6 2 508 KB
LAPORAN ANALISIS PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
OLEH : NAMA NIM SEMESTER UPBJJ POKJAR MASA REGISTRASI
: SERIUS BEZISOKHI DAELI : 856041219 : VIII (DELAPAN) : UT MEDAN : MANDREHE : 2024.1
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA (UT) MEDAN TAHUN 2024.1
A. Mengemukakan pendapat pribadi Pendapat saya jika Pembelajaran Kelas Rangkap dijadikan model pembelajaran yang dapat digunakan saat ini yaitu Saya percaya bahwa dengan memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, siswa dapat memperoleh manfaat dalam hal interaksi sosial, kolaborasi, dan pengembangan kemampuan berpikir kritis. ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan: Potensi PKR sebagai Model Pembelajaran:
Mengatasi Keterbatasan: PKR sangat relevan di daerah-daerah terpencil atau sekolah dengan jumlah siswa yang sedikit, di mana sulit untuk menyediakan guru untuk setiap tingkatan kelas.
Mengembangkan Kemandirian Siswa: Siswa dalam PKR cenderung lebih mandiri karena mereka belajar untuk mengatur waktu belajar mereka sendiri dan berkolaborasi dengan teman sekelas dari tingkatan yang berbeda.
Menumbuhkan Empati dan Kolaborasi: Interaksi antara siswa dari berbagai tingkatan kelas dapat menumbuhkan rasa empati dan kemampuan kolaborasi.
Tantangan Penerapan PKR secara Luas:
Beban Guru yang Tinggi: Guru dalam PKR harus mampu merancang dan mengelola pembelajaran untuk beberapa tingkatan kelas sekaligus, yang menuntut kreativitas dan kemampuan manajemen yang tinggi.
Perbedaan Kemampuan Siswa: Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan kemampuan siswa dari berbagai tingkatan kelas.
Kebutuhan Pelatihan Guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan khusus untuk dapat mengajar dalam lingkungan PKR secara efektif.
B. Terdapat sumber berita yang mendukung (minimal 2) dapat diambil dari media cetak atau elektronik (berita dari internet)
Alamat link : https://surabaya.inews.id/read/311692/kelas-rangkap-atasi-kekurangan-guru-danbullying-di-sekolah
Dr Fathur Rozi, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, saat memberikan paparan kepada delegasi Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia di SDN Ngadisari 2 Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Pembelajaran Kelas Rangkap ini merupakan kerja sama antara Dindik Kabupaten Probolinggo bersama Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia. Mereka melakukan transformasi pendidikan untuk mengatasi rasio guru terhadap siswa yang tidak imbang. “Sekarang jumlah sekolah yang melaksanakan Pembelajaran Kelas Rangkap di Kabupaten Probolinggo meningkat menjadi 136 lembaga,” imbuh Fathur Rozi. Dindik Kabupaten Probolinggo bersama INOVASI kemudian memilih delapan sekolah sebagai sekolah percontohan pembelajaran Kelas Rangkap pada 2018. Sekolah-sekolah itu adalah SDN Sapikerep III, SDN Wonokerto II, SDN Sukapura IV, SDN Sukapura III, SDN Ngadisari I, SDN Ngadisari II, SDN Sariwani II, dan SDI Nurul Hikmah AsSholeh. Seolah-sekolah yang berada di Kecamatan Sukapura ini terpilih karena memiliki siswa kurang dari 50 orang dan di area terpencil. Secara keseluruhan, terdapat 20 lembaga sekolah di Kecamatan Sukapura. Tenaga guru berjumlah 52 orang dan siswa 1.545 anak. Untuk penerapan kelas rangkap, semua guru dan kepala sekolah mendapatkan pelatihan dan cara mengajar lebih dari satu kelas terlebih dulu sebelum menerapkan di kelasnya
masing-masing. Mereka perlu memiliki pengalaman melakukan pendekatan pembelajaran aktif terlebih dulu sebelum diperkenalkan dengan model ini. Menurut Kepala SDN Ngadisari 2, Marsini Astuti SPd MM, sekolah yang dipimpinnya saat ini terdiri dari empat staf pengajar khusus (3 laki-laki, 1 perempuan), dan 53 siswa (26 laki-laki, 27 perempuan). Bangunan sekolahnya terdiri dari enam ruang. Saat Marsini datang di sekolah tersebut, mereka belum memiliki ruang kantor dan perpustakaan. Nah, setelah menerapkan model Kelas Rangkap, mereka sekarang memiliki tiga ruang kelas, ruang kantor, perpustakaan dan ruang sembahyang untuk umat Hindu. “Sisi positifnya, guru semakin kreatif dengan membuat materi yang hampir sama walaupun kompetensi dasar anak berbeda antarkelas,” imbuh perempuan kelahiran Semanu, Gunungkidul, ini. https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4801732/waduh-sdn-3-karangwuni-cirebonhanya-miliki-26-siswa/2
Senada disampaikan Hendriana Andriana Lesamana, salah satu guru honorer di sekolah tersebut. Hendriana mengajar di kelas III dan IV dengan jumlah delapan orang. "Dijadikan satu kelas, iya tanpa sekat," kata Hendriana. Hendriana mengaku kesulitan saat menyampaikan materi belajar. Ia harus bolak-balik dan menyesuaikan materi belajar. Terlebih lagi, ruangan kelasnya tak memiliki sekat.
"Inginnya ada sekatnya, biar tidak mengganggu. Karena kelas rangkap ini pusing sebenarnya. Mengajar di kelas III, kadangan kelas IV kelewat," ucap Hendriana. Hendriana berharap pemerintah bisa memberikan bantuan tambahan ruangan kelas. Selama ini, kata dia, proses belajar mengajar berjalan kurang efektif karena kelas rangkap atau digabung. "Mudah-mudaha ada bantuan kelas, atau bisa disekat," ucapnya. Di tempat yang sama, Izhar Fardilah salah satu siswa kelas VI mengaku tak nyaman dengan kondisi ruangan kelasnya. Izhar berharap masing-masing kelas memiliki ruangan. "Inginnya (kelas) sendiri-sendiri jangan digabung. Ya teman mah banyak," ucap Izhar. C. Terdapat beberapa teori pendukung yang mendukung (minimal 5 teori) Tentang pembelajaarn PKR minimal 5 teori jelaskan ahlinya , dan kutipannya. Penerapan model PKR pada umumnya lebih banyak dilakukan pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pada pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang penting, karena dengan strategi yang tepat akan pembelajaran akan menarik dan menyenangkan. Menurut (Carol Ann Tomlinson 2017) menjelaskan bahwa PKR menuntut guru untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) yang kuat. Guru perlu merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa, terlepas dari usia atau tingkat kelas mereka. Alasan dilakukannya pembelajaran kelas rangkap tidak hanya karena kurang guru tetapi alasan letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah anak usia sekolah yang relatif sedikit, guru yang berhalangan hadir baik karena alasan dinas atau karena cuaca serta sulitnya lokasi sekolah dan kurangnya ruangan untuk proses pembelajaran. Bagitu juga dengan menurut (Linda Darling-Hammond, dkk 2017) menjelaskan bahwa Keberhasilan PKR sangat bergantung pada kualitas guru. Penting untuk memberikan pelatihan profesional yang berkelanjutan kepada guru PKR, agar mereka dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengajar dalam lingkungan yang kompleks ini. Model PKR adalah model pembelajaran yang ideal menurut para guru yang telah melakukan sistem PKR yaitu dengan menggabungkan dua kelas dalam satu pembelajaran karena dapat mengeksplorasikan sistem pembelajaran yang efektif yaitu pengalaman belajar yang dimana siswanya berperan secara langsung
dan aktif dalam lingkungan belajarnya serta hubungan antara interaksi antara guru dan siswa tercipta secara langsung. Kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap yang disampaikan oleh (Anne Burke, dkk 2020) PKR menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan interaksi sosial antar siswa dari berbagai usia. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, bekerja sama, dan mengembangkan empati. Begitu juga menurut (Michael Fullan 2017) PKR dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi keterbatasan sumber daya pendidikan, terutama di daerah terpencil atau sekolah dengan jumlah siswa yang sedikit. Dengan PKR, satu guru dapat mengajar beberapa tingkat kelas sekaligus, sehingga menghemat biaya dan tenaga pengajar. Kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap menurut (Veehman, S. 2017) Beberapa guru kelas rangkap kurang memahami perbedaan perkembangan siswa dari berbagai usia dan tingkat kelas. Hal ini dapat menyebabkan guru kesulitan dalam menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individu siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. KESIMPULAN Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan model pembelajaran yang unik dan menantang, di mana seorang guru mengajar siswa dari beberapa tingkatan kelas secara bersamaan dalam satu ruang kelas. PKR seringkali menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya pendidikan di daerah terpencil atau sekolah dengan jumlah siswa yang sedikit. Kelebihan dalam pembelajaran kelas rangkap ini di tandai dengan adanya Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional, Interaksi antar siswa dari berbagai usia dapat meningkatkan keterampilan sosial dan emosional, seperti kerjasama, komunikasi, empati, dan kemandirian. Siswa dapat belajar dari dan membantu teman sekelas yang lebih muda atau lebih tua, sehingga meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran. PKR dapat menjadi solusi yang efisien untuk meningkatkan akses pendidikan dan mengurangi kesenjangan pendidikan, terutama di daerah terpencil. Kekurangan dalam pembelajaran kelas rangkap ini adalah Beban Kerja Guru yang Tinggi seorang guru PKR harus merancang dan mengelola pembelajaran untuk beberapa tingkat kelas sekaligus, yang menuntut kemampuan adaptasi dan manajemen waktu yang baik. Dalam ketidaksesuaian kurikulum nasional seringkali tidak dirancang untuk PKR,
sehingga guru harus menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa dari berbagai tingkat kelas. Keterbatasan Sumber Daya dalam Sekolah yang menerapkan PKR seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya, seperti buku pelajaran, alat peraga, dan fasilitas pendukung lainnya. Salah satu Solusinya yaitu untuk Meningkatkan Efektivitas PKR dengan mengikuti Pelatihan, Guru PKR perlu mendapatkan pelatihan khusus mengenai pedagogi, manajemen kelas, dan pengembangan kurikulum untuk PKR. Guru juga dapat memanfaatan Teknologi guna untuk mendukung pembelajaran PKR, seperti platform pembelajaran online, sumber belajar digital, dan alat kolaborasi. Dan yang terakhir adalah dukungan dari Pemerintah dan masyarakat perlu memberikan dukungan kepada sekolah yang menerapkan PKR, baik dalam bentuk pendanaan, pelatihan guru, maupun penyediaan sumber daya pembelajaran. Dengan upaya bersama, PKR dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA https://surabaya.inews.id/read/311692/kelas-rangkap-atasi-kekurangan-guru-dan-bullying-disekolah https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4801732/waduh-sdn-3-karangwuni-cirebon-hanyamiliki-26-siswa/2 Tomlinson, C. A. (2017). How to differentiate instruction in academically diverse classrooms (3rd ed.). ASCD. Darling-Hammond, L., Hyler, M. E., & Gardner, M. (2017). Effective teacher professional development. Palo Alto, CA: Learning Policy Institute. Anne Burke,
Harrison, C., & Jones, D. (2020). Multi-age pedagogy: A review of the
literature. Review of Educational Research, 90(2), 221-258. Fullan, M. (2017). Nuance: The new synthesis of deep learning. Corwin Press. Veenman, S. (2017). Effects of multigrade and multi-age classes reconsidered. Educational Research Review, 22, 1-12.