Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) by Ns. Boby Febri Krisdianto, M.Kep. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)



Ns. Boby Febri Krisdianto, M.Kep



ii



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) Penulis



: Ns. Boby Febri Krisdianto, M.Kep



Editor



: Ns. Rahmi Muthia, M.Kep



Desain Sampul : Ikhsanul Anwar Tata Letak



: Ikhsanul Anwar



ISBN



Syamsul Hidayat 978-602-6953-87-2 :



Ukuran Buku



: 15,5 x 23 cm



Tahun Terbit



:



Cetakan Anggota



2019 : Pertama : Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) Dicetak dan diterbitkan oleh : Andalas University Press Jl. Situjuh No. 1, Padang 25129 Telp/Faks. : 0751-27066 email : [email protected]



Hak Cipta Pada Penulis © 2019 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebahagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



iii



PRAKATA Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji hanya bagi Alloh Subhanahu wa ta’ala yang hanya dengan nikmatnya kebaikan yang kita usahakan dapat terwujud. Dengan segala kemudahan dan kelapangan yang dianugerahkan oleh Alloh Azza wa Jalla penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku yang berjudul “DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)” Berawal dari kesempatan yang diberikan oleh Ibu Ns. Leni Merdawati, M.Kep, ketua bagian keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas untuk bergabung sebagai salah satu Narasumber ke dalam Tim Pengabdian kepada Masyarakat dengan Tema “ deteksi dini kanker payudara pada mahasiswi non kesehatan dengan sadari ” di UIN Imam Bonjol . Antusiasme kader dalam mengikuti acara tersebut sangat luar biasa, semua yang diundang datang dan salah satu permintaannya adalah mereka menginginkan diberikan sebuah buku atau modul sebagai panduan dalam melakukan deteksi dini kanker payudara. Dengan keterbatasan ilmu yang kami miliki, penulis mengharapkan buku ini dapat bermanfaat bagi orang tua, mahasiswa kesehatan, guru, dan khususnya untuk para kader kesehatan tentang bagaimana cara mengenal kaker payudara dan cara mendeteksinya. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik dari praktisi perawat anak atau pakar keperawatan anak lainnya sehingga buku ini dapat semakin lengkap dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu perawatan kanker di masa yang akan datang. Padang, 31 Oktober 2019



Ns. Boby Febri Krisdianto, M.Kep



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



v



DAFTAR ISI PRAKATA



...........................................................................................



iii



DAFTAR ISI ...........................................................................................



v



BAB I KONSEP KANKER PAYUDARA ........................................



1



A. Prevalensi Kanker Payudara ...............................................



1



B. Mengenal Anatomi Payudara ..............................................



3



C. Biologi Sel Kanker...................................................................



4



D. Definisi Kanker Payudara.....................................................



6



E. Tanda dan Gejala Kanker Payudara..................................



10



F. Memahami Perkembangan Sel Kanker ...........................



11



G. Jenis Terapi pada Pasien Kanker ......................................



13



H. Faktor Risiko Kanker Payudara........................................



20



I. Apa yang Harus Kita Lakukan?............................................



22



BAB II PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)............



27



A. Definisi..........................................................................................



27



B. Tujuan dan Manfaat SADARI...............................................



27



C. Waktu yang Tepat Untuk SADARI.....................................



28



D. Bagaimana Langkah-Langkah Praktik Sadari yang Tepat...................................................................................



29



BAB III DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA ........................



43



A. Pendahuluan ..............................................................................



43



B. Dasar Dasar dalam Mengadakan Deteksi Dini ............



43



C. Deteksi Dini Kanker Payudara...........................................



44



D. Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara .............................



45



E. Pencegahan Primer pada Kanker Payudara ................. F. Pencegahan Sekunder pada Kanker Payudara .............



45 47



vi



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



G. Masalah Dalam Pencegahan Kanker ................................



52



H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deteksi Dini pada Kanker Payudara.................................................



53



Biografi Penulis ..................................................................................



63



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



1



BAB I KONSEP KANKER PAYUDARA A. Prevalensi Kanker Payudara



Sumber : (The Global Cancer Observatory, 2018) Secara global, American Cancer Society mencatat jumlah penderita kanker, berdasarkan data insiden, prevalensi, dan mortalitas kanker, mencapai setidaknya 18 juta penderita pada 2018. Dengan populasi dunia mencapai 7,7 miliar orang, angka prevalensi kanker mencapai 2,3 per seribu penduduk. Prevalensi kanker ini didominasi oleh beberapa penyakit kanker utama: kanker paru (11,6%) pada laki-laki dan perempuan, lalu kanker payudara (11,6%), kanker prostat (7,1%), dan kanker usus besar (6,1 %) (The Global Cancer Observatory, 2018). Berdasakan data yang dikumpulkan oleh International Agency of Research on Cancer (IARC) pada



2



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



tahun 2012 terdapat 8,2 juta kematian akibat kanker. Kemudian pada tahun 2018 meningkat menjadi 9,6 juta total kematian akibat kanker di seluruh dunia. Di samping kematian yang diakibatkannya, kanker juga menunjukkan jumlah kasus baru yang terus meningkat setiap tahunnya di seluruh dunia. Diperkirakan jumlah kasus baru kanker akan terus meningkat hingga 70% dalam 20 tahun ke depan (WHO, 2018). Pada tahun 2018, di antara jenis kanker lainnya, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan proporsi tertinggi di dunia pada perempuan, yaitu sebesar 46,31 per 100.000 perempuan, dan menduduki peringkat kedua sebagai jenis kanker penyebab kematian tertinggi (11,6%) sama dengan kanker paru (11,6%) (IARC, 2018). Menurut American Cancer Society (ACS) dalam Reed (2011), kanker payudara merupakan kanker pembunuh utama pada perempuan usia 15—54 tahun dengan laju insidens tertinggi ditemukan pada perempuan di bawah usia 50 tahun. Pada tahun 2007, 1 dari 8 kasus kanker payudara ditemukan pada perempuan dibawah usia 45 tahun. Menurut Ferlay et al. dalam Iskandarsyah et al. (2014), pada tahun 2008, kurang lebih terdapat 1,38 juta kasus baru kanker payudara dan 458.000 kematian yang diakibatkannya baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, secara umum, prevalensi kanker nasional mencapai 16 per 100.000 atau sekitar 330.000 orang penderita, di mana diperkirakan 18,7% diantaranya merupakan kasus kanker payudara. Kanker payudara juga tercatat sebagai jenis kanker penyebab utama kematian pada perempuan di Indonesia dengan insidens 40 per 100.000 perempuan (IARC, 2012). Pada tahun 2014, jumlah kasus kanker payudara pada perempuandi Indonesia telah mencapai 48.998 kasus, dan merupakan penyebab dari 21,4% kematian pada perempuan, diikuti oleh kanker serviks sebesar 10,3% (WHO, 2014). Kanker payudara juga merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 (28,7%), diikuti oleh kanker leherrahim (12,8%) (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kanker payudara tergolong ke dalam penyakit tidak menular. Perkembangan kanker payudara di dalam tubuh penderitanya memerlukan waktu yang cukup panjang dan faktor risiko yang berperan sangat beragam. Brinton dalam Reed (2011) mengungkapkan bahwa menjadi seorang perempuan merupakan faktor risiko utama terhadap kanker payudara karena hanya terdapat 50%). Berdasarkan data yang didapatkan dari PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) pada tahun 2003, didapatkan data prognosis daya tahan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut : Stadium 0



: 10-years survival ratenya 98% (nonpalpable breast cancer yang terdeteksi oleh Mammografi/USG)



Stadium I



: 5-years survival ratenya 85%



Stadium II



: 5-years survival ratenya 60-70%



Stadium III



: 5-years survival ratenya 30-50%



Stadium IV



: 5-years survival ratenya 15%



Sampai saat ini patofisiologi kanker payudara masih belum diketahui secara pasti, sehingga upaya deteksi dini yang dilakukan hanya bertujuan untuk menemukan penderita kanker pada stadium yang masih rendah (down staging) dan presentase kemungkinan untuk dapat disembuhkan tinggi. Kegiatan deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas yang disebut dengan pemeriksaan payudara klinis (CBE = Clinical Breast Examination) yang diikuti dengan pengajaran cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan cara yang benar. (Kemenkes, 2011)



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



45



D. Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi dan mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, sehingga diharapkan dapat diterapi dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup tinggi (80-90%). Deteksi dini pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mammografi, karena sumber daya di negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan program tersebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, Deteksi dini secara massal dengan USG dan mammografi belum memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang diikuti dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker payudara bila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari Deteksi dini yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara. Selain Deteksi dini, penemuan dini merupakan strategi lain untuk down staging. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan Deteksi dini massal. E. Pencegahan Primer pada Kanker Payudara Pencegahan primer pada kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai cara : 1. Kontrasepsi Menurut ACS (2015), penggunaan kontrasepsi (baik oral maupun suntik), memilki sedikit pengaruh terhadap risiko kanker payudara, di mana tingkat risiko tersebut tergantung pada lamanya dan waktu dimulainya pemakaian kontrasepsi.



46



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



2. Gaya Hidup



(Sumber : https://kumparan.com/millennial/gaya-hidup-milenial-dan-risikokanker-1549112471894514199)



Obesitas merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada masa post- menopause. Perempuan yang sudah melewati masa menopause, akan memproduksi estrogen lebih banyak dari jaringan lemak di tubuhnya. Hal tersebut menyebabkan tingginya risiko perempuan obesitas dan bertubuh gemuk atau overweight terkena kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dengan massa tubuh proporsional. Hal tersebut didukung oleh hasil sebuah meta-analisis yang menyatakan bahwa setiap 5 kilogram kenaikan berat tubuh, akan meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 11% di mana jenis asupan utama yang memiliki dampak terhadap risiko tersebut adalah lemak dan alkohol (Nelson, et al. dalam ACS, 2015). Perilaku merokok juga memilki dampak signifikan di mana ditemukan pada perempuan yang merokok, memilki usia terkena kanker payudara rata-rata lebih awal 8 tahun dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok (Bennicke, 1995). Aktivitas fisik, berhubungan erat dengan kebugaran tubuh dan memilikihubungan berbanding terbalik dengan risiko kanker payudara. Seperti juga halnya dengan panyakit lain, kanker payudara pada prinsipnya merupakan penyakit yang dapat dicegah apabila dikenali faktor risikonya sejak dini. Pencegahan primer dimaksudkan dengan menghindari faktor-faktor risiko yang telah dipaparkan sebelumnya.



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



47



Misalnya, dengan menjaga berat tubuh proporsional, mengurangi asupan lemak terutama lemak hewani, mengurangi konsumsi alkohol, dan bagi ibu yang baru melahirkan agar memberikan ASI secara rutin. F. Pencegahan Sekunder pada Kanker Payudara Deteksi dini pada penyakit, termasuk kanker payudara merupakan suatu tindakan preventif sekunder. Dengan melakukan deteksi kanker payudara sejak dini, kelainan dan penyakit akan lebih cepat ditemukan dan pengobatan dapat dilakukan segera. Hal tersebut sangat berdampak pada prognosis, pemilihan metode pengobatan, bahkan pasien memiliki kesempatan untuk membandingkan hasil pengobatan dengan metode berbeda yang pada akhirnya berujung pada tingkat kesembuhan (Harris dalam Reigle, 1998). Berikut lima metode utama yang masih digunakan sampai saat ini untuk mendeteksi kanker payudara menurut ACS (2014; 2015). 1. Mammografi



Sumber : https://www.halodoc.com/lakukan-5-hal-ini-sebelummenjalani-tes-mammografi



48



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



Merupakan suatu metode pemeriksaan payudara yang menggunakan sinar-x dosis rendah yang dapat memvisualisasikan struktur internal payudara untuk mengetahui adanya abnormalitas seperti benjolan yang tidak terdeteksi dengan palpasi. Saat ini tersedia 3 jenis dokumentasi pada mammografi, yaitu film, digital, dan digital tomosynthesis. Berdasarkan rekomendasi ACS tahun 2015, perempuan berusia 45 tahun ke atas dianjurkan melakukan mammografi setidaknya 1 tahun sekali, dan pada perempuan berusia 55 tahun 2 tahun sekali. 2. Magnetic resonance imaging (MRI)



Sumber:https://hellosehat.com/pusatkesehatan/kankerpayudara/apa-itu-mripayudara/



MRI berfungsi serupa dengan mammografi, hanya saja, pada pemeriksaan MRI, teknologi yang digunaka adalah medan magnet dan menggunakan bantuan cairan yang akan disuntikkan pada pembuluh darah lengan. MRI hanya dianjurkan oleh ACS untuk dilakukan di samping mammografi sebagai pelengkap bagi perempuan berisiko tinggi terkena kanker payudara mulai usia 30 tahun



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



49



3. Breast Ultrasound atau Ultrasonografi Payudara



Gambar 3.2 Pemeriksaan Ultrasonography (USG) Sumber:https://hellosehat.com/pusatkesehatan/kankerpayudara/fungsi-usgpayudara-mammae-adalah/



Baik dilakukan sebagai pemeriksaan pelengkapan, terutama dalam mendeteksi keberadaan abnormalitas pada jaringan payudara yang lebih padat. Clinical Breast Examination (CBE) atau Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) CBE pada dasarnya tidak direkomendasikan sebagai metode pemeriksaan utama dalam mendeteksi kanker payudara. CBE merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan oleh bantuan dokter atau tenaga kesehatan terlatih dalam memeriksa kondisi fisik payudara dengan palpasi. CBE, meskipun tidak lagi direkomendasikan sebagai metode deteksi, tetap memiliki peran penting dalam aspek edukasi pasien terutama dalam membangkitkan kesadaran dan melatih pasien untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi USG juga dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan solid/padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di bawah usia 40 tahun.



50



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



4. Pemeriksaan Klinis Payudara Oleh Tenaga Medis Terlatih Clinical Breast Examination (CBE)



Sumber : http://bhayangkari.or.id/pengurus/new-penyuluhankesehatan-iva-test-dan-sadanis/



Baik dilakukan sebagai pemeriksaan pelengkapan, terutama dalam mendeteksi keberadaan abnormalitas pada jaringan payudara yang lebih padat. Clinical Breast Examination (CBE) atau Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) CBE pada dasarnya tidak direkomendasikan sebagai metode pemeriksaan utama dalam mendeteksi kanker payudara. CBE merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan oleh bantuan dokter atau tenaga kesehatan terlatih dalam memeriksa kondisi fisik payudara dengan palpasi. CBE, meskipun tidak lagi direkomendasikan sebagai metode deteksi, tetap memiliki peran penting dalam aspek edukasi pasien terutama dalam membangkitkan kesadaran dan melatih pasien untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



51



5. Breast Self-Examination (BSE)



Gambar 3.1 Pemeriksaan Sadari (Sumber : https://babygizmo.com/how-give-yourself-breast self-exam/)



Merupakan sebuah metode pemeriksaan yang dilakukam sendiri dengan sejumlah teknik perabaan dan merasakan adanya perubahan tertentu pada payudara. Teknik pemeriksaan akan dibahas pada sub bab berikutnya. Selain deteksi dini, pencegahan sekunder berupa pembatasan risiko penyakit juga dapat dilakukan. Tindakan tersebut adalah chemoprevention dan operasi prophylactic dan hanya dilakukan pada individu dengan risiko dangat tinggi (misalnya mereka yang terdeteksi mengalami mutasi gen BRCA). SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke- 10, terhitung mulai hari pertama haid). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun (sumber: American Cancer Society). Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan berumur 20-39 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan



52



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan. Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun. Pemeriksaan Deteksi dini Mammografi Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, setiap satu tahun sekali pada perempuan di atas 40 tahun. Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang tidak bergejala (opportunistic screening dan organized screening) (Kemenkes, 2011). G. Masalah Dalam Pencegahan Kanker Salah satu cara pencegahan primer kanker yang paling dikenal dalam kanker adalah deteksi dini. Deteksi dini adalah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu yang tertentu. Deteksi dini umumnya dikerjakan pada orang-orang yang “kelihatan sehat”, tanpa gejala (asimtomatik) atau pada orang-orang yang mempunyai risiko tinggi mendapat kanker. Penyembuhan kanker secara spontan hampir tidak pernah terjadi Berkaitan dengan upaya promosi untuk pencegahan kanker, selama ini penyuluhan sudah dilakukan dengan tujuan menambah pengertian masyarakat akan kanker, memperpendek kelambatan penderita datang ke rumah sakit dan ke dokter, mencegah timbulnya kanker, dan mencegah adanya kankerfobia dan mempersiapkan terapi, rehabilitasi dan follow up. Sementara itu materi penyuluhannya berkisar tentang hakikat kanker (tumor, neoplasma, dan kanker), bentuk kanker, tempat tumbuh kanker, orang yang berisiko, penyebab, gejala, diagnosis, pencegahan primer dan pengobatannya. Seringkali kanker ditemukan sudah dalam stadium akhir. Kelambatan ini dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu kelambatan oleh penderita, dokter, dan rumah sakit. Kelambatan penderita antara lain karena, hal-hal berikut : 1. Penderita kanker stadium dini umumnya merasa sehat, tidak sakit dan tidak terganggu kerja sehingga penyakitnya dibiarkan saja beberapa lama, bulanan, atau tahunan sampai penyakitnya itu terasa berat. 2. Kurang memperlihatkan diri sendiri. Penderita baru mengetahui adanya tumor di dalam tubuhnya susah tumor itu besar atau sesudah menimbulkan keluhan. Kalau saja ia lebih memperhatikan keadaan dirinya sendiri, mungkin tumor itu telah dapat diketahui adanya sewaktu masih kecil.



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



53



3. Tidak mengerti atau kurang menyadari akan bahaya kanker yang meskipun hanya lesi yang kelihatannya sangat ringan padahal itu adalah suatu kanker yang sangat berbahaya. 4. Ada rasa takut karena mengidap kanker, takut ke dokter, takut operasi dan takut metastasis dan takut sakit. 5. Faktor lainnya misalnya tidak mempunyai biaya, keluarga tidak mengijinkan ke dokter atau rumah yang jauh dari dokter. 6. Kelambatan dokter dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut: a)



Dokter tidak memikirkan keluhan penderita yang mungkin disebabkan oleh suatu kanker. Seringkali keluhan penderita dianggap disebabkan oleh penyakit non kanker dan bisa diobati beberapa lama sampai gejala kanker menjadi jelas.



b) Dokter enggan mengadakan konsultasi atau merujuk penderita c)



Dokter belum memiliki “cancer minded”, yaitu berfikir kearah kanker Sementara itu kelambatan rumah sakit dapat disebabkan oleh kurang tempat pemondokan di rumah sakit, kurangnya sarana diagnostik dan terapi, dan kurang tenaga ahli Onkologi. (Rasjidi, 2010).



H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deteksi Dini pada Kanker Payudara 1. Umur Definisi menurut Depdiknas (2005) umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Definisi lain menurut Notoatmodjo (2005) umur adalah jumlah tahun yang dihabiskan wanita sejak kelahirannya sampai ulang tahun terakhir. Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur maka pendidikan yang didapat akan lebih banyak. Baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadi perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap atau keterampilannya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Anderson dan Andersen (1972) tentang penggunaan pemanfaatan pelayanan kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang sangat muda (anak-anak) dan berusia tua. Menurut Rasjidi (2010) pola distribusi insiden tumor berdasarkan distribusi komunitas, umur



54



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



tidak menjadi sebab khas terjadinya tumor, tetapi untuk kebanyakan tumor risiko timbulnya tumor bertambah sesuai dengan pertambahan umur. Menurut Walta (2007) risiko menderita kanker pada wanita akan meningkat seiring dengan semakin tuanya seseorang. Berdasarkan penelitian Nugraheny (2010) menunjukkan tidak ada pengaruh yang bermakna/signifikan antara umur terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker pada wanita. Hal ini sejalan dengan penelitian Rusminingsih tahun 2013 dimana tidak ada perbedaan signifikan antara perilaku berdasarkan umur. 2. Pendidikan Pusat Bahasa Depdiknas (2005) menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan dapat berfungsi sebagai dasar dari seseorang untuk berperilaku sesuai dengan tingkatan dan jenis pendidikan yang diikutinya. Namun pada keadaan tertentu tingkatan pendidikan formal baik yang rendah maupun yang tinggi tidak selalu berbeda pada sekelompok orang tertentu dalam melakukan satu tindakan tertentu. Dalam arti formal, pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan-bahan materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan keluarannya yaitu tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan. Jadi tujuan pendidikan adalah mengubah tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu suatu proses, maka mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan salah satunya adalah pendidikan yang mempunyai karakteristik, dan tingkah laku kearah yang diinginkan.(Notoatmodjo, 1993). Hasil penelitian Lestari (2012) menunjukkan terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku deteksi kanker pada wanita . 3. Pekerjaan / Unit Kerja Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) mengemukakan bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Siagian (1983) menyatakan bahwa suatu jenis pekerjaan dari seseorang akan memberikan pengalaman belajar terhadap yang bersangkutan baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan secara finansial ataupun psikologis. Peristiwa yang manis maupun yang pahit itu akan berperan terhadap perilaku seseorang. Kejadian seperti itu adalah kenyataan bahwa ada hubungan yanag penting antara jenis pekerjaan yang dilakukan dengan berbagai tekanan psikologis didalamnya.



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



55



Pola distribusi insiden tumor berdasarkan distribusi komunitas, dimana meneliti pola distribusi kanker di kalangan dengan pekerjaan berbeda mempunyai makna penting bagi penelitian kausa tumor dan penelitian tersebut membuktikan bahwa semua pekerjaan yang diteliti berhubungan dengan bahan karsinogen kimiawi terkait. (Rasjidi, 2010). Rasjidi (2009) mengemukakan bahwa bagi karyawan atau buruh yang bekerja di tempat atau daerah yang kadar polusi atau karsinogennya tinggi, lindungilah diri/atau hindarilah kontak dengan karsinogen, dengan patuh terhadap peraturan keselamatan kerja dan memakai alatalat pelindung yang sesuai. Salah satunya adalah bahaya potensial yang ada di rumah sakit, seperti paparan radiasi penyinaran (radiologi), kuman pathogen dan bahan kimia. Hasil penelitian Safa’ah (2012) menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan motivasi melakukan deteksi dini kanker pada wanita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Indarwati (2012) yaitu pekerjaan tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker pada wanita. 4. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. (Notoatmodjo, 2010. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku namun berhubungan positif antara kedua variabel ini telah diperlihatkan pada karya terdahulu Cartwright, Studi Tiga-Komuniti Stanford terakhir dan didalam sejumlah penelitian yang dilakukan sampai dengan saat ini (Green,et al,1980). Menurut penelitian Lestari (2012) ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker pada wanita Hal ini sejalan dengan penelitian Safa’ah (2012) dimana terdapat hubungan antara pengetahuan dengan motivasi melakukan deteksi dini kanker pada wanita. 5. Sikap Sikap adalah reaksi seseorang yang masih tertutup terhadap rangsangan atau obyek. Manifestasi sikap ini tidak dapat dilihat langsung dan hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.



56



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi dari tindakan suatu perilaku. (Notoatmodjo, 2007). Menurut penelitian Lestari (2012) ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku deteksi dini pada wanita. Hal ini sejalan dengan penelitian Triyani (2012) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dan positif antara sikap tentang kanker pada wanita dan perilaku deteksi dini kanker. 6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010) faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Safa’ah (2012) menunjukkan faktor eksternal seperti fasilitas pelayanan kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap motivasi melakukan deteksi dini kanker pada wanita. 7. Sarana dan Prasarana Menurut Notoatmodjo (2007) untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut hasil penelitian Safa’ah (2012) salah satu faktor eksternal seperti sarana dan prasarana di fasilitas pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap motivasi melakukan deteksi dini kanker pada wanita. 8. Dukungan Keluarga Green (1980) mengemukakan bahwa faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku keluarga sangat diperlukan bagi setiap orang dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu tugas pokok keluarga adalah membangkitkan semangat anggota keluarga dalam menghadapi suatu hal, termasuk didalamnya dukungan dalam berperilaku. Effendi (1998) mengemukakan bahwa salah satu tugas pokok keluarga adalah membangkitkan semangat anggota keluarga dalam



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



57



menghadapi suatu hal. Dorongan keluarga ini sangat besar sekali pengaruhnya bagi individu dalam sebuah keluarga karena semua permasalahan anggota keluargasaling berkaitan dansaling mempengaruhi antar sesama anggota keluarga.Berdasarkan penelitian Tarigan (2012) didapatkan hasil ada pengaruh langsung dukungan keluarga terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker. 9. Dukungan Teman/Lingkungan Kerja Dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga, dokter (petugas kesehatan), psikolog, psikiater (Sarafino,1998). Hal senada juga diungkapkan oleh Taylor (2009), bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Berdasarkan penelitian Tarigan (2012) didapatkan hasil ada pengaruh langsung sumber informasi dan dukungan dari teman terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker. 10. Dukungan Petugas Kesehatan Menurut Notoatmodjo (1993) semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis maupun tingkatannya, pada dasarnya adalah pendidik kesehatan (health educator). Ditengah-tengah masyarakat petugas kesehatan menjadi tokoh panutan di bidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehatan harus mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Demikian pula petugas- petugas lain atau tokoh-tokoh masyarakat. Mereka juga merupakan panutan perilaku, termasuk perilaku kesehatan. Oleh sebab itu mereka harus mempunyai sikap dan perilaku yang positif. Sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lain merupakan pendorong atau penguat perilaku kesehatan masyarakat. Green (1980) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang adalah faktor penguat yang salah satu diantaranya dorongan dari petugas kesehatan. Dorongan petugas kesehatan disini adalah memberikan pengetahuan dan informasi yang benar dan lengkap mengenai deteksi dini kanker pada wanita. Berdasarkan penelitian Tarigan (2012) didapatkan hasil ada pengaruh langsung dukungan dan sumber informasi dari petugas kesehatan terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker.



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



59



DAFTAR PUSTAKA



ACS (2014) Breast Cancer Early Detection. Te r s e d i a di: http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/moreinformation/ breastcancerearl ydetection/index (Diakses: 10 March 2019). Alwan, N.A.S., Attar, W.M. Al-, Eliessa, R.A., Madfaie, Z.A. dan Tawfeeq, F.N. (2012) ‘Knowledge, Attitude and Practice Regarding Breast Cancer and Breast Self-Examination Among a Sample of The Educated Population in Iraq’, Eastern Mediterranean Health Journal, 18(4), pp. 337 – 45. Bennicke, K., Conrad, C., Sabroe, S. dan Sørensen, H.T. (1995) ‘Cigarette Smoking And Breast Cancer’, 310 (6992), pp. 1431 – 1433. Black & Hawks. (2009). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang diharapkan. (Elsevier, Ed.) (8th ed.). Singapore: Elsevier (Singapore) Pte Ltd Canadian Cancer Society (2016) Signs and Symptoms of Breast Cancer. Tersediadi:http://www.cancer.ca/en/cancerinformation/cancertype/breast/signs-and- symptoms/?region=sk (Diakses: 13 March 2019). Colditz, G.A., Feskanich, D., Chen, W.Y., Hunter, D.J. dan Willett, W.C. (2003) ‘Physical Activity and Risk of Breast Cancer in premenopausal Women’ Desanti, O.I., Sunarsih, I. dan Supriyanti (2010) ‘Persepsi Wanita Berisiko Kanker Payudara Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kota Semarang, Jawa Tengah’, Berita Kedokteran Masyarakat, 26(3), pp. 152–161 Desen, W. (Ed.). (2013). Onkologi Klinis (2nd ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Grabrick DM, Hartmann LC, Cerhan JR, et al. (2000) ‘Risk of Breast Cancer with Oral Contraceptive Use in Women With a Family History of Breast Cancer’, 284(14), pp. 1791 – 1798. Green, Lawrence, et al. 2005. Health Program Planning : An Education and Ecological Approach Fourth Edition. New York : Mc Geaw Hill. IARC(2012)Map.Tersediadi:http://globocan.iarc.fr/Pages/Map.aspx# (Diakses: 1 March 2019).



60



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



IARC dan WHO (2012) World Cancer Report. IARC dan WHO (2008) World Cancer Report. Diedit oleh Bernard W Stewart and Paul Kleihues. Lyon: International Agency for Research on Cancer. Keitel, M.A. dan Kopala, M. (2000) Counseling Women With Breast Cancer: A Guide for Professionals. California: SAGE Publications. Kelsey, J.L. dan Gammon, M.D. (1991) ‘The Epidemiology of Breast Cancer’, CA: A Cancer Journal for Clinicians, 41(3), pp. 146–165. doi: 10.3322/ canjclin.41.3.146. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Direktorat Jenderal PP & PL. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Kementrian Kesehatan RI (2014) Hilangkan Mitos Tentang Kanker. Tersediadihttp://www.depkes.go.id/article/print/201407070001/ hilangkan-mitos- tentang-kanker.html (Diakses: 4 March 2019). Kementrian Kesehatan RI (2015a) Buletin Jendela Data InformasiKesehatan.Tersediadi:http://www.depkes.go.id/ download.php? (Diakses: 1 March 2019).



dan



Kementerian Kesehatan RI (2015b) Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta: Ditjen. P2PL Langhorne, M. E., Fulton, J. s., & Otto, S. E. (2007). Oncology Nursing. St. Louise, Missouri: Mosby, Inc., an affiliate of Elsevier Inc. Lestari, Sri. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah Tangga Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Jaten II Kabupaten Karanganyar. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Nursing (2015) nursing care of the client receiving radiation therapy diunduhtanggal23Juli2019dariHttp://wps.prenhall.com/wps/media/ objects/737/755395/radiation_therapy.pdf Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset. Nursa’adah, et al. 2005. Risk Factors of Breast Cancer in Women in Kelantan, Malaysia. Singapore Medician Journal, 46 (12), 698-705



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



61



Otto, S.E (2001). Oncology Nursing. St. Louis, Missouri, Mosby Rome,R et al (2011) Nurse’s role in controlling cancer pain. diunduh tanggal 21Me i2019m elal uhttp://w ww.ncb i.nlm .ni h. gov/ pubmed/21952573J Pennery, E., Speechley, V. dan Rosenfield, M. (2008) Breast cancer: Answers at Your Fingertips. United Kingdom: Class Publishing Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto Reigle, B.S. (1998) The Development and Testing of The Breast SelfExaminationQuestionnaire.AnnArbor.Tersediadi:http://search. proquest.com/docview/304493185?accountid=17242 Silvera, S.A.N., Miller, A.B. dan Rohan, T.E. (2005) ‘Oral Contraceptive Use and Risk of Breast Cancer Among Women With a Family History of Breast Cancer: A Prospective Cohort Study’, Cancer Causes and Control, 16(9), pp. 1059– 1063. Tarigan, Frida Lina. 2012. Pengaruh Dukungan Keluarga Dan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2012. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Triyani, Isti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Kanker Payudara Dengan Perilaku Kader Dalam Deteksi Dini Pemeriksaan Payudara Sendiri di Desa Madurejo Prambanan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tieng’O, J.G., Pengpid, S., Skaal, L. dan Peltzer, K. (2011) ‘Knowledge Attitude and Practice of Breast Cancer Examination Among Women Attending a Health Facility In Gaborone, Bostwana’, Gender & Behaviour, 9(1), pp. 3513 – 3527. The Global Cancer Observatory, G. (2018). Breast Cancer. Source: Globocan 2018. World Health Organization, 876, 2018–2019. Retrieved from http://gco.iarc.fr/today Untari, D.P. (2012) Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Berdasarkan Karakteristik Responden di SMAN 2 Depok. Skripsi. Universitas Indonesia.



62



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



Welp, E.A., Weiderpass, E., Boffetta, P., Vainio, H., Vasama-Neuvonen, K., Petralia, S. dan Partanen, T.J. (1998) ‘Environmental risk factors of breast cancer’, 24(1), pp. 3 – 7. Wisemanetal,(2005) Exploringtheworkofnursewhoadministerchemotherapy: A multi metdhode study. London: King’s Collage London WHO. 2013. Early Detection of Cancer. http://www.who.int/cancer/ detection/en/. Diakses Pada Tanggal 25 Mei 2019. WHO. 2013. Screening For Cervical Cancer. http://www.who.int/cancer/ detection/cervical_cancer_screening/en/index.html. Diakses Pada Tanggal 25 Mei 2013. WHO(2015)Cancer:FactSheet.Tersediadi:http://who.int/mediacentre/ factsheets/fs297/en/ (Diakses: 16 March 2019). WHO (2016) Cancer. Tersedia di: http://www.who.int/cancer/en/ (Diakses: 29 March 2019). Yayasan Kanker Payudara Indonesia (2013) Yayasan Kanker Payudara Indonesia- Pitapink-Saling Jaga dan Saling Peduli. Tersedia di: http:// pitapink-ykpi.or.id/ (Diakses: 4 March 2019).



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



63



Biografi Penulis



Penulis lahir di Sumenep, pada 15 Februari 1989. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Moh. Tayyib dan Warninda. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar NegeriKarangduak 2 Sumenep tahun 2001, pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 1 Sumenep pada tahun 2004 dan di SMA Negeri 1 Sumenep pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) dan memperoleh gelar sarjana (S.Kep) pada tahun 2011 dan pendidikan Profesi Ners (Ns) pada tahun 2012. Penulis pernah bekerja sebagai perawat di Instalansi Gawat Darurat (IGD) RSUD Bangkalan dan mengajar di Ngudiah Husada Madura sejak tahun 2013, pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis mengikuti pendidikan pascasarjana di Program Studi Magister Keperawatan Universitas Indonesia (UI) dan memperoleh gelar Magister Keperawatan (Peminatan Keperawatan Medikal Bedah) pada bulan Januari 2018. Pada tahun 2017, penulis lulus uji kompetensi Prometrik Qatar untuk perawat rumah sakit. Penulis telah mendapatkan pengakuan sertifikat profesi sebagai perawat rawat inap rumah sakit professional oleh Kementrian Kesehatan (KEMENKES). Selama kuliah S2 penulis juga pernah bekerja sebagi peneliti pasien HIV di Lapas Salemba dan Cipinang dengan Dana



64



Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)



dari Universitas Chicago USA. Peneliti juga pernah bekerja di Badan Sertifikasi ISO, IAS Indonesia. Selesai Lulus S2 perawat mengabdikan diri mengajar di Stikes Budi Luhur Cimahi. Penulis pernah mendapatkan Hibah Publikasi Ilmiah dari Universitas Indonesia dan berhasil mempulikasikan tugas akhir tesisnya di Jurnal Enfemeria Clinica yang terindeks SCOPUS. Penulis juga aktif sebagai penulis di media massa baik cetak dan online, salah satunya di The Conversation.com. Saat ini penulis bekerja sebagai Dosen di Bagian Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas sejak 01 April 2019 dan aktif sebagai pengurus di Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI). Target berikutnya penulis adalah melanjutkan kuliah S3 di Kings College London dengan peminatan Palliative Care “Aamin Ya Alloh”. Penulis menikah dengan Adelita Karismawati. S,Kom. Penulis dikarunia 2 puteri kembar yaitu Athaleta Mecca Arsyifa dan Cordelia Medina Da-Silva pada tahun 2015.