Diskusi 7 Pendidikan Agama Kristen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Reka Yuliana Siregar NIM



: 041002378



Diskusi 7 Pendidikan Agama Kristen



Menurut Anda apakah alam semesta ini terjadi secara kebetulan, jelaskan pendapat Anda ! Tanggapan : Dalam kitab Kejadian di sana tertulis Kejadian 1 : 1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Dalam Kejadian 1 : 1 disini Allah merujuk kepada Oknum yang tak terbatas, kekal, menjadi awal atas segala sesuatu yang ada. Sebagaimana ditegaskan oleh Musa. “Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah”(Maz 90:2). Dengan kata lain, Allah ada secara kekal dan tidak terbatas sebelum menciptakan alam yang terbatas. KEGIATAN PENCIPTAAN. 1. Allah menciptakan segala sesuatu di "langit dan di bumi" (Kej 1:1; bd. Yes 40:28; 42:5; 45:18; Mr 13:19; Ef 3:9; Kol 1:16; Ibr 1:2; Wahy 10:6). Kata "menciptakan" (Ibr. _bara_) dipakai khusus sebagai kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Ini berarti bahwa pada saat tertentu, Allah mengadakan benda dan zat yang belum pernah ada sebelumnya. 2. Alkitab menggambarkan ciptaan sebagai tidak berbentuk, kosong, dan ditutupi kegelapan (Kej 1:2). Ketika itu semesta alam dan bumi tidak memiliki bentuk teratur seperti sekarang ini. Semuanya masih kosong, tanpa makhluk hidup dan tidak ada terang. Setelah tahap permulaan ini, Allah menciptakan terang untuk menghalaukan kegelapan (Kej 1:3-5), menata semesta alam ini (Kej 1:613) dan memenuhi bumi dengan makhluk-makhluk hidup (Kej 1:20-28). 3. Metode yang dipergunakan Allah ketika menciptakan ialah kuasa Firman-Nya. Berkali-kali dinyatakan, "Berfirmanlah Allah ..." (Kej 1:3,6,9,11,14,20,24,26). Dengan kata lain, Allah bersabda hingga langit dan bumi ini menjadi ada; sebelum sabda kreatif Allah diucapkan, semua itu tidak ada (bd. Mazm 33:6,9; 148:5; Yes 48:13; Rom 4:17; Ibr 11:3). 4. Seluruh Trinitas, dan bukan hanya Bapa berperan dalam penciptaan.  Putra sendiri adalah Firman yang berkuasa yang dengannya Allah menciptakan segala sesuatu. Dalam prolog Injil Yohanes, Kristus dinyatakan sebagai Firman Allah yang kekal (Yoh 1:1). "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan" (Yoh 1:3). Demikian juga, Paulus menegaskan bahwa melalui Kristus "telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan ...; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia" (Kol 1:16). Akhirnya, penulis surat Ibrani dengan tegas sekali menyatakan bahwa oleh Anak-Nya Allah menciptakan alam semesta (Ibr 1:2).  Demikian pula, Roh Kudus mempunyai peranan aktif dalam karya penciptaan. Dia digambarkan sebagai "melayang-layang" di atas ciptaan, memelihara dan mempersiapkannya bagi kegiatan penciptaan Allah selanjutnya. Kata Ibrani untuk Roh (_ruah_) juga dapat diterjemahkan sebagai "angin" dan "nafas." Demikian, pemazmur mengakui peranan Roh ketika menyatakan, "Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh



nafas (ruah) dari mulut-Nya segala tentara-Nya" (Mazm 33:6). Roh Kudus juga terus terlibat dalam menopang ciptaan (Ayub 33:4; Mazm 104:30). MAKSUD DAN TUJUAN CIPTAAN. Allah memiliki maksud-maksud tertentu untuk menciptakan dunia. 1. Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ungkapan kemuliaan, kemegahan, dan kuasa-Nya. Daud mengatakan, "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya" (Mazm 19:2; bd. Mazm 8:2). Dengan memandang seluruh alam tercipta ini -- dari cakrawala mahaluas dari semesta tercipta hingga keindahan dan tatanan alam -- kita mau tidak mau kagum akan kebesaran Tuhan Allah, Pencipta kita. 2. Allah menciptakan langit dan bumi untuk menerima kembali kemuliaan dan hormat yang layak diterima-Nya. Semua unsur alam -- mis. matahari dan bulan, pohon-pohon di hutan, hujan dan salju, sungai dan anak sungai, bukit dan gunung, hewan dan burung -- menyerukan pujian kepada Allah yang menciptakan mereka (Mazm 98:7-8; 148:1-10; Yes 55:12). Betapa Dia lebih menginginkan dan menantikan kemuliaan dan pujian manusia! 3. Allah menciptakan bumi supaya menyediakan sebuah tempat di mana maksud dan tujuan-Nya bagi umat manusia dapat digenapi.  Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut rupa-Nya sendiri supaya manusia dapat mempunyai hubungan kasih pribadi secara abadi. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk tiga-unsur (tubuh, jiwa, roh), memiliki pikiran, perasaan dan kehendak agar dapat menanggapi-Nya dengan leluasa sebagai Tuhan dan menyembah serta melayani-Nya karena iman, kesetiaan, dan rasa syukur.  Allah demikian menginginkan hubungan yang intim ini dengan umat manusia sehingga, ketika Iblis berhasil menggoda Adam dan Hawa untuk memberontak dan tidak menaati perintah-Nya, Allah berjanji akan mengutus seorang Juruselamat untuk menebus manusia dari dampak-dampak dosa. Dengan cara ini Allah bisa memiliki umat milik-Nya sendiri yang akan menikmati, memuliakan dan hidup di dalam kebenaran dan kekudusan dengan Dia (Yes 60:21; 61:1-3; Ef 1:11-12; 1Pet 2:9).  Puncak dari maksud Allah dalam ciptaan tercatat di dalam kitab Wahyu di mana Yohanes melukiskan akhir sejarah dengan kata-kata ini, "Lihatlah, kemah Allah ada di tengahtengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka" (Wahy 21:3). Kisah penciptaan alam semesta dapat ditemukan di kitab Kejadian pasal 1 dan 2, dengan kisah mengenai Taman Eden di pasal 3. Kejadian pasal 1 menyatakan masa ketika segala sesuatu belum ada, kecuali Allah sendiri. Karena ini fakta yang sebenarnya terjadi, maka tidak ada yang disebut masa "pra-sejarah." Wahyu Allah tentang diri-Nya dan kehendak-Nya bagi umat manusia menjadi permulaan bagi segala sesuatu. Pada masa permulaan ini, Allah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dalam enam hari secara harafiah, yang berarti 24 jam dalam satu harinya. Yang diciptakan Allah adalah semua benda-benda langit (termasuk setiap bintang dan planet), serta segala sesuatu yang ada di bumi. Meskipun sifat Tritunggal Allah tidak dinyatakan secara eksplisit dalam kitab Kejadian, Allah benar-benar menyatakan "Kita" untuk Keilahian-Nya (Kej 1:26). Roh Kudus berperan aktif dalam penciptaan (Kej 1:2), seperti juga Kristus (Yoh 1:1-3; Kol 1:15-17).



Selama enam hari masa Penciptaan itu, Allah menciptakan alam semesta dan bumi (hari 1), langit dan atmosfer (hari 2), tanah kering dan semua tumbuhan (hari 3), bintang-bintang dan benda langit termasuk matahari dan bulan (hari 4), burung dan makhluk-makhluk air (hari 5), dan seluruh binatang serta manusia (hari 6). Manusia menjadi ciptaan yang teristimewa di antara ciptaaan lainnya karena manusia menampilkan gambar dan rupa Allah. Ia juga diberi tanggung jawab untuk memelihara dan menaklukkan bumi. Seluruh proses penciptaan selesai dalam waktu enam hari dengan tampilan yang mengesankan dan keindahan yang menakjubkan. Enam hari secara harafiah, dengan 24 jam per harinya, segala sesuatu diciptakan tanpa ada jeda. Allah menyatakan bahwa ciptaan-Nya sangat baik. Kejadian pasal 2 menceritakan selesainya pekerjaan Allah dan memberikan catatan yang terperinci mengenai penciptaan manusia. Hari ketujuh ditandai dengan beristirahatnya Allah. Beristirahat bukan karena Allah bisa merasa lelah, tapi untuk menyatakan kalau Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan-Nya. Hal ini menciptakan sebuah pola bagi manusia untuk beristirahat satu hari dalam tujuh hari. Pola ini juga ikut menetapkan jumlah hari dalam seminggu, yang masih digunakan hingga sekarang ini. Memelihara hari Sabat akan menjadi sebuah tanda yang membedakan umat pilihan Allah (Kel 20:8-11). Kitab Kejadian kemudian menjelaskan lebih terperinci mengenai proses penciptaan manusia (Kej 2: 8-25). Bagian ini bukan berarti ada kisah penciptaan yang kedua. Isinya juga tidak bertentangan dengan Kejadian pasal 1. Bagian ini merupakan penjelasan yang lebih terperinci mengenai penciptaan manusia. Allah membentuk manusia dari debu tanah, yang Dia telah ciptakan sebelumnya. Setelah membentuk manusia, Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Fakta bahwa Allah memilih untuk membentuk manusia melalui cara ini menunjukkan betapa besar perhatian-Nya terhadap proses ini. Allah kemudian menempatkan manusia pertama, Adam, di tempat yang istimewa, Taman Eden. Taman Eden begitu indah dan berkelimpahan. Adam memiliki hampir semua yang dia butuhkan, termasuk makanan dan pekerjaan yang produktif. Namun, Allah belum selesai dengan penciptaan manusia ini. Allah membantu Adam untuk memahami kebutuhannya untuk memiliki pasangan dengan meminta Adam menamai semua makhluk hidup lainnya. Adam menjadi paham kalau ia juga membutuhkan pasangan. Allah kemudian membuat Adam tidur nyenyak dan membentuk Hawa dengan begitu penuh perhatian, seperti saat ia membentuk Adam. Hawa dibuat dari tulang rusuk Adam. Ketika Adam melihatnya, ia tahu kalau Hawa ini istimewa. Hawa adalah pasangan, pelengkap, dan daging dari dagingnya. Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut gambar-Nya (Kej 1:27). Bagian ini menyatakan keluarga sebagai unit dasar dari masyarakat (Kej 2:24; Mat 19:5-6). Sebagai lembaga yang ditetapkan Allah, pernikahan hanya boleh terjadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Adam dan Hawa diciptakan dalam keadaan telanjang (Kej 2:25) dan tidak melakukan dosa. Mereka menikmati persekutuan dengan Allah di Taman Eden. Allah memberi mereka berdua perintah yang sederhana. Adam dan Hawa dilarang makan dari satu pohon; hanya dari satu pohon itu saja dari seluruh isi Taman Eden (Kej 2:17). Satu hari, Hawa tergoda oleh tipu daya ular untuk makan dari pohon yang terlarang itu. Ia akhirnya memakan buah dari pohon tersebut. Adam juga kemudian ikut makan dari pohon yang terlarang itu. Adam dan Hawa berdosa terhadap Allah dan kehilangan kemurnian mereka (Kej 2:8-12). Dosa membawa konsekuensi-konsekuensi. Allah mengutuk ular melata selamanya di tanah dan dimusuhi oleh manusia. Allah mengutuk Hawa dengan rasa sakit saat melahirkan dan akan memiliki konflik dengan suaminya. Allah mengutuk Adam dengan jerih payah dan kesulitan dalam pekerjaannya (Kej 3:14-19).



Sebagai konsekuensi dari dosa, Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden (Kej 3:22-24). Tapi, Allah juga memberi mereka pengharapan. Pernyataan pertama mengenai kedatangan Mesias muncul di kitab Kejadian 3:15. Mesias akan datang untuk menghancurkan si Ular (Setan), tetapi hal ini tidak akan terjadi sebelum Setan meremukkan Dia di kayu salib. Bahkan di tengah-tengah dosa dan konsekuensi yang mengerikan ini, Allah tetap menunjukkan diri-Nya sebagai Allah yang penuh anugerah, kasih karunia dan dan belas kasihan.