Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan PKL 5 New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN



Disusun Oleh :



Nunur 170510160001 Aras Arroly Panjaitan 170510160025 Gita Puspa Maharani 170510160034 Alvionita 170510160039 Zikri Aulia 170510160041



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah



Pariwisata merupakan salah satu kebutuhan hidup yang penting pada akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, banyaknya aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang mengharuskan mereka untuk beristirahat dan melakukan perjalanan wisata. Hal ini berguna untuk menghilangkan keletihan dan stress yang mereka hadapi selama melakukan pekerjaannya. Tingginya kebutuhan pariwisata yang dibutuhkan oleh masyarakat, mengharuskan setiap daerah memiliki ( minimal dua ) tempat-tempat kunjungan wisata (wisata laut dan darat). Hal ini bertujuan untuk memudahkan warganya dan turis asing ( guna menambah devisa ) melakukan kegiatan wisata. Pada dasarnya parwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasa hidup dan bekerja dan juga kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di suatu tempat tujuan (Damanik dan Weber:2006). Selain itu, pariwisata juga berkaitan dengan lingkungan. Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati, dan kemudian juga



mempengaruhi kehidupan kita (Soemarwoto: 2001). Dari lingkungan inilah terciptanya objek-objek wisata yang memukau. Seperti adanya wisata sungai, wisata pantai bahkan sekarang-sekarang ini lebih “ trend ” wisata goa alam yang memberikan pemandangan yang memukau dari stalaktit dan stalakmit. Untuk melakukan kegiatan wisata, selain yang telah di sediakan oleh alam tentu masyarakat harus menyediakan tempat wisata. Atau setidaknya memanfaatkan alam yang telah ada untuk dijadikan tempat wisata yang nyaman. Dalam PP no.24/1979 tercantum jelas bahwa tempat wisata ( objek wisata ) adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Menurut penjelasan tadi, tempat wisata selalu berhubungan dengan lingkungan alam, baik wisata darat ( hutan, sungai bahakan tebing ) dan maupun wisata laut ( pantai, pulau bahkan terumbu karang ). Jadi apapun yang menjadi objek wisata pasti membawa dampak baik maupun buruk terhadap lingkungan alam. Sejatinya jika pengelolaan pariwisata dikelola dengan cara yang baik pasti akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini kami akan lebih banyak membahas dampak buruk yang ditimbulkan dari adanya tempat wisata terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan dengan munculnya tempat wisata tentu menimbulkan efek terhadap lingkungan. Efek yang ditimbulkan ini tidak hanya berasal dari tempat wisata tersebut, melainkan juga berawal dari cara pengelola tempat pariwisata dalam mengelola fasilitas yang ada di tempat wisata tersebut. Salah satu contoh kasus yang ditemui dan masih hangat diperbincangkan saat ini adalah kasus pengelolaan limbah rumah makan yang tidak ramah lingkungan, dimana banyaknya restoran yang membuang limbah sisa makanan ke sungai atau ke aliran air yang secara tidak langsung bermuara ke laut. Akibatnya sampah restoran menumpuk di sepanjang pantai atau perairan Pangandaran dan juga menimbulkan bau yang tidak sedap. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di kawasan kepulauan Seribu (Khrisnamurti,dkk 2006), membahas dampak pariwisata terhadap lingkungan, khususnya di pulau Tidung.



Mereka menjelaskan bahwa,



banyaknya permasalahan lingkungan yang



terjadi akibat adanya tempat wisata. Permasalahan pertama yang muncul dari adanya objek wisata adalah perubahan kondisi visual dari pulau tidung tersebut. Sebelum tahun 2007 masyarakat yang menetap di pulau tersebut dapat menemukan kerang di pinggir pantai dan kawasan masih hijau dengan adanya pepohonan dan hutan mangruf. Sejak tahun 2007 sampai sekarang jumlah lahan hijau semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena



banyaknya jumlah pemukiman yang dibangun seiring bertambahnya jumlah populasi dan ditambah juga dengan adanya tempat wisata yang notabenenya membutuhkan lahan dan penginapan. Penggunaan lahan di pulau Tidung lebih didominasi dengan pembangunan homestay tanpa melihat tata kelola lingkungan, dengan membangun homestay hampir mendekati tepi pantai sehingga mengurangi keindahan pantai. Hal ini juga disebabkan oleh tidak adanya aturan yang optimal mengenai tata ruang yang ideal sehingga tidak terjadi harmonisasi antara pembangunan dan ekosistem. Dampak lain yang ditimbulkan dari berkurangnya lahan hijau adalah kurangnya ketersediaan air bersih dan tawar. Hal ini disebebkan karena ketidakadaan lahan yang menampung air hujan di dalam tanah, bahkan air dalam tanah sudah mulai terasa asin. Untuk memenuhi kebuthan air tawar, para masyarakat terpaksa membeli air isi ulang yang dibawa dari Jakarta maupun Tangerang. Selain itu ada juga masalah sampah yang ditimbulkan akibat adanya tempat wisata di pulau Tidung ini. Dahulu sampah hanya berasal dari aktivitas sehari-hari warga, seperti sampah rumah tangga maupun sampah yang berasal dari fasilitas sosial.



Namun akhir-akhir ini mulai timbul



sampah yang berasal dari restoran-restoran, tempat hiburan bahkan sampah yang dibuang oleh wisatawan secara sembarangan. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya fasilitas penunjang sampah yang ada di lingkungan tersebut, alhasil menyebabkan sampah berserakan di jalanan dan bahkan ada juga di pelabuhan kapal. 1.2 Rumusan Masalah Pembahasan ini akan mengkaji dan menyelesaikan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan dampak adanya tempat pariwisata terhadap lingkungan, yang diuraikan sebagai berikut: 1. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya tempat pariwisata terhadap lingkungan ekologi? 2. Mengapa lingkungan ekologi menjadi perhatian utama ketika pariwisata di bangun? 3. Bagaimana cara pengelolaan yang tepat dari adanya tempat pariwisata terhadap lingkungan? 1.3 Tujuan Penelitian



1. Mengetahui apa saja pengaruh yang dihadirkan oleh kegiatan pariwisata terhadap tempat wisata. 2. Mengerti dan mengetahui apa saja dampak-dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pariwisata di tempat wisata terhadap lingkungan ekologi. 3. Memahami cara pengelolaan tempat wisata yang baik dan tepat, yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan ekologi 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan berbgai manfaat yang dapat dipergunakan oleh pembaca sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan mengenai cara menangulangi atau mengurangi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh pariwisata khususnya 2. Menjadi acuan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah nyata terlihat akibat berdirinya usaha pariwisata di suatu daerah



BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN



2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1



Pariwisata Pariwisata adalah perjalanan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau



sekelompok orang untuk sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain diluar tempat asalnya dengan suatu perencanaan yang bertujuan untuk berekreasi atau mencari pengalaman yang baru. Sebagaimana United Nations World Tourism Organization mendefinisikan pariwisata atau yang disebut juga dengan tourism terdiri dari aktivitas perjalanan seseorang ke suatu tempat dan tinggal di luar tempat lingkungan mereka yang biasa dengan waktu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk keperluan rekreasi, bisnis, dan tujuan-tujuan lainnya. Goeldner dan Ritchie (2012:4) mendefinisikan tourism sebagai gabungan dari aktivitas, layanan, dan industri yang memberikan pengalaman perjalanan: transportasi, akomodasi, tempat makan dan minum, perbelanjaan, hiburan, fasilitas kegiatan, dan layanan keramahan lainnya tersedia bagi individu atau kelompok yang sedang bepergian jauh dari rumah. Dengan kata lain, untuk memenuhi kepuasan wisatawan, pariwisata memiliki peranan dalam pembangunan sarana dan prasarana disekitar tempat wisata. Definisi lain tentang tourism yang dikemukakan oleh Goeldner dan Ritchie (2012) antara lain: “the processes, activities, and outcomes arising from the relationships and the interactions among tourists, tourism suppliers, host governments, host communities, and surrounding environments that are involved in the attracting and hosting of visitors” Dari definisi diatas, terdapat sesuatu yang tidak dapat terlepas dari konsep pariwisata, yaitu konsep tourist atau wisatawan. Wisatawan merupakan orang yang sedang bersantai dalam sementara waktu yang secara sukarela mengunjungi tempat-



tempat yang jauh dari tempat tinggalnya dengan tujuan untuk mencari pemgalaman yang berbeda. Menurut Spillane (1994), terdapat 3 pemain utama dalam pariwisata, yaitu: 1. Guest (wisatawan atau tamu) merupakan mereka yang mencari kepuasan dan kesejahteraan lewat perjalanan mereka. 2. Host (tuan rumah atau penduduk setempat) merupakan mereka yang tinggal dan berdomisili dalam masyarakat yang menjadi “alat” dalam pariwisata. 3. Brokers



(bisnis



pariwisata



atau



perantara)



merupakan



mereka



yang



mempromosikan dan menjadi perantaranya 2.1.2



Antropologi Pariwisata



Dalam ilmu Antropologi, Pariwisata penting untuk dikaji karena memberikan banyak pengetahuan yang dapat membangun ilmu Antropologi itu sendiri. Meskipun pada awal perkembangannya, Antropologi menolak untuk mengkaji pariwisata karena dianggap seperti drama, sedangkan Antropologi meneliti sesuatu yang intrepid (kuat dan berpetualang). Namun, karena pariwisata merupakan aktivitas global yang dilakukan secara lintas budaya, maka pariwisata menjadi penting untuk dikaji oleh Antropologi. Baik Antropologi maupun pariwisata, keduanya mengidentifikasi budaya dan dinamika manusia. Karena pariwisata merupakan aktivitas global lintas beberapa budaya, maka dibutuhkan pemahaman mendalam terhadap konsekuensi dari interaksi antara



menghasilkan dan menerima masyarakat



pariwisata (Burns dan Holden, 1995) dikutip dalam Burns (1999:67). Adapun, salah satu konsep sosial yang dapat digunakan untuk mengkaji pariwisata adalah konsep yang dikemukakan oleh Sosiolog, Emile Durkheim. Ia membahas mengenai hubungan antara individu dengan masyarakat. Pada essaynya yang berjudul ‘The Elementary Forms of Religious Life’ (1915), Durkheim menjelaskan bahwa masyarakat sekarang terus menerus menciptakan hal-hal suci diluar dari kebiasaan. Dari pembahasan mengenai agama, Durkheim menyimpulkan bahwa ritual dan agama melayani masyarakat dengan menghasilkan peningkatan terhadap solidaritas sosial. Pada Abraham (1973:187) yang dikutip dalam Burns (1999:70), Durkheim mendefinisikan sacred sebagai: “Sacred atau suci merupakan sesuatu yang ditambahkan dan di atas sesuatu yang nyata: kita tidak bisa menjelaskan suatu hal tanpa menjelaskan hal yang lainnya. Faktanya, kita dapat melihat bahwa jika kehidupan kolektif membangun pemikiran religius dalam mencapai



tingkat intensitas tertentu, itu karena kehidupan bersama tersebut membawa keadaan yang mengubah kondisi aktivitas psikis. Energi yang penting adalah terlalu bersemangat, lebih bergairah, sensasi menguat, dan beberapa yang terproduksi hanya pada moment tersebut. Seseorang tidak dapat mengenali dirinya : dia merasa dirinya berubah dan akibatnya mengubah lingkungan yang mengelilinginya.” Teori Emile Durkheim ini digunakan oleh Nelson Graburn dalam mengkaji pariwisata. Nelson Graburn dalam tulisannya menganggap pariwisata sebagai ritual. Adapun pemicu dari adanya kegiatan pariwisata adalah adanya masyarakat dengan tingkat pekerjaan tinggi dan membutuhkan hiburan yang sudah direncanakan, ada pada negara maju dan berkembang, dan membutuhkan tempat rekreasi.Adapun basis dari tempat wisata terdiri dari 2 jenis, yaitu basis kultural dan basis alam.



2.1.3



Dampak pariwisata terhadap lingkungan.



Dampak pembangunan pariwisata adalah dampak akibat adanya pembangunan pariwisata yang menimbulkan akibat positif maupun negatif, sebenarnya tedapat 3 (tiga) bidang pokok yang kuat dipengaruhi yaitu ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan (Erawan, 1997)



Selain itu menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sedangkan Salah Wahab (1975:55), salah satu ahli yang mengelaborasi dampak positif pariwisata, dari aspek ekonomi dan aspek sosial mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu merubah kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat, yaitu, mempercepat pertumbuhan ekonomi, menstimulasi motivasi masyarakat dalam ran gka menciptakan lapangan Menurut Mill dalam bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (2000, p.168-169), menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan



maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut”. Dalam peningkatan kawasan pariwisata, tentu memunculkan banyak permasalahan, terutama terutama disebabkan oleh pegelola kawsana yang hanya mementingkan ekonomi atau keuntungan saja. Salah satu permasalahan tersebut berdampak kepada lingkungan. Sehingga ekosistem yang ada di lingkungan menjadi berantakan, bahkan dapat menimbulkan bencana, khususnya bencana alam. Dan pada akhirnya yang menangung kerugian dalam permasalahan ini adalah orang-orang atau masyarakat yang hidup dan menetap di sekitaran objek pariwisata tersebut. Dalam (Soemarwoto:2001), lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati, dan kemudian juga mempengaruhi kehidupan kita. Lingkungan juga meliputi benda mati dan hidup ( biotik dan abiotik ) yang menunjang kehidupan makhlukhidup, khususnya manusia. Tanpa mereka manusia tidak bisa hidup. Lingkungan biotik dan abiotik ini bukan sekedar kawan hidup bagi khususnya bagi manusia, melainkan manusia sangat membutuhkan keberadaan mereka hal ini seperti yang kita rasakan, manusia membutuhkan pohon, air bahkan bakteri yang ada di tanah. Jadi bila terjadi kerusakan atau kekacauan dalam hubungan antar unit ini, maka akan mempengaruhi secara besar kehidupan manusia. Dampak Positif dan Negatif dari Pariwisata : 1. EKONOMI Dampak Positif Menambah



devisa,



membuka



kesempatan



berusaha,



menambah



lapangan



kerja,



meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pembangunan daerah Dampak Negatif Harga barang dan jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya pengunjung atau wisatawan yang dianggap selalu membawa uang banyak. x Harga tanah naik akibat dari banyaknya para investor yang memerlukan tanah untuk pembangunan hotel dan sarana penunjang industri pariwisata



2. SOSIAL BUDAYA Dampak Positif Pelestarian budaya dan adat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, mengurangi konflik social Dampak Negatif Penduduk khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri 3. BERBANGSA DAN BERNEGARA Dampak Positif Mempererat persatuan dan kesatuan, menumbuhkan rasa memiliki dan kecintaan terhadap tanah air, memelihara hubungan baik secara internasional. Dampak Negatif Banyaknya peluang dan pemanfaatan wisatawan juga mengundang perilaku yang tidak bertanggungjawab misalnya: pemerasan, perjudian, prostitusi, pencurian, pengedaran barang barang terlarang, penipuan dan lain sebagainya. 4. LINGKUNGAN Dampak Positif Melestarikan lingkungan, menumbuhkan suasana hidup tenang dan bersih, meningkatkan kesegaran fisik dan mental jauh dari polusi, dapat mengembalikan kesehatan fisik dan mental dengan demikian pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan lingkungan. Memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada Adapun dampak negatif yang ditimbulkan pariwisata terhadap lingkungan adalah sebagai berikut a. Limbah dan pencemaran Lingkungan Limbah adalah merupakan buangan dari suatu proses produksi yang sudah tak terpakai lagi, karena tidak memiliki nilai ekonomi dan daya guna lagi limbah bisa sangat



membahayakan bila sudah mencemari lingkungan sekitar terutama untuk limbah yang mengandung bahan kimia yang tak mudah terurai oleh bakteri pengurai. Menurut Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dikatakan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Limbah dibagi menjadi limbah rumah tangga/domestik dan limbah industri. Limbah rumah tangga/domestik adalah limbah yang dihasilan dari aktivitas rumah tangga yang dapat berupa limbah padat, dan limbah cair. Pencemaran lingkungan tidak terlepas dari apa yang dinamakan dengan limbah. Pencemaran merupakan musuh utama industri pariwisata, akan tetapi ironisnya pariwisata merupakan sumber pencemaran yang besar pula. Makin sukses kepariwisataan di suatu daerah, maka semakin besar pula bahaya pencemaran. Dalam UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Dalam khasus pariwisata, msalah limbah dan pencemaran sering ditemukan. Berbagai macam solusi telah diberikan oleh pemerintah, seperti: penyuluhan, penyediaan tempat sampah umum, bahkan sampai membuat peraturan mengenai pengolahan limbah. Tetapi solusi tersebut tidak menjadi solusi yang jitu terhadap permasalahan limbah tersebut. Sebutsaja permasalahan limbah sisa makanan di sekitaran pantai Pangandaran, Jawa Barat. Dalam berita yang diterbitkan oleh Okezone, pada tanggal 15 Januari 2017. Bahkan limbah sisa makanan dari hotel ataupun restoran mencapai lautaan. Dan dari hasil penelusuran, saluran air kecil yang terhubung langsung ke laut dijadikan sebagai tempat pembunagan limbah oleh kariyawan restoran ataupun hotel. Selain itu kurangnya kesadaran wisatawan dalam menjaga keindahan objek wisata jiga memeicu terjadinya pencemaran lingkungan. Banyak wisatawan khususnya yang ditemukan di Indonesia membuang sampah sisa di pesisir pantai, danau bahkan sungai. Yang mana semua tempat tersebut merupakan sektor pariwisata. Tentu hal ini tidak bisa kita nilai sebelah mata. Mungkin kita bisa melihat kenapa wisatawan membuang sampah sisa makanan sembarang tempat. Kita bisa melihat apakah fasilitas yang telah disediakan



oleh pengelola tempat sudah layak atau belum, karena ini berpengaruh besar terhadap sikap wisatawan. Pada akhirnya yang dirugikan dari aktifitas pembuangan limbah sembarangan ini adalah warga sekitar dan juga pelaku usaha di sekitaran objekwisata. Dengan pengelolaan limbah yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan kerusakan lahan dan pengunjung yang datang untuk menikmati kawasan pariwisata tertentu akan semakin berkurang. b. Kerusakan Hutan dan Mangrove Pada eksistensinya hutan merupakan subekosistem global yang menenpati posisi penting sebagai paru-paru dunia (Zain: 1996). Senada dengan itu, (Radon: 2009) menjelaskan hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida, habitat hewan, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfera Bumi yang paling penting Objek wisata yang menarik ialah cagar alam dan daerah pegunungan. Pengembangan wisata di daerah tersebut telah banyak menyebabkan kerusakan hutan. Banyaknya penebangan pohon untuk membangun villa atau memperluas objek wisata, khususnya di daerah lereng bukit atau gunung tentu menyebabkan banyak permasalahan lingkungan. Dengan berkurangnya derah hijau (hutan) air hujan yang meresap ke dalam tanah berkurang, sehingga mengakibatkan pengisian air tanah berkurang juga. Karena itu disamping menimbulkan banjir dan longsor, tentu menimbulkan permasalahan kekurangan air. (Soemarwoto:1997, hal: 328 ) Selain kerusakan hutan yang dialami di dataran tinggi, dipesisir pantai juga sering ditemukan kerusakan hutan mangrove. Hutan Mangrove sendiri sering disebut sebagai hutan bakau. Akan tetapi sebenarnya istilah bakau hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan mangrove, yaitu Rhizopora spp. Oleh karena itu, istilah hutan mangrove sudah ditetapkan sebagai nama baku untuk mangrove forest (Dahuri, 1996). Mangrove merupakan pohon yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (intertidal trees), ditemukan di sepanjang pantai tropis di seluruh dunia. Pohon mangrove memiliki adaptasi fisiologis secara khusus untuk menyesuaikan diri dengan garam yang ada di



dalam jaringannya. Mangrove juga memiliki adaptasi melalui sistem perakaran untuk menyokong dirinya di sedimen lumpur yang halus dan mentransportasikan oksigen dari atmosfer ke akar. Sebagian besar mangrove memiliki benih terapung yang diproduksi setiap tahun dalam jumlah besar dan terapung hingga berpindah ke tempat baru untuk berkelompok (Kusmana, 1997). Fungsi hutan Mangrove sangat banyak membantu kehidupan manusia. Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat, mengolah limbah organik, dan sebagainya (Kusmana, 2008). Selain itu, Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora spp.) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut. Hasil pengujian tersebut dapat digunakan dalam pertimbangan awal bagi perencanaan penanaman hutan mangrove bagi perendaman penjalaran gelombang tsunami di pantai. Jadi secara sejelas fungsi hutan Mangrove sangat penting bagi kehidupan manusia. Tetapi akibat adanya kegiatan pariwisata, keberadaan hutan mangrove saring dijadikan sebagai penghalang, terutama dalam pembuatan darmaga kapal bersandar dan perluasan daerah tepian pantai. Selain itu banyak juga khasus dalam pembangunan hotel yang mengorbankan hutan Mangrove, seperti khasus sekitaran Jakarta bagian utara (kepulauan Seribu). Untuk mempermudah pembangunan hotel, penginapan dan memanjakan para wisatawan dengan melihat view laut secara langsung,



maka dari itu banyak hutan



Mangrove di tebang untuk kepentingan tersebut. Alhasil banyak daerah tepian pantai menjadi abrasi akibat pengikisan air laut, dan lama kelamaan wilayah persisir pantai semakin sempit, bahkan dampak buruknya dapat menengelamkan pulau (krisnamurti, dkk: 2006) c. Pendangkalan sungai, waduk atau danau. Sungai,waduk dan danau merupakan salahsatu sektor pariwisata yang paling potensi di Indonesia. Mengapa tidak, di indonesia sendiri banyak kita jumpai wisata yang menyajikan keindahan alam seperti sungai, wduk maupun danau. Tetapi akhir-akhir ini sering kita mendengar atau menyaksikan secara langsung sungai, danau ataupun waduk



semakin dangkal, hal ini tidak terlepas oleh kerusakan lingkungan di sekitarnya ( hutan ) dan aktivitas pariwisata yang memang merusak lingkungan. Pendangkalan sering juga disebut dengan sedimentasi. Sedimentasi adalah produk disintegrasi dan dekomposisi batuan. Disintegrasi mencakup seluruh proses dimana batuan yang rusak/pecah menjadi butiran-butiran kecil tanpa perubahan substansi kimiawi. Dekomposisi mengacu pada pemecahan komponen mineral batuan oleh reaksi kimia. Dekomposisi mencakup proses karbonasi, hidrasi, oksidasi dan solusi. Karakteristik butiran mineral dapat menggambarkan properti sedimen, antara lain ukuran (size), bentuk (shape), berat volume (specific weight), berat jenis (specipfic gravity) dan kecepatan jatuh/endap (fall velocity) ( Ponce: 1989) Selain itu Sedimentasi merupakan peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air (Anwas, 1994). Sedimentasi bisa terjadi di sungai, danau, maupun waduk. Terjadinya sedimentasi tidak terlepas juga dengan aktivitas pariwisata. Karena pembukaan lahan menyebabkan hilangnya kawasan perhutanan yang ada di tepian sungai. Hilangnya hutan berarti semakin tingginya erosi dan menyebabkan kandungan lumpur dalam air semaikn tinggi, dan tentu terjadi sidementasi didalam sungai tersebut (Soemarwoto: 1997, hal 328 ). Dari akibat sidimentasi tersebut, baik di sungai waduk ataupun danau menyebabkan potensi banjir semakin tinggi. Jadi pada kesimpulanya, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari dampak pariwisata khusnya, mengakibatkan munculnya rangkaian bencana alam lainya, seperti longsor, pendangkalan, abrasi pantai oleh air laut dan banjir. Dan uniknya dampak tersebut membuat suatu rangkaian bencana yang saling berkaitan, seperti penebangan hutan -> erosi -> sidimentasi -> banjir. Pada dasarnya satu saja kerusakan lingkungan akan menimbulakan rangkaian bencana selanjutnya.



2.2 Kerangka Pemikiran Sektor Pariwisata merupakan sumber utama pendapatan daerah. Objek wisata merupakan hal yang mendukung kegiatan-kegiatan pariwisata terjadi. Akan tetapi kemajuan objek wisata juga akan dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan pariwisata yang ada. Kegiatan-kegiatan wisata ini juga akan berpengaruh dan memberikan dampak terhadap lingkungan. Pengelolaan tempat wisata yang tidak baik tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Analisis mengenai penyebab kerusakan lingkungan akibat pariwisata penting untuk dilakukan. Oleh karena itu kebijakan dan pengelolaan yang tepat dibutuhkan agar pariwisata dan lingkungan dapat berkembang dan terjaga secara optimal. Selain itu analisis mengenai faktor-faktor dan jenis-jenis kegiatan pariwisata yang dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan juga penting untuk dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk dapat mengetahui apa saja dampak negatif kegiatan pariwisata terhadap lingkungan, dan mengetahui cara mengelola tempat wisata dengan baik dan tepat agar tetap dapat menjaga lingkungan ekologi. Aktivitas Pariwisata di Tempat Wisata



Lingkungan Ekologi



Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan Ekologi



Analisis Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Lingkungan Ekologi



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penetitian deskriptif adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metodeini menitik beratkan pada observasi. Peneliti bertindak sebagai pengamat,ia hanya mengamati gejala dan mecatatnya dalam buku observasi. Dengan suasana ilmuah berarti peneliti terjun kelapangan ia tidak berusaha memanipulasi variabel Hasan (2002:22). Pendekatan kualitatif Santana (2007:29)menyatakan bahwa “memproses pencarian gambaran data dari konteks kejadiannya langsung, sebagai upaya melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat berbagai kejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif (peneliti) yang partisipatif di dalam berbagai kejadiannya, serta menggunaan pendiduksian dalam gambaran fenomena yang diamatinya”



Topik Pertanyaan  Profil Informan



Data Set



Sumber Data



Teknik



Pengamatan



Pengumpulan  Wawancara Dampak



Wawancar a -Siapa







Nama







Pemilik







Usia







Pengelola



negatif yang nama







Asal Daerah







Pekerja



ditimbulkan







Pekerjaan



Informan?



dari adanya -Berapa tempat



usia



pariwisata



Informan?



terhadap



-Berasal



lingkungan



dari daerah mana?







Tempat







Jenis Pariwisata



Wisata di







Cara



Waduk Jatiluhur







Pemilik







Wawancara Lokasi



Pariwisata







Observasi



Waduk Jatiluhur



Pengelolaan 



:



Kondisi Pariwisata







Pembang







unan



Penggunaan







Pemilik







Wawancara Aktivitas Kegiatan



lahan



tempat



Pariwisata



wisata



yang membahas dampak negatif terhadap







Pengelola







an tempat wisata



Kebijakan yang diberlakukan







Fasilitas







Pemilik







lingkungan Wawancara Aktor :







Observasi



-Pemilik -Pengelola -Pekerja



:



Daftar Pustaka Damanik dan Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi. Soemarwoto, Otto. 2001. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press. Soemarwoto,Otto.1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan pembangunan. Jakarta: Djambatan



Khrisnamurti, dkk. 2016.



Dampak Pariwisata terhadap Lingkungan di Pulau Tidung



Kepulauan Seribu.Jakarta: UNJ Goeldner, Charles R., Ritchi, J.R.B. 2012. Tourism: Principles, Practices, and Philosophies, 12th edition. Hoboken: John Wiley and Sons, Inc. Spillane, James J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius www. Okezone.com, 15-Januari-2017 Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Dahuri, R. et al, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pramadya Paramita. Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor; Bogor. Kusmana, C. Istomo., Wibowo, C. 2008. Manual Silvikultur Mangrove Indonesia. The Rehabilitation Mangrove Forest and Coastal Area Damaged by Tsunami in Aceh Project. Departemen Kehutanan dan Korea International Cooperation Agency (KOICA). Istiyanto, D.C., S.K. Utomo, & Suranto. 2003. Pengaruh Rumpun Bakau terhadap Perambatan Tsunami di Pantai. Makalah pada Seminar Nasional Mengurangi Dampak Tsunami: Kemungkinan Penerapan Hasil Ri Ponce, V. M. 1989. Engineering Hydrology : Principles and Practices. PrenticeHall, New Jersey.



Anwas,



M.



1994.



Bentuk



Muka



Bumi.



http://



elcom.umy.ac.



id/elschool



/muallimin_muhammadiyah /file. php/1/materi/Geografi /Bentuk%20 muka%20bumi. Pdf. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2018, Erawan,I wayan.1985. Pengaruh Kebijakan Pariwisata Terhadap Industri Paiwisata Bali.Denpasar : Universitas Udayana Wahab, Salah. 1975. Tourism Management. London : Tourism International Press Andani, Ridha. "Dampak-dampak Pariwisata". 22 Oktober 2018. http://www.academia.edu/8120921/Dampak_pariwisata Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Bogor, 2002 Santana, K. Septiawan. 2007. Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.