Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Presepsi Pemustaka Pada Layanan Audiovisual Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru



Dosen Pengampu : Nining Sudiar , M.IP



Oleh : ALDI ANDRIAN ZAHRI (1871201017)



Diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah : Metodelogi Penelitian Kualitatif



Ilmu perpustakaan



Fakultas Ilmu Budaya UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan dewasa ini telah banyak mengalami perkembangan. Perkembangan perpustakaan telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan multimedia. Perpustakaan sebagai salah satu “aktor” yang berperan dalam pengadaan, pengolahan, pendistribusian informasi mau tidak mau harus berhadapan dengan multimedia. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa perpustakaan tanpa sentuhan multimedia seperti gudang buku kuno dan tidak berkembang. Perpustakaan memakai jasa multimedia adalah untuk mentransfer informasi. Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan bahan terbitan lainnya (audio-visual) yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo-Basuki, 1991:3). Tujuan utama setiap perpustakaan adalah mengusahakan agar koleksi yang dimiliki dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna perpustakaan. Hal ini merupakan kegiatan layanan perpustakaan. Para pemakai jasa perpustakaan dapat memperoleh kesempatan dan fasilitas semaksimal mungkin untuk menelusur dan mempelajari informasi sesuai dengan kebutuhan. Jadi pengertian layanan perpustakaan adalah seluruh kegiatan penyampaian bantuan kepada pemakai melalui berbagai fasilitas, pada sebuah perpustakaan agar seluruh koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.



Teknologi komputasi multimedia merupakan suatu era baru dalam dunia informasi di perpustakaan modern yang telah berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini. Multimedia telah mampu menciptakan sistem layanan di perpustakaan, komunikasi yang interakitf antar pemakai komputer dengan komputer itu sendiri. Membuat penggunaan alat menjadi simple dan mudah digunakan. Pengguna dapat memfokuskan perhatian mereka pada informasi yang disajikan daripada menghabiskan waktu untuk mengoperasikan alat. Hal ini terjadi dikarenakan di masa lalu sebelum berkembangnya layanan multimedia di perpustakaan beberapa alat sangat sulit untuk dimanfaatkan, sehingga



pengguna



menolak



untuk



mempelajari



bagaimana



cara



mengoperasikannya. Salah satu layanan multimedia yaitu audio visual, Audio adalah sesuatu yang dapat di dengar oleh telinga manusia dengan jarak 15 Hz hingga 20.000 Hz (Corea: 1993:86) dan Visual adalah sesuatu yang berkenaan dengan penglihatan, dapat dilihat dengan indera. Dalam encylopedia of Information and Library Science, audio visual adalah istilah umum untuk bahan non buku yang dapat dilihat atau di dengar seperti film, filmstrip, tapes and overhead



ransparencies. Di Indonesia, menurut Huda (1994:109) terdapat kecenderungan untuk



menempatkan media AV bukan di perpustakaan tetapi pada pusat sumber belajar. Jika disadari bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai penyalur informasi dari sumber



kepada



diluruskan.



khalayaknya,



maka



kecenderungan



tersebut



selayaknya



Keberadaan perpustakaan disebuah Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru sangatlah penting sebagai sarana untuk menjembatani pemustaka untuk memperoleh informasi, sebagai Cikal bakal Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pekanbaru adalah keberadaan perpustakaan di Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Kota Pekanbaru dan pembentukan Kantor Arsip dengan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru nomor 8 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan/Kantor di Lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru. Penataan organisasi perangkat daerah dilakukan Pemerintah Kota Pekanbaru dengan membentuk Kantor Perpustakaan dan Arsip berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru.  Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 9 Tahun 2008 Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Pekanbaru terbentuk dan dikepalai oleh seorang Kepala yang membawahi Sekretariat dan 3 (tiga) bidang yaitu Bidang Pembinaan, Bidang Informasi Layanan dan Bidang Akuisisi, Deposit dan Pengolahan. Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Pekanbaru mengelola Perpustakaan Umum Kota Pekanbaru, 4 Perpustakaan Keliling, 2 Taman Bacaan Masyarakat dan 1 Unit Pengelola Arsip Statis Kota Pekanbaru. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat



Daerah Kota Pekanbaru  Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Kota Pekanbaru terbentuk.Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pekanbaru dikepalai seorang Kepala yang membawahi Sekretariat dan 3 (tiga) bidang yaitu :1) Bidang Pengolahan, Pelestarian dan Layanan Perpustakaan. 2) Bidang Pembinaan, Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca. 3) Bidang Kearsipan. Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Kota Pekanbaru memiliki salah satu layanan yaitu layanan audio visual. layanan ini diberikan kepada pemustaka Melalui berbagai jenis media elektronik, informasi dapat disalurkan lebih luas dan cepat bahkan informasinya pun dapat disajikan lebih jelas, baik dalam bentuk suara atau gambar. Oleh karena itu perpustakaan sebaiknya selain menyediakan buku juga bahan lain, seperti media audiovisual (AV). Pada umumnya pemakai menggunakan media AV untuk tujuan belajar yang spesifik. Penggunaan media tersebut sangat efektif untuk suatu proses pelatihan, misalnya untuk menjelaskan metode-metode, menunjukkan situasi, memulai diskusi, dan menunjukkan suatu peristiwa. Namun berdasarkan observasi awal peneliti, ada beberapa pemustaka belum tahu cara menggunakannya dan belum mengetahui apa saja jenis-jenis media yang ada di layanan audiovisual perpustakaan tersebut. Sedangkan dari segi penempatan dan kenyamanan serta kebersihan yang ada di layanan audiovisual sebagian pemustaka mempunyai persepsi bahwa penempatan dan kebersihan di ruang layanan audiovisual belum baik. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji pelayanan audiovisual tersebut. Oleh karena itu,penelitian ini akan dilakukan pada “ Presepsi



Pemustaka Pada Layanan Audiovisual Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru.’’



1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka di temukan permasalahan sebagai berikut: 1. Beberapa pemustaka belum tahu cara menggunakan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru 2. Jenis-jenis media yang ada di layanan audiovisual di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru. 3. Penempatan dan kebersihan di ruang layanan audiovisual belum baik di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru.



1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah presepsi pemustaka di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru. 2. Bagaimanakah layanan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru.



1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1



Tujuan penelitian



1. Untuk mengetahui presepsi pemustaka di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru. 2. Untuk mengetahui layanan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru.



1.4.2



Manfaat Penelitian A. Manfaat praktis 1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang layanan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru. 2. Bagi pemustaka sebagai sarana pembelajaran bagi pemustaka untuk belajar dan menambah wawasan mengunakan layanan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru. 3. Bagi perpustakaan sebagai bahan pertimbangan dalam pelayanan audiovisual serta menemukan metode dan ide yang tepat untuk pemustaka dalam meningkatkan pengetahuan di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru. B. Manfaatan teoritis



1. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pembaharuan layanan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru yang terus berkembang 2. Memberikan sumbangan ilmiah dalam perpustakaan dalam meningkatkan layanan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru 3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan layanan audiovisual di Dinas perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru.



1.5 Sistematika Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian



1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Sistematika Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2. Landasan Teori BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi/Obyek Penelitian 3.2. Data Yang Diperlukan 3.3. Metode Pengumpulan Data 3.4. Metode Analisa Data



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu



Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian 1. Penelitian ini terdahulu dilakukan oleh



(Rella, 2019) yang berjudul



“PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP PERPUSTAKAAN SMAN 2 HARAU DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI” persepsi pemustaka terhadap layanan di Perpustakaan SMAN 2 Harau belum dikatakan baik. Hal ini dilihat dari respon yang diberikan oleh responden yang dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan SMAN 2 Harau belum mampu menunjang dalam pemenuhan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka, masih banyak layanan yang sangat dibutuhkan dan harus ada di perpustakaan yaitu belum adanya layanan bimbingan pengguna bagi peserta didik baru, oleh karena kurangnya promosi dari perpustakaan maka memicu sepinya pengujung perpustakaan karena tidak mengetahui tentang bagaimana prosedur maupun apa saja yang ada di perpustakaan sekolahnya. Kemudian belum adanya layanan internet yang mana sangat berpengaruh dalam dunia infromasi saat ini, serta masih banyak layanan yang belum ada di perpustakaan ini yang mendukung lainnya seperti layanan foto kopi serta layanan bercerita. Kedua, persepsi pemustaka terhadap koleksi yang ada di Perpustakaan SMAN 2 Harau belum dapat dikatakan baik. Hal ini dilihat dari ketersediaan koleksi yang tersedia di Perpustakaan SMAN 2 Harau belum lengkap dan masih banyak



permintaan koleksi yang dibutuhkan oleh pemustaka, seperti koleksi pengayaan yang permintaan informasinya sangat tinggi, namun ketersediaan koleksi tersebut sangat terbatas dan belum maksimalnya pengadaan koleksi terbitan berkala serta koleksi referensi, kemudian juga belum tersedianya koleksi terbaru baik itu buku maupun koleksi lainnya. Maka dapat dikatakan bahwa belum tercukupinya. kebutuhan informasi pemustaka atas koleksi yang disediakan di Perpustakaan SMAN 2 Harau. Ketiga, persepsi pemustaka terhadap fasilitas yang ada di Perpustakaan SMAN 2 Harau juga dikatakan belum baik karena perpustakaan ini memiliki ruangan dengan fasilitas yang masih banyak kekurangan, seperti belum adanya tempat penitipan barang, layanan internet serta sarana yang mendukung untuk terciptanya kondisi yang kondusif seperti pendingin ruangan serta TV. Keempat, persepsi pemustaka terhadap sikap pustakawan di Perpustakaan SMAN 2 Harau sudah baik, dan mendapat tanggapan yang positif dari pemustaka, karena pustakawan Perpustakaan SMAN 2 Harau telah melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga pemustaka merasa sudah diberi layanan yang seharusnya diterima ketika mengunjungi perpustakaan, kemudian pustakawan memahami kebutuhan pengguna dengan aktif menanyakan apa yang hendak dicari oleh pemutaka yang berkunjung ke perpustakaan serta bersikap sopan dalam melayani pemustaka dan menampung segala keluhan pemustaka dan mencarikan solusinya. Walaupun pustakawan di SMAN 2 Harau tidak memiliki keahlian khusus atau latar pendidikan sebagai seorang



pustakawan, namun pustakawan mendapatkan pelatihan khusus dan bisa dijadikan sebagai pustakawan, dengan begitu pustakawan sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang diharapkan. 2. Penelitian ini terdahulu dilakukan oleh (Dinas, Dan, & Daerah, 2019) yang berjudul “ANALISIS KEPUASAN LAYANAN PERPUSTAKAAN ON-SITE PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR” berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1). Kepuasan layanan perpustakaan on-site pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur dapat dinilai dari lima dimensi yaitu Tangibel, Reliability, Responsiviness, Assurance, dan Emphaty. a. Dimensi Tangibel (Bukti Fisik) yang mempunyai indikator prosedur pelayanan, sarana dan prasarana serta kedisiplinan petugas sudah diterapkan, sesuai dengan keinginan pengguna layanan. Hal ini terbukti dengan adanya 9 prosedur layanan yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan tersedianya sarana dan prasarana yang berkualitas serta jadwal jam kerja. b. Dimensi Reliability (Kehandalan) yang mempunyai indikator kesesuaian



produk



pelayanan



terhadap



standar



pelayanan



dan



kompetensi/kemampuan petugas dalam pelayanan serta kecermatan petugas dalam melakukan proses pelayanan sudah diterapkan, sesuai



dengan keinginan pengguna layanan. Hal ini terbukti tidak ada keluhan dari pengguna layanan terkait indikator dalam dimensi Reliability. c. Dimensi Responsiviness (Ketanggapan) yang mempunyai indikator kecepatan waktu dalam memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan pengguna layanan serta petugas melakukan pelayanan dengan tepat waktu sudah diterapkan, dimensi ini sesuai dengan keinginan pengguna layanan terbukti karena tidak ada keluhan dari pengguna layanan terkait indikator dalam dimensi Responsiviness. d. Dimensi Assurance (Jaminan) yang mempunyai indikator kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya dan kewajaran biaya/tarif dalam pelayanan serta jaminan tepat waktu dalam pelayanan sudah diterapkan sesuai dengan keinginan pengguna layanan. Hal ini terbukti karena tidak ada keluhan dari pengguna layanan terkait indikator dalam dimensi Assurance. e. Dimensi Emphaty (Empati) yang mempunyai indikator pelayanan petugas terkait kesopanan dan keramahan serta petugas dalam pelayanan mendahulukan kepentingan pengguna layanan serta petugas melayani dan menghargai setiap pengguna layanan yang datang. sudah diterapkan, Hal



3. Penelitian ini terdahulu dilakukan oleh (Jalinur, Malta Nelisa) yang berjudul “(( FACEBOOK DAN TWITTER ) TERHADAP PENINGKATAN LAYANAN INFORMASI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI, 2015)” Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan Pertama,



pemanfaatan media sosial oleh pemustaka, yaitu untuk bertukar informasi dan media hiburan, hal itu merupakan rutinitas pemustaka saat memasuki akun media sosial. Jenis media sosial yang digunakan pemustaka rata-rata facebook. Pemustaka rata-rata mengatakan akun media sosial ini berdampak positif bagi kehidupan, dan dapat membantu dalam penelusuran informasi-informasi yang dibutuhkan. Informasi yang dapat pemustaka peroleh selama menggunakan aplikasi media sosial adalah informasi seluruh dunia dan terbaru, selanjutnya informasi seputaran aktivitas orang-orang yang memiliki akun media sosial. Kedua, mengenai persepsi pemustaka terhadap penyebaran informasi perpustakaan. Persepsi pemustaka mengenai Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat memperoleh respon positif. Rata-rata pemustaka sangat setuju badan perpustakaan memiliki akun media sosial sebagai media penyebaran informasi karena dapat membantu dalam pencarian informasi. Keakuratan informasi yang disediakan media sosial menurut pemustaka dapat dipercaya, walaupun tidak sepenuhnya akurat. Informasi yang dibutuhkan pemustaka adalah mengenai seputaran koleksi yang disediakan oleh badan perpustakaan dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan



oleh



badan



perpustakaan



tersebut.



Berdasarkan



pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka dapat disarankan kepada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, sebaiknya badan perpustakaan mempunyai akun media sosial guna meningkatkan pelayanan



yang



diberikan



kepada



pemustaka,



dan



juga



dapat



mempromosikan even-even yang ada diperpustakaan, kemudian dapat memberikan infromasi seputar koleksi-koleksi yang disediakan.



4. Penelitian ini terdahulu dilakukan oleh (Ridlo & Anak, 2018) yang berjudul “PEMANFAATAN LAYANAN ANAK PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA” Layanan membaca yang disediakan oleh perpustakaan belum maksimal karena koleksi non-buku seperti koleksi audiovisual DVD ataupun VCD anak belum dimiliki perpustakaan khususnya di ruangan layanan anak, padahal bila mengikuti perkembangan teknologi sudah seharusnya anak diperkenalkan jenis koleksi berupa DVD dan VCD. Selain itu sangat disayangkan koleksi mainan juga belum tersedia pada layanan anak. Serta penambahan mainan yang dapat menarik perhatian anak untuk belajar dan bermain. Layanan sirkulasi sudah maksimal karena ikut mendukung kegiatan perpustakaan dalam hal peminjaman dan pengembalian bahan pustaka, juga tidak terlalu sulit dalam proses kerjanya, walaupun masih menggunakan sistem manual Layanan mendongeng (story telling)kurang maksimal walupun layanan ini adalah salah satu layanan yang sangat diminati oleh pengguna perpustakaan khususnya anak-anak selain bermain anak- anak juga dapat belajar dan menambah wawasan melalui buku-buku yang di ceritakan oleh pembicara acara yang diadakan oleh kampung dongeng medan.



2.2.



Landasan Teori A. Persepsi Pemustaka 1. Pengertian Persepsi Pengertian persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indra. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang pekah diperoleh melalui proses berpikir



dan belajar, serta



dipenggaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Proses terjadinya persepsi bahwa terjadinya penerimaan suatu stimulasi atau rangsangan melalui alat indra yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, sentuhan



rasa. Stimulasi



dalam hal ini merupakan tanggapan dalam pelayanan perpustakaan, peminjaman koleksi, pelayanan informasi dan berbagai



jenis



pelayanan lainnya yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat. Persepsi seseorang sangat bergantung pada bentuk dan kondisi layanan perpustakaan, dalam hal ini bagaimana perilaku petugas perpustakaan dalam melayani masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan beberapa pengertian tentang persepsi. Persepsi menurut Suwarno (2009, 52)



dapat didefenisikan,



“sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang”.



Sedangkan



menurut



Walgito



(2002,



69),



“Persepsi



merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek ataupun informasi yang diterima melalui panca inderanya, pada akhirnya dapat menentukan tindakan dari orang yang bersangkutan. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan mengapa dua orangyang melihat sesuatu mungkin memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihatnya.



Menurut Pareek seperti dikutip oleh Arisandy (2004, 26) terdapat empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, antara lain: a. Perhatian



Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di seitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. b. Kebutuhan Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan sesaat. c. Kesediaan Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu. d. Sistem nilai Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang. Selain itu, Rakhmat (1994) yang dikutip oleh Sobur (2003, 23) menyebutkan, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu,



a. Faktor fungsional, dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seorang individu; b. Faktor struktural, berarti bahwa faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu; c. Faktor situasional. Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal; d. Faktor personal, yang terdiri atas pengalaman, motivasi, kepribadian. Ada dua pandangan mengenai proses persepsi menurut Nurhadi (1991, 29) yaitu: 1. Persepsi personal, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak



pertimbangan



orang



membuat



kesimpulan



tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas 2. Persepsi sosial adalah sebuah proses yang kompleks orang mengamati orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap personal, situsional, dan behavior.



a. Faktor Penyebab Persepsi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri yang membentuk persepsi itu sendiri, dalam diri objek atau target yang di artikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut di buat. Terdapat empat karateristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu: 1) Faktor dari diri objek stimulus 2) Faktor pribadi 3) Faktor pengaruh kelompok 4) Faktor pribadi latar belakang kultural. Persepsi



individu



dipengaruhi



oleh



faktor



fungsional dan struktural.faktor fungsional ialah faktor



yang



bersifat



personal.



Misalnya



kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin dan hal-hal yang lain yang bersifat subjektif.



Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial yang



sangat



berpengaruh



seseorang



dalam



mempersepsikan sesuatu. 3. Aspek-Aspek Persepsi Pada hakekatnya sikap merupakan sesuatu interaksi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar’at 1991) ada tiga yaitu: 1. Komponen kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sifatnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk sesuatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. 2. Komponen Afektif. Yaitu berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sikapnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang di miliki. 3. Komponen konetif.



Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku berhubungan dengan objek sikapnya. B. Pemustaka Istilah pengguna perpustakaan atau pemakai perpustakaan lebih dahulu digunakan sebelum istilah pemustaka muncul. Menurut Sutarno NS dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi mendefinisikan pemakai perpustakaan adalah kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan (2008: 150), sedangkan pengguna perpustakaan adalah pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan (2008: 156). Setelah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka, dimana pengertian pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah pengguna



perpustakaan,



yaitu



perseorangan,



kelompok



orang,



masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan ,sedangkan menurut Wiji Suwarno (2009:80). Pemustaka



adalah



pengguna



fasilitas



yang



disediakan



perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya). 1. Jenis Pemustaka



Jenis Pemustaka memiliki dua kriteria yaitu : a. Kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan system informasi b. Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan prilaku mencari informasi dan komunikasi, prilaku sosial serta profesional Pemustaka. Jenis Pemustaka dapat dinyatakan sebagai : a. Pemustakayang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa b. Pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. 2. Karakter Pemustaka Perpustakaan



perlu



mengetahui



beberapa



karakteristik



Pemustaka terutama dalam menunjang aktivitasnya. Penna (1988) mengungkapkan karakteristik tersebut adalah a. Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok.



b. Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan oleh Pemustaka untuk membaca buku atau belajar. c. Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka. d. Leisure or necessity factor, yaitu apakah Pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu. e. Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami Pemustaka. Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas. f. Level of study, yaitu tingkat pendidikan Pemustaka. Kebutuhan mahasiswa S1 tentu berbeda dengan kebutuhan mahasiswa tingkat S2 atau S3. g. Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme Pemustaka



dalam



memanfaatkan



layanan



perpustakaan.



Menurut Septiyantono (2003) ada berbagai sifat dan karakter Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi Pemustaka: 1. Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya,



2. Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin. 3. Banyak



bicara



dengan



menawarkan



bantuan



dan



mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya, 4. Banyak



permintaan,



dengarkan



dan



segera



penuhi



permintaannya serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia. 5. Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak pilihan namun mengikuti seleranya. 6. Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat, 7. Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan, 8. Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya, 9. Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul.



10. Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu dihormati. 3. Kebutuhan Pemustaka Pemustaka berkunjung ke perpustakaan karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi. Ada tiga kebutuhan yang sering ditemui pada Pemustaka perpustakaan menurut Fisher (1988) antara lain Need for information , merupakan suatu kebutuhan akan informasi yang bersifat umum :  Needs for material and facilities, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan buku-buku atau bahan pustaka lain, serta kebutuhan akan fasilitas perpustakaan yang menunjang kegiatan belajar.  Needs for guidance and support, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk yang memudahkan pengguna mendapatkan apa yang diinginkan. Selain itu, untuk mengatahui lebih jauh tentang kebutuhan pemustaka, dapat juga dilakukan survey atau penelitian yaitu: 1) Berkaitan dengan status diri, apakah yang pemustaka kita itu masih single atau sudah menikah, atau usia untuk siap menikah,



dari penggolongan itu saja, kita sebagai pengelola perpustakaan bisa melakukan analisis berkaitan dengan sikap dan perlakuan kita terhadap para pemustaka 2) Berkaitan dengan tingkat pendidikan dari pemustaka, ada yang berpendidikan hingga mencapai gelar guru besar akademik, tetapi ada pula yang berpendidikan setingkat SMA. 3) Pemustaka kita apakah tergolong sebagai pemustaka yang aktif, atau pemustaka yang pasif. Pemustaka aktif tentu dia akan menemukan sesuatu yang menarik di perpustakaan. Dia aktif melakukan peminjaman buku, aktif membaca, aktif mencari informasi dan senang berkunjung di perpustakaan di sela waktu luangnya, situasi demikian membuat pengelola perpustakaan perlu untuk meningkatkan layanan itu. Kelompok yang demikian sering dikatakan sebagai pemustaka yang cinta pada perpustakaan.sedangkan bagi pemustaka yang pasif, perlu kita analisis lebih jauh, apa yang membuat pemustaka hanya datang ke perpustakaan hanya untuk mencari sesuatu yang dibutuhkan. Bagaimana caranya agar perpustakaan menjadi salah satu kebutuhan untuk dikunjungi. Dibutuhkan kreativitas pengelola perpustakaan untuk menciptakan sesuatu yang menjadi daya tarik buat pemustaka.



4) Ada pula pemustaka yang datang ke perpustakaan dengan tujuan untuk mendapatkan ketenangan, dengan duduk dan diam di perpustakaan.



Aktivitas



membacanya



sedikit,



tetapi



dia



menikmati suasana di perpustakaan, dengan dukungan hawa yang sejuk di perpustakaan dan suasana yang nyaman dan tenang. 5) kelompok yang lain lagi barangkali adalah dari golongan pegiat literasi. Kelompok ini aktif melakukan studi pustaka di berbagai perpustakaan untuk mencari berbagai sumber informasi yang kemudian dituangkan kembali dalam sebuah tulisan. Kelompok pegiat literasi dewasa ini semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia, mereka membentuk satu wadah dalam topik yang khusus maupun juga terbuka untuk semua tema. C. Layanan Perpustakaan Layanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal atau cara melayani. Layanan pengguna merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah perpustakaan. Hal ini berarti bahwa penilaian terhadap baik buruknya kinerja perpustakaan ditentukan oleh baik buruknya layanan yang diberikan kepada pengguna. Layanan pengguna merupakan kegiatan yang langsung mempertemukan pengguna dengan staf perpustakaan sehingga penilaian akan langsung diberikan oleh pengguna terhadap kinerja perpustakaan dan disadari



maupun tidak hal tersebut secara langsung akan berpengaruh terhadap penilaian seluruh kinerja perpustakaan. Layanan perpustakaan merupakan kelanjutan dari kegiatan pengadaan dan pengolahan bahan perpustakaan yaitu setelah bahan pustaka selesai diolah (diproses). Pembahasan tentang layanan perpustakaan dimulai dengan menjawab beberapa pertanyaan yang menjadi



acuan



dalam



penyelenggaraan



layanan



perpustakaan.



Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain : (a). Mengapa perlu dilaksanakan layanan? Pertanyaan



ini



berkaitan



dengan



tujuan



didirikannya



sebuah



perpustakaan. Sebagai institusi pengelola informasi, perpustakaan didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat penggunanya akan informasi secara tepat, cepat dan akurat. (b). Siapa yang dilayani? Sasaran dari layanan perpustakaan adalah masyarakat pengguna perpustakaan yang mempunyai karakteristik, latar belakang sosial budaya dan kebutuhan informasi yang berbeda-beda yang semuanya menghendaki



dilayani



perpustakaan



harus



dengan pandai



sebaik-baiknya. menyesuaikan



keanekaragaman pengunjung perpustakaan tersebut.



Staf diri



layanan terhadap



(c). Apa yang dilayankan? Hal ini berkaitan dengan informasi yang dikemas dalam berbagai jenis dan bentuk baik koleksi tercetak maupun non cetak. Perpustakaan harus



memperhatikan



kelengkapan,



keanekaragaman



dan



kemutakhiran dari koleksi yang dimiliki agar pengguna memperoleh informasi yang lebih bervariasi, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada perpustakaan yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan penggunanya akan informasi. Koleksi perpustakaan yang akan dilayankan harus sudah diolah atau diproses, dikemas, dan disusun secara sistematis agar memudahkan pengguna untuk menggunakan dan menemukan kembali. (d). Siapa yang melayani? Kegiatan layanan perpustakaan dilakukan oleh staf perpustakaan atau pustakawan. Kualitas dan kuantitas staf perpustakaan atau pustakawan harus menjadi perhatian agar layanan yang diberikan bisa optimal. Pustakawan harus memiliki kompetensi dibidang kepustakawanan selain kemampuan lainnya yang meliputi wawasan dan ketrampilan teknis administratif dan operasional perpustakaan, menguasai tehnik berkomunikasi, serta kepribadian seperti ramah, luwes dan menarik. (e). Kapan layanan itu dilaksanakan?



Sebagai pusat informasi, perpustakaan diharapkan dapat memberikan layanan ketika dibutuhkan oleh penggunanya. Penentuan waktu layanan



disesuaikan



dengan



situasi



dan



kondisi



dari



setiap



perpustakaan. Waktu layanan biasanya disesuaikan dengan hari dan jam kerja pegawai pada perpustakaan yang bersangkutan. (f). Bagaimana cara melaksanakan layanan perpustakaan? Pelaksanaan layanan perpustakaan diatur dan dilakukan berdasarkan sistem dan kebijakan yang disesuaikan dengan situasi serta kondisi dari masing-masing perpustakaan. Sistem dan kebijakan tentang layanan yang diberlakukan di perpustakaan harus dapat memudahkan pengguna dalam memanfaatkan sumber informasi yang tersedia di perpustakaan.



D. Prinsip-Prinsip Layanan Perpustakaan Layanan perpustakaan pada dasarnya memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan jenis layanan lainnya. Prinsip-prinsip layanan itu antara lain : 1. Sesuai dengan atau untuk kebutuhan masyarakat yang dilayani 2. Berlangsung cepat, tepat, mudah, dan sederhana



3. Menarik dan menyenangkan atau memuaskan pemakai/penerima layanan.



E. Jenis-jenis Layanan Perpustakaan Secara umum layanan perpustakaan dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu : 1. Layanan Teknis Pada perpustakaan istilah layanan teknis sering disebut dengan pengolahan bahan perpustakaan. Layanan teknis merupakan kegiatan awal yang ada di perpustakaan sebelum bahan perpustakaan siap dilayankan. Bagian ini sering disebut sebagai “dapurnya” perpustakaan. Kegiatan yang ada pada bagian ini antara lain pengadaan bahan perpustakaan dan pengolahan bahan perpustakaan Kegiatan pengolahan bahan perpustakaan meliputi registrasi



bahan



perpustakaan



ke



perpustakaan, database



memasukkan



perpustakaan,



data



bahan



pemberian



nomor



klasifikasi, pemberian no panggil (call number), pemberian kelengkapan bahan perpustakaan (label buku dan sampul). Dalam kegiatan pengolahan bahan perpustakaan digunakan sistem tertentu yang dijadikan pedoman oleh semua perpustakaan, misalnya untuk membuat katalog menggunakan pedoman AACR (Anglo American



Catalogue Rules), untuk menentukan no klasifikasi menggunakan DDC (Dewey Decimal Classification) dan UDC (Universal Decimal Classification) sebagai pedomannya. 2. Layanan Pengguna Merupakan layanan yang berhubungan langsung dengan pengguna perpustakaan yaitu layanan sirkulasi, referensi, OPAC (Online Public Access Catalogue) dan layanan pendidikan pengguna. a. Layanan sirkulasi Kata sirkulasi berasal dari bahasa Inggris “circulation” yang berarti perputaran, peredaran, seperti pada sirkulasi udara, sirkulasi uang dan lain sebagainya. Dalam ilmu perpustakaan,



sirkulasi



sering



dikenal



dengan



istilah



peminjaman, meskipun pengertian layanan sirkulasi sebenarnya adalah mencakup semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan



dengan



pemanfaatan,



penggunaan



koleksi



perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pengguna jasa perpustakaan. Layanan sirkulasi perpustakaan tidak hanya sekedar pekerjaan peminjaman, melainkan suatu kegiatan menyeluruh dalam proses pemenuhan kebutuhan pengguna melalui jasa sirkulasi, diantaranya pengembalian dan perpanjangan waktu pinjam koleksi serta pembuatan statistik perpustakaan. Kegiatan peminjaman adalah



suatu proses pencatatan transaksi yang dilakukan oleh petugas perpustakaan



dengan



pengguna



pada



saat



penggguna



meminjam koleksi. Jenis koleksi yang umum dipinjamkan adalah koleksi yang berupa buku. Penentuan jangka waktu peminjaman koleksi perpustakaan berdasarkan jenis koleksi dan



jenis



keanggotaan



perpustakaan.



Jangka



waktu



peminjaman meliputi peminjaman jangka pendek (harian), peminjaman biasa (mingguan), dan peminjaman jangka panjang (bulanan). Kegiatan pengembalian adalah kegiatan pencatatan bukti bahwa pengguna telah mengembalikan koleksi yang dipinjamnya. Sedangkan kegiatan perpanjangan waktu pinjam adalah kegiatan pencatatan kembali koleksi yang pernah dipinjam sesuai kurun waktu yang ditentukan8. Perpanjangan waktu pinjam koleksi biasanya dilakukan satu kali periode peminjaman. Petugas dibagian ini harus tegas dan teliti karena sering terjadi pelanggaran, misalanya keterlambatan dalam pengembalian, penyobekan halaman, terdapat coretan, atau pemalsuan pada tanggal kembali. Pada perpustakaan yang sudah maju, pemanfaatan teknologi informasi digunakan pada layanan sirkulasi dengan menerapkan sistem peminjaman mandiri



dimana



pengguna



memproses



sendiri



bahan



perpustakaan yang akan dipinjam. Bahkan pada beberapa perpustakaan tidak hanya peminjaman yang dilakukan secara



mandiri



oleh



pengguna



tetapi



pengembalian



bahan



perpustakaan juga dapat dilakukan secara mandiri. Selain kegiatan di atas, pada layanan sirkulasi terdapat satu kegiatan yang



juga



penting



untuk



mengetahui



perkembangan



perpustakaan yaitu pembuatan statistik perpustakaan. Statistik perpustakan merupakan kegiatan pengumpulan data dari layanan sirkulasi sebagai bahan untuk melihat keadaan dan perkembangan perpustakaan. Statistik yang dikerjakan meliputi : data pengunjung, keanggotaan, jumlah peminjaman, jumlah koleksi yang dipinjam, dan koleksi yang dikembalikan pada kurun waktu tertentu (hari, bulan, tahun). Fungsi statistik perpustakan adalah : a. Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun laporan tahunan perpustakaan dan menyusun rencana kegiatan perpustakaan. b. Menyajikan tingkat keberhasilan perpustakaan kepada lembaga dan pengguna. c. Memperkuat alasan dalam penambahan anggaran dan tenaga b. Layanan Referensi Kata referensi berasal dari bahasa Inggris “reference” yang berarti menunjuk kepada, menyebut. Menurut



Kamus Besar Bahasa Indonesia, referensi adalah sumber, acuan, rujukan atau petunjuk. Layanan referensi atau layanan rujukan merupakan salah satu kegiatan layanan dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi, serta memberikan bimbingan untuk menemukan dan memakai koleksi referensi. Layanan referensi bertujuan membantu



pengguna



perpustakaan



dalam



untuk



menemukan



informasi dengan memanfaatkan koleksi referensi. Layanan ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam perpustakaan, karena melalui dialog dan komunikasi yang intensif antara petugas perpustakaan dan pengguna maka informasi yang dicari akan lebih mudah ditemukan. Melalui pengarahan dan rujukan dari petugas perpustakaan khususnya petugas referensi, pengguna akan memperoleh informasi melalui bahan-bahan referensi yang ada di perpustakaan atau di tempat lain. Petugas layanan referensi tidak hanya menyediakan bahan-bahan referensi



di



perpustakaannya



saja,



tetapi



juga



dapat



memberikan jasa rujukan maupun pengarahan agar pengguna menemukan informasi yang dibutuhkan di tempat lain melalui kegiatan silang layan. c. Layanan Audio Visual



Layanan audio visual adala layanan perpustakaan khusus untuk bahan audio visual. Layanan ini meliputi peminjaman dan pemutaran film, video, slide, atau film strip.



d. OPAC (Online Public Access Catalogue) Katalog adalah salah satu sarana untuk menelusur informasi tentang bahan perpustakaan. Selain itu katalog merupakan wakil dari bahan perpustakaan, karena dari katalog pengguna dapat memperoleh informasi awal tentang bahan perpustakaan sebelum menemukan bahan perpustakaan yang diperlukan. Informasi yang dimuat dalam katalog antara lain : judul; keterangan kepengarangan; impressum (penerbit, kota terbit dan tahun terbit); keterangan fisik buku/kolasi (jumlah halaman, tinggi buku, bibliografi, indeks); call number (nomor panggil); serta ISBN/ISSN. Jenis katalog yang ada di perpustakaan yaitu katalog subyek, katalog judul dan katalog pengarang. Pada perpustakaan yang masih konvesional katalog yang disajikan masih berbentuk katalog kartu yang disimpan dalam almari katalog yang penyusunannya berdasarkan sistem tertentu misalnya berdasarkan subyek, judul atau pengarang. Sedangkan berkembang,



pada



perpustakaan



teknologi



yang



informasi



sudah



maju



dimanfaatkan



dan dalam



pembuatan katalog berbentuk online yang dikenal dengan istilah OPAC (Online Public Access Catalogue). Keuntungan yang diperoleh dengan adanya OPAC antara lain penelusuran dan temu kembali informasi akan lebih mudah, cepat dan tepat; tidak memerlukan tempat yang luas; penambahan dan pengurangan katalog sebagai akibat dari penambahan dan pengurangan koleksi perpustakaan mudah dilakukan. e. Layanan Pendidikan Pengguna Terdapat



bermacam-macam



istilah



yang dipakai



untuk



pendidikan pengguna antara lain user education (pendidikan pengguna, bimbingan pengguna), library orientation (orientasi perpustakaan, penyuluhan perpustakaan), library instruction (pengajaran perpustakaan), bibliographic instruction, library use instruction, dan user guidance. Pendidikan pengguna mempunyai tujuan untuk memperkenalkan perpustakaan kepada masyarakat penggunanya dan mendidik penggunanya agar menjadi pengguna perpustakaan yang tertib dan bertanggungjawab. Hal-hal yang disampaikan dalam kegiatan pendidikan pengguna antara lain sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan, fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan; jenis layanan yang ada di perpustakaan; tata cara memanfaatkan layanan yang ada di perpustakaan secara cepat,



tepat dan akurat; serta tata tertib perpustakaan. Kegiatan pendidikan pengguna dilaksanakan setiap saat ketika pengguna memerlukan atau pada saat ada anggota perpustakaan baru. Metode yang digunakan dalam program pendidikan pengguna perpustakaan tergantung pada situasi dan kondisi perpustakaan misalnya kuliah/pengajaran, seminar, tutorial, demostrasi, dan tour terpadu atau penggabungan dari beberapa metode. Media yang



digunakan



dalam



program



pendidikan



pengguna



menggunakan antara lain berupa film, video, tape/slide, audio tape, dan panduan tercetak. f. Layanan



Administrasi



Kategori



layanan



administrasi



perpustakaan terdiri dari layanan administrasi staf perpustakaan dan layanan administrasi untuk pengguna perpustakaan. Layanan adinistrasi staf perpustakaan meliputi kegiatan surat menyurat dan pengarsipan dokumen, sedangkan layanan administrasi untuk pengguna perpustakaan meliputi kegiatan pembuatan kartu anggota perpustakaan dan pemberian surat keterangan bebas administrasi perpustakaan (bebas pinjaman maupun tanggungan lainnya).



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian



3.1.1 Lokasi penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan. Lokasi ini bisa di wilayah tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pekanbaru. 4



Waktu penelitian Waktu penelitian yakni waktu ketika penelitian dilakukan. Waktu penelitian yang penulis lakukan yaitu pada bulan ...... sampai dengan...............



3.2 Objek Penelitian Objek penelitian itu suatu variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah layanan audivisual pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pekanbaru. 3.3 Variabel Penelitian Variable penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2016:38) Berdasarkan hal di atas variabel penelitian yang akan dilakukan penulis dengan mendiskripsikan satu variabel yaitu efektifitas shelving pada proses temu kembali informasi.



Tabel 2. Variabel Penelitian Variabel



Indikator



Presepsi Pemustaka, Layanan



Karakteristik pemustaka



Audiovisual Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Pekanbaru



Ketersediaan layanan audiovisual dinas perpustakaan dan kearsipan Kota Peakanbaru



Sumber: Taque Sutcliffe Lubis (2007:5) dalam Mira Setia Utami (2013:13)



3.4 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, metode kualitatif itu sendiri adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan).



3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Metode Penelitian



Metode penelitian berperan dalam memberikan dasar dan pengambil keputusan dalam melakukan suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.



Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2011:4) menyatakan metode kualitatif ialah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Sejalan dengan pengertian tersebut, Kirk Dan Miller (1986:9) dalam Moleong (2011:4) mengemukakan bahwa penelitian



kualitatif



adalah



tradisi



tertentu



dalam



ilmu



pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.



3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian yang akan penulis lakukan ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan, yaitu : a.



Observasi.



Observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan dapat bekerja berdasarkan data



nyata mengenai dunia dan diperoleh melalui observasi. Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2016: 226)



b.



Wawancara



Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpilan data ini berdasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Menurut Sugiyono (2016: 231) Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara tidak terstruktur. Untuk memperkuat data dalam penelitian yang akan dilakukan, penulis melakukan wawancara kepada pustakawan dan para pemustaka yang berkunjung di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Lancing Kuning tersebut. c.



Dokumen Sugiyono (2016:240) mendefinisikan dokumen sebagai catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bias



berbentuk



tulisan,



gambar,



atau



karya-karya



monumental dari seorang. Dokumen ada yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian , biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen juga ada yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.



3.6 Subjek Penelitian 3.6.1 Populasi Menurut arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Ketika seseorang ingin meneliti semua elemen dalam suatu wilayah, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan fakultas ekonomi universitas lancang kuning dari bulan juli 2018 sampai bulan september 2018 yang berjumlah 3,375 pengunjung. 3.6.2. Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena terbatasnya dana, waktu dan tenaga maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Sugiyono (2016:81)



Tujuan pengambilan sampel untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin.` Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling (sampel acak). Teknik random sampling adalah cara pengambilan sampel dengan semua objek atau elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Menurut Hasan (2002) dalam skripsi Eko Saputra Utama (2018:2002)



n=



N 1+ N e 2



Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi e = Persen keloggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dengan menggunakan rumus slovin dan e sebesar 20% maka sampel yang dibutuhkan adalah



n=



N 1+ N e 2



Type equation here .