Developmental Care 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “MAKALAH DEVELOPMENTAL CARE”. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “MAKALAH DEVELOPMENTAL CARE” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Banjarbaru, MEI 2018



Penulis



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan umur 28 hari,dimana terjadi perubahan sangat besar dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Masa perubahan paling besar terjadi pada jam ke 24 sampai 72 jam pertama, bayi terus beradaptasi namun kondisi ini lebih sulit pada bayi dengan resiko tinggi seperti bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sering mengalami beberapa masalah pada periode segera setelah lahir sebagai akibat karakteristik organ yang belum matang. Karakteristik organ yang belum matang ini misalnya masalah gangguan pernafasan karena faktor surfaktan yang belum terbentuk, kurangnya otot polos pembuluh darah dan rendahnya kadar oksigen darah yang mengakibatkan terjadinya trauma susunan saraf pusat dan keterlambatan penutupan duktus arteriosus . Diperlukan strategi pengelolaan Iingkimgan perawatan intensif untuk meminimalkan pengaruh lingkungan perawatan yang memberikan stimulus yang berlebihan. Strategi tersebut dapat tercapai meialui asuhan perkembangan yang disebut



developmental



care



yaitu asuhan



yang memfasilitasi



perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan yang adekuat yang akan meningkatkan stabilisasi fisiologi dan penurunan sires bayi (Byers, 2006). Pengelolaan lingkungan dalam developmental care tersebut diantaranya meliputi pemberian penutup inkubator untuk meminimalkan pencahayaan, pemberian nesting atau sarang untuk menampung pergerakan yang berlebihan dan memberi bayi tempat yang nyaman, pengaturan posisi fleksi untuk mempertahankan normalitas meregulasi stimulus yang datang rnengakibatkan bayi cenderung mengalami sires (Bohak. Lodermilkiensen, 2005; Maguire et at, 2008; Kosim et at. 2010).



2



B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk dapat memahami tentang Developmental Care pada bayi prematur 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang definisi definisi developmental care b. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang tujuan developmental care c. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang model asuhan perkembangan integratif (integrative developmental care model) d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat dan benar tentang dampak developmental care pada neonatus



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Developmental Care Strategi perawatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan fungsifungsi fisiologis, pertumbuhan dan perkembangan pada bayi risiko tinggi berupa asuhan yang memfasilitasi perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan perawatan dan observasi perilaku bayi sehingga bayi mendapatkan stimulus lingkungan yang adekuat. Stimulus lingkungan yang adekuat menyebabkan terjadinya peningkatan stabilisasi fisiologis tubuh dan penurunan stres. Menurut Horner (2012), developmental care adalah memodifikasi lingkungan neonatus dan belajar untuk membaca serta berespon terhadap perubahan perilaku dalam pemenuhan kebutuhannya. Adapun pengenalan terhadap perilaku bayi, termasuk pengenalan terhadap kerentanan fisik, fisiologis, dan emosional adalah hal yang mendasari penerapan developmental care (Lissauer & Fanaroff 2009). Adanya perubahan dalam fisiologis, tingkat kewaspadaan, aktivitas motoric, dan perhatian merupakan petunjuk yang digunakan perawat untuk melihat kemampuan adaptasi bayi terhadap suatu kondisi. Berdasarkan



pengertian



di



atas



dapat



disimpulkan



bahwa



Developmental Care adalah upaya modifikasi lingkungan dan berespon terhadap perubahan perilaku yang bertujuan untuk meminimalisasi efek jangka pendek dan jangka panjang baik fisik, psikologis, maupun emosional akibat pengalaman di rumah sakit. Konsep developmental care berakar dari konsep keperawatan Florence Nightingale yang berfokus pada modifikasi lingkungan yang kondusif untuk penyembuhan pasien. Lalu Heidelise Als (1982, 1986) memperkenalkan model individual development care berdasarkan pada prinsip synative of development yang memebrikan kerangka konsep dan metode untuk memberikan stabilisasi, pengasuhan, pemberdayaan, dan intraksi dengan bayi premature. (Bredemeyer, Reid & Polvireno et al., 2008)



4



B. Tujuan Developmental Care Tujuan dari penerapan developmental care terhadap infant dan keluarga: 1. Mengurangi stress 2. Menghemat energi dan meningkatkan penyembuhan 3. Meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan 4. Mendukung perilaku yang timbul dalam setiap tahapan kematangan perkembangan saraf 5. Memberi semangat dan mendukung orang tua sebagai pemberi pelayanan keperawatan primer 6. Meningkatkan kualitas emosional keluarga dan kesehatan sosial



C. Model Asuhan Perkembangan Integratif (Integrative Developmental Care Model) Integrative Developmental Care Model adalah model baru dan lebih sederhana untuk menyampaikan dan mengajarkan Developmental Care, berdasar kepada konsep yang diterbitkan Universe of Developmental Care (UDC) dan konsep lainnya. Daun bunga yang tumpang tindih menunjukkan seluruh sifat dasar Developmental Care. Sedangkan daun bunga tersebut menggambarkan inti tindakan dari developmental care dan objek yang berada di dalamnya adalah faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemberian asuhan keperawatan. Menurut Hockenberry and Wilson (2009) pendekatan developmental care dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: 1. Menciptakan suasana malam hari untuk meningkatkan pola tidur bayi, hal ini dilakukan dengan cara mematikan lampu ruangan sehingga ruangan menjadi gelap atau redup, menutup lampu incubator dengan selimut atau kain penutup dan memakaikan penutup pada mata bayi. 2. Meminimalkan stimulasi lingkungan, perawat hendaknya selalu memonitor dan memerhatikan perubahan fisiologis dan perilaku bayi selama melakukan prosedur untuk mencegah terjadinya stress pada bayi. Bayi memerlukan penanganan secara lembut, mengontrol pergerakan bayi karena ada beberapa bayi yang tidak stabil apabila dipindahkan secara tiba-tibadan apabila terjadi pergerakan yang tidak teratur maka bayi harus diperbaiki



5



kembali pada posisi tulang belakang fleksi, ekstremitas bawah mendekati tubuh. 3. Membantu memperbaiki posisi bayi dengan cara miringdan fleksi pada tulang belakang, hal ini dilakukan terutamasebelum dilakukan prosedur invasif unutk mengurangi stress. 4. Pembedongan sering kali digunakan sebelum prosedur invasif dilakukan. Hasil penelitian membuktikan bahwa pembedongan telah mengurangi respon nyeri pada bayi saat dilakukan prosedur invasif (Buonocore & Bellieni, 2008). Dengan dilakukan pembedongan respon fisiologis dan perilaku akibat adanya stress akibat prosedur invasif, prosedur memandikan atupun mengukur berat badan (Hockenberry & Wilson, 2009). 5. Nesting (pembatasan) dengan cara menggulung selimut atau kain yang diletakkan pada tempat tidur bayi bagian bawah untuk membantu memertahankan posisi fleksi ketika bayi terlenatang atau miring (Maguire et al., 2009). 6. Skin to skin contact (kangaroo care) dan pijatan sesaat, prosedur ini dapat menurunkan stress pada bayi premature (Gray et al., 2002). Kontak kulit pasif antara ibu dan bayi secara regular dapat meringankan stress. Orang tua dalam hal ini ibu atau ayah tidak mengenakan pakaian bagian atas, demikian juga bayi, kecuali memakai popok. Bayi diposisikan vertical pada dada ibu, sehingga terjadi kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu, kontak mata serta kedekatan secara langsung. 7. Cobedding



of



twins,



merupakan



intervensi



perkembangan



yang



memberikan lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, bayi kembar ditempatkan pada satu tempat tidur atau inkubator (Hockenberry & Wilson, 2009). Data menunjukkan bahwa dengan dilakukan cobedding maka termoregulasi membaik, episode apneu atau bradikardi yang berkurang, berat badan lebih cepat meningkat dan mengurangi jumlah hari rawat (La Mar & Dowling, 2006).



D. Dampak Developmental Care Pada Neonatus



6



Beberapa penelitian tentang penerapan developmental care di ruang perawatan intensif telah banyak dilakukan. Ludington (1990, dalam Blatz 2001) mengamati efek skin to skin contact terhadap aktivitas dan periode tidur tenang, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa terjadi penurunan level aktivitas disertai dengan adanya peningkatan periode tidur tenang selama skin to skin contact antara ibu dan bayi premature. Penelitian lain tentang skin to skin contact dilakukan oleh Ali et al. (2009) skin to skin contact secara signifikan meningkatkan saturasi oksigen dan berat badan. Selain itu beberapa penelitian mengenai dampak jangka panjang developmental care terhadap perkembangan bayi berat lahir rendah dan premature juga telah dilakukan beberapa penelitian diantaranya, Resnick et al (2007) yang melakukan penelitian tentang pemebrian intervensi developmental care terhadap perkembangan fisik dan mental bayi BBLR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan anatar kelompok intervensi dan control dalam keberlangsungan hidup namun terdapat signifikansi dalam skor perkembangan fisik dan mental yang lebih besar pada kelompok intervensi. Dapat disimpulkan bahwa penerapan developmental care pada bayi memiliki dampak positif untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.



BAB III



7



PENUTUP



A. Kesimpulan Terdapat 5 inti dalam developmental care, inti ini sangat mempengaruhinya, yaitu memfasilitasi tidur, pengkajian dan manajemen stres dan nyeri, aktivitas sehari-hari, asuhan berpusat pada keluarga, dan lingkungan yang mendukung penyembuhan. Developmental Care merupakan upaya modifikasi lingkungan dan berespon terhadap perubahan perilaku bayi baru lahir terutama pada bayi. Developmental Care adalah praktik professional, edukasi, dan penelitian dimana perawat perlu mengeksplorasi, mengevaluasi, dan menemukan secara terus menerus perubahan teknologi lingkungan di unit perawatan intensif neonatal (NICU) yang berfokus meminimalisasi efek jangka pendek dan jangka panjang akibat pengalaman rumah sakit pada bayi dalam kondisi kritis terhadap ancaman fisik, psikologis, dan emosional. Developmental Care meliputi memodifikasi lingkungan neonates dan belajar untuk membaca serta merespon perilaku bayi dalam pemenuhan kebutuhannya. Developmental Care adalah kegiatan praktik



professional dengan cara memodifikasi lingkungan



perawatan, membaca, dan mempelajari respon bayi agar dapat mendukung perkembangan bayi dan meminimalisir efek jangka pendek dan jangka panjang baik fisik, psikologis, dan emosional akibat pengalaman hospitalisasi. Developmental Care didasarkan pada teori bahwa otak bayi akan berkembang hingga bayi lahir dan akan terus berlanjut hingga usia 3 tahun. Perubahan otak janin terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Perkembangan alami otak bayi in utero terhenti ketika bayi lahir premature. Perkembangan otak akan terganggu ketika seorang bayi lahir premature. Pertumbuhan otak tidak hanya tergantung pada faktor endogen saja tetapi juga dipengaruhi input sensori dan pengalaman. Perawatan harus dapat memfasilitasi perkembangan otak bayi untuk tetap mengalami sinaptogenesis, apoptisis, dan mielinisasi juga perkembangan area korteks abu-abu. Tingkah laku bayi memberikan makna komunikasi, maka tenaga professional harus selalu mengkaji respon bayi terhadap lingkungan



8



secara sistematis dan menyesuaikan kegiatan perawatan apabila terlihat tandatanda stress. Pemberian sensori yang tepat ditambah gangguan yang minimal serta perawatan yang tergantung pada isyarat bayi memberikan hasil medis dan



perkembangan



memuaskan.



Apabila



pemberi



perawatan



tidak



memperhatikan aspek perkembangan otak bayi maka akan terjadi deficit neuropsychological antara lain kesulitan bicara dan bahasa, keterlambatan motorik halus dan kasar.



B. Saran Kita sebagai perawat harus benar-benar memahami tentang 5 inti dalam developmental care ini.



9



DAFTAR PUSTAKA



Developmental Care Terhadap Fungsi Fisiologis dan Perilaku Tidur-Terjaga BBLR di RSUP FATMAWATI Jakarta. FIK UI Zubaidah. 2012. Tesis: Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Developmental Care, Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Perawat Dalam Merawat BBLR di RSUP Dr. KARIADI SEMARANG. FIK UI Herliana, L. (2011). Pengaruh Developmental Care Terhadap Respon Nyeri Akut pada Bayi Premature yang Dilakukan Prosedur Invasive di RSU Tasikmalaya Dan RSU Ciamis. Tesis FIK UI 2011. www.healthcare.philips.com/main/products/mother_and_child_care/udc/homepag e.wpd http://blogs.fkep.unpad.ac.id/semnas2013/ http://www.netsvic.org.au/nets/handbook/index.cfm?doc_id=719



10