, kita tanya kepada si anak tersebut di hari pengumpulan tugas akhir, kita tanya sama si anak tersebut, abang sudah mengejakan PR, sudah kata si abang/anak tersebut, ternyata setelah kita cek di google class room dia belum mengerjakan PR, dan kita pun langsung menanyakan kenapa belum dikerjakan PR nya, dan memberi nasihat bahwa dalam Islam berbohong itu tidak lah baik bagi orang mukmin, karena dengan kebohongan kita itu membuat serta merugikan diri kita sendiri, dampak panjang ke depan kita akan menerima atau di cap sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, apakah abang mau seperti itu selamanya, jawab si anak tidak, jadi kita terus memberikan nasehat kepada peserta didik agar mereka paham bahwa yang mereka lakukan apabila itu sikap, tingkah laku, yang tidak baik banyak yang tidak disukai orang karena itu bertentang dengan nilai-nilai kaedah Islam; Ada juga anak dalam komunikasi di sekolah tidak baik, ada anak seperti nyeleneh, cuek, kalau di nasehati, bilang iya, tapi ya dia seperti tidak ada merasa bersalah dan sikap itu terulang lagi, rupanya setelah kita kordinasi dengan pihak orang tua dia di keluarga juga dibiarkan begitu saja dengan orang tuanya dan orang tua juga tanpa sadar juga mempunyai seperti itu sikap nya dan juga tanpa sadar secara tidak langsung membentuk karakter yang tidak baik bagi si anak dikarenakan sibuk dengan pekerjaan”(GBS) penulis menanyakan mengenai latar pendidikan guru, “latar belakang pendidikan guru di sekolah SMP Plus Ulul Ilmi ialah 2 orang Sarjana S1 Pendidikan Islam dan 10 orang lulusan Sarjana S1 Pendidikan Umum bukan, jadi disinilah pak mungkin kami juga para pendidik mengalami kendala dalam menciptakan komunikasi Islami di lingkungan sekolah”(GBS) Berdasakan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi Islami di SMP Plus Ulul Ilmi Medan telah melaksanakan, seperti: penerapan disiplin, memperbaiki akhlak dan mencari solusi terbaik untuk



31



menyelesaikan setiap masalah yang dialami. Dan pihak sekolah tetap istiqomah dan memaksimalkan komunikasi Islami, sehingga komunikasi Islami dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan, disertai wawancara serta pengkajian dokumen yang telah penulis laksanakan di sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan, Jalan Jermal II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai, maka dalam penelitian ini menghasilkan temuan dalam komunikasi Islami pelaksanaan dalam pembelajaran yaitu: 1. Faktor Internal Yaitu Belum Maksimal Dalam Hal Penerapan Komunikasi Islami Latar belakang pendidikan lulusan pendidik di Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi mayoritas pendidikan umum, hanya 2 orang yang lulusan pendidikan agama. 2. Faktor Eksternal Yaitu Pengaruh Lingkungan Keluarga Ada beberapa kasus yang ditemukan bahwa akhlak siswa yang terjadi di lingkungan sekolah dikarenakan faktor broken home, kesibukan orang tua dengan pekerjaanya, orang tua yang kurang mengontrol anak sewaktu beraktivitas di rumah, dan orang tua yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab ke pihak sekolah.



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan



32



Berdasarkan analisis serta berbagai temuan terhadap penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi Islami Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan akan dapat berjalan maksimal jika latar belakang pendidikan guru mayoritas lulusan pendidikan agama, dan membangun kerjasama dengan orang tua murid dalam hal membina dan mendidik di rumah seperti hal yang dilakukan di sekolah.



B. Saran Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini: 1. Kepada Kepala Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan diharapkan melakukan pembinaan terhadap guru dalam komunikasi Islami dalam pelaksanaan pembelajaran. 2. Mensosialisasikan kepada orang tua murid untuk ikut berperan dalam penerapan komunikasi Islami di lingkungan keluarga.



DAFTAR PUSTAKA



Harjani hafni, 2015,Komunikasi Islam, Prenadamedia Grup, Jakarta.



33



Hafied Canggara, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi,PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hidayat, Rahmat, dan Wijaya, Candra, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam, Medan, LPPPI, 2017. Noer, M Ali, Tambak, Syahraini; Rahman, Harun. 2017, Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) dalam Meningkatkan Sikap Keberagaman Siswa di SMK Ibnu Tamiyah Pekan Baru, Jurnal Pendidikan Agama Islam al-Thariqah, 2 (1), 21-38. Nasution, S. (1982). Metode Reseach. Bandung: Jemmars. Sakdiyah, K. (2019). Pengaruh Pendidikan Komunikasi Islami Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Peserta Didik di Madrasah Aliyah Ummatan Wasathan Pondok Pesantren Teknologi Riau (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau). Syafaruddin, Manajemen Organisasi Pendidikan, Perspektif Sains dan Islam, Medan: Perdana Publishing, 2017. Saefullah, U, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Qomar, Mujammil Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2010. Tambak, Syahraini;Amril,M;Khairi, Zuriatul;Sukenti, Desi.2018,Development of Madrasah Teacher Professionalism by Strengthening the Khalifah Concept and Islamic Psychosocial Perspective, Proceedings of the International Conference on Islamic Education, Advances in Social Science, Education and Humanities Research, h. 34-42. DOI: https://doi.org/10.2991/icie-18.2018.7.



34



Yuanita, D. I. (2013). MEMBANGUN KARAKTER ANAK YANG ISLAMI DI SEKOLAH DASAR Oleh. Jurnal Pemikiran Keislaman, 23(1), 1.



Sumber Wawancara (KS) Kepala Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan (Yasinta, S.Pd.) (GBS) Guru Bidang Studi Pendidikan Agama (Ardi Mukhtar, S.Pd.I)



DOKUMENTASI



35



Gambar 1.1. Visi dan Misi, dan Stuktur Organisasi SMP Plus Ulul Ilmi Medan



Gambar 1.2. Tampak Depan Gedung Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan



36



Gambar 1.3 Tampak Dalam Gedung Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan



Gambar 1.4 Sarana dan Prasarana SMP Plus Ulul Ilmi Medan



37



Gambar 1.5 Sarana dan Prasarana SMP Plus Ulul Ilmi Medan



Gambar 1.6 Wawancara Dengan Kepala Sekolah SMP Plus Ulul Ilmi Medan



38



Gambar 1.7 Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Pendidikan Agama SMP Plus Ulul Ilmi Medan



Gambar 1.8 Laboratorium Komputer SMP Plus Ulul Ilmi Medan



Gambar 1.9 Tenaga Kependidikan SMP Plus Ulul Ilmi Medan



39



Gambar 1.10 Sarana dan Prasarana SMP Plus Ulul Ilmi Medan



Gambar 1.11 Gambar Kolam Renang SMP Plus Ulul Ilmi Medan



40