Definisi Dan Sejarah Psikologi Neurosains [PDF]

  • Author / Uploaded
  • BOB
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “PSIKOLOGI NEUROSAINS DAN KAITANNYA DENGAN BIOPSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI KOGNITIF DAN SEJARAH PSIKOLOGI NEUROSAINS”



Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “NEUROSAINS DALAM PEMBELAJARAN AUD ” Dosen Pengampuh : Dr. Musdalifah Dachrud, S.Ag, S.Psi, M.Si



Disusun Oleh: Julianty Maskun (1825009) Semester 4



FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PRODI PIAUD MANDIRI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO 2020



0



BAB I PENDAHULUAN Neurosains adalah sistim pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim kerja syaraf. Pendidik umumnya jarang memperhatikan permasalahan ini. Pengabaian terhadap sistim ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati. Otak mengatur seluruh fungsi tubuh; mengendalikan kebanyakan perilaku dasar manusia seperti halnya makan, tidur, dan menghangatkan tubuh. Otak bertanggung jawab atas penciptaan peradaban, musik, seni, ilmu, dan bahasa. Terdapat seratus miliar neuron atau sel saraf di dalam otak. Diperkirakan dalam satu otak manusia, jumlah interkoneksi di antara sel-sel saraf lebih besar dari jumlah atom di alam semesta. Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa neuron-neuron yang menuju lapisan otak paling luar harus menempuh perjalanan panjang. Neuron-neuron ini menempel pada sel glial, merayap dengan kecepatan 60 per sejuta meter setiap jam, dan berhenti di berbagai tempat, tidak semuanya menuju lapisan terluar otak. Pada saat mencapai daerah yang menjadi tujuannya, neuron-neuron ini bergabung dengan neuron lain, membentuk koloni-koloni neuron dengan masing-masing tugas yang khas. Profesor Marian Diamond dalam Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa otak dapat berubah secara positif jika dihadapkan pada lingkungan yang diberi rangsangan, dan otak akan dapat menjadi negatif jika tidak diberi rangsangan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sangat penting menghadirkan lingkungan yang mampu merangsang siswa untuk dapat mengaktifkan otaknya. Lingkungan yang merangsang ini perlu dihadirkan dalam kondisi yang bervariasi. Mekanisme kerja otak sangat memberikan kedudukan yang penting dalam memahami setiap perubahan tingkah laku belajar yang dilakukan oleh seseorang. Berkaitan dengan hal itulah, maka penulis ingin memberikan penjelasan mengenai mekanisme kerja otak pada teori Neurosains dalam pengaturan informasi yang akan mendukung peran kita sebagai seorang pendidik.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi dan Konsep Psikologi Neurosains Manusia adalah makhluk yang selalu berfikir dengan otaknya sepanjgan hayatnya. Manusia membutuhkan asupan berupa informasi dan data dalam proses berpikirnya, yang nantinya akan dapat diolah maupun diproses, hingga akhirnya menghasilkan data atau informasi yang baru. Neurosains merupakan suatu bidang kajian yang mengenai system saraf yang terdapat di dalam otak manusia yang berhubungan dengan kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, danada kaitannya dengan pembelajar. (Husamah,2018) Neurosains merupakan salah satu lompatan keilmuan pendukung yang sangat memeberikan konstribusi dalam menelaah dan memahami perkembangan psikologi melalui kajian keilmuan tentang sel saraf temuan yang dimaksud di antaranya dikemukakan oleh Wittrock menentukan bahwa terdapat tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu serabut dendrite, kompleksitas hubungan dendrite, dan pembagian sel saraf. (Wiyani dan Barnawi, 2012) Neurosains mempelajari mengenai otak dan seluruh fungsi-fungsi syaraf belakagan ini telah berkembang menjadi Neuropsikiatri dan Neurobehavior (penggabungan antara perilaku dan fungsi otak). Penggabungan ini didasari karena otak merupakan sumber dari pemikiran.reaksi-reaksi di otak yang di sebut dengan Neurochemistry, Neurohormonal, Neuromekanikal merupakan sumber reaksi yang menggerakkan otak kita untuk berpikir. Neurosains disebut dengan ilmu otak, karena mempelajari seluruh proses berpikir, sedangkan proses berpikir itu sendiri terkait ilmu pengetahuan, perilaku, attitude yang sangat luas cangkupannya. Neurosains juga menelaah penyakit pada otak dengan berbagai macam bentuk.



2



B. Tujuan Neurosains Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya. Penelitian mutakhir di bidang neurosains menemukan sejumlah bukti hubungan tidak terpisahkan antara otak dan perilaku (karakter) manusia. Melalui instrumen Positron Emission Tomography (PET) diketahui bahwa terdapat enam sistem otak (brain system) yang secara terpadu meregulasi semua perilaku manusia. Keenam sistem otak tersebut adalah cortex prefrontalis, sistem limbik, gyros cingulatus, ganglia basalis, lobus temporalis, dan cerebellum. Keenam sistem otak tersebut mempunyai peranan penting dalam pengaturan kognisi, afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ, EQ, dan SQ. 4 Pemisahan jasmani, ruhani dan akal akan berimplikasi pada pengembangan ketiganya (IQ, EQ



danSQ)



yang



secara



otomatis



melanggengkan



ketidakseimbangan pada ranah kognisi, afektif dan psikomotorik dalam pembelajaran. 5 Bukti ilmiah ini memberi inspirasi bahwa pendidikan karakter tidak ubahnya dengan mengembangkan potensi otak. Semua sistem dalam otak bekerja secara padu untuk membangun sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, meregulasi kinerja otak secara normal akan menghasilkan fungsi optimal sehingga perilaku dapat dikontrol secara sadar dengan melibatkan dimensi emosional dan spiritual. Dengan demikian, pendidikan karakter dapat dijelaskan dalam mekanisme kerja otak pada tingkat molekuler, khususnya enam sistem di atas. Atas dasar inilah neurosains yang disebut ilmu yang menghubungkan antara otak dan pikiran (brain-mind connection) atau jiwa dan badan, termasuk hati dan akal. Contoh di atas menunjukkan bahwa dunia pendidikan selama ini masih memisahkan (untuk tidak mengatakan mengalami konflik paradigma) antara otakpikiran, jiwa-badan, dan akal-hati.



3



C. Ruang lingkup Neurosains Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, neurosains mempelajari manusia secara utuh atau sains yang mempelajari manusia secara interdisipliner. Neurosains memiliki beberapa dimensi antara lain: Seluler-Molekuler Lingkup kajian seluler-molekuler ini mempelajari berbagai macam sel saraf dan bagaimana mereka melakukan fungsi-fungsi spesifik yang berbeda satu dengan yang lain untuk menghasilkan pelbagai perilaku yang kompleks, seperti emosi, kognisi, dan tindakan. Lebih singkatnya ketiganya adalah emosi dan rasio yang menjadi satu kesatuan dalam jaringan neural dari akal sehat.6 Hal tersebut memunculkan pengetahuan dan tindakan yang diakibatkannya. Sistem Saraf Biding sistem saraf mengkaji sel-sel saraf yang berfungsi sama dalam sebuah sistem yang kompleks. Misalnya, masalah penglihatan dikaji dalam "sistem visual"; masalah gerakan dikaji dalam "sistem isotonik" atau sistem kinestetik; masalah pendengaran dikaji dalam "sistem auditori"; dan seterusnya. Neurosains Perilaku Neurosains perilaku mengkaji bagaimana berbagai sistem syaraf bekerja sebagaimana disebutkan di atas bekerja sama untuk menghasilkan perilaku tertentu. Misalnya, bagaimana saraf visual, saraf auditori, saraf motorik memproses informasi (materi pelajaran) secara simultan (meskipun hanya salah satu yang dominan). Neurosains Sosial (Sosiosains) Bidang ini mempelajari bagaimana "otak sosial" manusia berperan dalam membantu manusia membentuk hubungan dengan orang lain. Kemampuan manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain merupakan nature-nya yang tersimpan secara biologis dalam otak. Meskipun bukan merupakan sistem yang terlokalisasi dan mudah diidentifikasi dengan jelas, "otak sosial" memiliki akar



4



yang kuat dalam interaksi antara pelbagai bagian. Komponen lobus frontal, seperti cortex prefrontal, cortex orbitofrontal dan cortex ventromedial merupakan komponen utama yang bertanggung jawab untuk itu. Instrumentasi Teknologi Neurosains dan Implikasinya dalam Pembelajaran Neurosains kini menjadi satu-satunya bidang ilmu yang mengalami perkembangan paling pesat. Semakin jelas pengamatan terhadap akivitas otak, semakin mudah mengontrol perilaku seseorang, semakin pesat pula kegiatan neurosains. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan otak yang berkontribusi bagi pendidikan: 1. Electroencephalography (EEG) dan Magnetoencephalography (MEG) EEG dan MEG mampu membaca seberapa cepat informasi diproses dalam otak. untuk mengukurnya, alat ini mendeteksi aktivitas elektrik dan magnetik yang terjadi pada otak selama proses mental (termasuk proses belajar-mengajar) berlangsung. Adapun pada MEG, sekitar 100 detektor magnetik ditempelkan sekitar kepala untuk mencatat aktivitas magnetik otak. EEG dan MEG mencatat perubahan yang terjadi di dalam otak secara kontinyu, yakni dalam kisaran satu mili detik (satu per seribu detik) kisaran umum waktu yang dibutuhkan otak untuk memproses kata. Hasil pencatatan memberi informasi mengenai waktu yang diperlukan oleh otak untuk proses membaca atau menghitung angka matematika.7 2. Positron-Emission Tomography (PET) PET merupakan teknologi yang diakui untuk mengobservasi fungsi- fungsi otak yang mengandung radioaktif pada subjek di mana cairan akan bereaksi ke dalam otak. Wilayah bereaksi ke tingkat tinggi akan mengakumulasi lebih banyak radiasi dan aktivitas ini ditangkap oleh cincin detektor yang di pasang di sekitar kepala subjek (pasien). 3. Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI) Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI) merupakan teknologi yang dengan cepat menggantikan pemindaian PET karena efek radiasi yang terlalu 5



tinggi. Teknologi ini mampu menunjukkan area-area otak yang lebih besar atau lebih kecil ketika memproses informasi (belajar). Operasinya berdasarkan fakta bahwa bagian otak yang lebih aktif membutuhkan oksigen dan nutrisi yang lebih tinggi. Oksigen dibawa menuju sel-sel otak oleh hemoglobin. Hemoglobin mengandung zat besi yang bersifat magnetik. FMRI memiliki magnet untuk membandingkan jumlah hemoglobin teroksigenasi yang memasuki otak dengan hemoglobin teroksigenasi. 4.



Functional Magnetic Resonance Spectroscopy (FMRS)



FMRS menunjukkan dengan tepat area yang sedang aktif berpikir otak serta dapat mengidentifikasi apakah zat-zat kimiawi muncul pada area otak teraktivasi. 5.



Single Photon Emission Computed Tomography (SPELT)



SPELT adalah istrumen yang paling canggih di bidang neurosains. Teknologi ini mampu merekam gelombang otak ketika manusia melakukan kegiatan tertentu tanpa membawa prang tersebut ke dalam laboratorium rekam medis. Dalam konteks pendidikan, kelima instrumentasi teknologi pemindaian otak di atas berimplikasi terhadap perubahan pandangan terhadap otak peserta didik, khususnya aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang pasif dan menegangkan (peserta didik hanya duduk terdiam sambil mendengarkan ceramah guru) tidak banyak mengaktivasi otak peserta didik sehingga hasilnya kurang optimal. Sebaliknya, pembelajaran yang aktif dan menyenangkan (peserta didik diajak bergerak, tertawa, dan bertanya), lebih banyak mengaktifkan area-area otak sehingga pembelajaran jauh lebih berhasil. D. Perluasan Wilayah Kajian Neurosains Neurosains mempelajari manusia dalam pengertian seutuhnya, termasuk perilaku (karakter) melalui pemahaman terhadap cara kerja sel-sel saraf, khususnya interaksi otak-pikiran, jiwa-badan, dan hati-akal. Tumpuan utama neurosains adalah neuroatiatonzi dan fletiologi yakni ilmu yang membahas arsitektur dan fungsi khusus persarafan dengan pendekatan yang lebih makro. Dalam hal ini, termasuk struktur sel saraf secara mikroskopis dan bagaimana sel saraf tersebut 6



berhubungan satu dengan yang lain untuk membentuk sebuah sirkuit (wiring diagram) dan masih banyak cakupan dalam kajian neurosains. INS (Indonesia Neuroscience Society) memetakan cakupan kajian neurosains sebagai berikut. 1. Clinical Neuroscience: neurosains klinis terdiri dari spesialisasi medis seperti neurologi, bedah saraf, psikiatri, dan profesi kesehatan terapan non-dokter, seperti terapi wicara. 2. Educational



Neuroscience:



neurosains



pendidikan



dengan



menambahkan perspektif neurosains mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi. Bidang ini (neurosains pendidikan) mulai menemukan bentuknya pada ilmu saraf 3. Cognitive Neuroscience: neurosains kognitif adalah suatu studi kognitif tentang substrat biologic yang mendasari kognisi dengan lebih spesifik pada substrat saraf dari proses mental, terutama soal belajar memori, persepsi, dan berpikir. Neurosains kognitif termasuk salah satu bidang ilmu yang paling pesat 4. Social



and



Cultural,



neurosains



sosial-budaya



adalah



bidang



interdisipliner yang ditujukan untuk memahami bagaimana sistem biologic diwujudkan dalam perilaku sosial. 5. Developmental Neuroscience: studi neurosains perkembangan adalah proses- proses yang menghasilkan bentuk dan membentuk kembali sistem



saraf



serta



berusaha



menjelaskan



dasar



seluler



dari



perkembangan saraf guna mengatasi mekanisme yang mendasari sebuah gangguan. 6. Neuroscience, Health and Spirituality: studi tentang hubungan spiritualitas, kesehatan spiritual dengan kesehatan fisik terutama kesehatan otak. 7. Cellular and Molecular Neuroscience: studi neurosains pada tingkatan molekuler dan genetic untuk mendapatkan pemahaman lebih jelas dan utuh tentang gangguan penyakit, atau seluk beluk perilaku manusia. 7



8. Nutritional Neuroscience: studi tentang hubungan nutrisi dengan otak, baik untuk pencegahan, pengobatan maupun peningkatan kemampuan otak. Nutrisi diketahui merupakan bagian penting bagi otak. Artinya, terdapat jenis- jenis nutrisi yang secara spesifik sangat bergizi bagi otak sehingga otak dapat bekerja lebih optimal. 9. Neurotica and Criminical Neuroscience: studi tentang hubungan otak dan kekerasan. 10. Drugs Addiction and Neuroscience: studi gangguan otak yang difokuskan pada obat. Studi ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan mencari jalan keluar bagi penyalahgunaan obat pada level individu dan kolektif. Sejak ditemukannya bahwa otak dapat memproduksi zat endorfin, banyak terapis yang memanfaatkannya untuk terapi kasus narkoba. 11. Psychoneuroimmunology: studi tentang hubungan otak, jiwa, dan sistem kekebalan tubuh. Titik tekan studi ini adalah kekebalan tubuh kaitannya dengan jiwa dan otak. 12. Neuroscience



Computational,



Neuro-bioinformatics



dan



neuroengineering: studi tentang pemanfaatan neurosains dalam hiding komputer, seperti robot dan kecerdasan artificial, termasuk juga perantiperanti teknis dan elektronik yang digunakan untuk meningkatkan fungsi otak atau mengatasi gangguan otak. E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Neurosains Winarno (1994) mengungkapkan bahwa sebagai suatu teori pembelajaran berbasis kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-kelebihannya adalah sebagai berikut: 



Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.







Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses pembelajaran. 8







Menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan didukung.







Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.







Dapat



menggunakan



berbagai



model-model



pembelajaran



dalam



mengaplikasikan teori ini. Dianjurkan untuk memvariasikan model-model pembelajaran tersebut, supaya potensi pebelajar dapat dibangunkan. Adapun kelemahan-kelemahan dari teori ini adalah sebagai berikut: 



Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang teori ini (masih baru).







Memerlukan



waktu



yang tidak



sedikit



untuk



dapat



memahami



(mempelajari) bagaimana otak kita bekerja. 



Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang baik bagi otak.







Memerlukan



fasilitas



yang



memadai



dalam



mendukung



praktek



pembelajaran teori ini F. Kaitan Biopsikologi dengan Neurosains Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Biopsikologi adalah studi ilmiah tentang biologi perilaku, contohnya seperti : “Mengapa jantung terasa berdebar ketika sedang takut atau jatuh cinta?” , “Mengapa wajah orang menjadi merah ketika sedang marah?” atau “Bagaimana bisa orang yang bahagia atau stress dapat mempengaruhi kesehatannya?”. Studi biologi-perilaku memiliki sejarah yang panjang. Pada abad ke-20 biopsikologi belum berkembang menjadi suatu disiplin neurosains. Penerbitan The Organization of Behavior pada 1949 oleh D.O Hebb memiliki peran besar dalam eksistensi Biopsikologi dalam dunia pengetahuan. Dalam bukunya tersebut, Hebb mengembangkan suatu teori komprehensif (luas dan lengkap tentang



suatu ruang lingkup atau isi) pertamanya tentang



bagaimana suatu fenomena yang kompleks mungkin di produksi oleh aktivitas otak, seperti pemecahan masalah, emosi, persepsi dan ingatan. 9



Namun, teori Hebb tersebut banyak dianggap remeh orang lain, karena mereka menganggap bahwa fungsi psikologis terlalu kompleks untuk dicari akar fisiologis atau proses kimiawi-otak nya. Hebb mendasarkan teorinya pada berbagai eksperimen yang melibatkan manusia maupun hewan dalam suatu laboratorium, pada studi-studi kasus klinis, dan pada argumen-argumen logis yang dikembangkan dari observasinya yang menunjukan suatu pemahaman yang mendalam dan akuratterhadap kehidupan sehari-hari. Pendekatan eklektiknya (bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber tentang orang, gaya, metode) menjadi suatu ciri khas penyelidikan biopsikologis. Pengertian Biopsikologi Biopsikologi adalah ilmu yang mempelajari mekanisme perilaku dan pengalaman dari sisi fisiologi, evolusi, serta perkembangan. Pembahasan biopsikologi terpusat pada fungsi otak. Biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Pengertian-pengertian biopsikologi menurut para ahli : Dewsbury (1991) – Biopsikologi adalah studi ilmiah tentang biologi tingkah laku. Pinel (2009) menyebutnya dengan istilah Biopsikologi karena menunjukan pendekatan biologis pada studi tentang psikologi bukan pendekatan psikologi pada studi tentang biologi. Biopsikologi adalah ilmu yang membahas keterkaitan antara aspek biologis dan aspek psikologis yang dalam hal ini secara khusus berobjek pada manusia. Studi biopsikologi dipelajari di dunia psikologi tentang manusia. Kaitan Biopsikologi dengan Ilmu Lain Meskipun biopsikologi tergolong ilmu yang masih muda, namun ia memiliki perkembangan yang cepat dan memiliki kaitan yang erat dengan disiplin ilmu yang lain, diantaranya:



10



1. Biological Psychiatry, membahas tentang biologi yamg berkaitan dengan penyimpangan psikiatris dan perlakuan (treatment) terhadap penyimpangan tersebut melalui manipulasi otak. 2. Developmental Neurobiology, membahas tentang perubahan sistem saraf sejalan dengan kemasakan dan usia; neurobiology biasa juga disebut dengan neuroscience. 3. Neuroanatomy, mempelajari tentang struktur atau anatomi sistem saraf. 4. Neurochemistry, mempelajari proses-proses kimiawi yang muncul akibat aktivitas saraf, terutama proses yang mendasari transmisi sinyal melalui sel-sel saraf. 5. Neuroendocrinology, mempelajari interaksi antara sistem saraf dengan kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang diproduksinya. 6. Neuroethology, mempelajari kaitan antara sistem saraf dan perilaku yang muncul dalam lingkungan alami hewan dan dalam lingkungan laboratorium yang dikontrol ketat. 7. Neuropathology, mempelajari penyimpangan sistem saraf. 8. Neuropharmacology, mempelajari efek obat-obatan pada sistem saraf, terutama yang mempengaruhi transmisi sel saraf. 9. Neurophysiology, mempelajari respon sistem saraf, terutama yang terlibat dalam transmisi sinyal elektronik melalui sel-sel saraf dan antara sel-sel saraf. G. Kaitan Neurosains dengan Psikologi Kognitif Neurosains atau biasa disebut ilmu syaraf ialah ilmu yang mempelajari mengenai sistem syaraf atau neuron, yakni mencakup struktur, fungsi, perkembangan, dan patologi atau permasalahan permasalahan yang berhubungan. Sedangkan psikologi kognitif sendiri ialah bagian dari ilmu psikologi yang mempelajari proses mental seperti perhatian, penggunaan bahasa, persepsi, dan pola pikir seseorang. Keduanya tentu saling berhubungan sebab sama sama bekerja dalam satu sistem, yakni syaraf dan mental, keduanya sama sama berkaitan satu sama lain 11



dan saling melengkapi berikut 13 hubungan neurosains dengan psikologi kognitif beserta uraiannya secara lengkap. 1. Struktur Pikiran Hubungan neurosains dengan psikologi kognitif yang pertama ialah mendukung struktur pikiran untuk mengetahui segala sesuatu mengenai sistem kognitif yang bersifat teoritik. Dari teori tersebut dijabarkan menjadi bahan yang mampu menjelaskan pikiran seseorang berhubungan dengan kognitif atau pola pikir seseorang sehingga diketahui dari mana pola pikir dan struktur itu berasal. (Baca juga mengenai komponen kognitif dalam sikap). 2. Menggambarkan Kinerja Pikiran Ialah berhubungan dengan sistem kerja pikiran manusia hingga mampu menghasilkan gambaran mengenai kinerja pikiran yang berhubungan dengan kemampuan kognitif seseorang seperti kemampuan berbahasa, kreatifitas, pola pikir, dan sebagainya sehingga diketahui secara jelas bagaimana kinerja itu berasal dan berproses hingga menjadi sesuatu yang terlihat dan terungkap secara fisik. (Baca juga mengenai aplikasi kognitif dalam kehidupan sehari hari). 3. Simulasi Kognisi Hubungan neurosains dengan psikologi kognitif juga sebagai simulasi kognisi atau perkiraan yang tepat untuk mampu mengembangkan perangkat lunak yang mampu berperilaku seperti otak manusia, hal itu diciptakan oleh peneliti atau ilmuwan yang juga bekerja sama dengan pihak pihak yang memahami mengenai psikologi kogniti untuk menciptakan piranti yang bermanfaat bagi manusia. (Baca juga mengenai struktur kognitif dalam fungsi ideologi). 4. Mengungkap Proses yang Belum Pernah Ada Neurosains mampu mengintip ke dalam otak manusia hingga mengetahui proses apa saja yang belum pernah ada dan menjadi bahan untuk memahami lebih lanjut segala sesuatu yang belum dimengerti dan menjadi bahan untuk menemukan ilmu ilmu baru yang belum pernah diketahui sebelumnya serta memahami proses yang terjadi mulai dari apa yang ada dalam struktur otak hingga menjadi tampilan yang 12



mampu dipahami secara psikologi. (Baca juga mengenai cabang cabang psikolinguistik). 5. Menentukan Bagaimana Mental Bekerja Hubungan neurosains dengan psikologi kognitif yang selanjutnya ialah mampu mengetahui bagaimana mental manusia bekerja hingga mampu menghasilkan proses kognitif dimana tiap orang memiliki hasil yang berbeda dan memiliki kemampuan yang berbeda, dalam hal ini umumnya akan diteliti darimana dan bagian otak mana yang berperan untuk menciptakan proses tersebut. (Baca juga mengenai cara mengatasi trauma perselingkuhan). 6. Mengetahui Pemrosesan Informasi Ialah untuk mengetahui bagaimana cara untuk menciptakan pemrosesan informasi hingga terjadi proses mental yang berkelanjutan dan menciptakan respon manusia dimana semuanya berhubungan dengan sistem yang ada di dalam otak, diproses sesuai dengan pandangan dan kemampuan manusia tersebut dan menjadi informasi akhir yang menghasilkan proses kognitif. 7. Menyelesaikan Patologi Dalam sistem psikologi kognitif tentunya sering ditemui permasalahan dan segala sesuatu yang tidak normal, misalnya ialah mengenai pola pikir yang mengalami perkembangan tidak sesuai dengan usia dan batas kemampuannya atau mengenai kemampuan berbahasa yang tidak normal, dari hal itu akan diteliti bagian otak atau syaraf mana yang berperan dan tidak maksimal dalam pekerjaannya. 8. Memperkirakan Respon Psikologi Ialah mengetahui bagaimana sistem syaraf bekerja hingga menghasilkan respon psikologi yang tepat yang berhubungan dengan kemampuan kognitif seseorang, hasil dari tindakan manusia tersebut dapat diperkirakan berdasarkan ilmu syaraf yang dimiliki dan menjadi sesuatu yang berupa bahan untuk mengetahui keadaan psikologi seseorang.



13



9. Mengetahui Pola Pikir Hubungan neurosains dengan psikologi kognitif ialah mengenai pola pikir seseorang, bagaimana pola pikir seseorang terbentuk dapat diketahui dengan adanya ilmu neurosains yang dapat memperkirakan respon seseorang ketika menemui suatu rangsangan hingga menghasilkan kemampuan kognitif yang beragam dan pola pikir yang sejalan dengan apa yang ada dalam otaknya. 10. Kemampuan Berbahasa Yaitu untuk mengetahui bagaimana kemampuan berbahasa seseorang dan sejauh mana ia mampu berkomunikasi dengan jelas baik itu menggambarkan mengenai apa yang ada dalam dirinya sendiri maupun apa yang ia mampu sampaikan kepada orang lain, kemampuan tersebut juga dapat diperkirakan dan berhubungan dengan kecerdasan seseorang. 11. Menggambarkan Secara Detail Bagaimana sistem kerja otak bekerja hingga menghasilkan kemampuan kognitif yang berbeda dapat digambarkan dengan detail karena adanya ilmu neurosains dimana ilmuwan di masa ini telah mampu menciptakan berbagai alat yang berhubungan erat dengan kemampuan manusia, segalanya dapat diperkirakan dan dipahami dengan mudah serta mendapatkan hasil yang tepat. 12. Mengetahui Cara Kerja Jika sebelumnya ilmu psikologi kognitif hanya berhubungan dan diketahui dengan cara perkiraan melalui tes, pemahaman secara langsung, atau melalui wawancara, kini bagaimana otak bekerja sama dengan tubuh dapat diketahui dengan jelas karena terdapat sistem kerja otak yang dapat diketahui, bagaimana bagian bagian tubuh bekerja dapat dipahami dan diketahui dengan mudah. Hal ini menjadikan psikologi kognitif memiliki kemajuan yang lebih baik karena mampu disesuaikan dengan apa yang ada dalam pikiran manusia, tiap tes yang dilakukan dapat dilihat secara langsung bagaimana otak meresponnya dan bagaimana sistem tersebut bekerja pada tubuh dan saling berhubungan.



14



13. Menciptakan Alat yang Berhubungan dengan Sains Pada masa ini tentunya banyak alat alat yang berhubungan dengan psikologis, baik itu alat yang dihubungkan dengan sistem kesehatan atau dihubungkan dengan bidang lain yang membantu kerja berbagai bidang tersebut sehingga dalam suatu penelitian atau memperhatikan sesuatu dapat dilakukan dengan jauh lebih mudah dan detail. Hal itu tentunya memudahkan pekerjaan berbagai jenis bidang dan berbagai pihak yang sebelumnya hanya mampu melihat secara manual menjadi mampu melihat dengan sistem yang jelas dengan perkiraan yang hampir benar, setiap pekerjaan menjadi lebih cepat dan setiap hasil menjadi lebih maksimal detailnya, serta dapat digunakan untuk bahan penelitian lebih lanjut yang memudahkan segala pekerjaan manusia secara umum dan khusus. SEJARAH PSIKOLOGI NEUROSAINS Ilmu saraf atau neurosains adalah bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron.[1] Area studi mencakup struktur, fungsi, sejarah evolusi, perkembangan,



genetika,



biokimia,



fisiologi,



farmakologi,



informatika,



penghitungan neurosains dan patologi sistem saraf. Awalnya merupakan cabang dari ilmu biologi, namun ilmu ini telah berkembang dan menarik berbagai jenis ilmu lain untuk memanfaatkan pendekatan ilmu saraf termasuk diantaranya adalah kognitif, neuro-psikologi, ilmu komputer, statistika, fisika dan kedokteran. Rentang bidang ilmu saraf telah meluas dengan mengikut sertakan percobaan ilmiah secara sistematis maupun penyelidikan teoritis dari sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi dari organisme biologis. Metodologi empiris yang digunakan oleh ilmuwan ilmu saraf saat ini telah berkembang dengan cepat. Dari studi molekuler dan seluler dari sel-sel saraf individu hingga pemotretan sensor, dan dan tugas motorik di otak. Karena semakin berkembangnya jumlah ilmuwan yang mempelajari bidang studi ini, beberapa organisasi neuroscience terkemuka telah dibentuk untuk menyediakan forum untuk semua ahli ilmu saraf dan pendidik. Contohnya,



15



International Brain Research Organization didirikan pada 1960,[2] International Society for Neurochemistry pada tahun 1963,[3] European Brain and Behaviour Society pada tahun 1968,[4] dan Society for Neuroscience pada tahun 1969. Penelitian ilmiah dari sistem saraf telah meningkat secara signifikan pada paruh kedua abad kedua puluh, terutama karena kemajuan dalam biologi molekuler, elektrofisiologi, dan komputasi ilmu saraf. Hal ini memungkinkan ahli saraf untuk mempelajari sistem saraf dalam segala aspeknya: bagaimana strukturnya, cara kerjanya, bagaimana berkembangnya, bagaimana malafungsi hal tersebut, dan bagaimana hal itu dapat diubah. Neuron adalah sel khusus untuk komunikasi. Mereka mampu berkomunikasi dengan neuron dan jenis sel lain melalui sambungan khusus yang disebut sinapsis, dimana sinyal listrik atau elektrokimia dapat ditransmisikan dari satu sel ke sel lainnya. Banyak neuron mengekstrusi filamen tipis panjang protoplasma yang disebut akson, yang dapat memperpanjang ke bagian tubuh yang jauh dan mampu membawa sinyal listrik dengan cepat, mempengaruhi aktivitas neuron lain, otot, atau kelenjar pada titiktitik terminasi mereka. Sebuah sistem saraf muncul dari kumpulan neuron yang saling terhubung satu sama lain. Pada vertebrata, sistem saraf dapat dibagi menjadi dua bagian, sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan sistem saraf perifer. Dalam banyak spesies - termasuk semua vertebrata -sistem saraf adalah sistem organ yang paling kompleks dalam tubuh, dengan sebagian besar kompleksitas yang berada di otak. Otak manusia sendiri mengandung sekitar seratus miliar neuron dan seratus triliun sinapsis; terdiri dari ribuan substruktur yang dibedakan, terhubung satu sama lain dalam jaringan sinaptik yang kerumitan mulai terurai. Mayoritas dari sekitar 2025,000 gen milik genom manusia dinyatakan secara khusus di dalam otak. Karena plastisitas otak manusia, struktur sinapsis dan fungsi mereka sehingga berubah sepanjang



hidup..[6] Dengan demikian



tantangan



membuat



rasa semua



kompleksitas ini berat.



16



Neuroscience molekuler dan seluler Studi tentang sistem saraf dapat dilakukan pada berbagai tingkat, mulai dari tingkat molekuler dan seluler dengan sistem dan tingkat kognitif. Pada tingkat molekuler, pertanyaan dasar dibahas dalam neuroscience molekuler termasuk mekanisme di mana neuron mengekspresikan dan merespon sinyal molekul dan bagaimana aksonmembentuk pola konektivitas kompleks. Pada tingkat ini, peralatan dari biologi molekuler dan genetika digunakan untuk memahami bagaimana neuron berkembang dan bagaimana perubahan genetik mempengaruhi fungsi biologis. Morfologi, identitas molekul, dan karakteristik fisiologis neuron dan bagaimana mereka berhubungan dengan berbagai jenis perilaku juga menarik untuk dikaji. Pertanyaan-pertanyaan mendasar dibahas dalam ilmu saraf seluler termasuk mekanisme bagaimana neuron memproses sinyal fisiologis dan elektrokimia. Pertanyaan-pertanyaan ini mencakup bagaimana sinyal diproses oleh neurites - ekstensi tipis dari badan sel saraf, terdiri dari dendrit (mengkhususkan diri untuk menerima input sinaptik dari neuron lain) dan akson (mengkhususkan diri untuk melakukan impuls saraf yang disebut potensial aksi)dan somas (badan sel neuron yang mengandung inti), dan bagaimana neurotransmitter dan sinyal listrik ini digunakan untuk memproses informasi dalam neuron. Area utama lain neuroscience diarahkan pada pemeriksaan dari perkembangan sistem saraf. Pertanyaan-pertanyaan ini meliputi pola dan regionalisasi dari sistem saraf, sel induk saraf, diferensiasi neuron dan glia, migrasi neuronal, aksonal dan pengembangan dendritik, interaksi trofik, dan pembentukan sinaps. Sirkuit neural dan sistem Pada tingkat sistem, pertanyaan yang dibahas dalam sistem ilmu saraf termasuk bagaimana sirkuit neural terbentuk dan digunakan anatomis dan fisiologis untuk menghasilkan fungsi seperti refleks, integrasi multiindrawi, koordinasi motorik, irama sirkadian, respon emosional, pembelajaran, dan memori. Dengan kata lain, mereka membahas bagaimana sirkuit saraf berfungsi 17



dan melalui perilaku mekanisme yang dihasilkan. Bidang yang terkait neuroethology dan neuropsikologi menjawab berbagai pertanyaan tentang bagaimana substrat saraf mendasari hewan tertentu dan perilaku manusia. Neuroendocrinology dan psikoneuroimunologi meneliti interaksi antara sistem saraf dan endokrin dan sistem kekebalan tubuh masing-masing. Meskipun banyak kemajuan, cara jaringan neuron menghasilkan kognisi kompleks dan perilaku masih kurang dipahami.



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Neurosains merupakan bidang kajian mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan keterkaitannya terhadap pembelajaran. Kerja otak melibatkan aktivitas neuron, dimana impuls listrik mengalir dari neuron menuju dendrit melalui akson dan berhenti pada ujung akson yang membentuk sinapsis kemudian dilanjutkan oleh neutransmiter untuk diterima oleh penerima khusus pada neuron berikutnya. Pada dasarnya belajar adalah pembentukan hubungan-hubungan baru antara neuron, ini terjadi kompleksitas peningkatan cabang-cabang dendrite dalam otak. Oleh sebab itu belajar dalam teori neurosins sangat dipengaruhi kesiapan dalam belajar dan lingkungan belajar itu sendiri. Mekanisme mengingat informasi diantaranya ialah melakukan penyandian dengan tepat, pengulangn, dan pemrosesan makna untuk memperpanjang ingatan. Penerapan Neurosains dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan penggunaan peta konsep (mind map). Pembelajaran Neurosains memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya salah satunya ialah  memberikan suatu pemikiran



baru



tentang



bagaimana



otak



manusia



bekerja. Salah



satu



kelemahannya adalah memerlukan waktu yang panjang untuk memahaminya dan pembelajaran ini masih tergolong baru.



19



DAFTAR PUSTAKA Blackwell, L., Trzesniewski, K., & Dweck, C. 2008. Implikasi Theories of Intelegence Predict Achievement Across an Adolescent Transition: A Longitudinal Study and an Intervention. (Online). Hergenhahn, B. R. & Olson, M.H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Terjemahan oleh Tri Wibowo B.S. cetakan ke II. Jakarta: Kencana. Husamah. Pantiwati, Yuni. Restian, Arina. Sumarsono, Puji. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press. Japardi, I. 2002. Learning and Memory. Maklah. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Jatmiko, W., Mursanto, P., Fajar, M., Tawakkal, M. I., Trianggoro, W., Rambe, R. S., Fauzi, Ramadhan, A. 2011. Implementasi berbagai Alogaritma Neural Network dan Wavelet pada Field Programmble Gate Array (FPGA). Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer UI. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: MLC. Utari, R. 2013. Taksonomi Bloom: Apa dan Bagaimana Menggunakannya?. Pusdiklat KNPK. Winarno, E. M. 1994. Belajar Motorik. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Malang. Wiyani, N. A. & Barnawi. 2012. Format PAUDI. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. https://psikodemia.com/biopsikologi-definisi-dan-penjelasan/ https://dosenpsikologi.com/hubungan-neurosains-dengan-psikologi-kognitif https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_saraf



20