Dialog Ibu Dan Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

The Girl out of Time



L



atar tempat digambarkan sebagai rumah yang nyaman dan santai. Malam belum terlalu larut. Suara jangkrik menambah ketenangan. Seorang ibu sedang duduk di sofa sambil merajut. Tak lama, anak gadisnya baru datang dan duduk di sofa sebelah ibunya.



Gadis



: [mendesah lesu]



Ibu



: [menghentikan pekerjaannya, beralih pada Gadis] Kenapa kok kayak orang putus asa gitu?



Gadis



: Nggak ada deh, Bu. Cuma capek aja.



Ibu



: Biasanya secapek apapun kamu, nggak kayak begitu bentuknya. [kembali merajut]



Gadis



: Yaah… capeknya ditambahin sama kesel sehabis ngeliat status-status temenku di facebook.



Ibu



: [melirik ke arah putrinya tanpa berpaling dari rajutannya] emang kenapa status temenmu?



Gadis



: Ya enak aja mereka pada bisa kuliah jauh. Sebentar-sebentar ke sini, sebentar-sebentar ke situ. Free 24 jam nggak ada yang nyerewetin. Nggak kayak aku. Udahlah kuliah deket, nggak bermutu, kemana-mana nggak boleh. Jadi buat apa selama 12 tahun aku dipress belajar buat jadi juara kelas?? [suaranya semakin meninggi]



Ibu



: Belajar kan nggak ada ruginya. Nanti juga bakal ada yang kamu banggain ke anak kamu.



Gadis



: Nah, itu lagi! Udah deh, Bu, nggak usah ngomongin anak. Nikah aja belum. Pacaran aja nggak boleh–



Ibu



: Tenang aja, kamu bakal Ibu jodohin sama anak temen Ibu–



Gadis



: Ibu nggak pernah ngerti perasaan aku! [melonjak dari sofa] emangnya bisa ya, jodohjodohin anak secara sepihak gitu? Terus, kalo aku gak cinta sama dia, terus rumah tangga jadi berantakan, siapa yang salah? Tetep aku? Udah deh, Bu. Nggak usah ngaturngatur aku. Aku pengen bebas, Bu, bebas. Selama ini aku terpijak di bawah jejak Ibu. Aku nggak dikasih kesempatan buat jadi diriku sendiri–



Ibu



: Ibu bukannya mengekang kebebasan kamu, nak. Ibu hanya melindungi kamu dari efek buruk–



Gadis



: Pergaulan bebas kan, Bu? Ibu pikir aku nggak bisa jaga diri? Justru kalo Ibu overprotektif gini sama aku, aku bakal ngelakuin apa yang Ibu larang–



Ibu



: Gadis, cukup! [berdiri dan menjatuhkan rajutannya] Kamu nggak pernah menghormati keputusan Ibu. Dengar, Ibu pernah muda, tapi kamu belum pernah tua–



Gadis



: Nah, kalau Ibu pernah muda, biarkan aku menikmati masa mudaku seperti Ibu menikmati masa muda Ibu dulu. Selesai. Aku nggak suka berdebat dengan Ibu. Apalagi karena aku nggak pernah menang–



Ibu



: Sekarang apa mau kamu, nak? [nada mulai merendah]



Gadis



: [lirih] Just let me be everything I wanna be. Aku nggak bakal ngecewain Ibu. Aku ingin belajar berdiri di atas kakiku sendiri. Berbicara dengan lidahku sendiri. Berpikir dengan otakku sendiri. MELIHAT dengan mataku sendiri. Aku tidak mau jadi katak di bawah tempurung. Aku tidak ingin terkurung di tengah dunia yang begitu luas membentang. Aku nggak mau dijadikan boneka yang bisa seenak hati didandani dan digerak-gerakkan Ibu tanpa punya kebebasan untuk bergerak sendiri.



Ibu



: [menghela napas, perlahan duduk kembali] Gadis, kamu tahu kenapa Ibu melakukan semua ini? Itu karena Ibu ingin menjadi seorang “ibu”. Ibu tidak punya sosok ibu yang bisa diandalkan. Nenekmu tidak pernah memberikan apa yang selalu Ibu berikan padamu. Itu jadi semacam dendam yang tidak wajar, nak. Tapi percayalah, Ibu hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Ibu ingin memenuhi segala hal yang tidak bisa dipenuhi nenek terhadap Ibu saat kecil dulu. Ibu ingin memudahkan jalan hidupmu. Ibu ingin selalu dekat denganmu. Karena Ibu sudah terlalu lama merasakan, betapa hampanya hidup ini tanpa kehadiran sosok ibu di keseharian kita. Ibu hanya tidak ingin anak Ibu mengalami kesedihan yang sama dengan yang Ibu alami dulu, nak.



Gadis



: [luluh, kemudian berlutut di depan Ibu] Maafin Gadis, Bu. Gadis nggak bersyukur punya ibu yang seperti Ibu.



Ibu



: Ibu juga minta maaf kalau selama ini terlalu mengekangmu ya, nak. Mulai sekarang, kita akan mendiskusikan kebutuhanmu dan keinginan Ibu bersama-sama ya, supaya tercapai kesepakatan yang adil. [memeluk dan mencium kening anaknya]



Lampu latar meredup. Suasana menjadi hening.