Cross Sectional [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS METODOLOGI TENTANG CROSS SECTIONAL



Disusun Oleh : Cut Deswita Kanassa Suci Ruheni Utri Citra Juwita Riski Unick



PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU



2019



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penelitian kedokteran dan penelitian epidemiologi dapat dilakukan dengan mengikuti proses perjalanan penyakit secara prospektif atau secara retrospektif untuk mencari hubungan sebab akibat. Disamping itu, penelitian kedokteran juga dapat dilakukan tanpa mengikuti perjalanan penyakit, tetapi dilakukan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian. Pengamatan demikian seolah-olah merupakan suatu penampang melintang dan disebut penelitian cross sectional diantaranya adalah penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan dalam hal hal tertentu, penelitian analitik. Pada umumnya, penelitian



cross sectional disebut juga studi prevalensi dengan



tujuan mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada penelitian deskriptip murni atau mengadakan penelusuran seperti pada penelitian eksploratif. Dalam hal-hal tertentu, penelitian dengan pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk penelitian analitik.



B. Rumusan Masalah a.



Definisi metodologi penelitian cross sectional



b.



Tujuan dan manfaat penelitian cross sectional



c.



Keuntungan penelitian cross sectional



d.



Kerugian penelitian cross sectional



e.



Protokol penelitian



BAB II PEMBAHASAN



Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.



Penelitian crosssectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya



Tujuan Dan Manfaat Penelitian Secara garis besar dapat dikatakan bahwa penelitian cross sectional dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti pada studi deskriptif, tetapi pada keadaan tertentu, studi cross sectional dapat juga digunakan untuk memperkirakan insidensi, misalnya penyakit dengan bekas yang permanen seperti variola.



Dengan menemukan prevalensi bekas yang ditinggalkan oleh variola dapat diperkirakan bahwa pada masa lalu terjadi peningkatan insiden penyakit tersebut, tetapi cara ini tidak dapat digunakan bila bekas yang ditinggalkan penyakit akan hilang dalam waktu tertentu dan penemuan insidensi dengan studi cross sectional hasilnya akan bias. Misalnya varicella, walaupun menggialkan bekas, tetapi pada suatu waktu bekas tersebut akan hilang dan pencarian insidensi penyakit tersebut hanya dapat dilakukan seperti wawancara



2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit-penyakit dengan perubahan yang jelas, misalnya, hubungan golongan darah (ABO) dengan ulkus gaster dan duodenum. Dan penelitian tersebut ditemukan bahwa ulkus gaster dan duodeni banyak terdapat pada orang dengan golongan darah A.



3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk menghitung besarnya risiko kelompok, risiko relatif, dan risiko atribut. Misalnya, suatu survei yang dilakukan di suatu desa untuk mengetahui prevalensi diare pada anak-anak. Dan penelitian tersebut ditemukan bahwa sebagian anak-anak yang menggunakan kolam sebagai sarana air minum menderita diare dan sebagian lagi tidak. Demikian pula anak-anak yang tidak menggunakan kolam sebagai sarana air minum sebagian menderita diare dan sebagian tidak. Dan ternuan tersebut dapat dihitung besarnya risiko diare pada anak-anak yang menggunakan kolam dan risiko diane bagi yang tidak menggunakan air kolam. Dan hasil perhitungan risiko tiap kelompok dapat dihitung risiko relatif dengan membandingkan besarnya nisiko tiap kelompok dan dapat dihitung pula risiko atribut serta diuji secara statistik. Dengan cara demikian penelitian cross sectional seolah-olah menjadi penelitian prospektif. Penelitian ini tidak menjamin komparabilitas kelompok yang dibandingkan dan hasilnya mempunyai potensi untuk menimbulkan bias. Untuk penelitian epidemiologis dan penelitian operasional, penelitian cross sectional sudah cukup memadai untuk mengadakan perbaikan program pelayanan kesehatan. Seperti rancangan penelitian yang lain, rancangan penelitian cross sectional memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.



KEUNTUNGAN Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut : 1.



Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat dan penghitungan risiko relatif dengan cara yang cepat dan biaya yang relatif kecil dibandingkan dengan penelitian prospektif.



2.



Data yang terdapat di rumah sakit dapat digunakan.



3.



Dapat digunakan unruk membandingkan besarnya risiko kelornpok yang terpajan oleh faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit dengan kelompok yang tidak terpajan dan hasilnya digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat serta berguna untuk rnenyusun perencanaan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.



KERUGIAN Di samping keuntungan yang telah disebutkan, penelitian cross sectional tidak luput dari kerugian. Kerugiannya adalah sebagai berikut : 1.



Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu karena pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali selama penelitian.



2.



Penelitian cross sectional dengan tujuan analisis sulit untuk menentukan komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan karena tidak díketahui apakah insidensi terjadi sebelum atau sesudah terpajan.



3.



Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi pada populasi yang lebih besar.



4.



Penelinian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.



5.



Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat pada perubahan biokimia dan fisiologi karena antara sebab dan akibat dapat saling mempengaruhi.



Misalnya, pada suatu survei ditemukan bahwa orang-orang dengan hipertensi mempunyai kadar kolesterol yang tinggi maka dalam hal ini tidak dapat diketahui secara pasti apakah tingginya kadar kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi atau setelah hipertensi kemudian diikuti dengan tingginya kadar kolesterol. Bila tingginya kadar kolesterol mendahului timbulnya hipertensi dapat diasumsikan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi, tetapi bila terjadi sebaliknya tidak dapat dikatakan bahwa kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi. Untuk membedakan kedua hal tersebut sangat sulit, bahkan tidak mungkin dilakukan karena penentuan hipertensi dan tingginya kadar kolesterol dilakukan pada saat bersamaan. Contoh lain adalah pada penelitian cross sectional ditemukan kadar kolesterol yang tinggi pada penderita penyakit jantung koroner. Dalarn hal ini belum dapat dikatakan bahwa tingginya kadar kolesterol merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Untuk mengetahui apakah tingginya kadar kolesterol merupakan risiko terjadinya penyakit jantung koroner harus dilakukan penelitian analitik.



CIRI-CIRI PENELITIAN CROSS SECTIONAL Dari uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri penelitian cross sectional sebagai berikut. 1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.



2. Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan atau tidak. Pada penelitian di rumah sakit, besarnya sampel tidak dihitung, tetapi ditentukan berdasarkan periode tertentu. 3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya, hubungan antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas perokok dan bukan perokok. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian



ini



dikumpulkan sebanyak 268 orang secara sukarela dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok perokok, bekas perokok, dan bukan perokok.



Komparabilitas ketiga kelompok dibagi berdasarkan umur. Kemudian diperiksa aliran darah otak dan hasilnya dibandingkan. Cara pengambilan dan besarnya sampel tidak dipermasalahkan. 4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik. 5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperirnental.



Kelemahan penelitian ini terletak pada: 1. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi 2. Kemungkinan terdapat subjek studi yang terlalu sedikit dalam salah satu kelompok. 3. Kriteria perokok, bekas perokok, dan bukan perokok tidak dijelaskan secara rinci. Contoh lain ialah penelitian tentang hubungan anemia dengan kelahiran bayi prematur. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan rekam medis di rumah sakit terhadap semua ibu yang melahirkan selama periode 1 tahun. Data yang diperoleh dibagi menjadi kelompok anemia dan tidak anemia. Dan kelompok anemia dicatat jumlah kelahiran prematur, demikian pula dengan kelompok tidak anemia. Selanjutnya, dihitung risiko masing-masing kelompok, risiko relatif dan dibandingkan dengan uji statistik chi-kuadrar. Penelitian ini seolah-olah dilakukan secara prospektif. PROTOKOL PENELITIAN Untuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian hendaknya dilakukan dengan menuliskan protokol berupa langkah-langkah kegiatan yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian. Adapun susunan protokol di bawah ini tidak mutlak, tetapi disesuaikan dengan selera setiap institusi yang membenikan persetujuan atau penyandang dana, tetapi dengan substansi yang tidak berbeda. Secara garis besar, protokol penelitian cross sectional adalah sebagai berikut. 1. Merumuskan pertanyaan penelitian 2. Menentukan tujuan penelitian 3. Populasi studi



4. Kriteria subjek studi 5. Cara pengambilan dan perkiraan besarnya sampel 6. Menentukan variabel yang akan diukur 7. Siapkan daftar pertanyaan atau pemeriksaan yang dibutuhkan 8. Pengumpulkan data 9. Analisis data



1. Merumuskan pertanyaan penelitian Pertanyaan penelitian hendaknya diarahkan sesuai dengan tujuan penelitian. Misalnya, bila penelitian bertujuan untuk membandingkan keadaan kesehatanpenduduk suatu daerah setelah adanya program pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak maka pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut. Apakah dengan pemberian makanan tambahan, status gizi anak akan meningkat dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat makanan tambahan? 2. Menentukan tujuan penelitian Tujuan penelirian harus dirurnuskan dengan jelas tentang apa yang akan dicari dalarn penelitian yang akan dilaksanakan. Misalnya, dan pertanyaan tentang status gizi anak dapat diketahui bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan penelirian analitik yang bertujuan untuk membandingkan status gizi anak yang mendapatkan makanan tambahan dengan status gizi anak yang tidak mendapat makanan tambahan. 3. Populasi Studi Populasi studi pada studi cross sectional dapat berupa masyarakat daerah tertentu dengan batas administratif atau institusi seperti rumah sakit, sekolah atau industri, tergantung tempat penelitian dilakukan. Populasi studi dapat pula berupa kelompok masyarakat dengan cmi rertentu, misalnya wanita pasangan usia subur di suatu daerah. Populasi pada penelitian di rumah sakit ditentukan berdasarkan banyaknya penderita (subjek studi) yang dicatat selama kurun waktu rertentu.



4. Kriteria Subjek Studi Penentuan kriteria subjek studi pada studi cross sectional sangat penting untuk menentukan dengan jelas terhadap siapa penelitian ini dilakukan terutama bila penelitian cross sectional yang digunakan sebagai penelitian analitik untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat atau pengukuran faktor risiko. Kriteria tersebut dapat berupa umur, tingkat pendidikan, status matrial, pekerjaan atau kondisi lain yang berkaitan dengan perkiraan faktor risiko timbulnya suatu penyakit. Misalnya, pada penelitian tentang pemakaian alat kontrasepsi IUD dengan tromboflebitis harus dijelaskan kriteria pasangan usia subur dan kritenia pemakai alat kontrasepsi, apakah yang pernah memakai juga dimasukkan dalam subjek studi atau tidak dan tentukan juga diagnosis tromboflebitis yang digunakan, dan Lain-lain. Setelah ditentukan kriteria subjek studi hendaknya diuraikan tentang definisi operasional agar variabel penelitian yang bersifat abstrak dapat diukur, misalnya untuk mengukur pengecahuan tentang pemakalan oralit pada diare karena pengetahuan tidak dapat diukur secara langsung maka pengukuran dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya, apakah ibu mengetahui arti diare?, apakah ibu mengetahui tentang oralit?, apakah ibu mengetahui manfaat oralit?, di mana ibu dapat memperoleh oralit?, sebanyak 10 pertanyaan, kemudian setiap jawaban diberi angka 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah hingga seluruhnya akan diperoleh nlai dan 0 sampai dengan 10. Dan hasil ini kemudian direntukan nilainya misalnya 8—10 pertanyaan dijawab dengan benar dikatakan pengetahuannya baik, nilai 6—8 termasuk kategori sedang dan dibawah nilai 6 dikategorikan pengetahuannya kurang. 5. Cara Pengambilan dan Besarnya Sampel 



Cara Pengambilan Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan random sampling bila penelitian dilakukan di lapangan atau sampel diambil berdasarkan rekam medis pada suatu periode tertentu bila penelitian yang dilakukan berbasis rumah sakit.







Besarnya Sampel Penentuan perkiraan besarnya sampel pada penelitian cross sectional yang bersifat analitis berbasis rurnah sakit dapat dijelaskan dengan tabel 2 x 2 sebagai berikut :



Dan tabel di atas jelaslah bahwa penentuan besarnya sampel dilakukan tanpa memperhatikan ada atau ridaknya penyakit atau pajanan. Setelah besarnya sampel diperoleh, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok lain yang tidak terpajan Dan kedua kelompok tersebut dicatar ada atau tidaknya penyakir yang diteliti. Kelemahan cara ini adalah kemungkinan terdapatnya nilai yang terlalu kecil dalam satu sel hingga sulit untuk dianalisis. Contoh: Penelitian tentang hubungan antara anemia dan BBLR berbasis rumah sakit maka semua ibu harniltrirnester3 yang melahirkan di rumah sakit Mutiara Kasih tertentu diambil sebagai sampel berdasarkan rekam medis yang adir, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu-ibu yang anemia sebagai kelompok audi dan tidak anemia sebagai kelompok kontrol Selanjutnya, dicantumkan banyaknya bayi dengan Berat Rendah, Lahir Rendah (BBLR) yang rerdiiparpada kelompok audi dan kelompok kontrol.



Dan hasil tersebut dihitung besarnya risiko masing-masing kelompok dan dihitung risiko relatif dilakukan uji statictik dengan chi-kuadrat, dan ditirrik kesimpulan ada atau tidaknya hubungan antara anemia dengan BBLR. Dengan cara ini, besarnya sampel ditentukan dahulu kemudian barre dibagi menjadi kelompok yang terpajan dan kelompok yang tidak terpajan dan dilakukan pengamatan tentang terjadinya BBLR pada kedua kelompok. Besarnya sampel dapat dihitung dengan runzus seperti pada penelitian analitik (lihat rancangan penelitian prospektif atau retrospektif).



6. Tentukan Voriabel yang Akan Diukur karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka harus dipilih variabel-variabel penting yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan dapat digunakan sebagai indikator. Misalnya pada contoh tentang pola pemakaian alat kontrasepsi, variabel yang diteliti adalah variabel umur, paritas, lama pemakaian, pendidikan. pekerjaan, jenis alat kontrasepsi, tempat pelayanan, pemberi layanan, dan lain-lain.



7. Siapkan Daftar Pertanyaan dan Daftar Pemeriksaan Untuk penyusunan daftar pertanyaan sama seperti pada penelitian deskriptif dan alat ukur yang akan digunakan, misalnya untuk pengukuran status gizi anak yang menggunakan pengukuran LLA maka disiapkan meteran yang akan digunakan. Penelitian yang datanya diambil dan rekam medís di rumah sakit, hal itu tidak dilakukan. ini merupakan salah satu kelemahan data sekunder, misalnya, penelitian tentang anemia tidak dapat diketahui cara pengukuran atau siapa yang melakukan pengukuran Hb.



8. Pengumpulon Data Pengumpulan data penelitian cross sectional bersifat analitis dilakukan dengan survei atau rekam medis di rumah sakit sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Mìsalnya, penelitian tentang hubungan antara status gizi anak 1-5 tahun dengan cacingan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan semua anak 1-5 tahun yang terdapat pada lokasi penelitian kemudian dipisahkan menjadi dua kelompok. yairu anak-anak dengan gizi baik dan anak-anak dengan gizi kurang. Pada semua anak dilakukan pemeriksaan tinja untuk mendeteksi cacing kemudian frekuensi cacingan pada anak dengan gizi baik dan gizi kurang dibandingkan. Untuk penelitian di rumah sakit dengan rekam medís sebagai sumber data. Misalnya, penelitian tentang hubungan antara primipara dengan preekiamsia. Pengumpulari data dilakukan dengan cara mengumpulkan semua ibu-ibu yang melahirkan selama periode tertentu kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yairu kelompok primípara dan multípara. Selanjurnya, pada kelompok primipara dicatat jumlah preekiamsia, demikian pula pada kelompok multipara kemudian díbandingkan. Komparabilitas kedua kelompok didasarkan pada umur, tingkat pendidikan. dan sosial ekonomi. Penyajian data berupa karaktenistik subjek studi pada kelompok studi dan kelompok kontrol. Karakteristik dapat berupa umur, jenis kelainin, pendidikan, pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian, misainva jenis alat kontrasepsi yang digunakan.



9. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menghitung risiko masing-masing kelompok risiko relatif, risiko atribut, dan uji statistik sesuai dengan data yang diperoleh. Laporan hasil penelitian hendaknya dipublikasikan agar peneliti lain dapat mengadakan evaluasi atau mengadakan penelitian serupa untuk dibandingkan atau membandingkan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di tempat lain.



BAB III PENUTUP



Kesimpulan Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Beberapa tujuannya adalah, mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas, Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.