Dakwah Tabligh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Dakwah Rah}matan li al-‘Alami>n Jamaah Tabligh di Kota Jambi Edi Amin. Abstract: This paper discusses the proselytizing activities (da'wah) of the Tablighi Jamaat (people for spreading faith) in the town of Jambi. Tablighi Jamaat is a non-political missionary movement, which emphasizes the example of the Prophet Muhammad and his companions in the da'wah. The paper argues that this group of Muslims promotes a peaceful da’wah without any coercion, from which not only people may take its benefits but also all creatures (rahmatan li al-‘alami>n). This kind of da’wah contributes to the creation of a positive image of Islam, because the basic mission of the religion is an invitation rather than coercion. This peaceful impression, the paper further argues, can be clearly obtained from Tablighi Jamaat propaganda, especially in the city of Jambi. Keywords: tablighi Jamaat, proselytizing, ritual, peaceful da’wah. Abstrak: Tulisan ini membahas aktivitas dakwah rahmatan lil’alamin Jamaah Tabligh (JT) di kota Jambi. JT merupakan gerakan dakwah non politis yang menekankan keteladanan Nabi Muhammad dan para sahabat dalam berdakwah. Dakwah yang menyejukkan tanpa paksaan akan menjadikan citra Islam yang positif, karena dakwah adalah ajakan bukan paksaan. Kesan damai inilah yang didapat dari dakwah JT, khususnya di kota Jambi. Kata Kunci: jama’ah tabligh, dakwah, rahmatan lil’alamin



…dimensi ekonomi-politik yang mewarnai pergeseran lanskap geopolitik global dan ketegangan hubungan agama-negara yang terjadi dalam ranah politik domestik



.



Edi Amin ([email protected]) adalah Dosen IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, menyelesaikan S3 pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.



Jurnal Komunikasi Islam | ISBN 2088-6314 | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel - Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia



Amin



selalu menjadi bagian penting yang berperan mendorong pertumbuhan radikalisme (Hasan 2010: 3).



Pendahuluan Maraknya stigma Islam fundamentalis, Islam teroris, hingga Islam anti demokrasi menjadi berita media yang seakan tidak pernah surut. Peristiwa 9 November (nineeleven/9/11) 2001 yang konon didalangi Osamah Bin Ladin, maraknya aksi terorisme di tanah air, penculikan dan otakn oleh NII, hingga turunya Husni Mubarak (2011) dari kursi orang nomor satu di Mesir serta ―gonjang-ganjing‖ di Libia, seakan memperjelas bahwa Islam adalah biang penyebar terorisme dan anti demokrasi. Hal tersebut, langsung tidak langsung menjadikan pencitraan media terhadap Islam semakin miring dan buruk. Bahkan Peristiwa-peristiwa tersebut seakan ikut mengamini tesis Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization, bahwa akan terjadi benturan beberapa peradaban, diantaranya Islam dan Barat (Huntington 2007). Penelitian ini berusaha melihat sisi lain dari Islam, yaitu Islam yang ramah, sejuk, lembut, santun, penuh kasih atau yang biasa disebut Islam rahmatan lil‘alamin. Sisi inilah yang menjadikan Islam berhasil menarik simpati pemeluk agama lain, bukan jalan kekerasan. Praktek Islam yang penuh dengan ―cinta‖ (mahabbah) telah dipresentasikan kaum sufi sejak ratusan tahun lalu. Konsep dakwah yang mengajarkan agar manusia kembali pada Tuhan dengan cara damai adalah merupakan salah satu agenda mendesak Muslim saat ini. Praktek dakwah damai yang digagas Jamaah Tabligh (JT) menjadi menarik sebagai alternatif dakwah damai. mainstream gerakan dakwah Jamaah Tabligh (JT) dengan semangat salafinya adalah usaha menghadirkan spirit dakwah agar manusia kembali pada jalan Tuhan. Walaupun tidak bisa dinafikan bahwa pada awal berdirinya juga dipengaruhi aktifitas politik, namun JT lebih mengedepankan dakwah yang sederhana dengan metode jamaah khurûj, yang memobilisasi umat agar dapat hadir di masjid guna ibadah ritual yang dilanjutkan dengan taklim dan diskusi secara halaqah (Aziz 2004:112). Di kota Jambi, dakwah JT sudah menunjukkan aktifitasnya dengan sistem khuruj tersebut. Maka



28 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



untuk mengetahui aktifitas dakwah JT di kota jambi perlu kajian yang mendalam. Bagaimanapun juga, semangat dakwah adalah perubahan. Perubahan yang baik tentulah dengan cara yang baik pula. Tidaklah mungkin akan membersihkan sebuah ruangan jikalaulah pembersihnya kotor. Mencapai perubahan, bukan berarti fokus pada tujuan semata, hingga lupa pentingnya proses. Perubahan yang baik, sekali lagi ditempuh dengan cara-cara yang baik. Cara yang tidak baik, seperti sikap pemaksaan atau teror, selain dapat merusak juga dapat menyebabkan orang lain tidak simpatik. Dakwah rasulullah SAW. adalah dakwah yang simpatik, yang tidak mengedepankan hard power, sebaliknya menggunakan cara soft power. Itulah diantara kunci keberhasilan dakwah Muhammad SAW. Dalam hal ini, Islam dalam sistemnya, hendaklah memiliki fungsi mengubah lingkungan secara lebih terinci dengan meletakkan dasar eksistensi masyarakat yang berkultur dan berkarakter yang Islami, sehingga penanaman nilai-nilai keadilan, persamaan, persatuan, perdamaian, kebaikan, dan keindahan sebagai penggerak perkembangan masyarakat menjadi pilar dalam pengembangan Islam. Selain itu, membebaskan individu dan masyarakat dari sistem yang zalim (tirani) menuju sistem yang adil, menyampaikan kritik sosial atas penyimpangan yang berlaku dalam masyarakat, dalam rangka mengemban tugas nahi munkar dan memberi alternatif konsepsi atas kemacetan sistem dalam rangka melaksanakan amar makruf dengan berdasar nilai-nilai ajaran Islam. Akan tetapi, sebagian umat, masih melihat fenomena agama dari kacamata normatif-doktrinal sehingga tidak jarang melahirkan sikap apologetik (intellectual obstinacy) secara berlebihan. Sikap tersebut, pada taraf tertentu, sampai pada klaim kebenaran (truth claim) yang tidak beralasan. Kaum Muslim yang masih terjebak dalam kubangan perspektif sepihak (one-sided) ini pada umumnya menjustifikasi penafsirannya tentang Islam sebagai yang paling benar sembari menuding kelompok lain "kafir". Sikap seperti ini bukan saja mengerdilkan makna Islam secara substansial, tetapi juga menampik realitas ideologis-historis bahwa Islam adalah agama yang inklusif dan kosmopolitan yeng tidak lepas dari dialektika kesejarahan.



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 29



Amin



Polarisasi dikotomis di atas jelas akan menimbulkan pemahaman parsial terhadap makna substantif Islam yang Rahmatan Lil ‟Alamin, yang pada gilirannya, melahirkan proses reduksi dan distorsi makna. Oleh karena itu pemahaman yang komprehensif terhadap ide, gagasan pemikiran, pendapat, kepercayaan maupun keyakinan dengan tetap mengedepankan ‖toleran yang tanpa kehilangan sibghah” dan berkeyakinan bahwa perbedaan adalah sunnatullah adalah jawaban yang bersifat ‖solutif‖ bukan ‖alternatif‖ terhadap problematika agama dan keagamaan. Kalimat Rahmatan Lil ‟Alamin, berasal dari gabungan dari tiga kata, yaitu Rahmatan, Li, dan al-‟Alamin. Kalimat tersebut meruju‘ pada firman Allah: Artinya:“Dan tidakkah Kami (Allah) mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS. al-Anbiya‘:107). Kemudian yang menjadi sentral dari pemahasan dan pemahaman pada kalimat tersebut adalah kata ‖rahmat” yang disandarkan pada Islam sebagai agama yang diemban oleh Muhammad SAW. Sebagai rasul pembawa rahmat bagi semua. Dalam memahami ayat ini, Quraish Shihab menjelaskan bahwa, redaksi ayat di atas sangat singkat, tetapi ia mengandung makna yang sangat luas. Hanya dengan lima kata yang terdiri dari dua puluh lima huruf –termasuk huruf penghubung yang terletak pada awalnya- ayat ini menyebut empat hal pokok, 1) Rasul/utusan Allah dalam hal ini Nabi Muhamad saw.; 2) yang mengutus beliau dalam hal ini Allah; 3) yang diutus kepada mereka (al-„alamin); 4) risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yakni rahmat yang sifatnya sangat besar sebagaimana dipahami dari bentuk nakirah/indifinitif dari kata tersebut. Ditambah lagi dengan menggambarkan ketercakupan sasaran dalam semua waktu dan tempat (Shihab 2005:519). Dakwah dan Gerakan Sosial Dakwah yang memiliki subtansi mengajak manusia agar berjalan sesuai dengan kehendak Allah, memiliki strategi terkait keberhasilan gerakannya. Dakwah secara etimologi terambil dari akar kata da‟a yang berarti memanggil, mengundang atau menyeru, sinonim dengan nâda. Dakwah memiliki banyak arti, namun jika digeneralisasikan ia berarti mengajak kepada kebaikan dan berpegang teguh setia dan taat pada agama (Islam) (Al-Qahthawi 1423 H: 129). Banyak definisi telah dibuat untuk merumuskan



30 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



pengertian dakwah yang intinya adalah mengajak manusia ke jalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan akherat Mubarok 2001:19). Dakwah disebutkan di dalam Al-Quran (QS. Ibrahîm: 36) sebagai ‗panggilan‘ Tuhan kepada masyarakat manusia untuk menemukan agama yang benar di dalam Islam. Istilah ini telah berkembang selama berabad-abad menjadi sebuah ideologi eksplisit tentang proselitisme. Dakwah, yang tidak pernah dipisahkan dari konteks politik dan sosial kaum Muslim, telah digunakan untuk menyebarkan klaim tertentu dari dinati-dinasti semisal Abbasiyah dan sekte-sekte seperti Ismailiyah. Di bawah Ismailiyah, kenyataannya, istilah ini menjadi sungguh-sungguh sinonim dengan propaganda, dan para juru dakwah (da‟i, jamak du‟a) Ismailiyah dari dinasti Fatimiyah yang berpusat di Mesir telah mendapatkan keberhasilan dalam merekrut para pengikut, baik bagi doktrin agama maupun afiliasi politik. Pendidikan merupakan hal yang sentral dalam seluruh konseptualisasi dakwah. Melalui kerja para da‘i, Muslim maupun non Muslim memperoleh suatu pemahaman tentang hidup—seperti bagaimana memahami Al-Qur‘an, menerapkan syariat, dan melakukan aktivitas keseharian di dalam semangat Islam. Baik yang secara formal dilakukan dilingkungan istana, sebagaimana halnya para pemuka Fatimiyah sendiri, maupun secara informal di lingkungan para sarjana (Eickelman & Piscatori 1998: 48). Sekarang, tradisi dakwah ini telah mulai diformulasi ulang dalam suatu cara yang halus tetapi penting. Pendidikan masih berperan sentral, dan bahkan pola-pola politisasi telah terulang kembali. Sebagai contoh, kelompok Syi‘ah utama di Irak yang beroposisi terhadap pemerintahan Saddam Husein (yang kini telah tumbang-pen) dan memunculkan nama Hizb Al-Da‟wah AlIslamiyyah (Partai Dakwah Islam). Sementara salah satu sarana utama bagi penyebaran agama dan ide-ide politik di Libia adalah Jam‟iyah Al-Da‟wah Al-Islamiyah (Organisasi Dakwah Islam). Bahkan tradisi dakwah juga sedang didefinisikan ulang guna memasukkan ide-ide tentang aktivisme kesejahteraan sosial—klinik kesehatan gratis, sup ayam bagi orang-orang miskin, subsidi perumahan, dan bentuk-bentuk bantuan mutual lainnya yang seringkali menggantikan pelayanan pemerintah yang tidak efektif



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 31



Amin



atau malahan tidak ada. Kaitan eksplisit dengan tradisi ‗sebelumnya‘ adalah pernyataan bahwa kaum Muslim, karena diwajibkan memenuhi seruan Tuhan, harus menjalankan kewajiban yang dititahkan Al-Qur‘an untuk menciptakan keseimbangan (mizan) dan keadilan („adl, qist) dalam urusan-urusan manusia. Karena Islam menyajikan sebuah pandangan hidup total (total way of life), maka seorang Muslim akan turun derajat tanggung jawabnya jika mereka gagal memperbaiki ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi (Eickelman & Piscatori 1998: 8-49). Gerakan satu kelompok komunitas dakwah yang memiliki tujuan dalam prakteknya berinteraksi secara sosial dengan kelompok manusia lain untuk menyampaikan pesan. Allan G. Johnson lebih lanjut menyatakan bahwa gerakan sosial (social movement) adalah: ‖A social movement is a sustained, organized colletive effort that focuses on some aspect of social change. A reform movement tries to improve conditions within an existing social system without changing the fundamental character of the system itself... A resistacce movement is organized not to promote social change but rather to oppose it. In the United States, for example, a resistance movement has been formed to prevent changes in laws that guarantee women the right to abortion‖ (Johnson 1996: 262).



Pernyataan tersebut mempertegas bahwa gerakan sosial hendaklah menggunakan cara yang baik dalam penyampaiannya. Gerakan sosial menjadi suatu keharusan manakala suatu kelompok tertentu melakukan penyimpangan kekuasaan. Dengan kata lain gerakan sosial juga berfungsi sebagai kontrol sosial. Dalam konteks dakwah, gerakannya semakin penting manakala manusia jauh dari pencipta-Nya. Gerakan dakwah yang berarti menyampaikan (tabligh) menurut Ibn Khaldun seperti dikutip Hamid Mowlana: ―...Ibn Khaldun, the father of sociology, who theorized about tabligh as a social institution that grew according to the need of the community. Tabligh provided, for a vast number of people from diverse races, languages, and histories, a common forum for partisipation in a shared culture, which was Islam...the states, governments, and political systems of broad power and great authority have their origin in religious principles based either on propherhood and propagation or on



32 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



a truthful tabligh carried out by (orators/communicators)‖ (Mowlana 1996:119).



khatibis



Ibn Khaldun menghendaki adanya sebuah tatanan etika dalam konsep tabligh dalam masyarakat. Tentulah pencapaian hal tersebut memerlukan pribadi unggul dan wadah atau kelompok gerakan sosial. Dalam konteks sejarah, praktek gerakan sosial terkait dakwah telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Awal dan puncak keberhasilan Muhammad saat berada di Madinah, mulai dari penggalangan antar suku, budaya, dan agama dalam sebuah ikatan bersama yang dikenal dengan piagam madinah (mitsâq al madînah) hingga membentuk komunitas bangsa yang kuat berdasarkan etika. Gerakan dakwah nabi banyak menginspirasi kelompok-kelompok gerakan muslim dari rentang waktu yang panjang dengan corak gerakan yang beragam. Sebut misalnya dalam teologi, mazhab, tasawuf, dan gerakan lainnya menjadikan sosok Muhammad sebagai inspirasi dengan interpretasi yang beragam atas kehidupan, sifat, perlaku, ketetapan, sunnah dan al-Quran yang diwahyukan kepadanya. ―Sebuah masyarakat tanpa etika adalah masyarakat yang menjelang kehancuran‖, ucap S. Jack Odell yang dikutip Richard L. Johannesen. Menurut odell, ―konsep dan teori dasar etika memberikan kerangka yang dibutuhkan untuk melaksanakan kode etik atau moral setiap orang‖. Odel yakin bahwa ―prinsip-prinsip etika adalah prasyarat wajib bagi keberadaan sebuah komunitas sosial. Tanpa prinsip-prinsip etika, mustahil manusia bisa hidup harmonis dan tanpa ketakutan, kecemasan, keputusasaan, kekecewaan, pengertian, dan ketidakpastian‖ (Johannesen 1996:6), Etika juga diperlukan oleh komunitas agama yang di satu sisi menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dan disisi lain berpartisipasi tanpa rasa takut tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang dan terus berubah (Suseno 1989:16). Selanjutnya, apapun bentuk gerakannya, semangat tabligh dan gerakan sosial adalah perubahan (taghyîr) ke arah yang lebih baik dengan menjadikan etika riligius sebagai pedomannya. Tentulah pemaknaan lebih baik juga beragam, hingga kearifan perbedaan tafsiran juga tidak kalah pentingya. Gerakan JT menekankan adanya kearifan dalam perbedaan, bahkan bisa dikatakan ekstrem dengan



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 33



Amin



berusaha menghindarinya. Beberapa hal yang menjadi doktrin dan hendakya dijauhi oleh JT adalah menghindari ikhtilaf1 yang terkadang menyebabkan perpecahan di tengah umat. Lebih lanjut, Mario Diani sebagaimana dikutip Ahmad Suaedy menyebutkan bahwa ada empat karakteristik pokok dalam gerakan social. Pertama, dibutuhkannya jaringan dan komunikasi yang kuat antara anggota kelompok dengan menjaga kontinuitas, bentuk informal dan interaksi yang tidak terstruktur. Kedua, adanya bentuk kepercayaan dan solidaritas antar anggota kelompok. Ketiga, dibutuhkannya bentuk aksi kolektif untuk meredam terjadinya konflik, dengan terus-menerus memerhatikan berbagai tuntutan dan aksi yang cenderung tidak konstitusional. keempat, adanya kecenderungan tidak mengikuti prosedur yang telah ada, namun mengikuti organisasi/kelompok keagamaan atau mengikuti struktur yang telah ada (Suaedy 2010:8). Keempat kecenderungan gerakan sosial di atas, jika dicermati, sama dengan gerakan yang telah dilakukan JT. Jamaah Tabligh memiliki jaringan dan pertemuan rutin, baik ditingkat provinsi, nasional bahkan internasional untuk menyamakan persepsi, mengevaluasi dan melaporkan berbagai perkembangan dakwah yang mereka laksanakan. Solidaritas antar kelompok juga tampak erat diantara anggota JT, tidak hanya diikat berjamaah dalam shalat, namun juga dalam muamalah bahkan makan pun dilakukan dengan berjamaah. Metcalf sebagaimana dikutip Yusran menyatakan: ―Tradisionalisme merupakan sebutan atau istilah yang paling tepat untuk menggambarkan JT. Hal ini karena, pertama, mereka teramat menekankan pada aspek peribadatan dan moral perilaku individual yang juga memiliki nilai ibadah, seperti berpakaian, serta berpegang teguh kepada syari‘ah. Kedua, mereka merupakan seri kelanjutan madrasah Deoband dengan segala karakter dan sifatnya, terutaama yang identik dengan kegiatan dakwah dan ulamanya secara umum‖ (Metcalf 2004: 266; Razak 2008:13-14). 1



Ikhtilaf yang berarti perbedaan biasanya terkait hukum Islam, penafsiran dan persoalan sosial lainnya. Toleransi adanya Ihktilaf biasa terjadi, diantaranya dalam bermazhab, namun dalam realitasnya, umat terkadang belum siap dengan perbedaan. Terlebih jika perbedaan diperuncing dan dipolitisir untuk kepentingan kelompok tertentu.



34 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



Mengutip pendapat Metcafl, JT dikategorikan sebagai gerakan Islam tradisionalis, pendapat ini diikuti oleh Yusran dalam disertasinya dan Nasrullah (2006:27-32) dalam tesisnya. Mumtaz Ahmad dan Abdul Aziz menyebut gerakan JT sebagai fundamentalis. Mumtaz berargumentasi selain menggunakan pendekatan literalis dalam menginterpretasi al Qur‘an dan Sunnah, JT juga melakukan penolakan terhadap pendekatan yang liberal. Gerakan tersebut sebagai respon atas modernitas dan kenestapaan manusia modern (Ahmad 1991:458). Sejarah Dakwah Jamaah Tabligh Sebagai gerakan dakwah, JT memiliki sejarah yang panjang. JT didirikan oleh Mawlana Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail alHanafi ad-Diyubandi al- Jisti al-Kandahlawi (1885-1944) in 1927 di Mewat, Delhi selatan, India. Mawlana Muhammad Ilyas memiliki afiliasi dengan tarekat naqshabandiyah yang menekankan syariah dalam praktek kesufiannya. Ia lahir pada tahun 1885 di sebuah kota yang bernama Kadhla, wilayah Muzaffarnar, dan berasal dari keluarga yang taat serta memiliki komitmen reformasi keberagamaan, seperti telah dikobarkan oleh tokoh India abad ke19, Shah Waliullah (1703-62).2 Nama Jama'ah Tabligh hanyalah merupakan sebutan bagi mereka yang sering menyampaikan— sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama, tetapi cukup Islam saja tidak ada yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan, ―Seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini, maka akan aku beri nama Gerakan Iman". Muhammad Ilyas mengabdikan hidupnya total hanya untuk Islam terjadi ketika ia melaksanakan Ibadah Haji kedua-nya pada tahun1926. Maulana Ilyas menyerukan slogannya, „Aye Musalmano! Musalman bano‟ (dalam bahasa Urdu), yang artinya ‗Wahai umat Muslim! Jadilah muslim yang kaffah!‖ JT mengklaim bukan merupakan kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi Muslim yang menjalankan agamanya secara totalitas dan menghindari pertikaian mazhab. Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh cepat meluas di Asia Selatan. Sifatnya yang cenderung menghindari politik 2



Lihat Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (2008:359), yang mengutip Dietrich Reetz (2005: 209).



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 35



Amin



membuatnya tidak mengalami kesulitan berarti dalam menerobos batasan-batasan negara dan territorial (Eramuslim 2010:online). Ketika Muhammad Ilyas melihat mayoritas orang Meiwat (suku-suku yang tinggal di dekat Delhi, India) jauh dari ajaran Islam, berbaur dengan orang-orang Majusi para penyembah berhala Hindu, memakai nama-nama orang Hindu, serta tidak ada lagi keislaman yang tersisa, tergeraklah hati Muhammad Ilyas untuk mencari format gerakan yang tepat.3 Ia pergi ke Syaikhnya dan Syaikh tarekatnya, seperti Rasyid Ahmad Al-Kanhuhi dan Asyraf Ali At-Tahanawi untuk membicarakan permasalahan ini. Dan ia pun akhirnya mendirikan gerakan tabligh di India, atas perintah dan arahan dari para syaikhnya tersebut. Merupakan suatu hal yang ma‘ruf di kalangan tablighiyyin (para pengikut jamah tabligh) bahwasanya Muhammad Ilyas mendapatkan tugas dakwah tabligh ini setelah kepergiannya ke makam Rasulullah. Tujuan utama dari gerakan Tabligh ini adalah membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan setiap muslim. Jama‘ah Tabligh merupakan pergerakan non-politik. Jama‘ah Tabligh juga merupakan gerakan Islam yang tidak memandang asal-usul mahdzab atau aliran pengikutnya, Ada dua hal yang tidak boleh diperbincang selama Tabligh, yaitu soal politik dan khilafiah. Berkenaan dengan nama, mungkin banyak kalangan dalam jama‘ah tabligh sendiri terkadang enggan menyebut nama gerakan tersebut dengan nama apapun. Tidak diketahui secara pasti siapakah yang memberi nama jama‘ah tersebut dengan sebutan jama‘ah Tabligh, namun yang pasti dari jaulah (perjalanan dakwah yang mereka tempuh) mengisyaratkan bahwasanya diambilnya nama tabligh karena keterikatan meraka dengan selalu mengadakan bepergian untuk menyampaikan Islam (Hasanuddin 2009: online). Saat dipimpin oleh Maulana Yusuf—putra Maulana Ilyas, gerakan ini mulai mengembangkan aktivitasnya pada tahun 1946, dan dalam waktu 20 tahun, penyebarannya telah mencapai Asia Barat Daya dan Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Saat diterima dan masuk dalam suatu negara, Jamaah Tabligh mulai membaur dengan masyarakat lokal. Meskipun negara Barat pertama 3



Kajian Syail mayaram menjelaskan bahwa asal-usul kelahiran JT diantaranya merupakan respon berdirinya Vishva Hindu Parishad (VHP), sebuah gerakan misionaris Hindu yang paling berpengaruh saat itu. Lihat Shail Marayam (2004).



36 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



yang berhasil dijangkau Tabligh adalah Amerika Serikat, tapi fokus utama mereka adalah di Britania Raya, mengacu kepada populasi padat orang Asia Selatan di sana yang tiba pada tahun 1960-an dan 1970-an. Selanjutnya, JT mengklaim tidak menerima donasi dana dari manapun untuk menjalankan aktivitasnya. Biaya operasional Tabligh dibiayai sendiri oleh pengikutnya. Tahun 1978, Liga Muslim Dunia mensubsidi pembangunan Masjid Tabligh di Dewsbury, Inggris, yang kemudian menjadi markas besar Jama‘ah Tabligh di Eropa. Saat ini yang markas internasional berpusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. Laporan tahunan JT, dilaksanakan setiap tahun. Pada 2011 dilaksanakan di tepi sungai Turag kota Tongi, 20 km sebelah utara ibukota Dakha Bangladesh yang dihadiri oleh 3 juta orang lebih. Muktamar umat Islam dunia atau lebih dikenal dikalangan Jamaah tabligh dengan istilah ―Ijtima‘ Dunia‖ dalam bahasa Bangladesh disebut ―Bishwa Ijtima‖, merupakan acara tahunan rutin dari rangkaian program kegiatan dakwah Jamaah Tabligh. Bishwa Ijtima dilaporkan pertama kali diadakan pada tahun 1966 atas prakarsa seorang ulama India yang juga merupakan konseptor Jamaah Tabligh – Syaikh Maulana Ilyas. Awalnya Syaikh Maulana Ilyas memulai kegiatan Bishwa Ijtima dengan sekelompok kecil masyarakat Muslim yang peduli dengan umat Islam dan berkumpul di sebuah masjid di Tongi dan atas usaha dakwahnya, saat ini Bishwa Ijtima bisa dihadiri oleh jutaan umat Islam yang datang dari seluruh dunia dan dalam beberapa tahun terakhir Ijtima tersebut menjadi pertemuan umat Islam dunia terbesar kedua setelah ibadah Haji (Wargajenggot:online). JT masuk Indonesia pada tahun 1952, namun baru tahun 1974 menunjukkan geliatnya secara intensif dengan pusat dakwahnya di Masjid Kebun Jeruk Jakarta Barat Hingga saat. Sampai saat ini aktivitas di Masjid tersebut masih terus berjalan, dan menjadi pusat koordinasi kegiatan dakwah semua anggotannya yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia (Aziz 2004: 468-515). Menurut yusran Razak, walaupun penyebarannya di Indonesia bisa dilacak hingga tahun 1952, ijtima JT yang pertama diselenggarakan di Medan pada tahun 1980. dengan asumsi tersebut Yusran mempertegas bahwa masuknya JT dimulai dari Medan, Sumatra Utara. Ijtima‘ tersebut dihadiri kurang lebih 1000 anggota. Pada



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 37



Amin



tahun berikutnya ijtima‘ dilaksanakan di Masjid Kebun Jeruk dengan 10.000 anggota. Pada tahun 1982 ijtima‘ dilaksanakan di Lampung, tahun berikutnya di Kebun Jeruk lagi, dan pada 1984 dilaksanakan di Ancol Jakarta.4 Dalam disertasinya, Yusran Razak menyebutkan: ―Jamaah Tabligh merupakan gerakan transnasional yang arah gerakannya tidak linier, dengan langsung menyentuh Negaranegara berpenduduk Muslim besar. JT menjadi gerakan keagamaan tradisionalis yang mengglonal….Asia tenggara didatanggi belakangan sekitar tahun 1952, yang dimulai dari Malaysia, Singapura dan berikutnya masuk Indonesia, spesifiknya di Medan. Hal ini terlihat dari inskripsi pada Masjid Al-Hidayah, masjid komunitas Jamaah tabligh di Medan‖ (Razak 2008:79).



Sedangkan JT Masuk Kota Jambi pada tahun 1988 yang dipelopori oleh Ustad Sobri, Ustad Suardi, Ustad Kukuh, Abu Mahmud, sedang ustad Nasir di daerah Kabupaten Sorolangaun. JT masuk Jambi diantataranya melalui Malaysia seperti Ustad yang dibawa oleh Ustad Nasir. Pada Tahun 1997 Masjid Raya pasar Angso Duo dijadikan markaz provinsi, kemudia sempat berpindah markaz ke beberapa tempat, dan Saat markaz provinsi Jambi di Masjid Al-Azhar kec. Jelutung Kota Jambi. JT di kota Jambi mengalami tekanan dari stake holder kurun waktu 1988-1989. Selebaran dan pamlet tersebar dalam rangka pelarangan gerakan JT di kota Jambi dan sekitarnya. Saat itu JT masih beranggotakan puluhan orang, baru setelah tahun 1990-an gerakan JT mulai menunjukkan geliatnya. Saat ini anggota JT di provinsi Jambi berjumlah seribu orang lebih.5 Pesatnya dakwah JT dari segi kuantitas pengikutnya karena memiliki strategi yang netral, hingga membuatnya leluasa mamasuki hati umat, bahkan non muslim sekalipun. Mumtaz Ahmad melukiskan keberhasilan JT di seluruh dunia sebagai gerakan 4



Sumber tersebut diambil Yusran berdasarkan catatan Nur Iman Nasir (Naib Syura) JT, berjudul ‗Apa Itu Jama‘ah Tabligh: Sebuah Catatan‘, manuskrip tidak diterbitkan. Lihat Razak (2008:78-79). 5



Wawancara dengan M. Thabyan saat melakukan khurûj di Kec. Tangkit mendampingi dan sebagai penerjemah anggota JT dari India yang menggunakan bahasa Urdu, 26 Oktober 2011.



38 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



keagamaan paling berpengaruh pada abad ke-21. JT diikuti oleh berjuta-juta angotanya tidak hanya di Asia Selatan saja, kini telah merambah ke berbagai dunia (Ahmad tt: 524). Apresiasi Metcalf yang menyebutkan bahwa secara moralitas, kualitas perilaku JT sangat ketat mengamalkan hal-hal yang benar-benar Islami terutama yang bersandarkan sunah, sehingga ia menyebutnya sebagai ―living hadits‖ (Metcalf 1993: 584-608). Orientasi Dakwah JT Telah disebutkan bahwa orientasi utama gerakan JT adalah semangat mengembalikan komunitas Muslim kembali kepada ajarannya secara totalitas. Semangat ini diikuti berbagai doktrin, diantarannya menghindari membicarakan dan mewacanakan politik, menghindari perbedaan dan perdebatan dalam mazhab, selain itu juga dilarang berbicara aib-aib masyarakat dan bicara status sosial serta dana (Kambayang 2009: 177-183). Sebagai doktrin sebuah gerakan, maka anggota JT berusaha mematuhinya sebagai ramburambu yang menjadi acuannya. Bagi mereka yang mengkritik gerakan ini, menjadikan doktrin mereka sebagai peluang kritik. Konsep khurûj fî sabîlillah, misalnya, dianggap sebagai tindakan bid‘ah. Gerakan JT menjadikan masjid sebagai pusat dakwahnya. Hal ini bisa dianalogikan pula pada gerakan hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad saat memasuki kota Madinah. Dari masjidlah kegiatan ibadah ritual, dakwah, konsolidasi dimulai. Bagi JT masjid juga bisa diibaratkan sebuah kantor untuk pendataan nama-nama anggota, siapa yang melakukan khurûj fî sabîlillah, bahkan masjid juga dijadikan penginapan, khususnya saat khurûj. Untuk menjadi Muslim yang baik, maka terapi JT yang ditekankan pada tazkiyatun nafs, metode terapi pembersihan hati lewat berbagai ibadah diantaranta menjaga shalat lima waktu secara berjamaah, memperbanyak zikir, menjaga shakat malam (tahajud), membaca al-Quran, menjaga pandangan mata, serta amalan-amalan sunnah harian lainnya (Kambayang 2009). Secara tidak langsung, pengaruh praktek tasawuf masih kental, walaupun secara afiliasi mereka tidak bertarekat. Dari tazkiyatun nafs seorang Muslim diharapkan dapat menjadi Muslim sebenarnya seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, gerakan JT disebut juga dakwah islâhiyyah



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 39



Amin



(restorasi/perbaikan), di mana umat telah jauh dari orisinalitas ajarannya.6 Walaupun mementingkan spiritualitas melalui ibadah mahdhah, dan ibadah-ibadah sunnah, bukan berarti meninggalkan kehidupan dunia. JT tidak pernah melarang anggotannya untuk beraktifitas dan bekerja dalam upaya menghidupi keluargannya. Dalam doktrin tentang etika masyarakat, dakwah JT memiliki istilah ikramul muslimin (menghormati/memuliakan Muslim lain). Maksudnya mereka harus menghormati Muslim lain walaupun bukan dari komunitas JT. Bentuk penghormatan tersebut merupakan praktek akhlak yang baik. Bagaimanapun, untuk meraih simpati dakwah, keluhuran akhlak yang tercermin dalam tingkah laku merupakan cara jitu untuk menarik pihak lain. Pepatah mengatakan jika engkau ingin dihormati maka harus bisa menghormati orang lain. Pepatah tersebut relevan dengan doktrin JT, walaupun prakteknya dilapangan belum semua anggota mampu mengamalkannya. Dari aspek tersebut corak dakwah JT lebih mengedepankan pendekatan persuasif. Dari sini, penulis menilai bahwa keberhasilan dakwah JT diantaranya bisa menerapkan doktrin tersebut dengan baik. Jama‘ah Tabligh bukan hanya mengandalkan kegiatan khuruj saja sebagai wahana pendidikan umat, namun jama‘ah tabligh juga memiliki madrasah (lembaga pendidikan) untuk menyiapkan kaderkader yang siap berbakti menyebarkan agama Islam. Madaris (lembaga-lembaga pendidikan) yang dimiliki oleh jama‘ah tabligh di Pakistan pada umumnya masih mengikuti sistem pendidikan yang dimiliki oleh madaris Deoband, dengan mengandalkan masjid sebagai tempat beribadah sekaligus tempat pendidikan. Biasanya dalam satu kelompok memiliki pembimbing khusus, dan dalam periode tertentu mengalami pergantian. Ada hal yang menarik dalam setiap madaris yang mereka miliki khususnya dalam beberapa masjid besar seperti; Rewind dan Zakaria di Rawal Pindi, yaitu penguasaan beberapa bahasa asing selain urdu sebagai bahasa popular mereka, seperti inggris dan cina (Hasanuddin 2009: online). Kitab yang sering dijadikan acuan oleh mereka adalah fadhoil as-Shahabah, fadhoil al-Amal, yang cenderung menuai kritik dari 6



Wawancara dengan M. Thabyan saat melakukan khurûj di Kec. Tangkit sebagai pendamping dan sebagai penerjemah anggota JT yang berasal dari India yang menggunakan bahasa Urdu, 26 Oktober 2011.



40 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



beberapa pakar ahli dalam bidangnya. Seperti Fadhoil al-A‟mal adalah tergolong kitab yang ditulis dalam bidang hadits, walaupun tidak secara utuh. Namun dalam kitab tersebut terdapat banyak hadits palsu dan cenderung mengada-ada yang tidak mendapatkan penjelasan dan perhatian yang memadai. Bagi para pengkritik gerakan JT, menyayangkan banyak kalangan mereka menelan dan mempercayai mentah-mentah apa yang ada dalam kitab tersebut tanpa adanya daya kritis (Hasanuddin 2009: online). Adanya kritik, seyogyanya menjadikan JT bisa berbenah diri, dan memantapkan langkah gerakannya, karena secara struktur JT memiliki jaringan yang kuat dan lintas daerah bahkan negara (transnasional). Keanggotaan JT bersifat terbuka, dalam artian semua orang Islam bisa masuk anggotannya. Anggotanya disebut karkun, yaitu setelah dibaiat melalui bayan hidâyah dan khurûj fî sabîlillah. Para karkun memiliki latar belakang yang beragam, baik dari segi ekonomi, pendidikan maupun pekerjaan. Metode Dakwah JT di Kota Jambi Secara umum sistem dakwah JT di semua daerah hampir sama, pola ini tersistem karena adanya regulasi dan pertemuan intensif yang mereka selenggerakan. Misal, pertemuan internasional dua tahunan yang diwakili oleh setiap penanggung jawab di setiap negara. Untuk sekup nasional pertemuan secara nasional diadakan empat bulan sekali, dan dua bulan sekali di tingkat provinsi. Adapun untuk tingkat kabupaten satu bulan sekali. Pertemuan tersebut berisi laporan kegiatan dakwah di daerahnya masing-masing.7 Di markaz provinsi, JT memiliki bagian protokoler yang disebut istiqbâl, yang berfungsi mengurus tamu-tamu luar daerah yang sedang melakukan khurûj atau masyarakat yang berminat mengikuti kegiatan markaz. Selain itu, adapula tasykîl, yang berfungsi memantau perkembangan kelompok-kelompok dakwah di halaqah-halaqah dan marhalah-marhalah, mendaftar anggota baru, menggurus pembagian wilayah sasaran dakwah. Ada pula khidmat, yang berfungsi dalam penyiapan logistik, baik di markaz maupun saat khurûj. Kemudian terdapat i‟lân, yakni bagian penerangan dan ada pula mimbar wala yang berfungsi memandu acara dalam 7



Wawancara dengan anggota JT kota Jambi saudara Usman di Masjid Al-Azhar Jelutung, 26 Oktober 2011. Bandingkan dengan Razak (2008: 139-140).



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 41



Amin



musyawarah dan diskusi (Razak 2008:140-141). Pergantian masing masing seksi ditentukan dalam musyawarah. Dan menjadikan masjid sebagai tempat kegiatan seluruh aktivitas JT. Dakwah berdasarkan tempatnya terbagi menjadi dua, yaitu intiqoli dan maqomi. Intiqôli yaitu dakwah di tempat orang lain atau kampung/daerah lain dengan berpindah atau dengan melakukan perjalanan (jaulah/ Khurȗj fi sabîlillah) dengan masa tertentu. Orang atau tempat yang didatangi diharapkan akan memberi respon positif, sehingga terjalin kerjasama antara pendatang dengan orang tempatan, sebagaimana kerjasama yang terjalin antara Sahabat muhajirin dan anshor di Madinah pada jaman Rasulullah saw. Sedangkan maqomi adalah dakwah di tempatnya masing-masing. Setiap pekerja dianjurkan untuk meluangkan beberapa jam setiap harinya untuk bersilaturahmi dengan orang-orang di sekitar tempatnya masing-masing untuk mendakwahkan agama. Dalam berdakwah juga di kenal istilah amalan secara infirodi dan Ijtima‟i. Infirodi yaitu amalan secara individu sedangkan ijtima‟i secara berkelompok (berjamaah). Begitu pula dalam berdakwah juga bisa di lakukan secara infirodi maupun ijtima‟i (Hidayatullah.com Oktober 1999). Metode dakwah jamaah ini berpijak kepada tabligh dalam bentuk targhib (memberi kabar gembira) dan tarhib (mengancam). Mereka telah berhasil menarik banyak orang ke pangkuan iman. Terutama orang-orang tenggelam dalam kelezatan dan dosa. Orangorang tersebut diubah kejalan kehidupan penuh ibadah, dzikir dan membaca Al-Quran (Hidayatullah.com Oktober 1999). 1. Khuru>j fi sabi>lilla>h Metode ini merupakan inti dari gerakan JT, atau sifat keenam dari doktrin gerakan ini yang dinisbahkan kepada sifat gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW. Sifat pertama adalah pengamalan dan penghayatan kalimat tauhid la> ila>ha illa alAlla>h. Sifat kedua shalat dengan khusyu‟ dan khudu‟. Sifat ketiga „ilmu ma‟a al-dzikri (ilmu dengan zikir); keempat ikra>mul muslimi>n (menghormati umat muslim); kelima ikhla>s an-niya>h/tash}i>h} an-niya>h (memurnikan/meluruskan niat); dan yang terakhir adalah da„wah wa tabli>gh ma„a khuru>j fi> sabi>lilla>h (dakwah dan tabligh dengan jalan keluar/hijrah di jalan Allah). Amalan



42 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



sifat keenam yang merupakan puncak, jikalau amalan sifat kesatu hingga kelima dijalankan dan keenam tidak dijalankan maka menjadi kurang sempurna.8 Etika dalam da„wah wa tabli>gh ma„a khuru>j fi> sabi>lilla>h kerelaan berkurban bagi anggota JT. Kerelaan ini tidak dipaksakan, melainkan kerelaan dan keikhlasan. Etika selanjutnya adalah ketika khuruj hendaklah siap dalam perbekalan, khususnya bagi keluarga yang akan ditinggalkan. Selain itu, JT memiliki ajaran yang disebut dengan dua puluh uhsu>l dakwah yang terdiri: a) empat perkara yang tidak bisa dihindari, seperti: makan; minum; istija dan berbincang-bincang dengan kawan sesama jamaah; b) empat perkara yang harus dilatih: khidmat kepada Amir; khidmad kepada sesame jama‘ah; khidmah kepada makhluk-makhluk Allah; khidmat kepada diri sendiri; c) empat perkara yang harus ditinggalkan: memintaminta kepada orang lain; mengharapkan pemberian orang lain; berlebih-lebihan dan boros; memakai barang orang lain tanpa izin; d) empat perkara yang harus dijaga: menjaga ketaatan kepada amir; menjaga kesabaran dan tahan uji; menjaga kehormatan masjid; menjaga amalan ijtima„i> dan amalan infiradi>; e) empat perkara yang dilarang untuk dihampiri: dilarang bicara politik praktis dalam dan luar negeri; dilarang membicarakan khilafiyah; dilarang membicarakan aib masyarakat; dilarang membicarakan status social dan masalah dana (Al-Kandhalawi tt: 88). Lamanya khuruj bagi anggota JT, minimal adalah 3 hari dalam satu bulan yang disebut nishab bulanan. Selanjutnya 40 hari dalam negeri (jalan kaki), dan 40 hari boleh berkendaraan. Selanjutnya 4 bulan dalam negeri (jalan kaki, dan 40 hari boleh berkendara. Setelah melewati masa khuruj tesebut tingakat selanjutnya adalah 4 bulan ke Negara IPB (India, Pakistan dan Banglades), setelah itu baru negeri jauh, yang selama ini telah dikunjungi oleh JT Jambi adalah Malaysia, Singapura Thailan, Afrika Selatan, dan Yordan.



8



Wawancara dengan informan anggota JT kota Jambi di Masjid Al-Azhar Jambi, tanggal 24 Oktober 2011.



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 43



Amin



Yusran razak menyatakan bahwa umumnya ada tiga tahapan cara yang dilakukan JT untuk merekrut orang yang mau melakukan khuruj: ―tingkat pertama disebut tarhîb, yakni promosi mengenai manfaat melakukan dakwah , baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat. Pada tingkat ini jaah pemula belum diajak menjadi partisipan dakwah di tempat lain. Tingkatan kedua tasykîl, yaitu ajakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan dakwah yang dilakukan bukan hanya di masjidnya sendiri, melainkan di tempat-tempat lain. Pada tingkatan ini telah muncul keinginan berdakwah keluar (khuruj) pada jaah pemula tersebut, namun ia tidak akan begitu saja diluluskan keinginannya. Tingkatan selanjutnya tahayya, yaitu tawaran untuk megikuti khuruj, mulai dari satu hari, dua hari, tiga hari, 40 hari dan seterusnya. Berbagai pertimbangan akan diberikan oleh pemimpin senior sebelum yang bersangkutan dinyatakan layak menerima dorongan tingkat ketiga ini dan mengikuti khuruj‖ (Razak 2008: 148).



Saat melakukan khuruj/intiqâli, ada beberapa kegitan JT: Musyawarah, bayan, taklim, mudzakarah dan jaulah. Musyawarah digunakan untuk menyamakan persepsi diantara JT, dengan tatacara: a) musyawarah dipimpin oleh seorang amir yang telah dipilih; b) musyawarah dibuka dengan membaca basmallah, kemudian membaca do‘a ilham; c) Amir mengawali pembicaraan tentang maksud dan tujuan musyawarah yang disebut dengan targhîb/jihin; d) Pembacaan adab musyawarah yang dibacakan oleh salah seorang peserta yang ditunjuk oleh Amir; e) Laporan jamaah; f) Pengajuan usul-usul dan pendapat dari para anggota. Amir boleh jadi meminta usul dari setiap peserta musyawarah secara bergiliran atau meminta usul dari beberapa orang saja; g) usulan atau penjukkan petugas pelaksana program; h) do‘a penutup (Nasrullah 2006: 118-120). 2. Uswatun hasanah Secara doktrinal metode ini tidak menjadi pembahasan yang spesifik. Namun, peneliti merasa perlu memasukkanya, karena banyaknya anggota JT yang masuk sebagai aktivis karena adanya sentuhan keteladanan yang konsisten dari anggota JT, khususnya dari aspek ibadah dan akhlak. Anggota JT mengajak umat untuk melaksanakan shalat lima waktu secara



44 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



berjamaah di masjid, doktrin ini tentulah telah dipraktekkan dengan konsisten sebagai bentuk keteladanan dan. Bisa dibayangkan, bagaimana tidak efektifnya jika seseorang mengajak kebaikan, namun penyerunya justru jauh dari nilainilai itu. Dalam berinteraksi dengan masyarakat, JT pada umumnya juga tidak menunjukkan permusuhan. Ajakan shalat berjamaah atau kebaikan lainnya dilakukan dengan santun atau senyuman dan bukan paksaan. Aktivitas JT di masjid dengan shalat berjamaah, membaca Qur‘an, berzikir, taklim, shalat sunat, tentulah menyejukkan bagi mata yang melihatnya, terlebih di tengah hiruk pikuk keramaian dunia yang semakin menyilaukan. 3. Silaturrahmi, Ta‟aruf dan Takrîm Metode dakwah ini diantaranya, nampak dalam ukhuwah diantara anggota JT. Selain itu metode ini juga dipraktekkan saat mereka Khuruj yaitu ketika mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat serta mengikuti majlis taklim setelahnya. Jika terdapat masyarakat yang enggan bahkan cenderung menolak ajakan untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid, maka mereka harus tetap membalasnya dalam bentuk senyuman. Silaturrahmi yang berarti jalinan kasih sayang, ta‘aruf yang berarti perkenalan dan takrim yang berarti penghormatan merupakan muara ajaran Islam. Dalam konteks ini, JT berusaha mengamalkannya dengan baik. Kalaupun ada JT yang belum bisa melaksanakannya, bukan berarti berlaku untuk JT pada umumnya. 4. Tazkiyatun Nafs Tazkiyatun nafs9 yang berarti penyucian diri merupakan tujuan penting dalam Gerakan JT. Praktek ini dilakukan dengan pelaksanaan dan pengamalan tauhid, di mana hidup hanya mengantungkan pada keesaan Allah semata. Kemudian 9



Pembersihan diri erat kaitannya dengan pendekatan diri. Allah tak bisa didekati oleh yang tidak suci, karena Allah adalah yang Maha Suci. Nabi Muhammad SAW para sahabat dan hamba yang saleh, senantiasa melaksanakan pendekatan diri kepada allah itu. Pensucian diri merupakan usaha mendapatkan Ridha Allah. Pada zaman Nabi, orang-orang yang sentiasa mensucikan dirinya itu, belum diberi julukan. Baru kemudian orang-orang seperti itu disebut ―sufi‖, karena mereka biasannya berpakaian sangat sederhana terbuat dari wol (suf) yang sangat kasar. Lihat Jessy Augusdin (1992: 33).



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 45



Amin



pelaksanaan shalat wajib secara berjamaah serta amalan-amalan sunah lainnya seperti membaca Al-Quran, zikir, shalat dhuha dan tidak ketinggalan shalat tahajud. Amalan-amalan tersebut mengarah pada tazkiyatun nafs. 5. Ceramah (Bayân) Metode ini juga menjadi kekhasan JT. Di Masjid Al-Azhar Jelutung kota Jambi yang merupakan markas provinsi, pelaksanaan bayan dilakukan hari Minggu malam Senin setelah shalat maghrib dan berhenti sebelum shalat isya‘. Bayan berisi nasehat, ajakan dan ketaatan kepada Allah SWT. Bayan mengajak umat Islam untuk menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka, melaksanakan sholat, bermuhasabah dan mendiskusikan isu-isu yang menitik beratkan pada dimensi spiritual Islam serta mencari jalan keluarnya dengan cara berdakwah menyebarkan nilai-nilai Islam dan mengkampanyekan perdamaian dunia tanpa membicarakan halhal yang berbau politik (Wargajenggot 2011: online). Kendala-kendala Dakwah JT di kota Jambi Di kota Jambi setidaknya ada dua belas hingga enam belas titik (halaqah) yang tersebar di berbagai kecamatan, hingga meluas sampai daerah Muaro Jambi dan Kabupaten Batanghari. Dua belas hingga enam belas titik tersebut adalah: 1. Masjid Muhajirin di Jelutug; 2. Mushala Al-Munawwarah (belakang kuburan) di Sei Kambang; 3. Masjid Nurul Hidayah di Umbari Broni; 4. Pal 10 (Inhutani) Kotabaru; 5. Jambi Selatan di Beringin; 6. Jambi Timur di Masjid Baitun Nur Tanjung Pinang; 7. Di Tangkit pondok Pesantren Kasful Ulum; 8. di Mendalo Masjid Attaqwa (depan) Universitas Jambi; 9. Di Menes Pondok Pesantren Sirajul Mukhlasin; 10. di Sengeti Kilometer 26 Langgar/Mushalla Karya Putih; 11; 12; 13; 14; Di Kab. Batanghari yang terdiri dari empat halaqah yang bertitik di Masjid Muhammadiyah Pasar Lama; 15. Di Sungai Gelam daerah Sumber Agung; 16. di Tempino pal sepuluh. Total di provinsi Jambi kurang lebih terdapat 52 halaqah saat ini. Saat musyawarah atau pertemuan bulanan di tingkat Kabupaten atau dua bulanan di tingkat provinsi, anggota JT memberikan berbagai laporan kegiatan. Secara umum, masyarakat sudah bisa menerima keberadaan JT di kota Jambi. Oleh sebab itu, kendala utama adalah bagi umat yang belum menerima atau mengenal JT



46 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



lebih dekat. Sebagaimana telah disebutkan bahwa kendala terbesar JT di kota Jambi terjadi pada tahun 1998 hingga 1999, manakala stake holders berusaha melarang pergerakannya. Kendala pada tahun 1998 hingga 1999 tersebut juga disebabkan karena masih sedikitnya anggota JT yang berdampak pula pada minimnya ilmu mereka untuk mensosialisasikan gerakan JT pada masyarakat. Bila dibandingkan penerimaan masyarakat di daerah asalnya, India atau Pakistan atau Banglades, maka di Indonesia tergolong masih kurang respek (Republika 2010). Pada tahun 2010, Republikan co.id. memberitakan: ―Polisi di Ambon kembali mengawasi gerak-gerik seratusan anggota Jamaah Tablig. Dalam keterangannya, polisi mengaku mencurigai mereka menyelenggarakan latihan perang di Desa Kawa, Kabupaten Maluku Tengah dan Desa Olas, Kabupaten Seram Bagian Barat, sehingga meresahkan warga setempat. "Sesuai hasil pantauan kami, kegiatan mereka masih didominasi syiar agama tapi sering dibarengi kegiatan latihan perang-perangan," kata Kabid Humas Polda Maluku, AKBP Johanes Huwae di Ambon, Senin. Awalnya, kata Huwae, 100 anggota Jamaah Tablig beraktivitas di Kampung Baru, Masohi, Ibu Kota Maluku Tengah. Mereka kemudian pindah ke tempat kegiatan baru di Desa Kawa. Aktivitas serupa juga dilakukan ratusan jamaah di Desa Olas yang diduga telah berlangsung lebih dari enam bulan. "Masyarakat diimbau untuk memberikan infaiormasi yang akurat kepada polisi bila mendapati adanya kegiatan mencurigakan yang dilakukan orang-orang tertentu di dalam hutan secara tersembunyi," katanya. Ini bukan pertama kali polisi memantau aktivitas Jamaah Tabligh. Hal serupa pernah terjadi tahun lalu. Namun setelah mendapatkan reaksi, kecurigaan polisi terhadap Jamaah Tabligh melunak. Selama ini, para aktivis Jamaah Tabligh dikenal menjalankan pendekatan dakwah tanpa kekerasan dalam berinteraksi dengan masyarakat‖ (Republika 2010).



Kendala-kendala dakwah JT di lapangan tidak terlepas dari konteks komunikasi. Jika di Ambon, selain kegiatan keagamaan, JT juga melakukan perang-perangan (latihan perang), ini merupakan hal baru menurut penulis, dan perlu dilakukan penelitian dan kebenaran lebih lanjut informasinya.



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 47



Amin



Respon Masyarakat Di era keterbukaan, masyarakat memiliki kebebasan berpendapat ataupun mengkritik. Ragam gerakan dakwah di Indonesia dengan berbagai karakternya, juga tidak luput dari kritik sebagai respon atas eksistensinya. Tradisi kritik, di satu sisi memiliki nilai positif, manakala dibarengi kepala ―dingin‖. Dalam media on line (internet) kritik juga menghujani gerakan JT: ―1. Tidak setiap berita membutuhkan tabayun. Berita yang membutuhkan tabayun adalah jika disampaikan oleh orang fasik dan masih meragukan. Kalau yang menyampaikan kepada kita adalah orang yang terpercaya maka tidak diharuskan tabayun, apalagi kalau berita tersebut terdapat dalam kitab mereka (yakni Fadhail Al-A’mal), maka berita tentang adanya ajaran tersebut berarti sudah memiliki bukti yang sangat kuat karena terdapat dalam kitab mereka sendiri, bukan dari kitab orang lain; 2. Tidak ada dalil dari Al-Qur‘an dan As-Sunnah yang mengharuskan kita tabayun dulu kepada kelompok sesat sebelum mengkritik mereka, tapi apabila telah jelas hal itu adalah kesesatan maka wajib bagi kita untuk mengingatkan umat akan bahayanya. Dan tidak sedikit, orang yang berniat tabayun kepada kelompok sesat padahal sudah jelas ajaran-ajaran mereka sesat- malah pada akhirnya terpengaruh dengan syubhat-syubhat mereka dan membenarkan kesesatan mereka. Oleh karena itu cukup bagi kita dalil Al-Qur‘an dan As-Sunnah serta penjelasan ulama Ahlus Sunnah wal Jama‘ah tanpa harus tabayun ke kelompok sesat tersebut; 3. Bahkan yang ana lakukan lebih dari tabayun, yaitu ikut bergabung bersama mereka kurang lebih 3 tahun lamanya, dan ana lihat sendiri dengan mata kepala kisah tersebut memang ada dalam kitab Fadhail Al-A‟mal dan masih banyak penyimpangan lainnya…‖ Chalid 2011: online).



Respons masyarakat terhadap eksistensi JT beragam, namun pada prinsipnya terbagi menjadi tiga, yaitu mereka yang simpati dan sebaliknya yang tidak simpati, diantara keduanya ada yang bersifat moderat dalam artian tidak simpati namun juga tidak antipati. Artinya, terdapat pro dan kontra dengan dengan keberadaan JT di tengah-tengah masyarakat kota Jambi. Mereka yang simpati disebabkan karena keteguhan JT dalam beribadah, akhlak mereka dalam bermuamalah dan dakwah yang



48 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



mengedepankan nilai-nilai kesantunan dan kedamaian tanpa adanya paksaan. Gerakan JT juga dinilai positif karena tidak memiliki afiliasi dan ―hening‖ dari politik. Gerakan JT dinilai sebagai gerakan moral yang transnasional. Bagi mereka yang kontra atau tidak simpati dengan gerakan JT, disebabkan karena mereka terkesan hanya mengejar akhirat dan melupakan dunia. Adapula yang mengkritisi sistem khuruj, yang dianggap tidak relevan lagi di zaman sekarang. Secara spiritualitas, anggota JT tampak mengalami peningkatan iman, namun secara ekonomi mengalami stagnasi. Sedangkan bagi mereka yang cenderung moderat, memandang sistem khuruj sebagai ikon dakwah JT memiliki nilai positif dan negatif. Nilai positifnya adalah penyebaran Islam ke berbagai wilayah yang terkadang tidak bisa dijangkau oleh para da‘i, sedang masyarakat tersebut membutuhkannya. Sistem Khuruj mengajarkan banyak hal, diantaranya konsep tazkiyatun nafs bagi anggota JT. Saat khuruj anggota JT semakin intensif dalam beribadah dan sekaligus dalam berdakwah. Dampak negatif khuruj adalah ketika keluarga yang ditinggalkan sampai terlantar. Oleh sebab itu sebab, sistem perekrutan anggota JT yang khuruj harus dilaksanakan dengan jeli. Pandangan kelompok yang moderat ini menyisakan kritik bahwa di satu sisi JT telah mengamalkan ajaran agama yang bersifat ritualtransendental, namun di sisi lain masih ―pincang‖ dalam hal keduniaan. Penutup Dari uraian di atas, metode dakwah JT di Kota Jambi meliputi: a. Khuru>j fi> sabi>lilla>h, metode ini merupakan inti dari gerakan JT. Etika dalam da„wah wa tabli>gh ma„a khuru>j fi> sabi>lilla>h kerelaan berkurban bagi anggota JT. Kerelaan ini tidak dipaksakan, melainkan kerelaan dan keikhlasan. Etika ketika khuruj hendaklah siap dalam perbekalan, khususnya bagi keluarga yang akan ditinggalkan; b. Uswatun hasanah, JT bisa dijadikan teladan dari aspek ibadah dan muamalah karena konsistensinnya menjalankan praktek ritual dan etika religius; c. Silaturrahmi, Ta‟aruf dan Takri>m, metode dakwah ini nampak dalam ukhuwah diantara anggota JT. Selain itu, metode ini juga dipraktekkan saat khuru>j yaitu ketika mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat serta



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 49



Amin



mengikuti majlis taklim setelahnya; d. Tazkiyatun Nafs, yang berarti penyucian diri merupakan tujuan penting dalam Gerakan JT. Praktek ini dilakukan dengan pelaksanaan dan pengamalan tauhid. Kemudian pelaksanaan shalat wajib secara berjamaah serta amalanamalan sunah lainnya seperti membaca Al-Quran, zikir, shalat dhuha dan tidak ketinggalan shalat tahajud.; e. Ceramah (Baya>n), metode ini juga menjadi kekhasan JT di Masjid Al-Azhar Jelutung kota Jambi yang merupakan markas provinsi. Pelaksanaan bayan dilakukan hari Minggu malam Senin setelah shalat maghrib dan berhenti sebelum shalat isya‘. Kendala-kendala dakwah JT di kota Jambi meliputi: a. kendala eksternal, bagi masyarakat yang belum menerima atau mengenal JT lebih dekat. kendala terbesar JT di kota Jambi terjadi pada tahun 1998 hingga 1999, manakala stake holders berusaha melarang pergerakannya; b. internal, yaitu pada tahun 1998 hingga 1999, karena masih sedikitnya anggota JT yang berdampak pada minimnya ilmu mereka untuk mensosialisasikan gerakan JT pada masyarakat. Terdapat tiga kategorisasi respon masyarakat terhadap gerakan dakwah JT di kota Jambi: a. Mereka yang simpati disebabkan karena keteguhan JT dalam beribadah, akhlak mereka dalam bermuamalah dan dakwah yang mengedepankan nilai-nilai kesantunan dan kedamaian tanpa adanya paksaan; b. Mereka yang kontra atau tidak simpati dengan gerakan JT, disebabkan gerakannya mengesankan mengejar akhirat dan melupakan dunia; c. Mereka yang cenderung moderat, memandang sistem khuruj sebagai ikon dakwah JT memiliki nilai positif dan negatif. Referensi Buku Augusdin, Jessy. 1992, ‗Tafsir Tentang Tadzkiyat Al-Nafs‘, Jurnal Kebudayaan dan Peradaban Ulumul Quran, vol. III, no. 3. Ahmad, Amrullah. 1983, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Prima Duta, Jakarta. Ahmad, Mumtaz. tt., ‗Islamic Fundamentalism in South Asia: The Jamaat-i-Islami and the Tablighi Jamaat of South Asia,‘



50 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



dalam Fundamentalism Observed, Martin E Marty and R Scott Appleby (ed.), The University of Chicago Press, Chicago and London. Al-Qahthawi, S.M.M. 1423, Ad-Da‟wah Ila Al-Allah, Dar Thoibah Al-Khodroou, Makkah Al-Mukarramah. Arikunto, Suharsini. 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Aziz, Abdul. 2004, ‗The Jamaah Tabligh Movement in Indonesia: Peaceful Fundamentalist‘, Studia Islamika, Indonesian Jurnal for Islamic Studies, vol. 11, no. 3. Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman. 2008, ‗The History of Jama‗ah Tabligh in Southeast Asia: The Role of Islamic Sufism in Islamic Revival‘, Jurnal Al-ami‟ah, vol. 46, no. 2. Al-Faruqi, Ismail R. & Lois Lamya Al-Faruqi. 1998, Atlas Budaya Islam, Mizan, Bandung. Hakim Mohammad Said. 1984., Moralitas politik: Konsep mengenai Negara, dalam A.E. Proyono (ed), Islam Pilihan Peradaban, Shalahuddin Press, Yogyakarta. Hasan, Noorhaidi. 2010, ‗Ideologi, Identitas dan Ekonomi Politik Kekerasan, Mencari Model Solusi Mengatasi Ancaman Radikalisme dan Terorisme di Indonesia‘, Prisma, Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi, vol. 29, Oktober. Huntington, Samuel P., terj. M. Sadat Ismail. 2007, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia), Qalam, Yogyakarta. Izutsu, Toshihiko. 1964, God and Man in The Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung, KICLS, Tokyo. Johnson, Allan G. 1996, The Blackwell Dictionary of Sociology A User‟s Guide to Sociological Language, Blackwell Publishers Ltd, Cambridge. Johannesen, Richard L. 1996, Etika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 51



Amin



Al-Kandhalawi, Maulana Muhammad Yusuf. tt, Mudzakarah Enam Sifat Sahabat dan Amalan Nurani, Pustaka Ramadhan, Bandung. Kuntowijoyo. 1995, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, Mizan, Bandung. Littlejohn, Stephen W. & Karena A. 2005, Foss, Theories of Human Communication, Thomson Wadsworth, USA. Madjid, Nurcholish. 1989, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Mizan, Bandung. Magnis-Suseno. 1989, Franz, Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius, Yogyakarta. Hamid Mowlana. 1996, Global Communication in Transition, The End of Didersity?, Sage Publications, California. Marayam, Shail. 2004, ‗Hindu and Islamic Transnational Religious Movement‘, jurnal Economic and Political Weekly, 3 Januari. Metcalf, Barbara D. 2004, Islamic Contestation: Essays on Muslims in India and Pakistan, Oxford University Press, India. Mulyana, Deddy. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Nasrullah. 2006, ‗Tradisionalisme dalam dakwah: Studi Kritik Aktivitas Jama‘ah Tabligh Kebun Jeruk Jakarta‘, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Pawito. 2008, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS, Yogyakarta. Putro, Suadi. 1998, Muhammad Arkoun Tentang Islam Modernitas, Paramadina, Jakarta. Yusron Razak. 2008, ‗Jamaah Tabligh: Ajaran dan Dakwahnya‘, Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Rofiah, Khusniati. 2010, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat, STAIN Ponorogo Press, Ponorogo.



52 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012



Dakwah Jamaah Tabligh



Shihab, Quraish. 2005, Tafsir Al-Misbah Volume 8, Lentera Hati, Jakarta. Soerjono, Soekanto. 2002, Sosiologi: Suatu Pengantar, ed.33, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suaedy, Ahmad. 2010, ‗The Muslim Minority Movement in Southmost Thailand: From the Periphery to the Centre‘, Studia Islamika, vol. 17, no. 1. Sugiyono. 2007, Memahami Penelitian Kualitatif, CV Alvabeta, Bandung. Surakhmad, Winarno. 1990, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik, Tarsito, Bandung. Sutopo.tt, Pengantar Penelitian Kualitataif, Pusat Penelitan Sebelas Maret, Surakarta. Suyuthi, Pulungan J.2002, Universalisme Islam, PT. Moyo Segoro Agung, Jakarta. Watt, W. Montgomery. 1986, Islamic Political Thought, Edinburgh University Press, Edinburgh. Internet Chalid, S. 2011, ‗Jama‘ah Tabligh Mengajarkan Syirik dan Bid‘ah‘, 19 Oktober. Diakses pada 25 Oktober 2011 dari http://nasihatonline.wordpress.com/2011/10/19/jama%E2%80%99ah-tabligh-mengajarkan-syirik-dan-bidah/ ‗Sekilas tentang JT Bermula dari India‘, Hidayatullah.com. Diakses pada Oktober 1999/Jumadil Akhir-Rajab 1420 dari http://media.isnet.org/islam/Etc/Tabligh1.html ‗Jamaah Tabligh; Menyebarkan Dakwah Menerobos Wilayah‘. Diakses pada Kamis, 28 Januari 2010 dari http://www.eramuslim Hasanuddin, S. 2009, ‗Berdakwah dengan Cara Damai‘. Diakses pada 19 Maret 2011 dari http://nexlaip.wordpress.com/2011/03/16/berdakwah-dengan-cara-damai/ ‗Tiga Juta Umat Islam hadir pada Ijtima‘. Diakses pada 20 Maret 2011 dari http://wargajenggot.blogspot.com/2011/03/tigajuta-umat-islam-hadir-pada-ijtima.html



Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012 | 53



Amin



54 | Jurnal Komunikasi Islam | Volume 02, Nomor 01, Juni 2012