Dasar Epidemiologi - IKM A3 - kELOMPOK 4 - Investigasi Wabah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS DASAR EPIDEMIOLOGI “Investigasi Wabah”



Oleh : Kelompok 4 1. Panesa Anggraila



1911211040



2. Siska Mayeni



1911211044



3. Sintia Pratama Putri



1911212005



4. Azzah Fadhilla



1911212001



5. Adji Fauzan Rifky



1911212009



Dosen Pengampu: Ade Suzana Eka Putri, SKM, M.Comm. Health, PhD



Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai mata kuliah Dasar Epidemiologi dengan judul “Investigasi Wabah”. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Padang, Mei 2019



Kelompok 4



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3 BAB I .............................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4 1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 5 1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 5 BAB II............................................................................................................................................. 6 PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6 2.1 Definisi Investigasi Wabah ................................................................................................... 6 2.2 Tujuan dari Pelaksanaan Investigasi Wabah ......................................................................... 7 2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan Investigasi Wabah ......................................................... 7 2.4 Dasar Pelaksanaan Investigasi Wabah .................................................................................. 8 2.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan Investigasi Wabah .............................................................. 9 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wabah merupakan penyakit menular ataupun tidak menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang pada daerah yang luas. Wabah ini sangat berpotensi penyebaran secara luas, hal tersebut dikarenakan wabah tergolong penyakit menular yang akan dengan mudah menularkan pada orang lain. Maka dari itu, dari pengertian waabah di atas, disebutkan bahwa wabah ini sangat berpotensi untuk menyebarkan kepada orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, pentingnya dilakukan investigasi atau penyelidikan terkait wabah ini. Selain untuk membatasi penyebaran, ada beberapa alasan lain yang menjadi acuan pentingnya dilakukan investugasi wabah ini. Yang pertama, mengadakan penganggulangan dan pencegahan, hal ini dilakukan agar kejadian wabah tersebut dapat dicegah dan ditanggulangi sebelum menjadi hal yang lebih besar lagi serta menyebar kepada banyak orang.Selanjutnya yakni, kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan, hal ini dimaksudkan agar memberikan peluang untuk melakukan penelitian dan pelatihan terakit dengan wabah ini, sehingga nantinya juga akan membrikan pemahaman yang lebih baik lagi terakit dengan kejadian wabah ini. Hal lainnya yang juga menjadikan investigasi wabah ini penting yakni, masih banyaknya kasus terkait dengan wabah dalam skala besar yang ada di Indonesia. Contohnya saja wabah penyakit malaria, yang mana penyakit/wabah ini menjadi khas di daerah mentawai. Serta banyak lagi wabah lain yang muncul di Indonesia dan tidak dapaty dikendalikan Maka dari itu, investigasi wabah ini penting dilakukan oleh suatu negara agar dapat mencegah kemungkinan penyebaran atau ledakan kasus keshatan yang akan berdampak buruk. Dimana jika terjadi ledakan kasus kesehatan, nantinya juga berdampak buruk bagi hal lainnya, bukan hanya saja masalah kesehatan lagi, namun sector lain juga akan berdampak.



1.2 Tujuan Penulisan Terdapat beberapa tujuan penulisan makalah ini, diantaranya untuk member pemhaman atau menambah pemahaman pembaca dan juga penulis terkait dengan wabah dan investigasi wabah. Selanjutnya juga untuk memebrikan pemhaman pada pembaca terkait seberapa penting investigasi wabah ini dilakukan. Kemudian juga memberikan pemhaman pada pembaca tekait langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam investigasi wabah ini. 1.3 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahani: 1. Definisi investigasi wabah. 2. Tujuan dari pelaksanaan investigasi wabah. 3. Prinsip-prinsip dasar pelaksanaan investigasi wabah. 4. Dasar pelaksanaan investigasi wabah. 5. Langkah-langkah pelaksanaan investigasi wabah.



BAB II



PEMBAHASAN 2.1 Definisi Investigasi Wabah Definisi wabah menurut UU Wabah tahun 1984 merupakan kejadian suatu penyakit menular yang meningkat secara nyata melebihi keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan, makna kata investigasi menurut KBBI merupakan penyelidikan dengan mencatat, merekam fakta atau melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan. Menurut definisi kedua kata di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa investigasi wabah merupakan suatu kegiatan penyelidikan mengenai kejadian suatu penyakit menular yang meningkat secara nyata melebihi keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu. Berdasarkan sifatnya, wabah terbagi atas 2 jenis, yaitu: 1. Common Source Epidemic Peristiwa wabah ini merupakan suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Kejadian ini berupa keterpaparan umum, seperti yang terjadi pada wabah keracunan makanan, singkatnya jarak waktu kejadian antar kasus, dan tidak ada serangan kedua. 2. Propagated/Progressive Epidemic Wabah ini terjadi berupa epidemi dengan penularan dari orang ke orang, sehingga jarak waktu kejadian antar kasus terbilang lama. Penularan wabah ini dapat terjadi secara langsung, yaitu melalui kontak langsung dengan penderita maupun melalui vektor. Hal ini dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk. Sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai wabah apabila telah memenuhi beberapa kriteria, seperti: 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.



2. Peningkatan kejadian suatu penyakit/kematian selama 3 (tiga) kurun waktu berturut-turut (jam, hari, minggu) menurut jenis penyakitnya. 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian sebanyak 2 (dua) kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 (dua) kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya. 6. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya. 7. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. 8. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.



2.2 Tujuan dari Pelaksanaan Investigasi Wabah 1. Memperoleh kepastian adanya peristiwa wabah. 2. Memperoleh gambaran kejadian wabah berdasarkan variabel orang tempat dan waktu. 3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya wabah. 4. Menetapkan sumber dan cara (pola) penularan penyakit. 5. Mengidentifikasi faktor risiko terjadinya wabah. 6. Merumuskan saran untuk tindakan menghentikan wabah yang sedang terjadi.



2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan Investigasi Wabah 1. Melakukan berbagai kegiatan secara simultan karena proses investigasi wabah bersifat dinamis.



2. Memelihara komunikasi antar berbagai pihak yang berkepentingan dalam investigasi dan penanggulangan wabah. 3. Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik, terutama yang berkenaan dengan rancangan studi dan analisis secara benar (appropriate). 4. Melaksanakan seluruh tahapan investigasi dan pengumpulan data secara teliti dan hatihati. 5. Meninjau keputusan yang akan diambil secara kritis dan hati-hati berdasarkan kepustakaan ilmiah yang relevan. 6. Berpikiran terbuka terhadap berbagai kemungkinan mengenai sumber wabah yang belum terungkap.



2.4 Dasar Pelaksanaan Investigasi Wabah 1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2013 tentang Wabah (KLB) Keracunan Pangan. 4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 949 tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Wabah (KLB). 8. Peraturan Menteri Pertahanan No. 40 Tahun 2014 tentang Wabah (KLB) secara Epidemiologis. 5. PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 6. Kep Menkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelengaraan Sistim Surveilans Epidemiologi Kesehatan 7. Kep Menkes No 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sisitim Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular



8. Permenkes No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistim Kewaspadaan Dini KLB 9. UU Kesehatan No 23 tahun 1992, pasal 31 2.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan Investigasi Wabah 1. Persiapan Penelitian Lapangan Beberapa persiapan yang perlu dilakukan sebelum memulai penelitian yaitu: a. Konfirmasi informasi. b. Pembuatan rencana kerja. c. Pertemuan dengan pejabat setempat. 2. Penetapan Diagnosis Penyakit Cara mendiagnosis penyakit pada sebuah wabah dapat dilakukan dengan mencocokkan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala klinisnya. 3. Penetapan Status Wabah Penetapan status wabah dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik) pada populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu. Adanya wabah juga ditetapkan apabila memenuhi salah satu dari kriteria wabah. Pada penyakit yang endemis, maka cara menentukan wabah bisa menyusun dengan grafik pola maksimum-minimum 5 tahunan atau 3 tahunan. 4. Identifikasi Kasus dan Pemaparan Identifikasi kasus penting dilakukan untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti. Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk mendeskripsikan wabah. Dasar yang dipakai pada identifikasi kasus adalah hasil pemastian diagnosis penyakit. Identifikasi paparan perlu dilakukan sebagai arahan untuk indentifikasi sumber penularan. Pada tahap ini cara penentuan paparan dapat dilakukan dengan mempelajari teori cara



penularan penyakit tersebut. Ini penting dilakukan terutama pada penyakit yang cara penularannya tidak jelas (bervariasi).



5. Mendeskripsikan wabah a. Deskripsi kasus berdasarkan waktu. Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya wabah berlangsung) digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara penularan penyakit. Salah satu cara untuk menentukan cara penularan penyakit pada suatu wabah yaitu dengan melihat tipe kurva epidemik, sebagai berikut: 1) Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal dari satu sumber). Tipe kurva ini terjadi pada wabah dengan kasus-kasus yang terpapar dalam waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan (misalnya: kolera, typoid). 2) Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada wabah dengan cara penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa puncak. Jarak antara puncak sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata rata penyakit tersebut. 3) Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated. Tipe kurva ini terjadi pda wabah yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder). b. Deskripsi kasus berdasarkan tempat Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi



(tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980 dalam Maulani, 2010). c. Deskripsi kasus berdasarkan orang Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variable umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber penyakit (MacMahon and Pugh, 1970; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986 dalam Maulani, 2010). 6. Penanggulangan Sementara Terkadang, cara penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau diperlukan, sebelum semua tahap penyelidikan dilampaui. Cara penanggulangan ini dapat lebih spesifik atau berubah sesudah semua langkah penyelidikan wabah dilaksanakan. Menurut Goodman et al. (1990) dalam Maulani (2010), kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya etiologi penyakit, sumber dan cara penularannya, sebagai berikut: a. Jika etiologi telah diketahui, sumber dan cara penularannya dapat dipastikan maka penanggulangan dapat dilakukan tanpa penyelidikan yang luas. Sebagai contoh adanya



kasus



Hepatitis



A



di



rumah



sakit,



segera



dapat



dilakukan



penanggulangannya yaitu memberikan imunisasi pada penderita yang diduga kontak, sehingga penyelidikan hanya dilakukan untuk mencari orang yang kontak dengan penderita (MMWR, 1985 dalam Maulani, 2010).



b. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih diperlukan penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan cara penularannya. Sebagai contoh: wabah Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan telah diketahui etiologinya (Salmonella). Walaupun demikian cara penanggulangan tidap segera ditetapkan sebelum hasil penyelidikan mengenai sumber dan cara penularan ditemukan. Cara penanggulangan baru dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber penularan dengan suatu penelitian kasus pembanding (Taylor et al., 1982 dalam Maulani, 2010). c. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah diketahui maka penanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun masih memerlukan penyelidikan yang luas tentang etiologinya. Sebagai contoh: suatu wabah Organophosphate pada tahun 1986. Diketahui bahwa sumber penularan adalah roti, sehingga cara penanggulangan segera dapat dilakukan dengan mengamankan roti tersebut. Penyelidikan wabah masih diperlukan untuk mengetahui etiologinya yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, yang ditemukan parathion sebagai penyebabnya (Etzel et al., 1987 dalam Maulani, 2010). d. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka penanggulangan tidak dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah penyelidikan. 7. Identifikasi Sumber Penularan dan Keadaan Penyebab Wabah a. Identifikasi sumber penularan Untuk mengetahui sumber dan cara penularan dilakukan dengan membuktikan adanya agent pada sumber penularan. b. Identifikasi keadaan penyebab wabah Secara umum keadaan penyebab wabah adalah adanya perubahan keseimbangan dari agent, penjamu, dan lingkungan. 8. Perencanaan Penelitian Lain yang Sistematis Goodman et al (1990) dalam Maulani, 2010 mengatakan bahwa wabah merupakan kejadian yang alami (natural), oleh karenanya selain untuk mencapai tujuan utamanya



penyelidikan epidemiologi wabah merupakan kesempatan baik untuk melakukan penelitian. Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi wabah selalu dilakukan: a. Pengkajian terhadap sistem surveilans yang ada, untuk mengetahui kemampuannya yang ada sebagai alat deteksi dini adanya wabah, kecepatan informasi dan pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistem surveilans. b. Penelitian faktor risiko kejadian penyakit wabah yang sedang berlangsung. c. Evaluasi terhadap program kesehatan. 9. Penyusunan Rekomendasi a. Program Pengendalian Program



pengendalian



dilakukan



oleh



institusi



kesehatan



dalam



upaya



menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Tahapan – tahapan program, yaitu: 1) Perencanaan Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis situasi masalah, penetapan masalah prioritas, inventarisasi alternatif pemecahan masalah, penyusunan dokumen perencanaan. Dokumen perencaan harus detail terhadap target/tujuan yang ingin dicapai, uraian kegiatan dimana, kapan, satuan setiap kegiatan, volume, rincian kebutuhan biaya, adanya petugas penanggungjawab setiap kegiatan, metode pengukuran keberhasilan. 2) Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan dilakukan implemantasi dokumen perencanaan, menggerakan dan mengkoordinasikn seluruh komponen dan semua pihak yang terkait. 3) Pengendalian (Monitoring/Supervisi) Supervisi dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan dokumen perencanaan. b. Penanggulangan wabah



Penanggulangan dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi: 1) Penyelidikan epidemiologis Penyelidikan epidemiologi pada wabah adalah untuk mengetahui keadaan penyebab wabah dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut, termasuk aspek sosial dan perilaku sehingga dapat diketahui cara penanggulangan dan pengendaian yang efektif dan efisien (Anonim, 2004 dalam Wuryanto, 2009). 2) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina. Tujuannya adalah: a) Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan. b) Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier). 3) Pencegahan dan Pengendalian Merupakan tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orangorang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena penyakit agar jangan sampai terjangkit penyakit. 4) Pemusnahan penyebab penyakit Pemusnahan



penyebab



penyakit



terutama



pemusnahan



terhadap



bibit



penyakit/kuman dan hewan tumbuh-tumbuhan atau benda yang mengandung bibit penyakit. 5) Penanganan jenazah akibat wabah



Terhadap jenazah akibat penyebab wabah perlu penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya untuk menghindarkan penularan penyakit pada orang lain. 6) Penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya kepada orang lain. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif dalam menanggulangi wabah. 7) Upaya penanggulangan lainnya Upaya penanggulangan lainya adalah tindakan-tindakan khusus masing-masing penyakit yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah.(Menteri Kesehatan RI, 2010) 10. Penyusunan Laporan Wabah Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang baik secara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara lisan kepada instansi kesehatan setempat berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian wabah yang disarankan dapat dilaksanakan. Laporan tertulis diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan epidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan menerapkan teknik-teknik sistim surveilans yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian wabah.



DAFTAR PUSTAKA



1. Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC 2. Sumampouw, Oksfriani Jufri. 2017. Pemberantasan penyakit menular. Yogyakarta: Deepublish. 3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2013 tentang Wabah (KLB) Keracunan Pangan. 6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 949 tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Wabah (KLB). 8. Peraturan Menteri Pertahanan No. 40 Tahun 2014 tentang Wabah (KLB) secara Epidemiologis. 7. PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 8. Kep Menkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelengaraan Sistim Surveilans Epidemiologi Kesehatan 9. Kep Menkes No 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sisitim Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular 10. Permenkes No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistim Kewaspadaan Dini KLB 11. UU Kesehatan No 23 tahun 1992, pasal 31