Deskripsi Kitab Tafsir Sufyan Al [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDAHULUAN Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad



saw



melalui



perantaraan



malaikat



Jibril,



dan



Nabi



saw.



menyampaikannya kepada umatnya. Para sahabat yang hidup bersama Nabi saw. tidak kesulitan dalam memahami al-Qur’an. Di samping karena al-Qur’an menggunakan bahasa mereka, juga karena mereka sering mendapatkan pengajaran dan penjelasan dari Nabi saw. akan tetai tidak semua sahabat mengetahui makna yang terkandung dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya sangat variatif dalam mehamai isi dan kandungan al-Qur’an. Sebagai orang yang paling mengetahui makna al-Qur’an, Rasulullah selalu memberikan penjelasan kepada sahabatnya. Metode penafsiran al-Qur’an pada masa Nabi swa adalah penjelasan secara langsung oleh beliau sendiri , sebab orang yang paling memahami alQur’an adalah Rasulullah. Ketika para sahabat menanyakan tentang suatu makna dari suatu ayat tertentu, maka Rasulullah yang langsung memberikan penjelasan kepada para sahabat. Keadaan ini terus berlangsung hingga Nabi saw. wafat. Bentuk penafsiran Rasulullah merupakan penafsiran bi al-ma’tsur, yang menjadi anutan berbagai kitab tafsir bi al-ma’tsur. Adapun kali ini akan dibahas mengenai suatu kitab tafsir berbentuk tafsir al-ma’tsur, yaitu tafsir Sufyan al-Tsauri, yang menjadi rujukan berbagai kitab tafsir sejenis generasi selanjutnya.



PEMBAHASAN A. Profil Sufyan al-Tsaurīy Nama pengarang kitab tafsir ini adalah Abū `Abdullāh Sufyān ibnu Sa`īd ibnu Masrūq al-Tsaurīy al-Kūfī. Lahir di Atsir, di kota Kufah yang menjadi ibukota negeri `Irāq, pada masa Khalifah Sulaimān ibnu `Abdullāḥ al-Malik alAmawīy. Adapun tahun lahirnya, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Menurut al-Waqidi, yang kemudian pendapat ini diikuti oleh Ibnu Sa`d dan alBukhari, berpendapat bahwa tahun lahir al-Tsauri adalah 97 Hijriyyah atau 715 menurut perhitungan Masehi. Tetapi al-Khatib meriwayatkan dari `Ali ibnu Shālih, ia mengatakan,”Kami lahir pada tahun 100 H, sedangkan Sufyan lebih tua 5 tahun dari kami.” Ibnu Khalkān dan al-Yafi`i menukil suatu riwayat yang menunjukkan bahwa al-Tsauri lahir pada tahun 96 H. Sedangkan al-Tibrizi yang kemudian diikuti oleh al-Fatani dan al-Dahlawi, mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 99 H. Adapun yang menjadi pegangan adalah yang pertama (yaitu tahun 97 H) seperti yag ditulis al-Jizri di dalam Al-Ghāyah. Pada saat itu Kufah menjadi tempat penting ilmu-ilmmu syar`i; hadits dan fikih. Rumah Ats-Tsauri sendiri menjadi tempat pertemuan untuk belajar hadis. Beliau kemudian mengikuti jejak ayahnya dalam belajar hadis dengan para ahli hadis, di antaranya Abu Ishaq al-Sabi`i, Manshur ibnu al-Mu`tamar, Salamah ibnu Kahil, Habib ibnu Abi Tsabit, Ayyub al-Sikhtiyani, Ashim al-Ahwal, Umar ibnu Dinar, dan yang lainnya. Adapun murid-murid beliau adalah Malik ibnu Anas, Yahya ibnu Sa`id alQaththan, al-Awza`īy, Ibnu al-Mubarak, Sufyan ibnu `Uyainah. Mereka semua adalah para ahli hadis. Sufyan al-Tsauri wafat pada bulan Sya`ban tahun 161 H yang bertepatan dengan 778 Masehi. Ini menurut al-Bukhari, al-Thabari, al-Mas`udi, Ibnu alNadim, al-Hakim, al-Sam`aniy, Ibnu al-Jauziy, Ibnu al-Atsir, Ibnu Khalkan, alDzahabiy, ibnu Hajar, dan yang lainnya. Sedangkan menurut al-Khathib yang



meriwayatkan dari Khalifah ibnu Khayyath mengatakan bahwa al-Tsauri wafat pada tahun 162 H. B. Profil Kitab Tafsir Sufyan al-Tsauri 1. Naskah Tafsir al-Tsauri Terkait naskah al-Tsauri, tidak ditemukan naskah yang sama dengan naskah yang ada, yaitu naskah yang jadi referensi dalam penulisan makalah ini. Adapun naskah referensi tersebut memiliki kekurangan dari awal hingga akhir, dan . Sebagai catatan, ada dua Sufyan yang hidup pada zaman yang sama, yaitu Al-Tsauri dan Ibnu `Uyainah. Keduanya memiliki tafsir al-Qur’an sebagaimana disebutkan di dalam Kasyf al-Zhunūn.1 AlHājj al-Khalīfah menyebutnya “Tafsir al-Tsauri”, tetapi ia sendiri belum pernah melihat salinannya, sehingga ia mengacu kepada al-Tsa`labī dengan mengatakan,”disebutkan oleh al-Tsa`labī”. Tafsir Sufyan al-Tsauri sebenarnya tidak terdokumentasikan dengan baik dan mapan, karena tafsir ini sendiri adalah nukilah-nukilan penafsiran al-Tsauri terhadap ayat-ayat al-Qur’an, dan tidak tersusun berupa kitab tafsir. Kitab tafsir ini nyaris dianggap hilang. Kemudian manuskripnya ditemukan oleh Prof. Imtiyaz Ali `Irsyi di perpustakaan Ridha di kota Rambor, India, meskipun tidak utuh. Beliaulah yang kemudian meneliti dan mengoreksi serta mentashhih tafsir Sufyan alTsauri ini. Salinan kitab ini ditulis berdasarkan naskah yang mirip dengan tulisan Kufi pada umumnya, di atas kertas dari `Arab berwarna kemerahmerahan. Dan tulisan tersebut telah ditulis tidak jauh dari abad ke-3 Hijriyyah. Adapun pada naskah tersebut, baik di awal maupun di akhir, memiliki



kekurangan,



dan



lembaran-lembarannya



tidak



memiliki



1 Imam Sufyan al-Tsauri, Tafsīr Sufyān al-Tsaurī, (Beirut: Dār al-Kitāb al-`Ilmiyyah, 1983), 34. Terkait bahwa keduanya memliki tafsir, lihat Musthafa ibnu `Abdillāḥ Al-Hājj alKhalīfah, Kasyf al-Zhunūn `an Asāmī wa al-Funūn, (Baghdad: Maktab al-Mutsannā, 1941), juz 1, 443, Maktabah Syamilah Software.



penomoran, sehingga tidak bisa ditentukan berapa banyak kekurangan yang ada. Walaupun demikian keadaan tafsir al-Tsauri, tetapi penafsiran alTsauri telah menjadi rujukan bagi para mufassir generasi selanjutnya. Tafsir al-Thabari yang dikatakan sebagai tafsir tertua, adalah salah satu tafsir yang ternyata juga banyak merujuk pendapat, riwayat, dan penafsiran dari Imam Sufyan al-Tsauri. Hal ini bisa dilihat dari berbagai riwayat yang dinukil beliau dari Imam al-Tsauri. 2. Ciri Khas Kitab Tafsir Sufyan al-Tsauri Tafsir Sufyan al-Tsauri adalah salah satu kitab tafsir yang tergolong tafsir al-ma’tsūr. Hal ini demikian karena penafsirannya selalu mengacu kepada riwayat-riwayat yang sanadnya bersambung kepada Sufyan al-Tsauri. Hal ini bisa dilihat dari contoh naskah berikut:



Naskah berikut diambil dari versi PDF pada bagian awal penafsiran surah al-Baqarah. Tersambungnya riwayat kepada Sufyan alTsauri menjadikan penafsirannya lebih dapat diyakini. Adapun dari kekhususan penulisan kitab ini adalah, bahwa penulisnya: a. Tidak terikat dengan rasm `Utsmani dalam menuliskan ayatayat al-Qur’an, b. Tidak menuliskan huruf



‫( ا‬alif) pada nama Ibnu `Abbās, Ibnu



Mas`ūd dan semisalnya kecuali dalam beberapa tempat, c. Tidak menuliskan huruf alif pada nama Sufyān, Hārits, dan semisalnya, d. Tidak menulis huruf



‫( ء‬hamzah) terhadap nama para `ulama



dan semisalnya, sebaliknya ditulis tanda mad di atas alif,



e. Tidak menuliskan huruf hamzah pada nama al-Sā’ib dan Wā’il dan semisalnya. f. Tidak menuliskan waw ‘athaf dalam kalimat ‫سلم‬



‫صلى هللا‬.



Jika pada naskah aslinya, tafsir al-Tsauri ini diawali dengan kutipan:



‫) إ‬ ‫اا‬ ‫إ‬ ‫ُ ا‬ ُ‫ت‬ ‫االت‬ ‫از‬ ‫ان‬ ‫ ف‬.‫إ‬ ‫هم‬ ‫إر‬ ‫او‬ ‫ِي ظ‬ ‫إن‬ ‫يع‬ ‫ِسإاَلم‬ ‫اْل‬ ‫إ‬ ‫ان‬ ‫(ال إكراه في الدين) سفيان ع‬ ‫بنِ إ‬ ‫ا‬ ُ ‫إ‬ ‫ِ إ‬ ٍ ‫ِد‬ ‫ااه‬ ‫مج‬ ‫ان‬ ‫ِ ع‬ ‫ِر‬ ‫ام‬ ‫إت‬ ‫ُع‬ ‫الم‬ ‫ُور‬ ‫إص‬ ‫من‬ ‫يإ‬ ‫ا‬ ‫اا‬ ُ ُُ ِ‫إ‬ )‫ا‬ ‫ُون‬ ‫ِن‬ ‫الَلع‬ ‫هم‬ ‫ان‬ ‫لع‬ ‫ِ (و‬ ‫له‬ ‫او‬ ‫ِي ق‬ ‫ف‬ ‫ا إ‬ ‫إ‬ ‫ااا‬ ُ‫ِس‬ ُ ‫ااف‬ ‫الخان‬ ‫و‬ ‫ِب‬ ‫اار‬ ‫اق‬ ‫الع‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ُ ُ ‫ول ا‬ ‫االا‬ ‫ُّ ا‬ ‫اا‬ ‫ان‬ ‫ِسا ع‬ ‫ُب‬ ‫(ح‬ ‫ون‬ ‫يق‬ ‫ااب‬ ‫دو‬ ‫و‬ ُ‫ُ ب‬ ‫إ‬ ُ‫ِذ‬ ‫نوبِ ا‬ (‫ِي آدم‬ ‫بن‬ ‫ار‬ ‫اط‬ ‫الم‬ Dan diakhiri dengan:



‫إ‬ ‫ان‬ ‫ سفيان ع‬- ‫)سورة والطور‬ ‫اا‬ ‫ِ إ‬ ُ ِ‫بن‬ ‫ِو إ‬ ‫إر‬ ‫اي‬ ‫ُب‬ ‫بنِ ج‬ ‫ِيد‬ ‫إ ساع‬ ‫ان‬ ‫ة ع‬ ‫مر‬ ‫إر‬ ‫ام‬ ‫ع‬ ٍ ‫انِ اإ‬ (... ‫بنِ عباس قال ان هللا‬ ‫ع‬ Sedangkan surah-surah yang ditafsirkan dalam kitab tafsir ini adalah surah-surah berikut: 1) Surah al-Baqarah 2) surah ‘Ali `Imran 3) surah al-Nisā’ 4) surah al-Mā’idah 5) surah al-‘An`ām 6) surah al-A`rāf 7) surah al-Anfāl 8) surah Barā’ah 9) surah Yūnus



10) surah Hūd 11) surah Yūsuf 12) surah al-Ra`d 13) surah Ibrāhīm 14) surah al-Hijr 15) surah al-Naḥl 16) surah Banī Isrā’īl 17) surah al-Kahfi 18) surah Maryam 19) surah Tāhā 20) surah Iqtaraba 21) surah al-Hajj 22) surah al-Mu’minīn 23) surah al-Nūr 24) surah al-Furqān 25) surah al-Syu`arā’ 26) surah Thā Sīn al-Naml 27) surah al-Qashash 28) surah al-`Ankabūt 29) surah al-Rūm 30) surah Luqmān 31) surah Alif Lām Mīm al-Sajdah 32) surah al-Aḥzāb 33) surah Saba’ 34) surah al-Malā’ikah 35) surah Yāsīn 36) surah al-Shāffāt 37) surah Shād 38) surah al-Zumar 39) surah al-Mu’min 40) surah Hā Mīm al-Sajdah 41) surah `Ain Sīn Qāf



42) surah al-Zukhruf 43) surah al-Jātsiyah 44) surah al-Ahqāf 45) surah al-Fatḥ 46) surah al-Hujurāṭ 47) surah Qāf 48) surah al-Dzāriyāt, dan terakhir 49) surah al-Thūr Di dalam versi yang sudah ditashhih ini penulisan sudah ditertibkan menurut rasm `Utsmānī. Jumlah riwayat yang ada dalam naskah ini adalah 911 riwayat. Kebanyakannya diriwayatkan dari para mufassir Makkah. Dan riwayat-riwayat itu disandarkan kepada Nabi saw. Al-Tsauri juga meriwayatkan dari para sahabat, seperti Abu Bakr, `Umar ibnu al-Kaththāb, `Ali ibnu Abi Thalib, `Abdullah ibnu Mas`ud, Ubay ibnu Ka`b, Abdullah ibnu `Umar, Anas ibnu Mālik, Abī Sa`id al-Khudri, Zubair ibnu al`Awwām, Abi Hurairah, `Ammar ibnu Yāsir, Abi Dzar, Ibnu `Abbas, al-Barrā ibnu `Azib, Jabir ibnu Abdullah, Hudzaifah ibnu al-Yamān, Khabbab ibnu al-Arit, Sa`d ibnu Abi Waqqah, Salman al-Farisi, Uqbah ibnu `Amir, dan dari Ummu alMu’minin `A’isyah dan Ummu Salamah. Sebagian dari riwayat yang munqathi, Sufyan meriwayatkan dari Mujāhid, `Ikimah, Sa`id ibnu Jubair, Abi Razin, Al-Sya`bi,



Amr ibnu Maimun,



Muhammad ibnu Ka`b, Qasim ibnu Muhammad, al-Hasan al-Bashri, dan `Alqamah. Tentang, metode penafsiran beliau, dapat dilihat pada bagian dalam kitab ini, yaitu



‫مرتبته في التفسير‬



(martabatuhu fi al-tafsīr).



Pada awal judul ini disebutkan bahwa al-Tsauri adalah salah satu mufassir besar di zamannya, dan pengetahuan beliau tentang al-Qur’an sangat luas. Sampaisampai jika beliau mengambil mushaf al-Qur’an, beliau hampir tidak pernah



melewati



ayat



al-Qur’an



berkata,”Tanyakanlah



melainkan



beliau



menafsirkannya.



Beliau



kepadaku tentang manasik dan al-Qur’an, karena



sesungguhnya aku mengetahui keduanya.” Dalam menafsirkan ayat al-Qur’an, beliau tidak menafsirkannya dengan pendapatnya sendiri, tetapi mengikuti perkataan para sahabat dan tabi`un, karena al-Tsauri meriwayatkan dari Nabi saw., beliau bersabda,”Barang siapa berkata tentang ak-Qur’an dengan pendapatnya semata, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka.”dan meriwayatkan dari al-Sya`bi, ia berkata,”karena berbohong atas Muhammad saw. lebih aku sukai daripada berbohong atas alQur’an dengan suatu kebohongan. Sesungguhnya kepada Allahlah keutusna dan hukuman orang bebohong atas al-Qur’an.” Beliau juga tidak menafsirkan ayat al-Qur’an kecuali yang musykil (sulit), karena beliau meriwayatkan dari Ibnu `Abbās, bahwa ia berkata,”Tafsir al-Qur’an ada empat aspek: (1) tafsir yang diketahui para ulama, (2) tafsir yang diketahui orang Arab, (3) tafsir yang dimaafkan bagi seseorang bila tidak mengetahuinya, (4) tafsir yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Barang siapa yang mengaku mengetahui tafsir maka ia berbohong.” 3. Tentang Naskah dan Riwayat Naskah Di dalam naskah yang ada, Imtiyaz Ali Irsyi selaku pentashhih tafsir al-Tsauri menambahkan hal-hal penting di dalam kitab tafsir ini. Di antaranya adalah penjelasan tentang masa perkembangan tafsir pada masa tabi`in dan tabi tabi`in, biografi penafsir, derajat al-Tsauri dalam kajian fiqh, hadis, dan tafsir, kehidupan al-Tsauri pada bagian kasbu al-Tsauri li ma`isyatihi, penjelasan tentang naskah yang berasal dari Rambor, India, terkait naskah asli tafsir Sufyan al-Tsauri pada bagian al-nuskhah al-Ramburiyyah li tafsīr alTsauri. Dikarenakan kitab tafsir ini tergolong kitab tafsir bi al-ma’tsūr, maka kitab ini memiliki riwayat yang tersambung kepada orang yang menafsirkan di dalamnya, dan dalam hal ini adalah Sufyan al-Tsauri. Adapun riwayat ini kitab



ini ditulis pada bagian



‫ رواة هذه النسخة‬ruwātu hādzihi



al-nuskhah di dalam kitab tafsir al-Tsauri hasil tashhih Imtiyaz `Ali `Irsyi. Kitab Tafsir ini iriwayatkan oleh Abū Hudzaifah dari gurunya, Sufyan alTsauri. Nama lengkapnya Mūsā ibnu Mas`ūd al-Nahdi al-Bashrī al-Mu’addib. Ia juga menjadi salah satu yang diambil riwayatnya oleh al-Bukhari, alTirmidzi, Abū Dāwud, dan Ibnu Mājah.