6 3 225 KB
METODOLOGI PENYUSUNAN KITAB-KITAB HADIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dinamika Peradaban Islam Prodi Dirasah Islamiyah Konsentrasi Sejarah Peradaban Islam
Oleh : MELINDA NIM. 80100222073
Dosen Pengampu 1. Dr. Tasbih, M.Ag. 2. Dr. Muh. Sabir Maidin, M.Ag.
PASCA SARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2022
KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirohim Alhamdulillah, alhamdulillahirobbil alamin. Tiada kata yang pantas kita ucapkan selain mengucap syukur atas kehadirat Allah Swt. karena berkah rahmat dan hidayahnyalah sehinggah saya dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Pemikiran Islam” ini meskipun dalam bentuk yang sederhana. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebab dialah nabi yang mengantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman teknologi dan peradaban Islam seperti saat ini. Makalah ini di susun bertujuan untuk mendiskusikan tentang “Metodologi Penyusunan Kitab-Kitab Hadis”. Meskipun makalah ini sangat sederhana bahkan masih jauh dari kata sempurna namun penulis berharap dengan adanya makalah ini semoga bisa memberi nuansa dan konstribusi bagi perkembangan inteleltual Islam. Dan kami sebagai penulis berharap saran dan kritik yang sifatnya membangun agar kami bisa lebih memperbaiki makalah kami jikalau masih banyak yang perlu diperbaiki ataupun ditambah. Dan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam proses pembuatan makalah ini kami ucapkan terima masih.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kurun waktu yang cukup lama hingga saat ini, sudah banyak fenomena adanya pemalsuan hadis, pemalsuan hadis tidak dapat dibiarkan begitu saja sebab hal ini dapat berdampak buruk bagi pelajar yang baru mengenal perkataan, perbuatan, dan segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Olehnya itu, seorang muslim perlu memberikan perhatian lebih terkait penjagaan hadis, jangan sampai ada yang hilang dan tidak sesuai dengan perkataan Rasulullah yang sesungguhnya, meskipun diawal pada saat Rasulullah masih hidup ada perintah larangan dalam penulisan hadis, ini disebabkan adanya kekhawatiran tulisan hadis tercampur dengan tulisan firman Allah. Beberapa riwayat disebutkan bahwa dikalangan sahabat saat itu ada banyak yang menulis hadis secara pribadi, namun kegiatan penulisan saat itu bermaksud untuk kepentingan diri pribadi juga belum bersifat umum. Berdasarkan hal di atas ulama berupaya untuk membukukan hadis. Dalam fase pembukuan hadis ada beberapa tahap yang dilalui yakni melakukan perjalanan agar bertemu dengan periwayat yang terkemuka diberbagai daerah dengan jarak cukup jauh, dan tahap berikutnya yakni melakukan penelitian terhadap hadis. Dalam fase pembukuan hadis, ada beberapa kitab hadis yang mampu disusun oleh para ulama dengan berbagai tantangan dalam penyusunan kitab hadis. Dengan penyelesaian penyusunan kitab hadis maka muncullah beberapa kitab hadis dengan segala keunikannya masing-masing diantaranya Kitab AlMuwatta, Kitab Sahih, kitab sunan, kitab musnad,kitab jami; dan kitab ajza‟.
Dalam pembukuan hadis para ulama berbeda dalam menggunakan metode olehnya itu dalam makalah ini akan menyajikan beberapa metode penyuusunan kitab-kitab hadis.
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian metodologi penyusunan kitab-kitab hadis? 2. Bagaimana latar belakang penyusunan kitab-kitab hadis? 3. Apa macam-macam metodologi penyusunan kitab-kitab hadis?
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Metodologi Penyusunan Kitab-Kitab Hadis Metode secara etimologi berasal dari kara Yunani meta yang berarti sesudah dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode ialah langkah-langkah yang diambil, menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang benar yaitu sesuatu tatacara, teknik atau jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenin apapun, baik pengetahuan humanistic, dan historis, ataupun pengetahuan filsafat dan ilmiah.1 Adapun pengertian Metode penyusunan kitab hadis adalah beberapa langkah yang digunakan para penyusun dari kitab kumpulan hadis dalam membukukan koleksi hadis. Berdasarkan pengertian metodologi penyusunan kitab hadis dapat dipahami bahwa metodologi penyusunan kitab hadis yakni tata cara yang dilakukan oleh para penyusun dalam menghimpun sebuah hadis dalam bentuk buku. B. Latar Belakang Penyusunan Kitab-Kitab Hadis Keberadaan hadits menjadi salah satu sumber ajaran umat Islam memiliki perkembangan dan penyebaran yang kompleks. Dari sebelum pembukuan, dari zaman nabi, sahabat, dan tabi‟in hingga setelah pembukuan hadits. Sebelum masa pembukuan, penulisan hadits sering menjadi perselisihan diantara beberapa umat muslim dan non-muslim. Beberapa menolak untuk menerima keaslian hadits nabi Rasulullah saw. dikarenakan sebagian dari mereka mengklaim bahwa hadits nabi dibukukan dan ditulis dua abad sesudah wafatnya Rasulullah saw. jangka waktu
1
A. Bakker, Metodologi Kualitatif (Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM, 1988) h. 34
yang cukup lama telah berlalu sehingga dapat menyebabkan perubahan makna hadits yang bersangkutan. Dalam sejarah perkembangannya, hadits mengalami masa peralihan, yaitu dari transisi lisan ke tertulis, dan penulisannya memakan waktu lebih lama dari pada pembukuan Al-Qur'an. Lama setelah wafatnya nabi, ungkapan-ungkapan dan segala hal yang berhubungan dengannya nabi menjadi bahan kajian intensif para ulama hadits dan dikumpulkan dalam bentuk tulisan. Para ulama hadits sepakat bahwa pengumpulan hadits secara resmi dan massal dalam arti bahwa kebijakan pemerintah baru terjadi pada masa pemerintahan Khilafah Umar bin Abdul 'Aziz, yang memerintah selama tahun 99-101 H.2 Beberapa alasan yang melatarbelakangi pembukuan hadits yaitu: 1. Al-Qur‟an telah dibukukan maka tidak ada lagi kekhawatiran barcampurnya hadits dengan Al-Qur‟an. 2. Hilangnya hadits dengan meninggalnya para sahabat dan para tabi‟in sehingga dikhawatirkan hadits akan hilang maka perlu ada usaha untuk melakukan pembukuan hadits. 3. Meluasnya daerah kekuasaan Islam 4. Kemunculan berbagai hadits palsu.3 Melihat situasi ini khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang berkuasa pada masa itu berinisiatif untuk melakukan pembukuan hadits yang pada saat itu masih ada para sahabat. Maka pembukuan hadits resmi lakukan dilakukan pada masa itu dan dipelopori oleh dua ulama besar yakni Abu Bakar Ibnu Hazm dan Muhammad muslim ibn Syihab Al-zuhri.
2
Munzier Supatra , Ilmu Hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada), 2006 Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Bandung: Angkasa, 1991).
3
Seperti halnya ilmu hadits, penulisan kitab hadits juga terus berkembang. Para penulis kitab hadits memiliki cara yang berbeda-beda, terutama dalam penyusunannya. Para ahli hadits menulis berbagai buku hadits dalam bidang bahasanya. Para peneliti dan pengkaji hadits kemudian mengelompokkan kitabkitab hadits yang berbeda ke dalam beberapa kelompok, terutama mengenai metode penyusunan hadits dari segi kajian kitab. C. Macam-macam Metodologi Penyusunan Kitab-Kitab Hadis a. Mushannaf Secara terminologi ahli hadis mushannaf ialah sebuah kitab hadis yang disusun melalui bab-bab fiqhi, yang didalamnya terdapat hadis marfu‟, mauquf, dan maqtu‟. Karena mushannaf adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan kitab fiqih, maka Muwatta‟ termasuk didalamnya.4 Salah satu contoh hadis yang menggunakan metode ini adalah kitab al muwatta‟ hasil karya Imam Malik. Secara jelas tidak ada kalimat yang menyatakan tentang metode yang digunakan oleh Imam Malik dalam menyusun kitabnya al muwatta‟, namun secara tersirat dengan menyaksikan ungkapan Imam Malik dalam kitabnya dapat dipahami bahwa metode yang ia gunakan ialah metode mushannaf atau muwatta‟. Selain itu Imam Malik pun melakukan langkah-langkah untuk menyeleksi segala hadis yang disandarkan kepada nabi, kepada sahabat atau fatwa sahabat, fatwa tabi‟in, ijma' ahli Madinah, dan pendapat Imam Malik sendiri. Olehnya itu, terdapat empat hal yang disampaikan oleh Imam Malik dalam memberikan kritik para periwayat hadis yaitu:
4
M. Hasbi Ash shiddiqiy, Sejarah Pengantar Ilmu Hadis, (Cet.VIII;Semarang:Pustaka Rizki Putra,2001) h.194
1. Periwayat hadis haruslah berperilaku baik 2. Bukan golongan bid‟ah. 3. Harus orang jujur 4. Wajib yang berilmu dan mengamalkan ilmunya5 Walaupun Imam Malik sudah berupaya seteliti mungkin dalam menyaring hadis-hadis yang diterima untuk disusun, tetap saja ulama hadis memiliki selisih pendapat saat memberikan penilaian terhadap mutu hadis-hadisnya. Contohnya Sufyan bin Uyainah dan al Suyuti mengutarakan semua hadis yang diriwayatkan oleh imam Malik adalah sahih sebab diriwayatkan dari orang-orang yang terpercaya. Abu Bakar Al Abhari tidak semua hadis dalam kitab al muwatta‟ sahih, ada yang mursal, mauquf, dan maqtu‟. Ibnu Hazm berpendapat bahwa dalam kitab All Muwatta‟ terdapat 300 hadis mursal dan 70 hadis lemah. Sedangkan Ibnu Hajar berpendapat bahwa didalamnya terdapat hadis mursal bahkan hadis mungqati‟. Berdasarkan kitab yang sudah ditahqiq oleh M. Fuad abdul Baqi‟, kitab al muwatta‟ Malik terdiri dari 2 juz, 61 bab, dan 1824 hadis. Berbeda dengan pendapat M. Syuhudi Ismail yang menyampaikan bahwa kitab almuwatta‟ terdiri dari 1804 hadis.6 Beberapa ulama hadits yang menggunakan tipe musannaf yaitu: 1. Abd al-Malik ibn Jurayh al-Basyiri (150 H) 2. Jamad ibn Salamah (161 H)
5
Ahmad As-Syarbbasi, Sejarah Dan Biografi Empat Mazhab (Jakarta:Bumi Aksara, 1992)
h.104 6
M. Shudi Ismail, Cara Prakti Mencari Hadis, (Cet,I;Yogyakarta :Teras,2003),h.15
3. Sa‟id ibn Abi „Arubah (161 H) Dan beberapa ulama hadits yang menggunakan tipe muwathata yaitu: 1. Ibn Abi Dzi‟b (158 H) 2. Malik bin Anas (179 H) 3. Abu Muhmmad al-Marwazi (293 H) b. Musnad Di dalam bukunya M. Hasbi ash-Shiddiqy menjelaskan kitab-kitab musnad ialah kitab-kitab yang di dalamnya disebut hadis menurut nama sahabat berdasar kepada sejarah mereka memeluk agama Islam. Para penyusunya memulai dengan menyebut hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat sepuluh (sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga), kemudian hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat yang turut dalam peperangan Badar atau ditertibkan menurut nasab-nasab para perawi. Di sebutkan lebih dahulu riwayatriwayat Bani Hasyim yang terdekat dengan Rasulullah kemudian sesudah mereka.7 Begitu pula di jelaskan di dalam bukunya Nuruddin, bahwa kitab musnad adalah kitab hadis yang di susun berdasarkan urutan nama sahabat. Urutan sahabat ini adakalanya disusun berdasarkan huruf hijaiyah, adakalanya berdasarkan urutan masuk Islam, dan adakalanya berdasarkan keluhuran nasabnya.8 Diantara kitab-kitab musnad ialah:9 1. Musnad Abu Daud ath-Thayalisi (w. 204 H);
7
M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994) h. 323 8 Nuruddin, Ulum al-Hadits I (Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 184 9 M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, h. 323.
2. Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal (w. 241 H) dan lain-lain. c. Jami‟ Jami' merupakan shighat isim fail dari kata jama'a-yajma'u yang berarti mengumpulkan. Adapun kitab-kitab jami' menurut istilah para muhadditsiin, adalah kitab-kitab hadits yang disusun berdasar pada bab dan meliputi haditshadits dari berbagai sisi syari'at ajaran Islam dan sub-subnya. Secara garis besar dalam hal ini terdiri dari 8 bab yaitu aqidah, hukum, perilaku para tokoh-tokoh agama, adab, tafsir, fitan, tanda-tanda kiamat, dan manaqib. Karakteristik atau ciri dari penyusunan kitab Jami' adalah sebagai berikut: a) Penyusunan kitab dilakukan secara topikal berdasarkan bab-bab Fiqh b) Penyusunan bab-babnya dilakukan secara sistematis c) Kebanyakan memuat hadits-hadits marfu' d) Kualitas haditsnya kebanyakan shahih e) Memuat hadits-hadits berbagai macam masalah keagamaan seperti aqidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan minum, tafsir, sejarah, perilaku hidup, serta perbuatan baik ataupun buruk. Adapun contoh dari kitab-kitab jami' adalah diantaranya kitab jami' ashshahih, susunan Imam Bukhari dan kitab jami' ash-shahih, susunan Imam Muslim. d. Sunan Sebagaimana artinya, kata Sunan berarti perjalanan-perjalanan maka yang dimaksud dari kitab hadits Sunan adalah kitab-kitab yang memuat perjalananperjalanan nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Kitab-kitab jenis ini
disusun berdasarkan bab-bab fiqh yang juga menghimpun di dalamnya haditshadits hukum yang marfu‟.10 Adapun ciri atau karakterisitik kitab-kitab jenis sunan adalah sebagi berikut: a) Bab-babnya disusun berurutan berdasarkan bab-bab fiqh b) Penyusunan bab-babnya dilakukan secara sistematis c) Hanya memuat hadits-hadits marfu' saja. Namun, jika terdapat mawquf ataupun maqthu jumlahnya sangat sedikit d) Tercampur antara hadits shahih, hasan, dan dhaif e) Pada sebagian kecil terdapat penjelasan mengenai nilai kedudukan atau kualitas hadits yang disebutkan. Adapun kitab-kitab berkarakteristik Sunan adalah Sunan Abu Dawud, Sunan at-Turmudzi, Sunan an-Nasa'i, dan Sunan Ibnu Majah. e. Ajza‟ Ajza' merupakan kata jamak dari kata juz yang berarti bagian-bagian. Kitab-kitab hadits jenis ini merupakan kitab-kitab hadits yang disusun perbagiannya untuk satu macam yang tertentu. Senada dengan pengertian tersebut, dalam bukunya Muhammad Alawi AlMaliki memaparkan bahwa kitab al-Ajza' adalah kitab yang disusun menggunakan cara atau metode penulisan ditinjau dari himpunan hadits-hadits yang diriwayatkan dari sahabat-sahabat atau orang-orang sesudahnya. Selain itu, kitab jenis ini juga disusun dengan cara menghimpun hadits-hadits yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau masalah yang menjadi acuan. 10
Ahmad Qadir Hasan, Ilmu Mushthalah Hadits (Bandung: Cv. Diponegoro, 2002).
Dari uraian dan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa ciri atau karakteristik kitab-kitab dalam penyusunannya, kutab hadits jenis Ajza' atau Juz ini merupakan himpunan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat ataupun orang-orang yang datang sesudahnya serta merupakan kitab hadits yang memuat hadits-hadits mengenai suatu topik tertentu. Adapun contoh-contoh dari kitab jenis Ajza' ini adalah : a) Kitab hadits Ajza' yang diriwayatkan oleh sahabat ataupun orang-orang yang datang sesudahnya : Juz Hadits Abi Bakar dan Juz Hadits Malik b) Kitab hadits Ajza' yang memuat hadits-hadits mengenai suatu topik tertentu : Juz al-Qira'ah Khalfa karya al-Imam al-Bukhari serta Juz arrihlah fi Thalab al-Hadits karya al-Khatib al-Baghdadi.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pengertian Metode penyusunan kitab hadis adalah beberapa langkah yang digunakan para penyusun dari kitab kumpulan hadis dalam membukukan koleksi hadis. Berdasarkan pengertian metodologi penyusunan kitab hadis dapat dipahami bahwa metodologi penyusunan kitab hadis yakni tata cara yang dilakukan oleh para penyusun dalam menghimpun sebuah hadis dalam bentuk buku. Beberapa alasan yang melatarbelakangi pembukuan hadits yaitu: a. Al-Qur‟an
telah
dibukukan
maka
tidak
ada
lagi
kekhawatiran
barcampurnya hadits dengan Al-Qur‟an. b. Hilangnya hadits dengan meninggalnya para sahabat dan para tabi‟in sehingga dikhawatirkan hadits akan hilang maka perlu ada usaha untuk melakukan pembukuan hadits. c. Meluasnya daerah kekuasaan Islam d. Kemunculan berbagai hadits palsu Macam-macam
metodologi
penyusunan
kitab-kitab
hads
yaitu,
Mushannaf, Musnad, Jami‟, Sunan dan Ajza‟ B. Saran Dengan terlesaikannya tugas makalah ini semoga dapat menambah wawasan kita dan pemahaman kita mengenai aliran Asy‟ariah. Demikianlah makalah ini dibuat, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya oleh karena itu kritik dan sarannya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA As-Syarbbasi, Ahmad,
Sejarah Dan Biografi Empat Mazhab Jakarta:Bumi
Aksara, 1992 Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994 Bakker, A. Metodologi Kualitatif Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM, 1988 Ismail, M. Shudi , Cara Prakti Mencari Hadis, Cet,I;Yogyakarta :Teras,2003 Ismail, Syuhudi, Pengantar Ilmu Hadis Bandung: Angkasa, 1991 Nuruddin, Ulum al-Hadits I Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995 Shiddiqiy,
M.
Hasbi
Ash
Sejarah
Pengantar
Ilmu
Hadis,
Cet.VIII;Semarang:Pustaka Rizki Putra,2001 Supatra , Munzier, Ilmu Hadis Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2006 Qadir Hasan, Ahmad, Ilmu Mushthalah Hadits Bandung: Cv. Diponegoro, 2002