10 0 647 KB
MAKALAH DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN Dosen Pengampu: Suryati, S.Pd, M.Kes, Kons
Oleh :
Kelompok 1 Nasmia Martha Lenny (1511212007) Rahmania Adrianus (1511212010) Kevin Oktra Gilang (1511212012) Rafida Meilisa (1511212037) Nindi Elfiza (1511212049) Haptiah (1511212058) Rufaida Farhanni Nazira (1511212066) Hayatul Hasnah (1511212071) Ameliya Bugesti (1511212074)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS 2016
BAB II PEMBAHASAN 1
Deklarasi Alma Ata Tahun 1978 Deklarasi Alma Ata tahun 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama
antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah merupakan hasil Konferensi Internasional Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di Kota Alma Ata, Kazakhstan (sebelumnya merupakan bagian Uni Soviet). Konferensi Internasional “Primary Health Care” ini disponsori oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan organisasi PBB untuk anak (UNICEF). Isi pokok dari deklarasi ini bahwa Pelayanan Kesehatan Primer (Dasar) adalah merupakan strategi utama untuk pencapaian kesehatan untuk semua (Health for All) sebagai bentuk perwujudan HAM. Deklarasai Alma Ata ini selan jutnya terkenal dengan kesehatan semua untuk tahun 2000 atau “Health for All by The Year 2000”. Bentuk operasional dalam mencapai kesehatan untuk semua (kesuma) tahun 2000 di Indonesia adalah PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa). Meskipun sebenarnya di Indonesia “cikal bakal” atau “embrio” PKMD sudah berkembanga sejak tahun 1970an di Solo dan Banjarnegara yang di prakarsai oleh Yakkum dalm bentuk dana sehat, pos obat desa, dan sebagainya. Deklarasi Alma Ata juga menyebutkan bahwa untuk mencapai kesehatan untuk semua tahun 2000 adalah melalui pelayanan kesehatan dasar yang sekurang-kurangnya mencakup 8 pelayanan dasar, yakni : 1
Pendidikan kesehatan (health education)
2
Peningkatan penyediaan makanan dan gizi (promotion of food supplies and proper nutrition)
3
Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi dasar (adequate supply of safe water and basic sanitation)
4
Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana (Maternal and child care, including family planning)
5
Imunisasi (Immunization against the major infectious diseases)
6
Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemic (preventation and control of locally endemic diseases)
7
Pengobatan penyakit umum (Appropriate treatment of common diseases and injuries)
8
Penyediaan obat esensial (provision essential drugs) Dari 8 pelayanan kesehatan dasar tersebut diatas, pendidikan kesehatan
(sekarang promosi kesehatan) di tempatkan pada urutan pertama. Ini berarti bahwa sejak konferensi Alma Ata tahun 1978, para delegasi 140 negara tersebut telah mengakui betapa pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai kesehatan untuk semua. Oleh sebab itu, dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama di Ottawa, yang menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) ini, deklarasi Alma Ata dijadikan dasar pijakannya. Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan Piagam Ottawa yang menyebutkan : “The first International Conference on Health Promotion, meeting in Ottawa in 21st of November 1968, hereby present this charter for action to achieve Health for All by the year 2000 and beyond”. Dalam pernyataan ini tersirat bahwa para delegasi atau peserta dari semua negara, melalui piagam atau “charter” tersebut bersepakat untuk melanjutkan pencapaian “sehat untuk semua” tahun 2000 dan sesudahnya seperti yang telah dideklarasikan dalam piagam Alma Ata. Hal tersebut adalah merupakan bentuk komitmen semua negara untuk melanjutkan terwujudnya kesehatan untuk semua (Health for All) melalui promosi kesehatan. Lebih jelas lagi dalam pendahuluan Piagam Ottawa juga disebutkan : “….it built on the progress made through Declaration on Primary Health Care at Alma Ata, the World Orgnization’s target for health for All document, and the recent debate the World Assembly on intersectoral action for health”. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah promosi kesehatan pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 yang dimulai dengan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama di Ottawa, Kanada ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata.
2
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Tingkat Dunia
1
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada, Tahun 1986
A. Gerakan menuju kesehatan masyarakat baru Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama dilaksanakan di Ottawa, Kanada yang berlangsung tanggal 17-21 November 1986. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini mengambil tema “Menuju Kesehatan Masyarakat Baru” (The Move Towards a New Public Health). Konferensi diikuti oleh perwakilan dari kurang lebih 100 negara, baik yang berasal dari negara-negara maju dan maupun negara berkembang. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini tidak terlepas dari deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang “Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health Care”. Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam konferensi merupakan peletakan dasar pembaharuan promosi kesehatan, dalam konteks seperti tema konferensi ini, yakni Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru. Kesepakatan bersama tersebut dituangkan dalam Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Isi Piagam Ottawa beserta pembahasannya yaitu : 1
Batasan promosi kesehatan Menurut Piagam Ottawa, promosi kesehatan adalah suatu proses yang
memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya dan meningkatkan status kesehatan mereka (Health Promotion is the process of enabling people to increase control over and to improve their health). Untuk mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental, dan kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi hidup sehat dan sejahtera sosial. 2
Determinan kesehatan Teori klasik yang dikembangkan oleh Bloom (1974) mengatakan ada
empat determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah : a
Lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik (sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebaginya).
b
Perilaku
c
Pelayanan kesehatan
d
Keturunan atau heriditer
Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana, dan parasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Derajat kesehatan dibedakan antara derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena derajat kesehatan perorangan atau individu, kelompok dan masyarakat memang berbeda. Faktor faktor determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat, dalam piagam otawa (OTTAWA CHARTER) disebut prasyarat untuk kesehatan (Prerequisites for health). Piagam Ottawa, 1986 mengidentifikasikan prasyarat untuk kesehatan dalam Sembilan faktor, yakni :
Perdamaian dan keamanan (peace)
Perumahan ( shelter)
Pendidikan (education)
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia ini terdapat tiga masalah sosial yaitu: kebodohan (ignorancy), akibat rendahnya pendidikan. Berbagai macam penyakit (diseases), akibat rendahnya derajat dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan (proverty), akibat rendahnya ekonomi. Ketiga hal ini saling mempengaruhi dan membentuk lingkaran setan :
Kebodohan
Kemiskinan
Kemiskinan Penyakit
Penyakit Kebodohan
Penyakit
Kemiskinan
Kebodohan
Oleh sebab itu solusi untuk memutuskan mata rantai tersebut dapat dilakukan melalui ketiga upaya secara bersama, yang hasilnya juga akan saling berpengaruh : 1
Pendidikan,
2
Ekonomi
3
Kesehatan
4
Makanan
5
Ekosistem yang stabil
B Misi Promosi Kesehatan Secara implisit dirumuskan 3 misi promosi kesehatan, yakni ; 1
Advokasi (advocacy) Kesehatan yang baik merupakan sumber utama untuk perkembangan sosial, ekonomi, dan personal, dan merupakan dimensi penting dari kualitas hidup.
2
Memampukan atau memperkuat Aksi atau gerakan promosi kesehatan bertujuan untuk mengurangi perbedaan di dalam status kesehatan dan menjamin sumber dan kesempatan yang sama yang memungkinkan semua orang mencapai potensi kesehatan yang seluas-luasnya.
3
Menjembatani Promosi kesehatan membutuhkan aksi yang terkoordinasi dengan sektor lain oleh pemerintah, sektor kesehatan, sektor sosial, ekonomi, dan dengan organisasi-organisasi
pemerintah
lainnya
seperti
relawan,
swasta,
pemerintah daerah, sektor industri, serta media. Berbagai pemangku
kepentingan atau “stakesholder” perlu dilibatkan dalam upaya promosi kesehatan.
C Strategi Promosi Kesehatan 1
Mengembangkan kebijakan publik berwawasan sehat ( bulid healthy public policy)
2
Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment)
3
Memperkuat aksi/gerakan masyarakat ( strengthening community action)
4
Pengembangan keterampilan perseorangan (develop personal skills)
5
Reorientasi sistem pelayanan kesehatan ( reorient health service)
D Komitemen Terhadap Promosi Kesehatan Konferensi Ottawa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang terkait dengan komitmen terhadap promosi kesehatan ke depan sebagai berikut : 1
Memusatkan sasaran ke aras kebijakan publik berwawasan kesehatan, dan melakukan advokasi untuk memperoleh komitmen politik yang jelas terhadap kesehatan dan kesetaraan/keadilan di seluruh sektor.
2
Melakukan perlawanan atau penolakan terhadap tekanan yang berasal dari produk-produk berbahaya, pengurasan sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab, kondisi lingkungan hidup yang tidak nyaman untuk kesehatan, gizi, serta, memusatkan perhatian pada isu-isu globab seperti polusi, kecelakaan dan keselamatan kerja pengadaan perumahan dan pembentukan pemukiman yang aman dan sehat.
3
Merespon kesenjangan dalam pelayanan kesehatan yang ada di dalam masyrakat dan menjembatanni kesenjangan tersebut dengan kebijakan dan peraturan-peraturan yang dapat mendorong terciptanya kesetaraan atau keadilan, baik untuk mendapatkan kesempatan dalam pelayanan kesehatan
maupun fasilitas atau kesempatan lainnya seperti pekerjaan, jaminan asuransi kesehatan dan sebagainya. 4
Menempatkan manusia sebagai subjek utama kesehatan.
5
Melakukan reorientasi dalam sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya yang ada demi peningkatan status kesehatan, serta berbagai peran dengan sektor dan disiplin lain.
6
Menempatkan kesehatan dan pemeliharaannya sebagai investasi sosial untuk mengamanatkan isu ekologis kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
7
Konferensi ini mendorong pihak yang berkepentingan untuk bekerja sama denga mereka sebagai mitra kesehatan masyarakat yang kuat.
Pilar-Pilar Promosi Kesehatan 1 Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru Ottawa Charter juga merumuskan strategi promosi keseharan yang baru, yakni : a
Membuat kebijakan berwawasan kesehatan (Built healthy public policy).
b
Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create support ive environment).
c
Memperkuat kegiatan masyarakat (Strengthen community action).
d
Mengembangkan
kemampuan
keterampilan
petugas
(Develop
personal skill). e
Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health services).
2 Mengembangkan Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Built Healthy Public Policy) Hasil konferensi Internasional Promisi Kesehatan yang kedua dituangkan dalam rekomendasi Adelaide (The Adelaide Recommend ation). Membuat kebijakan masyarakat sehat atau kebijakan berwawasan kesehatan sebagai Strategi Promosi Kesehatan yang pertama didasarkan pada asumsi bahwa :
a
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama diantara sektor-sektor pembangunan di setiap negara. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang sangat fundamental dan merupakan investasi sosial.
b
Masih terkait dengan kesehatan merupakan hak asasi manusia, maka perlu adanya pemeratan pelayanan kesehatan.
3 Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kesehatan (Create Supportive Environment) Konferensi ketiga diarahkan untuk lebih mengelaborasi atau penjabaran strategi kedua, yaitu terciptanya lingkungan yang mendukung kesehatan. 4 Pemeran Baru pada Era Baru (New Player for The New Era) Pada konferensi yang ketiga di Jakarta dibahas tentang bagaimana melibatkan pihak lain khususnya dunia usaha atau para pemegang otoritas untuk mengeluarkan kebijakan berwawasan kesehatan dan
menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan (strategi 2). 5 Menjembatani Kesenjangan Pemerataan (Bridging the Equity Gap) Keadilan, atau pemerataan dalam konteks kesehatan adalah terjaminnya semua orang untuk memperoleh kesempatan untuk hidup sehat. Namun pada kenyataannya dalam masyarakat, terutama di negara-negara berkembang terjadi kesenjangan (gap) untuk memperoleh kesempatan tersebut. Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan baru guna menutup kesenjangan tersebut, paling tidak mengurangi atau memperpendek kesenjangan tersebut. 6 Promosi Kesehatan di Dunia yang Mengglobal (Health Promotion in Globalized World) Dalam rangka globalisasi promosi kesehatan untuk mewujudkan salah satu hak asasi manusia, Konferensi Bangkok berhasil mengidentifikasi faktor-faktor yang kritis dan penting yang mempengaruhi, bahkan sebagai ancaman kesehatan masyarakat global, yakni : a
Meningkatnya ketidakadilan di dalam dan antarnegara
b
Pola baru konsumsi dan komunikasi
c
Komersialisasi
d
Perubahan lingkungan global
e
Urbanisasi
7 Meningkatkan Kesehatan dan Pembangunan, Menutup Kesenjangan Untuk menutup kesenjangan pembangunan, termasuk pembangunan kesehatan tersebut, konferensi Promosi Kesehatan di Nairobi telah berhasil membahas rencana aksi di berbagai perspektif, yang dikelompokkan menjadi : a
Penguatan lembaga (institusi) promosi kesehatan (capacity building for health promotion), melalui upaya-upaya antara lain : 1
Memperkuat kepemimpinan Promosi Kesehatan
2
Memperkuat manajemen kerja
3
Meningkatkan pembiayaan atau anggaran promosi kesehatan, dan sebagainya.
b
Memperkuat sistem kesehatan (strengthening health system), antara lain melalui : 1
Menyempurnakan kebijakan –kebijakan publik yang terkait dengan isu-isu kesehatan yang strategis yang menjadi ancaman kesehatan penduduk, seperti meluasnya penyebaran HIV/AIDS, menurunnya kesehatan perempuan yang dapat berakibat terhadap kualitas hidup bagi generasi selanjutnya, meningkatkan populasi lansia, dsb.
2
Meningkatkan
akses
pelayanan
kesehatan
bagi
kelompok
masyarakat dimanapun, tidak hanya karena jarak yang dekat antara masyarakat dengan fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi juga dengan menurunkan biaya pelayanan kesehatan. c
Kemitraan dan kerja sama lintas sektor (partnership and inter sector action)
d
Pemberdayaan masyarakt (community empowerment)
e
Melek/sadar kesehatan dan perilaku sehat (health literacy and health behavior)
2
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Adelaide, Australia tahun 1988 Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke dua dilaksanakan di
Adelaide, Australia pada tanggal 5-9 April 1988. Tema dari konferensi ke dua adalah membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, merupakan
strategi promosi kesehatan yang pertama dari Ottawa Charter. Hasil kesepakatan konferensi promosi kesehatan di Adelaide ini dituangkan dalam rekomendasi Adelaide (Adelaide Recommendation). A. 1
Isi Rekomendasi Adelaide dan Penjelasannya Lingkungan dan Perilaku Kondusif bagi Kesehatan Konferensi kedua promosi kesehatan ini menghasilkan seperangkat
strategi guna mendukung terciptanya masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku sehat. Strategi tersebut meliputi : a Kebijakan public berwawasan kesehatan. b Mendorong terwujudnya revitalisasi nilai-nilai asasi kesehatan. c Pemerataan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. d Akuntabilitas dalam program kesehatan. e Meningkatkan program melampaui “pelayanan”. f Kemitraan. 2 Mengembangkan Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan Kebijakan public berwawasan kesehatan adalah seperangkat kebijakan, peraturan maupun regulasi yang menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Adanya kebijakan publik ini akan mendorong segera terwujudnya lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial budaya yang mendukung, yang memungkinkan setiap insan hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat. Kebijakan publik yang berwawasan kesehatan diharapkan mampu mendorong setiap sector utamanya sector pemerintah untuk senantiasa mengedepankan petingnya kesehatan dalam setiap formulasi kebijakannya. Kebijakan public berwawasan kesehatan adalah suatu konsep yang dapat diinterpresentasikan memiliki dua pengertian, yang pertama sebagai sesuatu yang sangat menarik untuk dikonsumsi, namun di sisi lain dapat diartiakan sebagai sesuatu yang mengancam, terutama bagi yang tidak memperoleh manfaat langsung dari kebijakan tersebut. Kebijakan dapat dianalisis menggunakan 3 domain : 1 Proses terbentuknya kebijakan. 2 Isi kebijakan yang dihasilkan. 3 Dampak kebijakan yang diambil.
3
Revitalisasi Nilai Azasi Kesehatan Pada tahun 1991, Dahlgren dan Whitehead menjelaskan bahwa determinan
kesehatan terdiri dari : a Aspek sosial budaya dan lingkungan.
b c d
Kondisi kehidupan dan pekerjaan. Jejaring sosial dan komunitas. Gaya hidup perorangan.
e
Umur, jenis kelamin dan factor keturunan. Berkembangnya ilmu kesehatan sekaligus antisipasi dari semakin
kompleknya problematika kesehatan. Menurut WHO, Problematika kesehatan dapat diatasi melalui :
B.
a
Penguatan kapasitas masyarakat.
b c d
Penguatan keterampilan individu. Perluasan akses (masyarakat) terhadap fasilitas dan pelayanan. Mendorong tumbuhnya kebijakan berwawasan kesehatan.
Pemerataan, Uses dan Pengembangan Herdeman dkk. Mengidentifikasi, setidaknya ada 4 faktor yang menjadi
kendala utama untuk menjangkau pelayanan kesehatan, yaitu : a
financial
b
geografis
c
keterpaparan informasi
d
persoalan internal rumah tangga Bridge dan Annear mengidentifikasi ada 5 hal yang menjadi kendala
dalam menjangakau pelayanan, yaitu : a
hambatan fisik
b
hambatan financial
c d
kualitas pelayanan pengetahuan pengguna tentang ketersedian pelayanan, jaminan kerahasian.
e
Hambatan sosial budaya.
Namun harus diakui bahwa dalam menghadapi peradaban dan tantangan yang semakin kompleks termasuk problematika kesehatan, sebagian masyarakat masih berada pada kondisi : a
kebodohan
b
kekakuan tradisi
c
penduduk yang tidak terampil
d e f C.
konsumtif tidak mampu alih teknologi/waralaba salah penempatan/penggunaan.
Akuntabilitas untuk Kesehatan Kebijakan public yang bersifat akuntabel berciri : a
kebijakan tersebut rasional.
b
menjangkau khalayak yang luas.
c
efektif untuk mengatasi persoalan.
d
Oleh masyarakat dapat diterima.
Sehingga kebijakan public yang akuntabel juga menghasilkan aksi masyarakat yang kondusif. 1
Bergerak melampaui pelayanan kesehatan. Kebijakan public berwawasan kesehatan yang dibuat merupakan respons
2
dari
terjadinya
dinamika
problematika
kesehatan
dan
perkembangan teknologi yang sangat cepat. Mitra dalam proses kebijakan. Kemitraan memiliki beberapa cirri : 1 kerjasama pada berbagai jenjang (individu, kelompok, institusi) 2 adanya kesepakatan tentang peran dari tiap pihak. 3 Bersama-sama mencapai tujuan tertentu. 4 Saling menanggung risiko dan manfaat Persoalan dan kendala dalam kemitraan dilihat dari 3 sisi pelaku kemitraan : a kendala bermitra di pihak pemerintah 1 asimetris, pemerintah merasakan dirinya sebagai patron, sebab 2
menyandang dana, mengatur, mempunyai SDM yang baik orientasi pemerintah tidak berdasarkan benar-benar
suatu
kebutuhan (felt needs), tetapi hanya berdasarkan intusisi saja, dan seringkali implementasi proyek tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Dengan kapasitas SDM yang kuat, pemerintah
b
mempunyai kemampuan prediksi. 3 egosentrisme sektoral. 4 Birokratis (menghambat proses sosial exchange). kendala bermitra di pihak swasta 1 asimetris (merasa sebagai klien pemerintah, dipaksa untuk melayani masyarakat).
2
tidak merasakan need sendiri (tidak merasa bahwa dirinya punya masalah, belum melihat manfaat langsungnya belum dapat dilihat
3
segera). motivasi tidak sesuai dengan tujuan program (ikut program untuk menggalang
4
koneksi
dengan
pemerintah,
takut
didemo
masyarakat). Egoism individu, kelompok (merasa lebih hebat, lebih tinggi dibandingkan masyarakat).
D. Area Utama Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan 1. Dukungan Terhadap (Program) Kesehatan Perempuan Perempuuan adalah promoter kesehatan utama di dunia, utamanya dalam mewujudkan derajat kesehatan keluarga yang setinggi-tingginya, namun banyak diantara mereka mengalami berbagai diskriminasi, termasuk diantaranya upah yang rendah pada perempuan yang bekerja. Konferensi juga mengusulkan agar semua Negara mengembangkan kebijakan dan program yang berwawasan kesehatan dimana perempuan menjadi focusnya. Untuk itu perlu ada : a
keadilan memperoleh kesempatan ekonomi, atau mendapatkan pekerjaan.
b c d
Hak melahirkan kebutuhan dan preferensinya. Kesempatan menjalankan fungsi mengasuh anak-anaknya. Kebebasan menentukan pelayanan kesehatan.
2. Pangan dan Gizi Pangan dan gizi adalah tujuan fundamental kebijakan public berwawasan kesehatan. Kebijakan ini harus menjamin bahwa pertanian, ekonomi dan lingkungan yang mempunyai dampak pada kesehatan harus menjadi prioritas pemerintah. Kebiajakan pangan dan gizi yang diperlukan adalah yang menjamin terintegrasinya factor produksi dan distribusi makanan oleh swasta dan public, sehingga dicapai harga yang adil dan terjangkau. 3.Tembakau dan Alkohol
Penggunaan tembakau (rokok) dan penyalahgunaan alcohol adalah dua bahaya kesehatan yang patut mendapat tindakan segera melalui pengembangan kebijakan public yang sehat. Konsumsi tembakau tidak hanya merugikan si perokok, namun juga merugikan lingkungan di sekitarnya (perokok pasif). Alcohol berkontribusi sangat besar pada kriminalitas, trauma fisik dan mental, termasuk juga memberikan sumbangan terhadap terjadinya perselisihan sosial. Di sisi lain, penggunaan tembakau sebagai komoditas ekonomi kelompok miskin berimplikasi pada krisis dunia dalam produksi dan distribusi pangan. 4. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Lingkungan adala determinan utama
status
kesehatan.
Dalam
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup terdapat setidaknya terdapat dua prinsip dasar, yaitu harus dapat melindungi kesehatan manusia dari langsung dan tidak langsung efek samping dari factor-faktor biologi, kimia dan fisik, serta harus mengakui bahwa perempuan dan laki-laki adalah bagian dari ekosistem yang kompleks. Dalam mengelola lingkungan, komitmen semua tingkat dan lini pemerintahan diperlukan. a. Aliansi baru untuk kesehatan. Konferensi yang diselerenggarakan di bagian selatan Benua Australia juga menyarankan tentang perlunya lembaga-lembaga pemerintah, swasta maupun lembaga
swadaya
masyarakat
local,
nasional
maupun
internasional
menyelerenggarakan : 1. Upaya-upaya meyebarluaskan pengalaman dalam melaksanakan praktik-praktik
promosi
kesehatan
sebagai
upaya
meningkatkan
kemampuan semua pihak dalam melaksanakan program, melalui pendirian clearing house. 2. Jejaring sumber daya promosi kesehatan dalam riset, pelatihan, dan program yang menjadi implementasi kebijakan berwawasan kesehatan. b. Komitmen untuk kesehatan masyarakat global. Agar kesehatan dan kesejahteraan tercapai diperlukan beberapa syarat, yaitu perdamaian, makanan bergizi, air bersih, pendidikan, perumahan, peran sosial yang jelas, pendapatan, serta dukungan ekosistem.
E. Tantangan Masa Depan
a
Keadilan dan pemerataan dalam penguasaan dan kepemilikan sumber
b
daya ekonomi. Terjaminnya Keselamatan, kesejahteraan dan kesehatan masyarakat
c
dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya. Pengembangan jejaring internasional dalam mewujudkan perdamaian, keadilan sosial, hak asasi manusia, konservasi lingkungan serta
d
pembangunan berkelanjutan. Terwujudnya komitmen semua pihak dari beragam latar belakang aspirasi sosial politiknya dalam menumbuhkan kebijakan berwawasan
e
kesehatan. Memastikan bahwa memajuan teknologi dalam kesehatan harus membantu meningkatkan tercapainya masyarakat yang sehat, bukan menghambatnya.
3
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Sundsvall, Swedia
tahun 1991 A. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan Konferensi internasional promosi kesehatan yang ketiga, dilaksanakan di Sundsvall, Swedia, tanggal 9-15 Juni 1991. Tema konferensi yang ketiga ini adalah Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan atau “Supportive Environment for Health”. Tema ini merupakan strategi yang kedua promosi kesehatan dan telah dirumuskan dalam piagam ottawa (ottawa charter). Konferensi di Sundsvall merupakan penjabaran yang lebih rinci tentang pengembangan lingkungan yang mendukung kesehatan. Konferensi dihadiri oleh 318 orang peserta atau perwakilan dari 81 negara, baik dari negara maju maupun negaran berkembang. Hasil konferensi promosi kesehatan yang ketiga ini dirumuskan dalam pernyataan sundsvall (sundsvall statement). Konferensi diselenggarakan berjarak tiga tahun setelah konferensi di adelaide, Australia, dan 5 tahun setelah konferensi pertama di ottawa. Sesuai dengan tujuan yang disusun sejak awal perencanaan konferensi, konferensi memang dimaksudkan untuk memfokuskan diri pada hal yang bersifat kegiatan “action”. Untuk itu, peserta yang datang ke konferensi ini membawa dan menyajikan pengalaman mereka tentang upaya-upaya yang sudah berhasil dijalankan berkenaan dengan “lingkungan yang mendukung kesehatan”. Ada tujuh isu pokok tentang lingkungan yang mendukung ini, dan didiskusikan
melalui lokakarya yaitu pendidikan, makanan dan gizi, rumah dan lingkungan rumah tangga, pekerjaan dan tempat kerja, transportasi, dan dukungan sosial. 1 Model praktik promosi kesehatan a Health promotion strategy analysis model (HELPSAME) Model ini berguna untuk manganalisis pengalaman dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. Dengan menyediakan struktur analisis, HELPSAME dapat dipakai sebagai alat analisis dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan mengklarifikasi strategi dan unsurunsur yang penting untuk dipakai dalam menjalankan promosi b
kesehatan. Sundsvall pyramid of supportive environment Yang didasarkan pad 6 topik yang didiskusikan yaitu makanan, rumah dan lingkungan tetangga, makanan dan transportasi sebagai alas
c
piramid, dan pendidikan dan dukungan sosial sebagai dinding piramid. Supportive environment action model (SESAME) Model ini berperan dalam memfasilitasi kegiatan, dan dapat dilihat sebagai sebuah spiral. HELPSAME dan SESAME bersifat saling melengkapi, tidak masing-masing eksklusif dan tidak pula dapat saling
2
mengganti. Lingkungan yang mendukung kesehatan Konferensi sundsvall yakin bahwa proposal untuk penerapan strategi kesehatan untuk semua harus mencerminkan dua prinsip dasar: a Pemerataan harus menjadi prioritas dasar dalam percepatan lingkungan yang mendukung bagi kesehatan, dengan mengeluarkan energi dan kekuatan kreatif dan mengajak semua orang dalam upaya yang unik b
ini. Kegiatan publik untuk lingkungan yang mendukung bagi kesehatan harus mengakui saling ketergantungan diantara semua makhluk hidup dan harus menatalaksana semua sumber daya alam, dengan memperhatikan kebutuhan generasi masa depan
B Dimensi-dimensi Aksi untuk Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Dalam konteks kesehatan, lingkungan yang mendukung aspek fisik, sosial, dan budaya di mana masyarakat tinggal, beraktivitas, serta dengan siapa saja mereka berinteraksi. Oleh karena itu konsep lingkungan tidak dapat dipisahkan dari besarnya akses terhadap sumber data dan daya dukung yang memadai untuk kehidupannya, dan seberapa besar peluang bagi masyarakat untuk diberdayakan. Dengan demikian, dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, setidaknya
terrdapat beberapa dimensi, yaitu melakukan perubahan fisik, perubahan sosial, meningkatkan aspek spiritual, serta mendorong peningkatan kualitas ekonomi dan politik. Semua dimensi saling terkait membentuk interaksi yang dinamis. Oleh sebab itu, pemerintah dan masyarakat di berbagai negara perlu mencermati terjadinya perubahan, sekaligus melakukan berbagai tindakan proaktif dan antisipatif yang cerdas, serta empatik. Berbagai aksi perlu dirancang dengan cermat, dan koordinasi pada tingkat lokal, regional, nasional, dan tingkat global harus dilakukan agar solusi yang diperoleh tepat dan sejalan dengan prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Konferensi ini mengupas empat dimensi dalam lingkungan yang mendukung kesehatan, yaitu: 1 Dimensi sosial budaya Dimensi sosial meliputi nilai dan norma, adat kebiasaan serat prosesproses sosial di masyarakat yang mempengaruhi kesehatan. Dalam masyarakat tradisional berbagai praktik sosial budaya dapat mengancam kesehatan. Di sisi lain, terdapat juga budaya masyarakat yang berdampak positif terhadap kesehatan, mislanya kebiasaan bergotong-royong masyarakat. 2 Dimensi politik Sejalan dengan tumbuh kembangnya demokrasi, terjadi pergeseran perspektif hubungan antara pemerintah dan rakyatnya, dari suatu keadaan kewenangan mutlak pemerintah atas rakyatnya (the state society) menjadi partisipasi rakyat dalam mengelola negara (civil society). Untuk itu pemerintah harus menjamin peran serta masyarakat dalam mengambil keputusan, menumbuhkan tanggung jawabnya sekaligus mendesentralisasikan sumber daya yang diperlukan dalam pembangunan. 3 Dimensi ekonomi Ekonomi adalah determinan utama kesehatan, untuk menjamin tercapainya kesehatan untuk semua dan pembangunan berkelanjutan diperlukan peningkatan dan redistribusi ekonomi, termasuk di dalamnya 4
penggunaan teknologi yang aman dan terpercaya. Dimensi gender Sejalan dengan terjadinya perkembangan peradaban, berbagai pihak perlu melihat secara lebih berimbang tentang persoalan gender. Berbagai peran dalam pembangunan seharusnya terbebaskan dari diskriminasi gender. Perempuan mempunyai kemampuan yang tidak kalah dari laki-laki. Untuk mewujudkan lingkungan yang mendukung kesehatan, konferensi sundsvall merumuskan pelaksanaan promosi kesehatan yang berdasarkan dua prinsip utama, yakni ekuitas (pemerataan) dan keseimbangan ekologis dan sustainabilitas.
C Mempromosikan lingkungan yang mendukung
Konferensi sundsvall mengidentifikasi empat strategi utama ditingkat masyarakat dalam mempromosikan terciptanya lingkungan yang mendukung kesehatan, yaitu: 1 Advokasi Advokasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh dukungan politis dalam kebijakan dan implementasi program. Nerdasarkan kepentingannya, sasaran advokasi dapat dikelompokkan menjadi: 1 Pengambil kebijakan utama 2 Legislatif 3 Stakeholder 4 Public figur 5 Asosiasi/organisasi profesi Tujuan dari advokasi adalah: a
Meningkatkan jumlah kebijakan publik yang selaras dengan yang
b c
diharapkan Meningkatkan opini masyarakat dalam mendukung program Teratasinya masalah yang menimpa banyak orang
Untuk dalam rangka memenuhi syarat dasar melakukan advokasi, pada waktu memilih sasaran advokasi hal-hal berikut perlu diperhatikan: 1
Bentuk instrumen kebijakan publik yang diinginkan (apakah
2
berbentuk peraturan, anggaran, atau hal lain) Kompetensi dan jangkauan kewenangan unsur atau istansi yang
3 a
b
hendak diadvokasi Ciri dan kondisi spesifiknya sebagai sasaran komunikasi Substansi advoaksi Beberapa syarat tertentu agar suatu substansi/program tertentu dapat diadvokasikan: 1 Credible, Program yang diajukan dapat dipercaya 2 Feasible, secara teknis program layak untuk dilaksanakan 3 Relevant, program memenuhi kebutuhan masyarakat dan benarbenar memecahkan masalah 4 Urgent, program harus segera dilaksanakn 5 High priority, program mempunyai prioritas tinggi Kompone advokasi 1 Analisis terhadap para pemangku kepentingan (stakholders). 2 Analisis terhadap jejaring (network) dalam pengambilan keputusan/ pemberian dukungan. 3 Merumuskan strategi advokasi.
2
3
4
4 Pendekatan kunci dalam advokasi. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat Sebagai suatu proses, jackson (1989) dan rissel (1994) mengatakan pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu pemberdayaan personal, pengembangan kelompok kecil, pengorganisasian masyarakat, kemitraan dan aksi sosial dan politik. Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkahlangkah: a Menetapkan tujuan b Merancang program c Memilih strategi pemberdayaan d Implementasi strategi dan manajemen Kemitraan Kemitraan adalah tema yang mulai sering dibicarakan sejalan dengan adanya kesadaran tentang dunia yang mengglobal, serta diperlukannya kerja sama di berbagai jenjang dari lokal hingga internasional dalam mengatasi berbagai persoalan, kemiskinan, hak asasi manusia, hingga kesehatan. Kesehatan adalah masalah yang cukup kompleks. Dalam kesehatan, tema kemitraan semakin menguat setelah dilaksanakannya konferensi internasional promosi kesehatan ke 4 di jakarta, idonesia, dengan tema The new players for the new era (pemeran-pemeran baru untuk era baru) Mediasi Promosi kesehatan adalah kegiatan yang besar, luas, sekaligus berat. Promosi kesehatan dilaksanakan dengan berpedoman pada 6 faktor: a Masalah b Nilai-nilai c Teori d Fakta e Strategi f Aksi
D Perspektif global Perspektif global adalah cara pandang yang melihat semua makhluk dari berbagai belahan dunia adalah bagian yang integral dari ekosistem bumi. Demikian pula halnya dengan kesehatan, adalah bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan hidupnya. Pengaruh lingkungan terhadap kehidupan mahkluk hidup sangat besar. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas hidupnya, manusia harus berprilaku yang selaras dengan upaya melestarikan dan mengelola lingkungan yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi umat manusia, di tengah berbagai ketidakadilan. Ketidakadilan yang dipicu oleh ketimpangan yang besar
dalam pendapatan masyarakat antarbangsa telah menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan dalam akses masyarakat dalam kesehatan, lingkungan hidup, pemukiman, air bersih dan sanitasi. Pengambilan keputusan politik dan pengembangan industri lebih sering didasarkan pada perencanaan jangka pendek dan keuntungan ekonomi yang tidak memperhitungkan risiko kesehatan dan kerusakan lingkungan. Berbagai penyelesaian hutang telah menguras sumber daya negara-negara miskin. Belanja militer meningkat dan peperangan telah menyebabkan kematian, kecacatan, dan kini menyebabkan terjadinya vandalisme ekologis. Eksploitasi tenaga kerja, eksportasi dan dumping bahan-bahan berbahaya, khususnya pada bangsa-bangsa yang lemah dan miskin dan konsumsi sumber daya dunia secara mubazir, mendemonstrasikan bahwa pendekatan pembangunan yang ada merupakan sebuah krisis. Diperlukan pengembangan etika baru dan perjanjian global yang didasarkan pada hidup bersama secara damai guna memungkinkan distribusu dan penggunaan yang merata dari sumber daya bumi yang terbatas ini. E Mencapai akuntabilitas global Konferensi sundsvall menyerukan kepada masyarakat internasional agar memantapkan mekanisme baru dalam program kesehatan dan akuntabilitas ekologi yang dibangun di atas prinsip-prinsip pembangunan kesehatan yang berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan berbagai inisiatif, etika dan kebijakan peda tingkat global dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu diantaranya adalah dalam mengendalikan perdagangan dan pemasaran produk zat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Berbagai lembaga donor internasional dan multilateral, misalnya bank dunia dan dan moneter internasional didesak untuk menggunakan panduan tentang pembangunan berkelanjutan dalam menyusun perencanaan , pelaksanaan dan menilai proyek-proyek pembangunan. Negara-negara miskin dan berkembang perlu dibantu sehingga lebih mandiri dalam mengambil keputusan yang mereka perlukan. Konferensi sundsvall telah menunjukkan kembali bahwa isu-isu kesehatan, lingkungan
dan
pembangunan
manusia
tidak
dapat
dipisah-pisahkan.
Pembangunan harus dimaknai sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup dan
kesehatan, sambil menjaga kelestarian lingkungan. Kemitraan global diperlukan untuk menjamin masa depan kehidupan umat manusia dimuka bumi ini. 4. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta, Indonesia tahun 1997 A Pemeran Baru di Era Baru Jakarta
adalah
merupakan
tempat
penyelenggaraan
Konferensi
Innternasional Promosi Kesehatan yang ke empat, dan merupakan pertama kali konferensi
ini
diselenggarakan
di
negara
berkembang.
Konferensi
ini
diselenggarakan pada tanggal 21 – 25 Juli 1997, dengan mengambil tema : Pemeran Baru pada Era Baru atau ”New Player for a New Era”. Konferensi sebelumnya diselenggarakan di negara maju, yakni Kanada, Australia, dan Swedia. Konferensi ini dihadiri oleh 250 orang peserta yang berasal dari negara – negara berkembang maupun negara – negara maju. Hasil konferensi dituangkan dalam Deklarasi Jakarta (Jakarta Declaration).
B Sejarah Baru Penyelenggaraan
Konferensi
Internasional
Promosi
Kesehatan
ini
merupakan bagian sejarah tersendiri, karena Konferensi ini dilaksanakan hampir 20 tahun setelah negara – negara angggota WHO mendeklarasikan “Kesehatan untuk Semua tahun 2000” atau “Health for All by the year 2000” di Alma Ata. Konferensi Internasional Promosi Kesehtana di Jakarta diselenggaraka 10 tahun setelah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama menghasilkan Piagam Ottawa atau “Ottawaa Charter” Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarata, mempunyai keunikan yakni dengan melibatkan pihak swasta (non government organization). Pada konferensi sebelumnya hanya melibatkan pihak – pihak praktisi kesehatan pemerintah dan swasta dann pihak – pihak akademisi dari perguruan tinggi, tetapi konferensi internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini , disamping keterlibatan unsur – unsur diatas tersebut,
juga melibatkan pihak swasta. Pentingnya
melibatkan pihak swasta dalam program – program kesehatan adalah dalam rangka perwujudan dari “corporate sosial responsbility” bagi
pihak sswasta,
khususnya dalam membantu program – program kesehatan. Oleh sebab itu dalam rangka menangani masalah – masalah kesehatan, termasuk Promosi Kesehatan, pihak swasta harus dilibatkan.
Itulah sebabnya maka pada Konferensi
Internasioanal Promosi Kesehatan di Jakarta ini melibatkan sektor swasta bukan hanya sebagai peserta konferensi, tetapi juga dalam perencanaan dan pembiayaan konferensi. Dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang keempat di Jakarta ini, disepakatinya “Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21” atau “The Declaration on Heaklth Promotion into the 21 Century”. 1
Promosi Kesehatan : Investasi Swasta yang Berharga Memasuki abad ke – 21 ini kesehatan menghadapi tantangan luar biasa
besarnya. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memang manusia memperoleh kemudahan – kemudahan yang luar biasa dalam hidupnya, mulai dari makanan, tempat tinggal, hiburan, komunikasi, transportasi, dan sebagainya. Namun disisi lain dampak dari kemudahan itu juga mengancam kesehatan manusia itu sendiri. Kemudahan – kemudahan yang dicapai oleh manusia juga berakibat terhadap gaya hidup yang berisiko kesehatan. Dampak yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi ke depan, khusunya abad ke – 21 ini juga berkembangnya perilaku – perilaku yang berisiko tinggi terhadap kesehatan. Dipihak lain, masyarakat tidak atau kurang siap mengantisipasi dampak dari perkembangan tersebut, maka orang menjadi rentan
terhadap faktor risiko
kesehatan. Cara untuk mengeliminir faktor perilaku yang berisiko terhadap kesehatan ini yang paling utam adalah dengan promosi kesehatan. Karena dengan promosi kesehatan, bukan hanya perilaku masyarakat yang dipersiapkan untuk menghadapi risiko kesehatan, tetapi juga pihak – pihak yang menimbulkan terjadinya faktor risiko kesehatan. Promosi kesehatan, dengan berbagi kegiatan dan strategi, dengan berbagai metode dan teknik berupaya untuk memerangi perilaku – perilaku masyarakat yang berisiko dan mengembangkan perilaku hidup sehat. Hal ini berarti bukan hanya meningkatnya perilaku sebagai salah satu determinan kesehatan yang lain sehingga berpengaruh positif terhadap kesehatan, teapi juga meningkatnya determinan kesehatan yang lain sehingga berpengaruh positif terhadap kesehatan.
Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan investasi yang sangat berharga dalam rangka meningkatnya derajat kesehatan dimana pun juga. Menyadari akan pentingnya Promosi Kesehatan ini, maka para peserta Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang keempat di Jakarta ini berupaya melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan. 2 Determinan Kesehatan : Tantangan Baru Dalam Deklarasi Jakarta tentang promosi kesehatan, masalah – masalah kesehatan dan determinan – determinan kesehatan telah diidentifikasikan, dan bila disederhanakan dapat dikelompokkan menjadi : a Prasyarat untuk kesehatan Prasyarat untuk terwujudnya derajat kesehatan yang juga merupakan determinan secara akumulatif terhadap kesehatan masyarakat ini mencakup : 1 Perdamaian. 2 Perumahan. 3 Pendidikan. 4 Perlindungan sosial. 5 Hubungan kemasyarakatan. 6 Pangan. 7 Pendapatan. 8 Pemerdatyaan perempuan. 9 Ekosisitem yang mantap. 10 Pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap hak – hak asasi manusia. 11 Persamaan. b Kecenderungan demografi Struktur atau pola demograsi pada abad 21 sudah barang tentu akan mengalami perubahan disebabkan antara lain karena : 1 Kenaikan jumlah penduduk usia lanjut sebagai kelompok yang rentan 2
terhadap masalah kesehatan, akibat meningkatnya harapan hidup. Urbanisasi yang tinggi akibat ketimpangan pembangunan antar desa dan kota akan memperberat masalah kesehatan perkotaan (urban
3
health). Perbandingan antara jumlah penduduk wanita dan laki – laki yang tidak seimbang, jumlah penduduk wanita cenderung lebih tinggi
4
dibandingkan jumlah penduduk laki – laki. Sementara itu juga terjadi perubahan perilaku, sosial, dan biologis seperti : kebiasaan kurang gerak (sedentary), kebal antibiotik dan obat – obatan, penyalahgunaan obta, kekerasan baik di dalam keluarga
maupun di masyarakat, dan sebagainya merupakan ancaman kesehatan dan kesejahteraan manusia. c
Faktor antarbangsa Dampaknya terhadap kesehatan, antara lain : ekonomi global, pasar uang dan perdagangan, akss ke media teknologi komunikasi dan juga degradasi lingkungan akibat penggunaan sumber daya secara tidak
d
bertanggung jawab. Masalah kesehatan utama : Penyakit Penyakit infeksi (menular) : Penyakit – penyakit baru yang dulu tidak ada, tetapi belakangan ini muncul (new emerging disease), seperti HIV/AIDS, Flu Burung, dan Flu Babi. Sementara itu penyakit – penyakit lama yang sudah menurun bahkan sudah tidak ada, tetapi meningkat atau muncul lagi (emerging diseases), seperti TB Paru dan Cacar. Penyakit Tidak Menular : Di negara – negara berkembang menghadapi beban ganda masalah kesehatan. Di satu sisi masih tingginya penyakit – penyakit infeksi (menular), tetapi dipihak lain penyakit – penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan pembuluh darah cenderung meningkat. Perubahan –perubahan dan masalah – masalah tersebut membawa perubahan terhadap norma, gaya hidup dan lingkungan tempat tinggal bagi semua orang diseluruh dunia.
3
Pendekatan Baru Promosi Kesehatan Selama konferensi dirumuskan dalam Deklarasi Jaklarta, antara lain menyebutkan bahwa : a Dari penelitian – penelitian yang dihasilkan oleh peneliti – peneliti dari berbagai negara memberikan bukti bahwa Promosi kesehatan mempunyai pengaruh daklam menunjang keberhasilan program kesehatan yang lain, antara lain meningkatkan cakupan imunisasi, meningkatkan cakupan ibu hamil yang melakukan “ante natal care”, meningkatkan masyarakat dalam penggunaan jamban dan air b
bersih, dan sebagainya. Strategi promosi kesehatan yang telah dirumuskan dalam Ottawa Charter, yakni :
1 2 3 4
Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan, Menciptakan lingkungan yang mendukung, Memeperkuat kegiatan masyarakat dalam kesehatan, Meningkatkan keterampilan perorangan dan memelihara
5
kesehatan, Reorientasi pelayaan kesehatan.
Pendekatan baru promosi kesehatan yang dimaksud dalam Deklarasi Jakarta ini adalah sebagai berikut : a
Pendekatan komprehensif Pendekatan komprehensif yang dimaksud disini adalah melaksanakan kelima strategi “Ottawa Charter” secara bersamaan dalam Promosi Kesehatan untuk strategi mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan yang mendukung, reorientasi pelayanan kesehatan ditujukan kepada para pembuat keputusan (sasaran tertier) dan tokoh masyaraakt (sekunder). Sedangkan untuk strategi memperkuat kegiatan masyarakat, meningkatkan keterampilan perorangan sasaran utamanya adalah masyarakat dalam berbagai jenis kelompok dan tatanan (sasaran primer), dan juga tokoh
b
masyarakat (sasaran sekunder). Pendekatan melalui tatanan Tatanan implementasi Promosi Kesehatn dapat dibedakan menjadi berbagai jenis, antara lain : 1 Tatanan administrasi pemerintahan,
misalnya
:
Kabupaten/kota, Kecamatan, Desa atau Kelurahan, Pulau, 2 3
dan sebagainya. Institusi pendidikan : Sekolah, Madrasah, Perguruan Ringgi. Institusi pelayaan kesehatan : Rumah Sakit, Poliklinik, dan
4
sebagainya. Tempat – tempat kerja : pabrik, perusahaan, kantor, dan
5
sebagainya. Tempat – tempat umum : Pasar, terminal, mall, stasiun kereta
6
api, dan sebagainya. Keluarga, sebagai unit masyarakat terkecil : Keluarga atau rumah tangga adalah merupakan tempat promosi kesehatan yang pertama dan utama.
c
Peran serta masyarakat Dengan peran serta masyarakat dalam program kesehatan, mereka akan menyadari bahwa kesehatan atau pelayan kesehatan
d
sebenarnya adalah berasal dari dan oleh mereka sendiri. Pembelajaran kesehatan Promosi Kesehatan adalah merupakan pembelajaran kesehatan oleh masyarakat. Pembelajaran harus datang dalam diri yang belajar atau masyarakat. Haisl dari pembelajaran kesehatan bagi masyarakat, adalah bahwa kesehatan adalah sumber kehidupan mereka, yang perlu disambung dan ditingkatkan. Guna menghadapi tatangan – tanntangan pada tahun mendatang, memerlukan pendobrakan terhadap sekat – sekat atau dinding – dinding yang selama ini menghambat terwujudnya kerja
sama tersebut. C Prioritas Promosi Kesehatan Abad 21 Adapun dalam konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke empat di Jakarta ini menetapkan prioritas sebagi berikut : 1
Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial dalam Kesehatan Secara spesifik tanggung jawab sosial dalam kesehatan yang perlu direalisasikan oleh setiap pemangku kepentingan atau “stakeholder” kesehatan, termasuk sektor industri dan perdagangan adalah sebagai berikut : a Menghindari hal – hal yang dapat merugikan kesehatan orang b
lain (masyarakat). Melindungi lingkungan dan menjamin terus dimanfaatkannya
c
sumber daya. Membatasi produksi dan perdagangan barang – barang yang berbahaya seperti tembakau dan senjata, termasuk juga
d
membatasi praktik pemasarannya yang tidak sehat. Menjaga keselamatan masyarakat, baik ditempat umum
e
maupun ditempat kerja. Memasukkan dampak kesehatan sebagai bagian integral dari kebijakan pembangunan.
2
Meningkatkan Investasi untuk Pembangunan Kesehatan Program kesehatan adalah merupakan investasi
untuk
pengembangan sumber daya manusia. Oleh sebab itu kualitas
sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kesehatan, di samping pendidikan dan ekonomi. Selama ini investasi pemerintah untuk pembangunan kesehatan yang “nota bene’ invesatasi untuk pembangunan sumber daya ini sangat rendah. Dari tahun ke tahun semenjak orde breformasi ini, anggaran untuk kesehatan hanya antar 2,5% sampai dengan 4.0% saja dari APBN. Tinggi rendahnya anggaran untuk kesehatan baik nasional maupun daerah, sangat tergantung dari kebijakan pemerintah dan parlemen (DPR/DPRD). Selain dari pada itu investasi pembangunan kesehatan juga dapat diartikan memprioritaskan program – program kesehatan untuk kelompok – kelompok strategis. Kelompok – kelompok yang memperoleh prioritas dan yang sebagai upaya meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan adalah wanita dan anak – anak. 3
Meningkatkan Kemitraan untuk Kesehatan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
pemberantasan
penyakit ,menular, peningkatan gizi masyarakat, pengadaan air bersih dan sebagainya memerlukan kemitraan dengan sektor di luar kesehatan baik pemerintah maupun
swasta. Kemitraan dengan
semua sektor perlu dibangun, dikembangakan, dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 4
Meningkatkan kemampuan perorangan dalam Memberdayakan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan, dimaksudkan agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Sedangkan masyarakat unit terkecil adalah keluarga, dan selajutnya keluarga ini terdiri dari individu -
individu atau
perorangan. Dimensi mampu berprilaku atau berupaya tetap sehat, mencegah dari serangan penyakit, mencari pertolongan atau pengobatan saran atau fasilitas kesehatan yang tepat, serta berupaya kesehatannya lebih baik lagi. Untuk itu diperlukan pemberian informasi tentang kesehatan melalui penyuluhan atau media, tetapi
juga kemampuan berusaha guna memperoleh sarana prasarana untuk mewujudkan perilaku sehat. Untuk mewujudkan kemampuan seperti tersebut di atas maka Promosi Kesehatan harus dilaksanakan oleh dan dengan masyarakat, bukannya “untuk” dan “kepada” masyarakat. Di samping itu, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat diperlukan juga pendidikan praktis, latihan keterampilan, dan akses ke sumber daya. Sedangkan untuk memberdayakan perorangan memerlukan akses yang lebih konsisten dan terpercaya dalam proses pembuatan keputusan. 5
Mengembangkan Infrastruktur untuk Promosi Kesehatan Untuk mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan harus dicari mekanisme pembiayaan baru baik lokal, nasional, regional maupun internasional. Insentif da rangsangan serta upaya – upaya advokasi yang lain harus diciptakan untuk memperoleh dukungan pemerintah,
swasta,
lembaga
swaday
masyarakat,
institusi
pendidikan dan sektor lain dalam program – program promosi kesehatan. Berbagai tatanan kesehatan merupakan dasar kelembagaan untuk mengembangkan infrastruktur yang diperlukan dalam promosi kesehatan. Pelatihan dan praktik kepemimpinan lokal pada setiap tatanan harus didorong untuk menunjang kegiatan promosi kesehatan.
Dalam
menjalin
kerja
sama,
khususnya
untuk
mengembangkan infrastruktur Promosi Kesehatan ini, semua negara peserta Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini kedepan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan politik, hukum, pendidikan, sosial dan ekonomi masing – masing negara yang bersangkutan. D Tindakan yang Perlu Diambil Untuk mempercepat kemajuan promosi kesehatan seluruh dunia, para peserta menyetujui pembentukan aliansi promosi kesehatan dunia, yang bertujuan untuk menindaklanjuti berbagai prioritas kegiatan promosi kesehatan yang dituangkan dalam deklarasi ini. Prioritas aliansi ini diarahkan untuk :
1
Membangkitkan kesadaran tentang adanya perubahan determinan
2
kesehatan. Mendukung pengembangan kerja sama dan jaringan untuk
3 4 5 6 7
pembangunan kesehatan. Mobilisasi sumber daya bagi promosi kesehatan. Mengakumulasi pelajaran dari pengalaman. Meningkatkan pertukaran pengalaman. Meningkatkan solidaritas dalam berbagai kegiatan. Mendorong keterbukaan dan tanggung jawab sosial dalam promosi kesehatan.
5. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Mexico City, Meksiko, Tahun 2000 Menjembatani Kesenjangan Pemerataan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke lima diselenggarakan di Kota Meksiko (Mexico City), Meksiko, pada tanggal 59 Juni 2000. Konferensi ini mengambik tema: Menjembatani kesenjangan pemerataan atau “Bridging the equity gap”, dengan dihadiri oleh peserta dari sekitar 100 negara, baik dari negara maju maupun negara berkembang. Konferensi global ke lima ini agak berbeda dengan ke empat konferensi sebelumnya, karena konferensi melibatkan programprogram kementerian, yang memungkinkan para menteri dan delegasinya berbagi pengalaman serta tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan kesehatan di negara masing masing. Para menteri dan delegasinya diundang untuk mengesahkan Pernyataan Kementrian Meksiko tentang Promosi kesehatan. Pernyataan tersebut ditandatangani oleh sekitar 100 negara dengan tingkat komitmen politik yang tinggi. Di bawah ini adalah butirbutir kesepakatan dan rencana gerakan (aksi) yang dihasilkan oleh Konferensi Meksiko. 1
Dari Ide ke Aksi (Tindakan) Kesepakatan tingkat menteri sebagai hasil Konferensi Promosi Kesehatan di Kota Meksiko, dan merupakan upaya untuk mewujudkan ideide menjadi tindakantindakan. Kesepakatan upaya untuk mewujudkan ideide tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut:
1
Menghargai bahwa pencapaian standar kesehatan setinggi mungkin merupakan aset positif bagi kenyamanan hidup dan penting bagi pertumbuhan pembangunan sosial ekonomi dan pemerataan.
2
Menyadari bahwa promosi kesehatan dan pembangunan sosial merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan seluruh sektor yang ada di dalam masyarakat.
3
Mengakui bahwa beberapa tahun terakhir ini, melalui upaya yang serius dari pemerintah dan masyarakat telah terjadi perbaikan dan kemajuan di bidang pelayanan kesehatan.
4
Menyadari bahwa walaupun telah terjadi peningkatan, berbagai masalah kesehatan belum teratasi sehubungan dengan pembangunan sosial ekonomi. Oleh karena itu hal ini bersifat “urgent” dan perlu cermati dalam mencapai kesetaraan di dalam pelayanan kesehatan.
5
Perlu pula disimak bahwa pada saat yang sama, pertumbuhan dan terjadinya penyakit infeksi baru telah mengurangi keberhasilan yang dicapai di bidang kesehatan.
6
Menyadari pentingnya determinan sosial ekonomi dan lingkungan bagi kesehatan dan hal ini membutuhkan mekanisme kolaborasi yang kuat untuk mempromosikan kesehatan di berbagai sektor dan di setiap tatanan masyarakat.
7
Sepakat bahwa promosi kesehatan harus menjadi komponen dasar kebijakan dan kegiatan publik di setiap negara untuk mencapai kesetaraan dan kesehatan yang lebih baik untuk semua.
8
Menunjukkan ada bukti kuat bahwa strategi promosi kesehatan dalam mempromosikan kesehatan cukup elektif.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka diperlukan aksi atau gerakan sebagai berikut: 1
Menempatkan promosi kesehatan sebagai prioritas utama baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun di tingkat internasional.
2
Mengambil peran utama dalam pengembangan partisipasi aktif di setiap sektor terkait dan di kalangan masyarakat madani, di dalam implementasi gerakangerakan promosi kesehatan dengan memperkuat dan memperluas kemitraan di bidang kesehatan.
3
Memperkuat persiapan rencana kegiatan di kabupaten/kota di seluruh dunia, bila dibutuhkan. Rencana ini akan berbeda sesuai dengan konteks negara yang bersangkutan, namun akan mengikuti pedoman yang disepakati, yakni: a
Identifikasi skala prioritas untuk memperkuat kebijakan publik yang berwawasan kesehatan dan programprogram lain yang dibutuhkan.
b
Dukungan riset dengan teknologi terbaru terhadap prioritas pilihan.
c
Mobilisasi finansial dan sumber daya operasional untuk membangun kapasitas sumber daya manusia dan institusi untuk pengembangan, implementasi, monitoring, dan evaluasi rencana kegiatan di kota/kabupaten.
4
Membangun dan memperkuat jaringan promosi kesehatan di tingkat nasional dan internasional.
5
Melakukan advokasi terhadap lembagalembaga di dalam PBB yang peduli akan dampak kesehatan agar menjadi agenda mereka.
6
Memberikan informasi kepada Direktorat Jendral organisasi kesehatan dunia (WHO) agar dicantumkan dalam laporan Badan Eksekutif tentang perkembangan programprogram di atas.
Kesepakatan ini ditanda tangani di Kota Meksiko pada tanggal 5 Juni 2000 dalam Bahasa Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia, Portugis, dan Spanyol. 2
Kerangka Kerja (Rencana Aksi) Tingkat Nasional Konferensi ke lima di Meksiko juga mengahasilkan kerangka kerja rencana aksi (plan of action) program promosi kesehatan tingkat nasional: Menjembatani kesenjangan dalam kesetaraan merupakan tantangan terbesar bagi promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk mengurangi kesenjangan ini. Untuk mencapai kesehatan bagi semua, harus fokus pada upaya peningkatan kondisi yang kondusif pada kelompokkelompok marjinal di tiap lapisan masyarakat, baik di negaranegara berkembang maupun di negara maju. Secara umum, penjelasan tentang konferensi ini bertujuan untuk pengembangan suatu kerangka kerja (framework) perencanaan kegiatan di tingkat
kota/kabupaten untuk menindak lanjuti kesepakatan yang dihasilkan oleh konferensi Promosi Kesehatan di Meksiko. Secara khusus, kerangka ini bertujuan: 1
Menempatkan kesehatan sebagai dasar hak asasi manusia serta sebagai sumber untuk pembangunan sosial ekonomi.
2
Memobilisasi dana dan sumber daya teknik untuk membangun kelangsungan hidup masyarakat, kapasitas manusia, dan institusi untuk menentukan determinan kesehatan pokok.
3
Mengarahkan perhatian pada kesetaraan sosial dan kesetaraan gender di setiap tingkat pemerintahan maupun berbagai sektor yang ada dalam masyarakat.
4
Menunjang pengembangan pengetahuan dan pemahaman untuk membangun potensi sumber daya manusia dan kapasitas institusi/organisasi.
5
Meningkatkan partisipasi dan memelihara lingkungan yang kondusif untuk memperkuat kohesi atau kesatuan masyarakat.
6
Mengintegrasikan program promosi kesehatan ke dalam agenda sistem reformasi pelayanan kesehatan.
a
Prinsip pencapaian keberhasilan Rencana aksi tersebut akan berhasil secara efektif bila memenuhi prinsip prinsip antara lain sebagai berikut: 1
Mempunyai sasaran dan tujuan yang jelas.
2
Peran dan tanggung jawab “stakeholder” sudah diklarifikasi dan diterima.
3
Mekanisme yang transparan dan akuntabilitas.
4
Strategi yang dikembangkan telah dipahami (komprehensif).
5
Perencanaan meliputi mekanisme untuk monitoring dan evaluasi. Pertimbanganpertimbangan kunci dalam mewujudkan rencana aksi tersebut
di atas juga dirumuskan, dan rumusan tersebut mencakup: 1
Partisipasi: Publik, perorangan, dan sektorsektor yang ada di setiap lapisan masyarakat akan dirangsang untuk terlibat aktif dalam tahap persiapan rencana aksi yang difasilitasi oleh Menteri Kesehatan.
2
Adaptabilitas: Rencana aksi harus tanggap terhadap kebutuhan lokal. Setiap negara akan mempersiapkan perencanaan berdasarkan kondisi lingkungan, tatanan, program, dan investasi yang tersedia di negara masingmasing.
3
Feasibilitas: Aktivitas yang diajukan harus memperhitungkan waktu yang sesuai sehingga memungkinkan sumber daya yang ada, dukungan ekonomi, kebijakan legal dan sosial, serta kapasitas yang tersedia untuk memperkuat kemitraan dan aliansi.
4
Terukur: Evaluasi proses dan dampak harus dilakukan.
5
Inovasi: Proses pengembangan rencana harus melibatkan pendekatan baru dalam komunikasi dan dapat merangsang tumbuhnya kegiatan kreatif serta dialog.
b
Dukungan dan fasilitas Dukungan diperoleh terutama dengan menggunakan sumbersumber yang tersedia pada setiap negara, termasuk sektor nonkesehatan. Mitramitra lain yang dianggap relevan juga perlu dilibatkan, seperti WHO, UNESCO, organisasi organisasi bilateral dan multilateral, akademisi, Pusat Promosi Kesehatan, Yayasan Promosi Kesehatan Nasional, IUHPE, dan Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya, sektor swasta, kelompok asuransi sosial, koperasi dan sebagainya.
c
Keluaran (outcomes) yang diharapkan Berdasarkan pernyataan hasil konferensi Promosi Kesehatan di Meksiko, maka langkahlangkah di bawah ini perlu diambil: 1
Memperkuat jaringan nasional, regional, dan internasional dalam rangka promosi kesehatan.
2
Melakukan advokasi tentang dampak kesehatan dari agenda masingmasing.
3
Melaporkan secara periodik kepada panitia regional dan pertemuan organisasi kesehatan dunia tentang kemajuan yang dihasilkan oleh rencana aksi tersebut.
Strategi Operasional 1
Proses perencanaan a
Penilaian kebutuhan (needs assesment) meliputi:
Identifikasi skala prioritas isuisu kesehatan yang penting.
Identifikasi asetaset yang ada, seperti kebijakan, legislasi, sumber daya manusia, dan sumber daya alam yang tersedia.
Identifikasi kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur yang tersedia.
Proses identifikasi kebutuhan dan penentuan skala prioritas harus melibatkan anggota masyarakat dan sektorsektor publik dan swasta yang relevan, yang meliputi: a
Tujuan yang jelas dan hasil yang diharapkan sesuai dengan waktu yang tersedia.
b
Dampak yang diharapkan dan indikator pencapaian harus diidentifikasi secara jelas.
c
Kontribusinya terhadap pengembangan perencanaan nasional, terutama di bidang kesehatan harus nyata.
d
Keterlibatan “stakeholder” dan kontributor kunci harus diarahkan pada tingkat yang tepat, mencakup anggota masyarakat, LSM, sektor swasta, akademisi, lembagalembaga agama, WHO, UNESCO, UNICEF, serta penyandang lainnya.
b
Menentukan skala prioritas, tujuan, dan hasil yang diharapkan Ketika skala prioritas telah tersusun, maka tujuan, dan hasil yang diharapkan dapat ditentukan. Telaah sumbersumber dan aset yang tersedia merupakan suatu yang penting. Konsultasi dan komunikasi juga perlu ditingkatkan.
c
Pemilihan strategi dan intervensi yang paling efektif Upaya ini meliputi pemilihan dan pertimbangan arah gerakan yang sesuai dengan situasi objektif, subjek utama (target sasaran), tujuan yang
diharapkan, bentuk dan mekanisme intervensi, teknik intervensi (mekanisme penjenjangan), serta setting tempatnya. Selanjutnya rencana aksi yang telah dibuat perlu dilakukan uji coba (pretest) metode dan bahanbahan yang digunakan. 2
Implementasi Rencana aksi upaya promosi kesehatan yang efektif harus melibatkan berbagai macam kegiatan seperti berikut ini: a
Peningkatan kesadaran publik dan para pelaku politik di berbagai lapisan, seperti tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kecamatan, bahkan di tingkat desa.
b
Bagaimana pesanpesan promosi kesehatan dapat dikomunikasikan secara efektif.
c
Menawarkan atau mengusulkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
d
Memperkuat gerakan masyarakat dalam upaya kesehatan.
e
Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan serta merangsang terciptanya gaya hidup sehat di setiap lapisan masyarakat.
3
Monitoring dan Evaluasi Jika dilakukan secara berkala dapat memberikan informasi atau peringatan secara dini terhadap masalah atau kendala yang dihadapi. Ukuran hasil dari upaya promosi kesehatan dapat mencakup beberapa indikator, antara lain seperti di bawah ini: a
Ukuran tentang pemahaman kesehatan, yang meliputi tingkat pengetahuan, sikap, motivasi, tendensi perilaku, keterampilan personal, dan kepercayaan diri.
b
Ukuran pengaruh dan gerakan masyarakat, yang meliputi unsur partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, norma sosial, dan opini publik.
c
Ukuran yang mencakup unsur kebijakan publik berwawasan kesehatan, yang meliputi pernyataan politik, legislasi, regulasi, alokasi sumber daya, unsur budaya, dan perilaku.
d
Ukuran kondisi kesehatan dan gaya hidup sehat (healthy lifestyle), yang meliputi unsurunsur penggunaan tembakau, pilihan dan kesempatan untuk memperoleh makanan makanan sehat, aktivitas fisik, alkohol, narkoba, rasio tentang faktorfaktor yang protektif dan berisiko pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
e
Ukuran efektivitas pelayanan kesehatan, yang meliputi penyediaan pelayanan pencegahan, akses ke tempattempat pelayanan kesehatan, serta faktorfaktor sosial budaya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
f
Ukuran lingkungan sehat, yang meliputi membatasi akses dalam penggunaan tembakau, alkohol, obatobat terlarang, penyediaan lingkungan positif bagi anakanak dan orang lanjut usia, kebebasan dari kekerasan dari berbagai bentuk penyalahgunaan.
g
Ukuran dampak sosial, yang meliputi kualitas hidup, kemadirian, jaringan dukungan sosial, diskriminasi positif, dan pemerataan dan keadilan.
h
Ukuran dampak kesehatan, yang meliputi penurunan tingkat kesakitan, kematian dan ketidak mampuan, kompetensi psikososial, serta keterampilan diri.
i
Ukuran pengembangan kapasitas (capacity building), yang meliputi ukuran kelangsungan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan.
Mekanisme Aksi (Menchanism for Action) Lima Mekanisme aksi pelengkap yang di usulkan dalam konferensi ini adalah sebagai berikut: 1 Pengembangan Kebijakan Publik yang Berwawasan Kesehatan Meliputi identifikasi faktorfaktor perlindungan lingkungan fisik dan psikososial yang berkontribusi terhadap perbaikan determinan kesehatan. Determinan ini mencakup: 1
Kesempatan kerja,
2
Keamanan finansial,
3
Perumahan yang memadai,
4
Akses terhadap pendidikan yang berkualitas,
5
Makanan yang aman dan sehat,
6
Akses terhadap informasi,
7
Tersedianya transportasi yang aman,
8
Ketersediaan fasilitas rekreasi dan aktivitas fisik,
9
Kesempatan untuk mengembangkan keterampilan diri.
2 Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Promosi kesehatan memberikan beberapa inisiatif untuk memberdayakan masyarakat dan menciptakan kemitraan di antara otoritas lokal terpilih, perwakilan dari sektor yang berbeda, pemimpin masyarakat dan swasta untuk mengembangkan rencana aksi serta menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif. 3
Reorientasi Pelayanan Kesehatan Komponen yang paling umum adalah:
4
1
Pengukuran upaya preventif,
2
Strategi pertumbuhan (pembangunan) kesehatan,
3
Keterlibatan lintas sektor,
4
Partisipasi masyarakat,
5
Peningkatan kesetaraan, dan
6
Memperluas desentralisasi.
Memperkuat Gerakan Masyarakat Pemberdayaan memberikan suatu gagasan untuk melakukan kendali secara personal dan kemampuan untuk melakukan perubahan kondisi sosial dan kesehatan melalui mobilisasi kolektif dan menghilangkan rasa ketidakberdayaan dan ketidakmampuan.
5
Pengembangan Keterampilan Individu Perbedaan antara pemberdayaan perorangan dengan kelompok lebih pada tatanan teori ketimbang realitas. Pemaham masalah mengenai kemampuan individu dalam menghadapi masalah yang menimpanya merupakan dasar dari gerakan kolektif untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Di dalam jaringan pendukung sosial, setiap individu harus menjaga identitas sosialnya ketika menerima materi pendukung, pelayanan, informasi, dan kontak sosial yang baru.
Lima mekanisme aksi promosi kesehatan ini merupakan pelengkap. Pencapaian tujuantujuan promosi kesehatan tergantung pada implementasi strategi yang tepat di dalam lima area ini.
6
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Bangkok, Thailand tahun 2005 A. Promosi Kesehatan dalam Globalisasi Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke enam dilaksanakan di Bangkok, Thaialnd, tanggal 7 – 11 Agustus 2005. Konferensi ini diikuti oleh perwakilan peserta dari sekitar 90 negara, dengan tema : Promosi Kesehatan dlam Dunia yang Mengglobal atau “Health Promotion in A Globalized World”. Kemitraan dalam Konteks Global Tujuan dihasilkannya Piagam Bangkok adalah untuk menegaskan bahwa kemitraan adaalah strategi yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan, keseteraan, dan keadilan. , di tengah arus pembangunan nasional dan global. Promosi kesehatan terbukti dpat menurunkan
infeksi
baru
HIV/AIDS
di
Brazil,
Thailand,
meningkatkan peran masyarakat Singapura dalam berolahraga dan menurunkan
kejadian
diare
pada
kelompok
miskin
melalui
peningkatan praktik cuci tangan. B. Penegasan Kembali Peran Promosi Kesehatan Dalam konferensi dinyatakan : - PBB mengakui bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap manusia -
yang harus diperoleh tanpa diskriminasi. Promkes dilakukan berdasarkan pemenuhan Hak asasi manusia (HAM) serta mencakup berbagai upaya peningkatan kualitas hidup, serta mencakup pula upaya meningkatkan kesehatan mental dan
-
spiritualnya. Promkes adalah proses membantu masyarakat untuk meningkatkan kontrol atas determinan kesehatannya.
C. Kebijakan Koherensi Berbagai problematika yang menimpa bangsa – bangsa menuntut adanya kebijakan penanggulanagan di tingkat global, yang harun melibatkan pertalian (koherensi) di tingkat pemerintahan setiap negara, badan – badan organisasib dunia, serta organisasi – oraganisasi masyarakat termasuk kalangan swasta.
Tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemajuan dalam kesehatan, yaitu : 1. Advokasi untuk kesehatan dilakukan berdasarkan pada hak asasi manusia dan solidaritas. 2. Investasi dalam kebijakan,
tindakan
dan
infrastruktur
yang
berkelanjutan untuk mengonterol determinan kesehatan. 3. Membangun kapasitas untuk pengembangan kebijkan, kepemimpinan, praktik promosi kesehatan, alih pengetahuan, riset dan paham kesehatan. 4. Mengatur dan membuat perundangan untuk menjamin perlindungan tingkat tinggi atas bahaya dan memungkinkan kesempata yang sama bagi semua orang dalam kesehatan dan kesejahteraan. 5. Bermitra dan membangun aliansi dengan berbagai kalangan publik, swasta, organisasi nonpemerintah dan internasional serta masyarakat sipil untuk menciptakan tindakan yang berkelanjutan. D. Komitmen untuk Kesehatan bagi Semua Beberapa komitmen untuk kesehatan bagi semua, yaitu : 1. Menjadikan Promosi Kesehatan sebagai Pusat Agenda Pembangunan Global 2. Membuat
Promosi
Kesehatan
Tanggung
Jawab
Semua
Lini
Pemerintah. 3. Menjadikan Promosi Kesehatan untuk Pemberdayaan Masyarakat. E. Promosi Kesehatan dan Praktik Korporasi Sektor korporasi berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan pada faktor – faktor penentu kesehatan melalui pengaruhnya pada : 1. Pengaturan tingkat lokal, 2. Budaya berskala nasional, 3. Lingkungan, 4. Distribusi kekayaan, 7. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Nairobi, Kenya tahun 2009 A Meningkatkan Kesehatan dan Pembangunan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke 7 di Nairobi,Kenya tanggal 26-30 Oktober mengambil tema “Mempromosikan kesehatan dan pembangunan: Menutup kesenjangan Implementasi” (promoting health and development :closing the implementation gap). Tema ini berangkat dari kenyataan bahwa pembangunan kesehatan dimanapun saat ini menghadapi tantangan. Krisis
moneter yang terjadi beberapa tahun yang lalu masih menghantui pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dan lebih khusus lagi bagi pembangunan kesehatan. Konferensi yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan dari hampir 100 negara ini akhirnya menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam kesepakatan Nairobi (Nairobi Statement). B Konferensi Global Konferensi Nairobi menunjukkan konferensi yang lebih esensial dan suatu pendekatan yang efektif. Pelayanan kesehatan Primer ( Primary Health Care) sebagaiman dinyatakan oleh badan eksekutif WHO, sebagai berikut: 1
Mencapai
persetujuan
untuk
pencapaian
pembngunan
kesehatan
Internasional. 2
Mengajukan pembahasan tentang kegawatdaruratan penyakit-penyakit menular,trauma,gangguan mental,kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya epidemi di negara-negara miskin.
3
Menangani isu ketidaksetaraan atau ketidakadilan kesehatan,gender,kelas sosial, tingkat pendapatan,etnis,pendidikan,pekerjaan, dan lain-lain masih di masyarakat terutama di negara berkembang.
C Strategi dan Aksi Dalam
konferensi
Nairobi,
dihasilkan
strategi
dan
aksi
yang
dikelompokkan menjadi 5 subtema, yaitu: 1
Membngun kapasitas promosi kesehatan (building capacity for health promotion)
2
Penguatan sistem kesehatan (strengtenig health system)
3
Kemitraan dan kerja sama lintas sektor (Phatership and intersektoral action)
4
Pemberdayaan masyarakat (community empowertment)
5
Sehat dan perilaku sehat (health literacy and health behavior).
D. Aksi Bersama
Pada saat ini negara berkembang dan negara maju dihadapkan pada penyebaran penyakit yang seharusnya dapat dicegah,dimana penyakit tersebut menjadi ancaman dan memperlemah pembangunan perekonomian di masa mendatang. Lima tanggung jawab penting bagi pemerintah stake holder,yaitu: 1
Memperkuat kepemimpinan dan suber daya manusia promosi kesehatan.
2
Mengutamakan promosi kesehatan dalam pembangunan.
3
Memberdayakan masyarakat dan individu.
4
Meningkatkan proses partisipasi masyarakat.
5
Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dan pengetahuan.
8. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Helsinki, Finlandia tahun 2013 Dengan tema : “Membangun warisan kita, mencari untuk masa depan kita” Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-8 diselenggarakan di Helsinki, Finlandia pada tanggal 10-14 Juni 2013. Pertemuan tersebut dibangun berdasarkan warisan yang kaya ide, tindakan dan bukti awalnya yang terinspirasi oleh Deklarasi Alma Ata pada Pelayanan Kesehatan Primer (1978) dan Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan (1986). Ini merupakan aksi lintas sektoral dan kebijakan publik yang sehat sebagai elemen sentral untuk promosi kesehatan, pencapaian kesetaraan kesehatan, dan realisasi kesehatan sebagai hak asasi manusia. Selanjutnya WHO sebagai badan konferensi promosi kesehatan global menetapkan prinsip dasar untuk tindakan promosi kesehatan. Prinsip-prinsip ini telah diperkuat di Rio Deklarasi 2011 Politik Sosial Penentu Kesehatan, Deklarasi 2011 Politik Rapat tingkat tinggi PBB Majelis Umum tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular, dan Rio + 20 dokumen hasil 2012 ( Masa Depan Kami Ingin). Hal juga tercermin dari berbagai program WHO, strategi dan resolusi, dan berkontribusi pada perumusan tujuan pembangunan pasca-2015. 9. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Shanghai, China tahun 2014
Baru-baru ini Konferensi Promosi Kesehatan Global ke 9 diadakan di Shanghai International Convention Center pada tanggal 21-25, 2016. Tahun 2016 akan menandai ulang tahun ke-30 dari Konferensi Promosi Kesehatan Global sejak diadakan
pertama kalinya, dan konferensi di China
memegang peranan penting. Hal ini tidak hanya menunjukkan kepada penduduk China, pengalaman berharga dan kemajuan luar biasa di bidang pembangunan kesehatan dan promosi kesehatan, yang akan memperkuat posisi dan peran kesehatan dalam membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan setelah 2015, tetapi juga mempromosikan pengembangan teori dan praktek pada promosi kesehatan, memberikan kontribusi untuk hidup sehat dari semua bangsa di dunia. Konferensi Promosi Kesehatan Global adalah konferensi antar pemerintah tingkat tinggi yang diprakarsai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk promosi kesehatan, memberikan pedoman yang penting dalam kegiatan promosi kesehatan di seluruh dunia. Konferensi Promosi Kesehatan Dunia
ke-9 yang akan diadakan di Shanghai pada musim gugur 2016 akan
diselenggarakan bersama China National Health & Komisi Keluarga Berencana, WHO dan diselenggarakan oleh pemerintah kota Shanghai. Diharapkan bahwa sekitar 750 orang akan menghadiri konferensi, termasuk menteri dan pejabat tinggi dari negara-negara anggota WHO, perwakilan organisasi internasional, pakar internasional pejabat pemerintah.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Deklarasi Alma Ata tahun 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah merupakan hasil Konferensi Internasional Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di Kota Alma Ata, Kazakhstan (sebelumnya merupakan bagian Uni Soviet). Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama dilaksanakan di Ottawa, Kanada yang berlangsung tanggal 17-21 November 1986. Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini mengambil tema “Menuju Kesehatan Masyarakat Baru” (The Move Towards a New Public Health). Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke dua dilaksanakan di Adelaide, Australia pada tanggal 5-9 April 1988. Tema dari konferensi ke dua adalah membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, merupakan
strategi promosi kesehatan yang pertama dari Ottawa Charter. Konferensi internasional promosi kesehatan yang ketiga, dilaksanakan di Sundsvall, Swedia, tanggal 9-15 Juni 1991. Tema konferensi yang ketiga ini adalah Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan atau “Supportive Environment for Health”. Konferensi Jakarta diselenggarakan pada tanggal 21 – 25 Juli 1997, dengan mengambil tema : Pemeran Baru pada Era Baru atau ”New Player for a New Era”. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke enam dilaksanakan di Bangkok, Thaialnd, tanggal 7 – 11 Agustus 2005. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke 7 di Nairobi,Kenya tanggal 26-30 Oktober mengambil tema “Mempromosikan kesehatan dan pembangunan: Menutup kesenjangan Implementasi” (promoting health and development :closing the implementation gap). Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-8 diselenggarakan di Helsinki, Finlandia pada tanggal 10-14 Juni 2013. Baru-baru ini Konferensi Promosi Kesehatan Global ke 9 diadakan di Shanghai International Convention Center pada tanggal 21-25, 2016.
DAFTAR PUSTAKA Hartono,
Bambang.2010.Promosi
Kesehatan
di
Puskesmas
&
Rumah
Sakit.Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo.,dkk.2013.Promosi Kesehatan Global.Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo.2010.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta. Supiyati dan Eny Retna Ambarwati.2012.Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Ilmu Kebidanan.Yogyakarta: Pustaka Rihama. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.2008.Promosi
Sekolah.Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Kesehatan
di