DOR by Putu Wijaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

a



t*a



DOR



*-,6trr+i" *"st'"qF'il;,ir tt\\.'- -2-' 'fI t'b.-S,a@-



DOR



drama oleh PUTU WIJAYA



'



j



i- i;



j. !. l: [ :-: i.lii-fi{ f, I t i,:



I;:'*'*r;, iil-



'1



'f f,,s iii\tuiALl.YA



v



6o



BALAI PUSTAKA Jakarta. 1986



Peium Penerbitan dan Percetakan



BALAI PUSTAKA BP No. 3172



Hak pengarang dilindungi undang-undang Celakan pertama



Perancang



-



1986



Kulit: Hanoeng Soenarmono



KATA PENGANTAR



"Ini



soal kecil," kata tokoh Hakim dalam drama ini. "Persoalan kita bukan hanya ini. Ini tidak gawat seperti masalah kelaparan atau perang. Hanya aku yang terlalu kecil. Keadilan atau kepatuhan bukan mustahil. Dia masih tegak di meja ini. Hanya aku sendiri yang meragukannya ...." Drama Putu Wijaya ini mengetengahkan masalah keadilan betapa sulitnya mencari keadilan ditunjukkan oleh pengarang dalam lakon ini. Yaitu melalui tokoh-tokohnya yang sedang mengalami penghancuran kepribadian, di tengah masyarakat yang sedang sakit. Dan judul drama itu sendiri sudah memberikan kesan kepada kita bahwa tantangan bagi pencari keadilan terutama sekali datang dari kekerasan. Inilah drama Putu Wijaya yang patut dibaca. Sebuah drama yang dialog-dialognya hidup dan padat. Ia mengajak kira merenungi masalah paling penting di negeri kita, yaitu hukum dan keadilan. Balai Pustaka



. ,;* l.','i'.AfiN FJ. g 'lAS lf.f\4ALA\tA



$il*'iA



SEBUAH MEJA DAN SEBUAH KUR.SI. HAKIM DUDUK DI KURSI SAMBIL MENSELONJORKAN KAKINYA. DI ATAS MEJA ADA BANYAK SEKALI BUKU-tsUKU YANC DAPAT DISUSUN DALAM TUMPUKAN YANG TINGGI. MALAM HARI. LONCENG BERDENTANG SEKITAR LINXA PULUH KALI. MULA-MULA HANYA TEMPAT HAKIM YANG TERANG. TAK LAMA KEMUDIAN SETELAH LONCENG BERHENTI, LAMPU TERANG DI TEMPAT PELAYAN. KELIHATAN PELAYAN MEMBAWA BANYAK SEKALI KORAN DAN SURAT-SURAT. IA MEMBACA UNTUK HAKIM. Pelayan



Tajuk Sinar Sore penuh kecaman. (membaca) Keadilan sangat supel dan luwes. Ia membengkok seperti lengkungan arit. Ia menggeliat seperti ular. Ia berakrobat seperti gadis-gadis plastik.



Hakim



Ia diintai!



Pelayan



Kompas



Hakim Pelayan



Hakim



di dalam pojoknya berkata: Keadilan bersenjata, kebijaksanaan memihak, konsepsi tua yang terhormat, hakim kikuk, itulah ciri pengadilan kini. Konsepsi tua yang runtuh. Majalah TEMPO rnemuat surat pembaca: Apakah gerangan menghalangi anda untuk berbuat kegagahan dalarn saat yang penuh kepengecutan ini? Konon anda pendekar masa lampau, pendcbrak traclisi """. Surat-surat?



Hakim



Banyak. Semuanya bertanya? Ya. Bakar saja. Baik. Babak ingin kopi madu atau susu? Remason.



Pelayan



Sekarang?



Hakim



Jangan terlalu banyak bertanya.



Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan



Baik' Pelayan mendekati Hakim. Kemudian mengurut pundak hakim. Sementara hakim membaca surat-surat. Kemudian terdengar suara hiruk-pikuk. Pelayan menenangkan suara-suara itu. : Jangan berisik. (melihat kepada tamu) O, Pelayan silahkan masuk, Pak. Pelayan



Lampu menerangi tempat tamu. Masuk saja, silahkan. Pelayan Barangkali aku mengganggu?! Tamu I o, tidak. Pelayan Ya. Hakim La iya! (berbaring di lantai) Pelayan Tetapi tidak apa. Tamu Apa kabar? Hakim Begini, kapan keputusan diambil? Tamu I la sudah diambil" Hakim Tapi kan masih ada kesempatan untuk Tamu I merubahnya sampai besok pagi? Dalam redaksi saja. Keputusan sudah bulat. Hakim Keputusan yang mengecewakan? (hakim Tamu I diam) Ya? Silahkan masuk Pak! Bapak hakim bersedia Pelayan menerima.



Tamu I Hakim Tamu I Pelayan 8



Terima kasih. (maju) Silahkan duduk. Tidak usah repot-repot. Wah, takut kalau jasnya lecet.



Tamu I



Hakim Tamu



Ini sesuai dengan misiku yang bersifat resmi dan serius. Atas nama seratus ribu orang pembaca Sinar Senja. Dengarkan aku, Pak. Sudah tentu, memang kuwajibanku.



Dan kuwajibanku, menyampaikan demikian mendesak yang menurut ukuran normal sudah tidak mungkin dirubah. Walaupun kau belqm mengetahui isi keputusan itu? Karni mempunyai keyakinan Anda berprasangka. Tanda-tandanya cukup jelas. Coba sebutkan apa yang kalian ketahui sementara memprotes dan mengusul tak habis-habisnya ini. Kedudukan anda, karier anda, masa tua anda, .... atau apakah ada bukti lain? Bagaimana kau datang sekaligus dengan keyakinan dan keraguan? Dalam misi kami itu normal. Jadi, dengan kalimat pojok, anda sedang kikuk. Saya mengaku. Anda kikuk. Benar.



rupa tepatnya, sehingga ia mampu



Hakim Tamu



Hakim Tamu Hakim



Tamu I



Hakim Tamu I



Hakim Tamu I Hakim Tamu I Anda kikuk! Pelayan berdiri menghampiri hakim. Tamu : Anda kikuk! Pelayan : Jangan berisik! Tamu I : (keras) Anda kikuk!!!!!! Hakim gelisah dan pelayan memijit punggungnya. Lampu ke arah hakim padam. Tamu



: Anda sudah lapuk. Anda tak mengerti



keinginan modern. Anda tersesat dalam kehormatan dan cita-cita yang tua. Anda rneng-



hambat langkah kami, anda menentang kami dengan kekuasaan yang anda punyai sekarang. Anda penaktlt! Dan semua itu anda sadari serta diam-diam menentangnya dalam hati! Tetapi lacur, anda tak mempunyai keberanian. Pengorbanan memang permainan muda-muda saja, mereka yang Pelayan



Tamu



belum punya tanggungan. pergi!



: Silahkan : Tidak.



pelayan mendorong tamu itu pergi. Mereka bergumul. Pelayan itu mudah dikalahkan. : Untuk membuktikan bahwa misiku gigih. Tamu Maaf, perdebatan kita tidak seirnbang, maafkan saja mengganggu hak pribadi anda yang mulia. Seluruh orang yang masih merasakan impian keadilan menuntut anda menerapkan hukum adil. Keadilan. Bukan kebijaksanaan. (ia masuk ke dalam gelap)



Pelayan itu didatangi, segerombolan orang. Ia cepat bangkit. Pelayan



Tamu Pelayan Tamu Pelayan Tamu Pelayan Tamu Pelayan Tamu Pelayan Tamu Pelayan



Mau apa malam-malam begini? Nama saya. Tidak tanya nama, Perlu aPa. Ketemu tuan hakim. Sudah tahu itu. PerlunYa aPa? Pribadi. Saudara? Nama saya ....



Tidak tanya nama, Perlu aPa? Ketemu tuan hakim Sudah tahu itu. Perlunya apa? Pribadi.



Saudara, saudara, saudara? Semuanya menjawab dengan pandangan mata pelayan mengerti.



l0



Pelayan



Tamu Pelayan Tamu Pelayan Tamu



Saya hanya pelayan. Saya bukan hakim. Pertanyaannya apa? Keadilan yang akan disyahkan pengadilan esok pagi. Baik akan saya tanyakan.



Tanyakan ingatkah



dia kepada seorang



sahabat baiknya semasa di perguruan tinggi?



Baik.



Katakan, saya ingin bertemu dengannya, berbicara empat mata.



Pelayan Tamu



Saya.



Kalau ia memerlukan pegangan, kami yang akan membantunya, katakan ya.



Pelayan Tamu Pelayan



Ya. Bisakah kami bertemu. Majikan saya sebetulnya repot dan sakit. Jantungnya lemah, kalau bapak-bapak memperlakukannya kasar, menurut Dokter berbahaya. Tamu Kami mengerti. Kami akan berbicara dengan lembut. Pelayan Jangan menyinggung perasaannya. Tamu O, tidak pasti. Tamu (tertawa) Meskipun kami kelihatan mengancam, sesungguhnya kami tak berdaya. Kelihatannya saja angkara, itu sudah nasib jasmani kami. Pelayan Jangan sekali-sekali mengutik-utik. Tamu Tidak. Kami hanya menerangkan posisiposisi. Tamu Percayalah. Pelayan Saya te-rpaksa percaya saja. (masuk dalam gelap) Tamu-tamu itu mandi cahaya; Tamu : Kesalahannya jelas, sekali. Tanpa hukum pun orang bisa melihatnya.



ll



Tamu



Tamu Tamu Tamu Tamu Tamu



Kalau sekali ini hukum tak berani memperlihatkan wajah aslinya, tak perlu lagi ia dipercayai. Coba apa yang bisa memaafkan Pembunuhan ini? Jasa, jabatan, aPa? Tak ada. Mungkin usianya yang masih muda bisa memaafkan. Tapi kami juga muda, kami toh tidak berbuat seperti itu. Rasa keadilan kami menuntut agar pembunuh itu dihukum setimpal dengan dosanya.



Tamu



Hukum masa depan ditentukan oleh keadilan di pengadilan saat ini.



Pelayan masuk lagi Pelayan



Tuan hakim tidak bisa menerima tuan-tuan semua.



Tamu



Tidak? tidak bisa menerima? kami menolak!



Tamu-tamu menyerbu - Pelayan menggasaknYa. Menolak? Kamu kan hanya tamu! Pergi! Pelayan Pergi! Taeklah! Lampu padam.



PENGADILAN Jaksa



Pada tanggal sekian bulan sekian tahun sekian, hari anu di tempat anu, pemuda ini Muhammad Ali telah membunuh seorang wanita dengan keji. Maka atas nama keadilan kami tuntut agff pemuda ini dihukum lima belas atau dua puluh tahun. Itulah tuntutan kami.



Hakim



Betul saudara melakukan itu? Tidak. Apakah saudara punya br^kti-bukti?



Pemuda



Hakim t2



Jaksa



Beberapa orang saksi. Mereka mau disumpah? Jaksa Ya tentu saja Hakim Apa keterangan mereka benar Jaksa Masuk akal dan tidak ada bukti-bukti yang menyanggahnya. Hakim Itu saja alasan saudara? Jaksa Juga karena saya yakin bahwa orang ini bersalah. Hakim Alasan lain? Jaksa Untuk sementara itu sudah cukup. Kecuali kalau dia bisa membantah. Hakim Apakah saudara akan membantah? Pemuda Ya mengapa tidak! Hakim Saudara merasa tidak melakukan kejahatan itu? Pemuda Tidak. Hakim Tapi saudara menembak? Pemuda Ya Hakim Saudara dengan sadar menembak Pemuda Ya Hakim Saudara menembak seorang wanita yang tidak berdaya untuk melawan! Pemuda Ya! Hakim Mana para saksi! Jaksa Saksi-saksi bawa ke mari! I,ima orang perempuan muncul dengan segala potongannya.



Hakim



Jaksa



:



Hakim



: Silahkan bicara asal satu persatu. : Para ibu yang baik, sekarang ibu-ibu saya



Semuanya sudah selesai di sumpah, mereka siap untuk mengatakan kebenaran yang



mereka ketahui.



Jaksa



persilahkan berbicara langsung pada beliau sebagaimana ibu dahulu berbicara kepada saya tentang pemuda ini.



l3



Saksi Saksi



Saksi



Hakim Saksi



Hakim



Saksi



Hakim



Saksi Jaksa



Siapa yang duluan?



Saya saja sebab saya harus jemput anak saya. Jadi begini. Ivtaaf saya buru-buru saja mengurangi kejudan singkat - ini tidak yang ingin saya katajuran dan kebenaran kan. Bahwa saya, sayalah yang paling melihat pembunuhan itu. Jaraknya dari saya sepuluh meter. Pemuda ini mengacungkan pistolnya dan pistol itu meledak lalu wanita itu jatuh berdarah dan tidak bangun-bangun lagi maklum petruru itu menembus kepalanya. Lalu dia menembak lagi berkali-kali. Jadi memang dialah yang harus dihukum. Begiru kan? Sebelum anak muda ini menembak, saya lihat sendiri mukanya ayem seperti baja! Sebentar! Anda tidak perlu bicara rebutan. Saksi pertama belum selesai bicara. Apa salahnya pak? Tata tertib! Di sini kebenaran :irkupas, dibeberkan satu persatu dengan ter;li:"lr dan rapih. Masak begitu ya? Anda tidak diperkenankan mendiskusikan soal peraturan. Ini peraturan" Saya bisa menjawab secara pribadi perkataan saudara, tapi itu tidak relevan. Silahkan saudara saksi. Selesaikan kesaksian saudara. Sudah selesai. Jadi ibu yakin anak muda ini telah membunuh?



Saksi Jaksa Saksi



l4



Kan sudah saYa katakan tadi, Ya! Minta diulang dengan kata-kata yang tegas. Tidak mau. Saya biasa ngomong satu kali. Dan mengapa saya harus ngomong dengan keras. Di sini tidak ada yang tuli kan? Apa



Pembela



Jaksa



bedanya saya ngomong keras atau lembut. (keras). Itu tidak akan rnerubah bahwa anak muda yang ganteng ini suciah bunuh crang. Meskipun bapaknya pahlawan. Boleh saya memberikan usul? Bapak Hakim Ketua, saya kira sidang ini hanya bertugas untuk mendengarkan kesaksian, bukan usul-usul. Saya berkeberatan. Pengadilan ini beriktikad bersih, apapun yang bisa membantu kita untuk membuka kejahatan ini, seharusnya diberikan perhati-



an. Karena itu bapak hakim ketua, saya mohon kita dengarkan dulu usul saksi Hakim Saksi



sebelum ditolak. Usul apa saudara? Sesudah peristiwa itu saya selalu ketakutan. Sebagai wanita saya merasa terancam. Kalau



Hakim Saksi



Hakim Saksi



Hakim Pembela



Hakim



orang boleh bawa senjata dan menembak seenaknya, tak terkecuali saya juga mungkin saja akan ditembak seperti itu. Usul saudara apa? Saya kan belum selesai ngomong. Kalau pemuda ini sampai lolos wah saya kira anakanak muda yang lain akan bertambah liar, kita akan hidup dalam ketakutan. Usul saudara? Saya usulkan kalau memang dia bersalah, salahkan saja, hukurn. Jangan tidak dihukum karena alasan-alasan. Saudara tidak perlu menilai keputusan yang belum kita arnbil. Bapak Hakirn Ketua. Saya berkeberatan kalau kita buang-buang waktu mendengarkan penilaian dan dugaan-dugaan, karena kita hanya mencari bukti-bukti yang nyata. Ya. Saksi berikutnya.



l5



Saksi berikutnya sudah berdiri langsung bicara. Saksi



Sebelum anak muda ini menembak, saya lihat sendiri mukanya ayem seperti baja. Dia melakukan semua itu dengan sadar. Direncanakan. Dengan keyakinan bahwa dia berhak untuk membunuh orang dengan keji



Jaksa



seperti itu. Meskipun andaikata benar wanita itu pantas dibunuh. Maaf. Boleh saya menyela sedikit bapak



Hakim



hakim ketua? Tidak.



Jaksa



Tapi dia sudah mengatakan kalimat: MESKIPUN ANDAIKATA BENAR WANITA ITU PANTAS DIBUNUH.



Saksi Jaksa



Saksi



Jaksa



Pembela Jaksa Pembela Jaksa Pembela Jaksa Pembela



16



APA



maksudnya? Saya tidak berkata begitu.



Ibu sudah berkata b'egitu. Hati-hati ibu



sudah disumpah untuk setiap kata yang ibu katakan. Saya tidak mengatakan begitu. l4aksud saya, andaikatanyapun wanita itu salah, penenibakan ini masih tetaP keji. Itu dia. Jadi ibu merasa bahwa wanita itu pantas untuk dibunuh? Maksud saya, dia memiliki alasan-alasan untuk dibunuh' Kalaupun bukan anak muda inilah yang melakukannya? Bapak hakim ketua. Mengapa bapak biarkan keterangan saksi diganggu? Saya tidak mengganggu. Anda sudah memberikan sugesti. Apa yang anda maksudkan dengan sugesti? Persis sbperti apa yang anda lakukan tadi. Apa, apa yang saya lakukan? Memberikan sugesti yang membelokkan keterangan saksi.



Saya justru meluruskan. Meluruskan ke arah kebenaran yang anda kejar dan berbelok dari kebenaran yang kita kejar. Astaga, ada berapa banyak kebenaran sih. Bapak hakim, kita hanya membicarakan kebenaran y'ing sudah kita sepakati bukan? Bapak hakim ketua, saudara jaksa sudah mencoba mempengaruhi saksi! Tidak! Ya!



Jaksa Pembela



Jaksa



Pembela Jaksa Pembela



Hakim mengetokkan palu.



Saksi



: Katanya pinter kok



bertengkar. . Bapak



hakim Hakim ketua mengetokkan palu lebih keras.



Hakim



:tSidang ditunda minggu depan! Hakim mengetukkan palu tiga kali. Lampu mati. Gelap. Pelayan menyalakan geretan. Pelayan : Saya doakan ya Tuhan, dimanapun Kau berpihak sekarang, lihatlah ada rame-rame di sini. Semua orang merasa benar meskipun mereka semuanya rnengantongi tai anjing. Saya tidak mau berpihak kepada siapasiapa, saya hanya khawatir orang tua ini akan mati kalau harus menelan semua ini seorang diri. Lampu terang. Pelayan



:



Yulia!



Seorang perempuan muncul



Yulia Pelayan Yulia DOR-2



: Kamu memanggil saya? : Bukan. : Kamu sudah berteriak Yulia tadi. Nama saya Yulia. Tidak ada orang lain bernama Yulia di sini.



17



Pelayan



Yulia Pelayan



Yulia



Pelayan



Yulia



Maaf. Kamu cari siapa sebetulnya? lnem. Kalau cari lnem, ko!: teriak Yulia? Memang tampangnya bisa berubah kalau dipanggil Yulia? Nggak. Ineeem!



Muncul Inem Inem



Ya den.



Yulia



(kepada Pelayan) Berapa biasanya dia disogok?



Pelayan



Siapa?



Yulia



Majikan kamu? Bapak Hakim? Dua Juta?



Pelayan



Yulia Pelayan



Yulia Pelayan



Yulia Pelayan



Yulia Pelayan



Yulia



Pelayan



Yulia



Belum pernah. Lima? Belum pernah. Kamu ini setia atau juga ingin disogok? Sungguh mati belum pernah. Kau pikir aku percaya? Ya terserah, kalau begitu. Kau pikir orang-orang lain percaya. Apa kau sendiri percaya apa yang dia lakukan di belakang meja hijau dengan toganya itu? Apa? Katakan kepada majikan kamu, kalau dia masih punya perikemanusian, jangan membiarkan seorang wanita seperti aku mati siasia.



Pelayan



Yulia



l8



Nanti saya sampaikan. (melernparkan dompet) Nih! Keadilan yang Iebih besar masih banyek yang harus dibela. Bijaksana sedikit untuk kecelakaankecelakaan kecil. Maklum anak muda. (lampu mati, wanita itu lenyap)



Pelayan Inem Pelayan Inem Pelayan



(mengambil dompet) Heeee! Sudah. Biar saja. Waduh. Ini kan sogokan. Lumayan kan. Berapa isinya.



(Hendak membuka tapi kemudian tidak rnenghitung berarti sudah hampir setuju. Sogokan adalah



jadi) Kalau sampai haram! (melemparkan)



Tani kalau tidak dilihat nanri ridak tahu



Inem



betul ada isinya atau tidak. Memang. Tetapi hati gue bilang jangan sentuh itu barang haram. Padahal gaji kamu tidak cukup. Biarin. Biarin gimane. Gimane nanti perkawinan kite? Emang! Emang gimane? Pikir dong. Berape tahon lagi mesti gue tunggu. Saben kali bilang, tunggu dulu biar kantong tambah melending, baru nikah. Padahal tiap malam minggu mau nyipokin terus. Nggak mau dong. (berlari ke dekat dompet) Lhu mau ape? Kalau lhu kagak mau, biarin gue yang ambil. Itu duit sogokan! Biarin! Haram! Emang! (mengambil) Jangan! ! ! ! Bodo amat ah! (mengambil uang dan pergi) Yuliaa ih Inemmmmm!



Pelayan



Inem Pelayan



Inem Pelayan



Inem



Pelayan



Inem Pelayan Inem Pelayan Inem Pelayan Inem Pelayan



Inem pergi. Yulia muncul.



Yulia



Pelayan



: :



-



Apalagi masih kurang? Kurang apaan. Duit haram.



l9



Yulia



Bagaimana kamu bisa bilang haram? Ini duit sah, duit resmi. Bagi kamu haram. Bagi saya



:



tidak. Apa yang bisa kamu lakukan kalau pacar kamu mau dimasukkan kurungan' Salah tidak salah itu pacar saya. Dihukum tetap dihukum, bayangkan lima belas tahun'



Daripada aku mesti nunggu lima belas tahun, kalau memang bisa ditebus dengan duit, mengapa tidak aku lakukan. Duit bisa dicari lagi, taPi kemerdekaan?



Pelayan



Yulia



: :



Begitu ya?



Begitulah. Nama kamu siapa? (pelayan menggeleng) Kamu tidak harus mengatakan siapa nama kamu. Tapi sekarang kamu'tahu



semua. Saya pacar Ali. Saya hanya ingin kamu mengatakan kepada hakim itu supaya ia tidak hanya memikirkan keputusannya saja tetapi yang lebih penting adalah akibatakibat dari keputusannya. Kalau sampai Ali dihukum banyak orang harus menebusnya dengan penderitaan. Bapaknya akan terpaksa mengundurkan diri, padahal masyarakat membutuhkan kepemimpinannya. Ibunya akan jantungan lalu mati. Anakanak muda pada umumnya akan dipersalahkan dianggap sewenang-wenang. Tetapi kalau dia dilepaskan, Yulia berhenti ngomong. Pelayan melanjutkan kata-katanya. Pelayan t



:



Hanya satu orang wanita akan mati, satu orang wanita sudah mati. Itu jauh lebih baik daripada dia berbuat mesum tems menjebloskan banyak lelaki. Dan jangan lupa, kalau dia tidak mati sekarang, dia akar mati juga kena sepilis. Mendingan kan. Apa lagi rekan-rekannya sudah mengangkatnya jadi pahlawan sekarang.



20



Yulia Pelayan



Yulia Pelayan



Hakim muncul. Hakim Pelayan



Yulia Hakim Yulia Pelayan



Hakim Yulia Hakim



Bagus. Terus? (menyisipkan lagi sesuatu di kantong pelayan) Jadi bebaskan dia. Tanpa syarat. Tanpa syarat. Banyak kejahatan yang lebih besar dari ini pernah lolos. Jangan korbankan Gubernur untuk mendukung percobaan menajamkan kewibawaan pengadilan, kalau pada hakekalnya memang jalannya lebih baik sempoyongan. Karena sejak dulu juga sudah biasa sempoyongan. Yang penting kan masih jalan, masih ada yang jalan. Di mana sih ada yang sempurna di atas dunia ini?



Apa? Oh selamat malam pak. Ayo jangan mundur. Siapa perempuan itu? Saya bunuh kamu kalau mungkir. (pergi) Tamu. Siapa dia? (sudah hampir lenyap, tapi nongol lagi) Awas jawab yang benar! Siapa?



Tamu. Ya siapa? Hakim Pelayan Salah seorang dari tamu! Hakim Ya siapa! Mulai hari ini aku tidak terima tamu. Tapi banyak orang ingin ketemu, minta Pelayan waktu satu detik saja. Hakim Tidak! Matikan lampu. Ada utusan dari ibu Gubernur! Pelayan Matikan lampu monyet! Hakim Lampu mati semua kecuali lampu ke muka pelayan. Pelayan



2l



Hakim



Apapun yang aku putuskan nanti, jangan sampai orang bisa menuduh aku sudah didikte orang. Aku tidak takut pada keteguhanku sendiri, aku hanya berusaha melindungi keputusan yang akan kuambil. Paham kamu?



Tidak. Hakim Misalkan pemuda itu aku jatuhi hukuman, jangan sampai orang mengira itu aku lakukan karena didesak oleh surat-surat kabar. Paham kau? Tidak. Pelayan Hakim Posisiku berat sekarang, karena aku akan segera jadi pahlawan kalau menjatuhkan hukuman pada pemuda itu. Perkara ini sendiri sama sekali tidak berat, tapi siapa mau percaya ada orang menolak jadi pahlawan. Paham kau? Tidak. Pelayan Aku sendiri tidak paham. Hakim Salahkah pemuda itu? Pelayan Bagaimana aku tahu sebelum putusan diamHakim bil? Mungkinkah pemuda itu bersalah? Felayan Bukan begitu pertanyaannya. Apakah Hakim keadilan yang diperjuangkan di pengadilan atau kepatutan? Boleh saya jawab? Yulia Boleh. He siapa itu? Hakim Yulia kelihatan, tetapi Hakim melihat kepada pelayan. Pelayan



Yulia



: Kalau anda bicara soal keadilan dan kepatutan anda harus berani menghadapi semua orang bukan sebagai manusia tetapi barang yang bisa anda timbang. Tetapi itu pun akan gagal karena anda sendiri selalu



22



sadar bahwa anda manusia padahal seharusnya di sini anda hanya sebuah tiang garvang.



Hakim Pelayan



Yulia Hakim Pelayan



Yulia



(kepada pelayan) Kamu yang bicara? Ya. Apa anda akan tegakkan juga keadilan dan kepatutan kalau itu berarti membunuh lebih banyak orang? Kamu tak pantas bicara begitu. Memang, tapi saya sudah disogok. Maksudnya kenyataan ini menyogok dia. (kepada pelayan) Diam lhu sialan! (kepada hakim) Anda ini sadis ya? Apa anda menderita waktu kecil? Atau anda mau membalas dendam? Kenapa pacar saya dijadikan sasaran?



Hakim tiba-tiba melihat Yulia Menggapai buku. Hakim Yulia Hakim



: Ya Tuhan kamu menuduh saya! : Apa boleh buat! : Kamu selalu mengacau! Pergi! Siapa kamu?



Min! Min! Yulia bicara panjang lebar tapi suaranya tak kedengaran. Hanya gerak-geriknya saja jelas menerangkan sesuatu dengan cara menyerang dan menyindir. Hakim : Min! Alimin! Goblok kamu. Matikan lampu! (kepada petugas) Matikan lampu tukang lampu! Semua lampu mati, kecuali di tempat hakim. Di atas rnejanya kelihatan bertumpuk-tumpuk buku. Hakim : Ini soal kecil. Persoalan kita bukan hanya ini. Ini tidak gawat seperti masalah kelaparan atau perang. Hanya aku yang terlalu kecil. Keadilan atau kepatutan bukan mustahil. Dia masih tegak di meja ini. Hanya aku sendiri yang meragukannya. 23



Tanganku yang brengsek, aku sudah terlalu lemah. Dia harus disusun lagi dengan tekun. Dengan tekad baja. Kalau gagal dicoba terus sampai dia terpaksa tegak. Dipaksa supaya tegak! Hakim mulai menyusun buku-buku itu sehingga menjadi tumpukan yang tinggi di atas meja. Sementara itu KELOMPOK mulai merayap datang. Mereka memegang kaki meja' Hakim sedang berada di atas meja untuk menegakkan buku itu. Kelompok mengangkat meja perlahan-lahan. : Orang yang berjuang selalu akan dicoba, Hakim dihina, diejek, ditawar-tawar, dikerjain, pendeknya dikili-kili. Pada hakekatnya itu hanya saringan apakah kita memang s'udah waktunya menerima keadilan tegak di sini. Setidak-tidaknya di atas meja ini. (meja digoyang-goyangkan) Digoyang-goyangkan (diangkat) diangkat, (diturunkan) diturunkan (dibawa kiri kanan) dibawa ke sana ke mari (dia memegangi tumpukan buku itu) ia terserak dan dilemparkan (dilemparkan ke bawah)



Kemudian dengan bendera-bendera putih Kelompok berebutan menginjaki buku dan melambai-lambaikan benderanya' : Hee kalian ngaco di sini! (bangkit dan Hakim menyerbu)



Hakim berusaha mengusir bendera-bendera itu, sambil umpat-ngumpat. Tapi ia tidak berdaya. Ia terjepit'



Hakim



: Tolongggg! Tolonggggg!



Kelompok bubar, Hakim t€rgeletak.



Pelayan Hakim Pelayan 24



meng-



Pelayan muncul'



: Tuan Panggil saYa? : Tidak (tetaP tergeletak) : Apa mereka datang lagi mengganggu



tuan?



Tidak. Siapa? Mereka menyerbu dengan bendera putih, mengangkat meja, menggoyang dan melemparkan tuan? Tidak! Cerewet kamu! Saya atau tuan yang cerewet? Saya cerewet karena saya sedang berpikir" Tapi kamu apa?



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim



Hakim berbaring



i



d atas



buku-buku. Pelayan duduk di kursi di



sampingnya. Pelayan



Hakim



Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim



Pelayan



Hakim



juga susah tuan. Tapi kesusahan kecil. Aku kan kesusahan besar. Aku memikirkan moral, nasibt keadilan umum, kamu paling soal soal gaji dan Saya



kebutuhan biologis. saya bingung karena sudah terima sogokan. Tolak saja! Sudah diterima. Ya sudah. Manfaatkan saja. Kalau masih kamu saja disogok nggak apa-apa. Kecuali kalau aku sendiri yang sampai menerima sogokan sekarang, itu berat. Ya saya disogok atau tidak disogok memang sama saja. Tetap juga begini, sangar. Aduh enak juga duduk di kursi ini. Duduk saja memang enak, kalau sudah berpikir dan memikul tanggung jawabnya, bisa



Di samping itu,



senewen.



Pelayan



Memang benar. Tapi tuan tahu apa yang sedang terjadi di sana?



Hakim Pelayan



Dimana? Di perkampungan pelacur



perempuan



itu. Di



itu tertembak



tempat ditancapkan



bendera kebesaran. Lihat! 25



Lampu mati. Terdengar suara gebrakan. Lampu terang kecuali di tempat hakim dan pelayan. Kelihatan Kelompok sedang mengibarkan bendera. Sejumlah wanita memanjatkan doa, diiringi oleh lagu dangdut. Para Pelacur



Dia bisa bangkit di mana saja, dia bisa lahir dari siapa saja, dia didorong oleh perbuatan, kejadian dan suasana yang bagaimana saja. Selalu, selalu, selalu akan datang seseorang di atas kekacauan itu untuk membebaskan kita dari kenistaan, ketidakadilan, penindasan yang semena-mena. Setiap orang, siapa saja, darimana saja, apapun yang dipikirkannya, apabila mati di puncak ke-



kacauan



Salah Seorang



ini



adalah seorang yang"baik.



Karena dia adalah lambang yang akan membangkitkan kemarahan kita untuk berdiri, melotot, meninju muka itu orang dengan berani, meskipun ternyata kemudian tidak bersalah. Soalnya keadaan ini harus berubah dengan cara apapun.



Muncul saksi-saksi. Saksi



Jantung saya rusak setelah menyaksikan keitu dengan mata kepala sendiri. Tetapi untungnya, saya jadi punya keyakinan sekarang bahwa dari sesuatu yang baik, tidak selamanya lahir yang baik dan dari sesuatu yang buruk tidak selamanya datang hal-hal yang buruk. Ini adalah kata-kata kiasan. Jadi menurut anda kawan kami yang tertembak ini adalah orang baik, meskipun dia adalah sebagian dari kami yang selalu dikambing hitamkan?



jadian



Salah Seorang



26



Saksi



Saya tidak mengarakan begitu. paling tidak



dia adalah seorang wanita. Dan



Salah Seorang



Saksi Saksi



Saksi



seorang



wanita wajib memperhatikan nasib wanita yang lain supaya jangan ditindas. Jadi ibu menganggap korban ini adalah wanita yang tertindas? Saya tidak mengatakan begitu. Kami hanya saksi mata, anak muda yang bernama Ali itu harus dipisahkan dari hormat kita kepada orang tuanya. Kalau tidak, urusan keadilan akan menjadi soal keluarga. Kita harus mengepalkan tangan! Bersatulah kaum wanita!



Terdengar suara gebrakan. Semua mengangkat tangan. Salah Seorang : Di atas tanah yang dibasahi darah ini, akan kita tegakkan tugu peringatan. Setiap kita menoleh nanti kita akan diingatkan kepada diri kita sendiri bahwa kita belum sampai. Tetapi untuk membangun tugu peringatan itu memerlukan biaya. Orang yang paling tepat sekarang sebagai cukong adalah bapak Cubernur! Dialah satu-satunya orang masih bersedia memberikan bantuan! Semua : Betul! Salah Seorang : Ketok pintu gubernur! Terdengar gebrakan terus menerus. Lampu mati. Lampu di tem_ pat Gubernur menyala. Nyonya Gubernur Gubernur Nyonya Gubernur



Hee siapa lagi yang ribut di situ. Sudah aku bilang mereka pasti datang.



Apa tidak cukup pengadilan saja yang mengurus



ini. Anak belum salah sudah di-



injak-injak. Gubernur Nyonya Gubernur



Sudah, tenang saja. Bagaimana bisa tenang. Siapa bisa tenang, kalau anak sendiri kena bencana. Saya yang



Gubernur Nyonya Gubernur Gubernur Nyonya Gubernur



melahirkan anak itu. Saya yang bergaul dengan dia setiap hari. Salah atau tidak tapi kan anak saya. Anak saya juga kan. Ya katakan itu di depan mereka nanti. Saya?



Siapa lagi? Mereka datang kemari untuk bicara dengan Bapak Gubernur, bukan dengan saya.



Gubernur Nyonya Gubernur



Gubernur Nyonya Gubernur Gubernur Nyonya Gubernur



Gubernur Nyonya Gubernur



Gubernur Nyonya Gubernur



28



Jangan menyindir terus. Tidak, ini bukan menyindir. Ada urusan apa mereka dengan saya? Coba ada urusan apa mereka dengan saYa sekarang? Jangan begitu. Habis bagaimana? Jangan dilebih-lebihkan' Gila! Bagaimana saya bisa melebih-lebihkan. Saya bukan apa-apa. Maksud saya sekarang saya bukan aqa-aqa. Apapun yang terjadi kita harus tetap bersama-sama. Maunya begitu memang. TetaPi kamu Gubernur. Saya hanya seorang ibu. Mereka ingin bicara dengan Gubernur bukan dengan seorang ibu. Sudah, jangan diulang-ulang itu. Bagaimana tidak diulang kalau soalnya muncul lagi. Saya sudah lama sadar suami saya sudah bukan milik saya lagi setol''! diangkat jadi Gubernur' Dan anak-anak saya bukan anak saya lagi, tapi anak Gubernur. Saya benci sekali kenyataan ini' Apalagi anak-anak itu. Mereka tidak dapat menikmati kemerdekaan yang wajar karena mereka anak Gubernur. Sedikit ada kejadian langsung ditulis, langsung anak-anak itu diberangus.



Gubernur Nyonya Gubernur



Gubernur Nyonya Gubernur Gubernur Nyonya Gubernur Gubernur Nyonya Gubernur Gubernur



Nyonya Gubernur



Ya itu kan resiko. Saya tahu, sudah saya katakan saya tahu. Saya paham. Dan saya menerima. Tapi jangan melarang sayg mengeluh. Cuma mengeluh di mulut saja, saya akan tidak melakukan apa-apa. Sudahlah, jangan ikut menyerang saya sekarang. Jadi saya harus diam?



Tolong hadapilah mereka, katakan saya tidak ada. Tidak. Mereka ingin ketemu Gubernur, bukan saya. Mereka bukan ingin ketemu tapi ingin menyiksa. Memang. Jadi saya hadapi saja siksaan ini? Padahal bisa dielakkan? Kalau saya ada mereka akan bertambah kejam. Kan lebih baik saya tidak ke luar, untuk mencegah mereka jangan sampai terlalu kejam? Begitu?



Lampu terang pada kelompok. Salah seorang menggebrak. Salah Seorang Salah Seorang



Nyonya Gubernur Salah Seorang Gubernur Salah Seorang Gubernur Salah Seorang Gubernur Salah Seorang Ibu Gubernur Salah Seorang



Selamat malam Bapak Gubernur. Juga selamat malam lbu Gubernur. Selamat malam.



Bapak ada? Tidak.



(terkejut) Lho itu (menunjuk Gubernur) Ssttt! Beliau ke mana? Ada sidang yang tidak bisa ditinggalkan. Kami ingin bicara. Bicara saja. Kepada bapak.



Ibu Gubernur



Salah Seorang



Ibu Gubernur Gubernur



Apa bedanya. Kalau mau bicara tentang Ali bicara kepada saya, jangan dihubungkan dengan jabatan suami saYa. Bukan soal itu. Suami saya sudah merencanakan untuk mengundurkan diri karena peristiwa ini' Lho kapan saya bilang begitu?



Ibu Gubernur



(kepada suaminya) Sudahiah diam. (kepada orang-orang) Saya sebagai istrinya tidak setuju. Kenapa? Sebab rencana-rencananya banyak yang belum jadi" Kalau dia mundur artinya sama saja dengan pengecut. Jadi saya yang memaksanya untuk terus' Siapa tahu ini semua sudah diatur!



Salah Seorang



Bukan soal itu. Akhirnya kan ke sana juga! Tidak. Kami datang dengan permohonan yang wajar. Apa yang saYa katakan juga wajar" Kami ingin bertemu dengan bapak' Kalau perlu kami tunggu di sini. Saya tidak akan pulang sebelurn saudara



Ibu Gubernur Salah Seorang Salah Seorang



Ibu Gubernur Salah Seorang



Gubernur



pergi.



Ibu Gubernur Salah Seorang



Ibu Gubernur Gubernur



Ibu Gubernur



Saudara menitipkan surat saja kalau ingin mengajukan tuntutan.



Kami tidak menuntut. Kami memohon? Memohon suPaya orang memenggal kepalanya sendiri? Itu kejam' Biarkan mereka memohon apa saja itu haknya.. Kalau sudah menyangkut nasib orang lain' itu bukan hak lagi. Kamu semua jangan memaksa kami terus menerus.



30



Salah Seorang



Kenapa sih perernpuan ini sok tahu benar.



Kami ingin memohon sumbangan dari



:



Salah Seorang



GubernurIya. Seluruh rakyar yang ada di sini sudah



setuju untuk membangun tugu



di



atas



kuburan korban sebagai peringatan di masa yang akan datang, bahwa di sini pernah terjadi pembunuhan yang kejam.



Begini. Kami akan membuat



Salah Seorang



upacara



penguburan dan mendirikan sebuah tugu peringatan di atas kuburan korban. Untuk mengingatkan anak cucu kita kelak, bahwa pada suatu saat di depan mata kami keadilan dan kepatutan sudah dibetot-betot. Gubernur Maksud kalian tugu peringatan untuk pelacur itu? Salah Seorang Betul! Ibu Gubernur Astagafiruilah! (pingsan langsung dipegang oleh Gubernur) Salah Seorang Kami memerlukan biaya fasilitas dan kemudian restu. Gubernur Jangan main-main. Salah Seorang Tidak main-main ini. Gubernur Dunia sudah gila! Lampu meredup perlahan-lahan. Salah Seorang



:



Jangan matikan lampu dulu, sialan! Lampu menyala lagi, rnenyorot Cubernur. Salah Seorang Salah Seorang Salah Seorang



Bagaimana?



Kami ulangi sekali lagi: Kami memerlukan biaya, fasilitas dan restu! Kalau tidak ada biaya sekarang kami bisa menunggu.



Salah Seorang



Tidak. Kita tidak bisa menunggu. Begini saja. Saya bisa mengusahakan sponsor sementara. Pekerjaan ini harus dilaksanakan 3l



sekarang. Biayanya kita anggap sebagai ada utang bapak tanpa bunga kalau sudah bereskita itu utang dana-resmi dari bapak, kan, jadi proyek ini bersih dari pesan-pesan sponsor.



Jadi begitu. Kalau tidak ada fasilitas, tidak apa' Tapi kalau tidak ada restu, tidak mungkin' laOi Uagaimana? Kami menunggu kabar bapak! menjawab tapi suaranya tak kedengaran'



Salah Seorang Salah Seorang Salah Seorang Salah Seorang



Gubernur Salah



Seorang : Jangan berbisik! :



Terang-terangan saja



bagaimana!



Gila! Jangan dijawab! padam' Terang di Lampu di kelompok dan di tempat Gubernur



Hakim



tempat Hakim.



Hakim



:



Kalau seorang Gubernur harus menjawab semua tuntutan yang gila, ia sudah merusak-



kan dari dalam rakyat yang harus dijaganya' Salah Seorang : Kamu bilang aPa? Kelompok itu hendak datang' Pelayan cepat mencegah' Pelayan Salah Seorang Pelayan Salah Seorang



Hakim Salah Seorang Salah Seorang



Kelompok itu 32



Stop! StoP!



(kepada petayan; Bajingan, kamu kan sudah



disogok, minggir. Ssst kan Pura-Pura saja. Coba ulangi, kamu bilang aPa tadi? Maaf. Hakim tidak boleh bilang maaf! k*u hakim terakhir yang masih disegani' kalau kamu mulai salah ngomong satu kata saja, meja hijau itu akan jadi merah! sana' kemudian pergi' Seseorang masih berdiri di



Sobat



Kalau seorang Gubernur harus menjawab



semua tuntutan yang gila, bagaimana terusannya tadi? Hakim Min, siapa lagi itu? Pelayan Bapak siapa? Majikan saya tidak menerima tamu, pribadi ataupun istimewa. Sobat Saya Anak, teman kamu waktu masih kecil. Ingat kan? Pelayan Teman atau bukan, tidak bisa. Sobat Saya yang membawamu melihat gua raksasa yang ada di pinggir sawah saya. Masih ingat? Sobat terus mendekati Hakim. Pelayan : Bandel juga yang satu ini. Pelayan mengikuti orang Sobat



Pelayan Sobat



Pelayan Sobat Pelayan Sobat



DOR-3



itu dari belakang. Saya selalu mengikuti perkembanganmu dari daerah. Saya bangga salah seorang teman sekolah saya bisa jadi orang penting.



Kalau penting sih ya. Tapi jangan terus main selonong saja dong! Saya kagum pada suksesmu. Biarlah saya jadi rakyat biasa, asal ada kawan yang maju. Pokoknya ada seorang dari kawan kita yang sudah bisa hidup di sini. Dapat kedudukan. Disegani. Sering dibicarakan orang. Pendeknya dapat berbakti kepada Nusa dan bangsa. (duduk) Terus saja duduk! Biar remuk itu kursi! Punya rumah yang besar seperti ini. Kalau sudah dimulai dengan pujian pasti ada apa-apanya. Punya banyak kenalan orang-orang penting. Ayem. Kalau kamu masih tinggal di kota kita, sedikitnya kamu sudah jadi anggauta DPR. Tapi buat apa. Enakan di sini. (angkat kaki) 33



Pelayan Sobat Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan Sobat Pelayan



Angkat kaki terus.



Ada mobil. Ada banyak hiburan. Punya pelayan yang cerewetnya seperti tai! Hee! Keluar! Maaf pak, bapak ini main selonong saja masuk. Sudah saya tahan, dia pakai kekerasan. Keluar kamu! Saya atau dia? Kamu bangke! Ya sudah, kebetulan.



Pelayan pergi. Sobat



Jadi bagaimana? Kalau Gubernur harus menjawab semua tuntutan yang gila, dia akan merusakkan rakyat dari dalam? Bagaimana terjadinya?



Hakim memperhatikan orang itu. : Setiap patah kata dari seorang kawan yang sukses berharga sekali untuk aku bawa pulang sebagai oleh-oleh. Kalau mereka sudah berkerumun mengelilingi aku nanti di warung kopinya Talip, sepertibiasanya' Aku harus menceritakan sesuatu yang baru tentang kamu. Sebetulrrya mereka juga tidak bosan-bosannya mendengar apa yang sudah



aku ceritakan berulang-ulang tentang kamu. Bahwa kamu kawan, sobat kentelku dari kecil sudah jadi orang. Tapi aku, sambil mencangkul atau memanjat pohon kelapa, aku selalu berdoa, berharap, bahwa luksesmu rnasih bisa ngacung ke atas lebih tinggi' Jadilah seorang Gubernur! Sesudah itu aku akan mati dengan bangBa meskipun hanya sebagai gombal. Oke? (mengacungkan 34



tangan disambut oleh hakim) Tidak - tidak Kalau perlu salaman! sudah sukses lagi baru salaman. Sepi ing pamrih, rame ing gawe. Tut wuri andayani. Alon-alon ben kelakon. Ojo dumeh. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Tak akan lari gunung di kejar. Pokoke menang. Ora mangan ora opo pokoke kumpul. Holo pis kuntul baris. Sekali berarti sudah itu mati. Sip! ya kan? Pokoknya sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. (hakim meninggalkan rempat itu Sobat terus bicara - tapi - pepatah. pepatah tua) Pelayan muncul mendekati Sobat. Pelayan Sobat



Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan



Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan



Kapan habisnya ini?



Kamu jangan ikut campur, sialan! (terus disambung pepatah-pepatah yang hampir seperti mantera) Mengganggu kan ada batasnya, pak. Mengganggu endasmu, ini penting. (disambung pepatah) Kan janjinya tadi hanya sebentar. Belum selesai kan? Cuma mau salam-salaman saja lamanya minta ampun. Tambah lagi dong kalau begitu! (menadahkan tangan) (terus mengucap) Apa? Tambah Tambah apa? Itu (menggosokkan jari jempol dengan jari tengah) Jadi memang ada mahluk Tuhan yang dilahirkan untuk minta disogok? Ada. 35



Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat



Kamu?



Yak. Kamu brengsek, taPi jujur!



Sudah brengsek, kalu tidak



jujur



kan



modar. Bagus. (mengeluarkan surat telegram dari kantong) Ini!



Pelayan tertegun. Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan



Ambil! Telegram? Ya. Baca!



Sobat



(mengambil) Untuk baPak Hakim? Ya. Baca! (memegangi telegram itu dengan takut) Ina lillahi waina illaihi rajiun. Baca dulu baru mengucaP. (merobek dan membaca) Lan Fa! Ina lillahi wa ina illaihi rajiun. Setelah sepuluh tahun menjalani hukuman,



Pelayan



bunuhan terhadap kakak iparnya dan dijatuhi hukum 15 tahun oleh hakim, dipanggil kembali memasuki persidangan karena ada bukti-bukti baru. Ternyata pengadilan memutuskan ia tidak pernah bersalah dan langsung mencabut hukumannya sambil minta maaf. Tetapi sebelum putusan itu sempat didengarnya, Lan Fa mati menggantung dirinya tanpa sebab-sebab yang diketahui! Ina lillahi wa ina ....



Sobat Pelayan



Lan Fa yang dituduh melakukan



Pem-



Lampu padam. Terdengar suara bunyi-bunyian untuk mengarak orang qrati' Lampu menerangi sejumlah orang berpakaian hitam, dengan payung-payung hitam, mengangkat sebuah papan yang berisi 36



mayat dengan tutup hitam. Mereka datang dari seberang meja Hakim, hendak membawa mayat itu ke atas meja hakim. Lampu menerangi Hakim. Ia mengawasi arak-arakan itu dengan takjub. Hakim mencoba mendekat. Tapi arak-arakan itu tidak mempedulikannya. Arak-arakan itu berhenti di meja Hakim. Usungan mayat itu diletakkan di atas meja, di atas buku-buku. Kemudian mereka yang mengusung pergi. Tinggal dua orang wanita dan satu



pria. Mukanya tak jelas kelihatan, berdiri di samping mayat itu. Sobat : (kepada Hakim) Tak ada yang ingin kau Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan



Sobat



Pelayan Sobat



Pelayan Sobat



katakan? : Ina lillahi wa ina : (menendang) Bukan kamu! :l Kalau orang sudah kepepet mesti maunya di penyet terus. Habis, aku harus bilang apa. Ini semua hasil perbuatannya! Emang dia yang salah. Nggak salah. (mendekati hakim) Semua orang kan bisa keliru. Asal nggak sering-sering memang. Kok disalahkan saja maunya. Saya tidak menyalahkan dia bajingan. Aku menceritakan saja apa yang terjadi. Kamu pikir saya merongrong dia begini karena saya mau mencincang dia? Tidak! Ya tapi kan merongrong. He aku belum selesai ngomong kurang ajar. Aku merongrong karena menghargai dia, mencintai dia. Hah! Untuk mengingatkan dia sebelum terlambat. Karena sekarang dia harus memberikan keputusan. Dan kalau keputusan ini diambil tetap dengan keinginan menegakkan kebenaran, padahal kebenaran bisa keliru seperti Lan Fa ini, mengapa tidak berhenti 37



saja main lugu-luguan. Sekarang semua orang main kayu. Kalau dia mau main lempeng-lempenganr akhirnya akan berulang lagi begini. Seicarang kalau dia jujur di tengah orang-orang yang sudah gila ini kita tidak akan pernah sampai-sampai. Aku mencangkul di sana, aku jarang lihat listrik



aku ingin punya listrik. Aku tidak ingin lihat orang jujur aku ingin kita sampai. Masak jalan tenrs sampai tua tidak sampai-sampai? Edan apa?



Sepi



Pelayan Sobat Pelayan Sobat



Pelayan



Sobat Pelayan Sobat



Pelayan Sobat Pelayan Sobat 38



Sudah selesai? Sudah. Jadi singkatnya mau apa? Singkat saja! Memberikan dia Pandangan. Sudahlah terang-terangan. Main silat mulut lagi. Mau nyogok? Dibilang begitu, boleh saja. Begitu. Kan cepet. Uruslah. (pergi) Jadi bagaimana? tv{asih belum mau ngomong? Paling tidak minta maaf dong. Jangan bengong saja! Takut menambah kesalahan ya? Kalau sudah salah, apa maunya dibilang betul? Paling sedikit minta maaf. Masih ada waktu untuk minta maaf Ya Tuhan, flpa yang bikin kamu dablek tembem, anyir macam ini Alimin busuk! (suara) Ya. Kemari kau. (muncul) Apa. Aku belum selesai.



Tadi kan sudah. Gimana sih plintat-plintut. Tadi sudah, sekarang belum. Lihat ini!



Pelayan Sobaf Pelayan Sobat



Ini apa? (menunjuk ke mayat) Lihat! (menarik selimut mayat, kelihatan tubuh Ali



bukannya l-an Fa) Astagafirullah al azim.Ali putra Gubernur. Hakim baru sadar. Ia cepat mau lari. Sobat Tahan! Pelayan



Terdengar suara gebrakan. Kelompok pembawa bendera datang menahan Hakim.



Pelayan



:



Lho janjinya kan tidak main kayu! Curang



ini! (hendak menolong) lnem cepat datang lalu menangkup kepala pelayan



dengan



belongsong.



Inem



:



Nakal! Maapin aja ya den.



Kedua wanita itu membuka tutup mukanya. Ternyata Nyonya Gubernur dan Pacar Ali. Pelayan masih hendak meronta. Inem menggebuk kepalanya. Inem : Sudah, sudah! Dableg! Diem dong mas. Diem! Coba lihat pak (kepada Sobar) Ulahnya ini. Memang kelakuan! Maapin ya den putri. Sobat : Sttttttt! lnem : Hmmmm! (memukul lagi kepala pelayan dan menariknya pergi) PACAR dan NYONYA GUBERNUR maju.



Sobat



:



Silahkan-silahkan. Asal jangan terlalu keras, nanti malah modar.



Sobat pergi.



Pacar : Ibu Gubernur :



Saya yang bicara duluan mama. Boleh. 39



(kepada Hakim) Lepaskan dia bung supaya ini adil. Kelompok bendera menggebrak, lalu melepaskan kepungannya' Bapak hakim. Saya pacar Ali. Saya tidak Pacar ingin mempengaruhi anda, tapi saya harus bicara. Anda ingin menegakkan keadilan dan saya ingin menegakkan kejujuran. Saya hanya ingin bertanya satu hal saja. Apakah keadilan harus berbeda dengan kejujuran? (menunggu tetapi hakim diam saja) Keadilan siapa yang bapak perjuangkan dengan telinga budeg itu? Sabar sayang. Ibu Gubernur bicara dengan puntung rokok! Percuma Pacar pulang saja mama. Kita hakim) Saya mengerti (kepada Sebentar. Ibu Gubernur kenapa anda diam. Kita sama-sama memiliki kewajiban ya1rg kadangkala berbeda dengan kemauan. Cuma pada pihak kami, kemauan sudah kami menangkan. Itu sebabnya saya berani datang kemari. Meski pun saya merasa malu sekali, seolah-olah saya tidak punya kehormatan lagi. Anak muda seperti Ali kadang-kadang nakal, tapi apa dia sendiri yang harus memikul tanggung jawab, padahal kita semua bertanggung jawab terhadap kenakalan mereka yang lebih muda? Saudara hakim yang saya hormati, suami saya ada di sini sekarang Aduh, mesti bawa-bawa nama suami. (henGubernur dak pergi) Papa! Ibu Gubernur Iya, ya. Gubernur Berdiri di situ saja. Coba buktikan sekali saIbu Gubernur ja, ini anak kita berdua, bukan cuma anak



Pacar



saya! 40



Gubernur Ibu Gubernur Pacar



Iya. yaIya. iya, tapi nggak mau ngomong sendiri, selalu istri yang diadu. Mama kita tidak perlu terlalu merendahkan diri.



Ibu Gubernur



Sekali-sekali nggak apa sayang. Asal jangan ketahuan. Pacar Kalau begitu, saya lebih baik tidak ikut. Ini di luar kesaqggupan saya. (hendak pergi) Ibu Gubernur Tunggu! Kelompok bendera menggebrak, lalu mengepung. pacar hendak pergi, segera diberangus, Demikian juga Gubernur.



Ibu Gubernur



Saya tidak diijinkan siapa pun cuci tangan sekarang.



Pacar



Ibu Gubernur Gubernur Ibu Gubernur



Cuci tangan bagaimana? Diam! Jangan terlalu jauh.



Saya bilang diam-diam1 Saya belum ngomong apa-apa, semua orang sudah mau hari untuk membebaskan anak saya Ali, nlengapa saya harus menyerah hanya karena hakim diam. Ini namanya tidak serius. Tapi ini tidak fair. Diaml



cuci tangan. Saya datang ke



Pacar



Ibu Gubernur Gubernur Ibu Gubernur Gubernur Ibu Gubernur



Saya



Diam! Saya mau ke belakang sebentar. Nanti saja! Macam-macam saja maunya kalau sudah mulai serius. Tidak ada yang bicara lagi sekarang!



Kelompok bendera menggebrak. Ibu Gubernur



Saudara hakim. Saudara kawan akrab suami saya. Atas nama suami saya, atas nama 41



keluarga besar kami, atas nama calon menantu saya ini, kami berjanji bahwa kami akan menyokong pencalonan anda sebagai Gubernur yang baru, apabila masa jabatan suami saya berakhir nanti. Sebagai imbalannya kami hanya minta supaya anak kami Ali dibebaskan dari segala macam tuduhan yang Tiba-tiba mayat itu bergerak. Ia ternyata Ali. : Tidak! Jangan! Mama sialan, jangan Ali mengetnis! Aku yang bunuh lonte itu, aku tembak dia, aku cincang tubuhnya karena aku yakin dialah Yang Gubernur yang berada di sampingnya bengong' Ibu Gubernur : StoP dia, goblok! Gubernur memberangus Ali. Kelompok bendera membantu. Pacar berlari hendak membantu Ali yang diberangus'



Pacar



:



Jangan!



Gubernur cepat menyongsong dan menahannya' Lampu mati di tempat Ali. Yang kelihatan hanya Pacar yang menangis di tangan Gubernur. Istri Gubernur dan hakim. : Sudah, sudah, malu dilihat umum' Gubernur Istri Gubernur : Saya juga ingin rnenangis, saya juga ingin membel,a keadilan dan tetek bengek yang lain, tapi sekarang tidak ada waktu. Inem! Inem, cepat ke mari! Inem masuk tergopoh-gopoh, sambil menarik Pelayan' : SaYa nyonya. Inem Istri Gubernur : Mana hasilnYa! : O ya, ya! Di mana ya? (memeriksa kantong Inem Pelayan) Dia bilang dia sudah dapat. Dia bilang banyak sekali surat-surat di atas meja bapak hakim. Jadi susah memilihnya yang mana. Di mana disimpannya ya. O ini dia' 42



Ini. (mengambil sebundel surat dari balik baju Pelayan) Ini baru sebagian saja. Dia bilang juga orang-orang itu sudah datang kepada bapak hakim malam-malam. Mereka masuk ke dalam kamar bapak hakim dan berbicara berbisik-bisik. Baca saja keras-keras. Biar dia dengar lagi! Inem cepat merengutkan salah sebuah surat. Istri



Cubernur :



Istri Gubernur Inem



Ya Tuhan saya masih inget baca, tidak?



Istri Gubernur Inem Istri Gubernur



(membuka surat) Terbalik itu. O ya, ya, tapi kan sama saja. Sudah, baca!



Cepat baca!



Inem kemudian membaca, tetapi suaranya tidak goblok lagi. Ia kelihatan pinter dan cerdas. Inem : (membaca) Merdeka! Bapak Hakim yang kanni hormati. Atas nama dua ribu lima ratus orang rekan-rekan dari korban yang terbunuh kami menyampaikan salam sirnpati kami pesan kami: Tegakkanlah hukum. Sudah jelas Ali bersalah menembak dan mencincang membunuh dengan'keji dan sewenang-wenang rekan kami. Hukumlah anak itu seberat-beratnya, agar menjadi contoh para pemuda kita di kemudian hari, agar jangan main koboi-koboian di antara rakyat jelata mentang-mentang ia putra pemimpin kita. Janganlah takut kepada Gubernur, siapa tahu di balik kebaikan-kebaikannya tersembunyi kejahatan yang tidak kita ketahui. Dia adalah musang berbulu ayam. Gubernur : Kurang ajar! Musang berbulu ayam? Istri Gubernur : Yang lain! 43



Inem



(membaca)



Horas!



Tidak perlu pakai sidang-sidangan lagi'



Gubernur



Inem



Benar altau tidak benar, gunt.,ng saja Ali itu' Kalau.anaknya kita ganyang, nah dia pasti akan marah. Lalu kita dapat kesempatan merobek lambung macan yang sudah lama mencuri kemerdekaan kita selama ini' Dan kalau nanti berhasil, tahu bereslah' Siapa lagi kalau bukan bapak yang pantas menggantikan musang berbulu aYam itu' : Astaga Musang berbulu ayam! Jadi kamu gombal juga! (merebut sebuah senjata dari orang di sampingnya lalu menembak) : He-he-he (lari)



Kelompok bendera menggebrak dan menghalangi Gubernur' pada Terdengar suara tembakan. lampu padam' Tinggal terang hakim. Hakim lemes. Pelayan segera berdiri dan memeganginya' Pelayan



Tolong-tolong.



Muncul Sobat. Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan



Jangan ditolong. Jangan! Tolong! Kampungan, jangan berkoar-koar! Apa? Biar dia sendirian! Orang mau sekarat dibiarkan sendirian? Nggak apa, coba lihat sendiri nanti' juga Nggat< apa, nggak apa' sudah kempes nggak apa.



Situ yang enak, yang kerja kan



Sobat Pelayan 44



saya'



Tolong! Bandel juga. Benar nggak ada Yang mau nolong ini?



Sobat Pelayan



Kamu bodoh. Kalau kamu sayang kepada dia, biar dia bangun sendiri. Ini orang terlalu, dikasih kepala sedikit maunya nyaplok.



Sobat



Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat



Pelayin



Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan



Hee, biar di situ. Kalau hebat dia akan bangkit, kalau memang lemah biar mati sekarang saja, penderitaannya lebih sedikit. Lho sekarang ngatur. Mau nurut tidak? Kamu pikir saya tidak punya otak? Kalau punya otak, biar dia bangkit lagi! Sudah mati, bagaimana mau bangkit. Mati? Jelas mati - sudah jelas mati? Tapi dia harus jadi Gubernur.. Belum ada orang mati jadi Gubernur eh-eheh. Siapa yang bilang dia akan jacii Gubernur. Kami semua. Jadi bukan dia kan! Ya bukan, wong kami kok! Kalau betul dia akan jadi Gubernur, lebih baik kita bunuh sekarang. Lho, bagaimana? Jantungnya tidak berdetak lagi, tapi aku masih merasakan gerakan tangannya. Ia mencabik-cabik karena kesakitan. Kalau orang seperti ini jadi Gubernur, Ia akan jadi binatang, memegang kekuasaan besar seperti robot dan melampiaskan dendamnya karena ulah kamu.



Sobat



Bukan salah aku dong, dia sendiri yang tidak kuat!



Pelayan Sobat



Perusak! Tukang adu domba! Iya apa boleh buat!



Sobat hendak pergr 45



He ke mana kamu? Mencari orang lain. Untuk dirusak?" Ya. Ya Allah sampai hati kamu merusak sahabat-sahabat kamu sendiri? Kalau itu pekerjaanku, bagaimana? Terkutuk! Memang. Pagar makan tanaman! Betul! Sekarang semua sobat-sobat bunuh saja lebih dahulu sebelum makan orang!



Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan Sobat Pelayan



Ya?



Sobat Pelayan



Kamu jangan mempermainkan orang terus' Sudah pergi sana. Inilah salahnya. Aku sudah bilang mau pergi, tapi aku tidak Pergi-Pergi.



Sobat



Kenapa? Di sini rahasianYa!



Pelayan Sobat



Lampu gelap perlahan-lahan di tempat sobat-disusul terang di tempat fNfM, tapi tidak begitu jelas, sehingga Inem hanya kelihatan samar-samar.



Pelayan



:



Ck-ck-ck! Siapa yang sudah mengatur



ini. Darahnya pasti kentel. Dia kocok orang lain sampai termehek-mehek, nggak tahu dia mau bikin apa. Jangan-jangan dia sendiri tidak tahu mau ngapain! Bukima! (ngumpat dalam bahasa daerah) Hmmm (kepada hakim). Sudah pak. Sekarang sudah pergi semuanya. Boleh bangun sekarang. Betul, nggak ada lagi orang di sini'



semua



Bangun saja. AYo! Pelayan mengguncang-guncang tubuh hakim' Tetapi hakim tetap Iungiai. pelayan melepaskan tubuh itu. Tubuh itu tergeletak' 46



Pelayan



:



He! (mengambil tubuh itu kembali dan melepaskannya-tubuh itu terkulai lagi di lantai) Lho? Betul kena tembak tadi? (ia memeriksa ttrbuh itu) Ah tadi kan hanya main-main. Maksudnya supaya orang itu pergi. Pak, Pak }{aklm. Sudah pergi semua. Bapak aman sekarang. Saya akan bersihkan kamar. Balonnya saya ganti. Pintu akan saya gembok semua. Tadi pagi saya beli telor dan



madu. Bapak hakim tinggal minum saja. Ayo bangun dong, jangan main-main pak. Pelayan menarik tubuh jongkok di sampingnya. Pelayan



:



itu duduk bersandar. Dia sendiri



ber-



Jangan nakut-nakuti saya dong pak. Lihat, sudah aman sekarang. Sudah lewat pukul satu, hujan dan dingin di luar. Tak akan ada yang mengganggu lagi. Saya juga mau tidur.



Entar saya gebukin Inern yang berani



nyolong surat itu. (menoleh hakim, lalu menjentiknya) Alah, begitu sih, bapak suka main-main sekarang. Kawin aja dong pak,



biar nggak kesepian lagi. Terdengar suara gong lemah. Kemudian orang-orang berpakaian hitarn dengan payung-payung hitam muncul. Mereka berseliweran mendekati tempat Pelayan. Pelayan



: Ini



ada apa lagi? Apa-apaan ini? (pelayan bangun) Ada apa ini? (memegang salah seorang) Ada apa ini? (mulai cemas) Jangan main-main. Jangan main-main di sini. Bapak hakim mau tidur. Saudara-saudara sekalian, ini serius, demi Tuhan, berikanlah majikan saya beristirahat sebentar saja. Jangan diganggu lagi. Malam ini dia harus membuat keputusan. Besok deh kalau sudah selesai datang lagi. (orang-orang itu tidak perduli) Jangan main-main! 47



Dua orang hitam itu mulai mengoleskan cairan putih di muka hakim.



Pelayan



:



Pelayan



:



Lho, aPa-aPaan ini? Bendera datang. Bendera di taruh di pangkuan Hakim' Jangan diganggu dia! (pelayan hendak membebaskan hakim)



Lampu di temPat Inem terang. Kan sudah mati! Inem Belum! (tidak melihat Inem - lebih dituPelayan jukan kepada orang itu) Siapa bilang dia mati. Makanya, jangan suka meniPu. Inem Menipu bagaimana? Pelayan Yang teriak tolong-tolong tadi siapa? Inem Itu ada maksudnYa Yang lain. Pelayan Apa? Inem Ini siapa sih yang ngomong. Pelayan Aku kan! Inem Pelayan melihat lnem. Pelayan



Inem Pelayan Inem Pelayan



lnem Pelayan



48



Aku sudah tahu kamu, kamu, tengik! Cuh! (menghindar) Saya jijik melihat kamu, jangan dekat-dekat! Emangnya kenaPa? Makan suap! Murah! Picisan! Kamu?



Kamu dong! Jadi kamu pacaran



dengan



saya supaya bisa nyolong surat. Kamu tahu apa akibat surat itu setelah kamu baca di depan Gubernur. Tahu! Diam dulu aku belum selesai ngomong' Kamu tidak tahu, Gubernur berbalik seratus prosen. Uang sumbangan dibatalkan. Ali tia* laOi diserahkannya ke pengadilan, tapi



Inem Pelayan



Inem Pelayan Inem Pelayan Inem Pelayan Inem



Pelayan



Inem Pelayan



Inem Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim Inem Hakim Inem Hakim DOR_4



malahan dibelanya. Dan yang paling penting, aku tidak mencintaimu lagi. Salah kamu! Masih berani bilang orang lain salah Rusak kamu! Sudah tahu saya rusak kok mau? Habis demen. Nah'iya kan. Salah kamu. Memang aku yang salah. Tapi awas. Kalau cuma kamu, aku tidak takut. Belum ngerasain aja sekarang. Coba, kamu bisa bikin apa. Dari Gubernur, sampai tukang kebon macam kamu, lakilaki di sini loyo semua! Apa kamu bilang? Coba ulang kalau berani? Kenapa tidak? Kamu sama saja dengan lakilaki lain, nyali kecil! Ya Tuhan kalau begitu aku akan bunuh orang sekarang. Banyak omong tapi malas! Demi Tuhan, aku terpaksa melakukan ini tapi aku bangga (meraih senjata) Awas kamu! Jangan Min! Biar! Hukumannya berat. Biar! Berpikir dua kali dulu. Tidak mau! Itu kan Inem, pacar kamu sendiri. Bukan. Ini setan harus dibasmi! Lari Nem! Buat apa? Minta maaf. Emangnya siapa yang salah? Kamu akan dibunuh! 49



nem



:



Biarin, emangnya takut?



Semuaorangmenggebrak-gebrakankaki.Hakimperlahan.lahan berdiri sambil memegangi bendera' Ia memandang semua orang' yang bergerak' Mereka terus menghentakkan kaki tapi belum ada : Kalau yang satu marah, yang lain berani' Hakim kalau yang satu tidak takut, yang lain tidak peduli, kalau kamu bertekad bunuh orang yang kamu anggap pantas mati, tunggu apa lagi. Jangan buang-buang waktu lagi' Laksanakan saja sekarang Suara hentakan kaki terus, tapi tidak ada pelaksanaan'



Hakim



:



Tunggu apa



lagi?



Suarahentakankaki,tidakadapelaksanaan.Tiba-tiban runcul Sobat memegangi Inem.



Sobat



:



Saya tolong dah pegangin, biar gampangan'



Suara hentakan kaki'



Hakim



Atau hukuman kamu saya putuskan lebih



lnem Hakim Pelayan



Bisa.



dahulu, sebelum kamu berbuat? Mana bisa dihukum sebelum berbuat.



Hakim



Tapi nanti dulu, kalau lima belas tahun, pikir-pikir dulu. Kalau sampai berpikir dua kali, artinya



Pelayan



Ya.



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim Pelayan 50



kamu sudah mulai takut. Kalau kamu takut apa, kejahatan orang itu berubah jadi kebaikan? Tidak" Kalau otang jahat itu tetap hidup, at'a kamu bisa berbahagia Tidak. Jadi dia harus mati. Benar, taPi



Hakim Pelayan



Hakim



Tapi kamu tidak berani menanggung akibat seperti Lan Fa, seperti Ali putra Gubernur. Ya. Betul. Apa kamu berani menanggung akibat yang lain?



Pelayan



Akibat



Hakim



Akibat kalau kamu membiarkan



apa?



yang jahat tetap hidup? Pelayan



Hakim Pelayan



Hakim



Pelayan



Hakim



Pelayan



Hakim



Pelayan



Hakim Sobat



Hakim Inem Hakim



seorang



Sebutkan dahulu apa akibatnya. jatuh korban yang lain. Sampai berapa banyak. Saya tidak tahu. Tapi andaikata saja lima atau sepuluh orang apakah kamu yAkin harga kamu sama dengan mereka? Kalau nrereka juga bajingan, terang saya lebih berharga. Bagaimana kalau teman dekat kamu, saudara kamu, orang yang kamu hormati, majikan yang mencintai kamu, guru kamu. Setiap hari akan



Sudah! Sudah! Jangan berbelat-belit. Katakan saja anda menghasut saya membunuh orang itu. Kaiau kamu mengorbankan diri kamu untuk menyelamatkan banyak orang, apa salahnya kamu bertindak. Karena saya tidak mau membunuh karena disuruh.



(kepada Inem) Kalau begitu



lari!



Lari!



Selamatkan nyawamu! (mendorong) Lari! (menggebrak) Lari, lari! (lari ke. atas meja hakim) Lindungi dia!



Semua orang berlari ke meja



itu lalu mengangkat meja itu tinggi-



tinggi.



5l



:



Kejar-kejar tolol, sebelum terlambat! Di atas meja Inem melemparkan buku-buku' Menyepakinya' : Nah liatin sekarang' Sobat : Bajingan. Betul juga! Yak! Pelayan meja memanjat Sobat keplok tangan. Pelayan berlari, naik ke atas terpelansempat la itu' wanita orang-orang itu, ia bergulat dengan hakim' tangan di ting ie bawah. Ia beriari mengambil bendera menggulingNuit tugi dengan ditolong oleh sobat. Kali ini ia bisa berkan lnek. Inem rebah, Llu ditusuknya dengan bendera itu tubi-tubi. Sobat berkeplok tangan' Lampu mati perlahan-lahan' tempat Yang terang tempat sobat dan Hakim' Kemudian lampu di tempat Di Hakim' tempat di lampu SoUu't juga mati. Disusul oleh oleh didampingi putra Cubernur lain lampu terang. Kelihatan Ali Gubernur, NYonYa dan Pacar Ali' : Nama saya Ali. Saya merasa pengadilan ini Ali sia-sia. Saya tahu pasti hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada saya. Sudah saya bilang, saya tidak memerlukan pembela' Saya juga sudah bilang kepada jaksa supaya ia tenang-tenang saja, tidak perlu ngotot membuktikan kesalahan saya sambil nyerempet-nyerempet orang lain. Saya akan mengaku dan menjelaskan apa yang terjadi, untuk memuaskan hati semua orang' Ayah saya seorang yang berkuasa, tetapi salahnya ia orang baik, sehingga musuh-musuhnya tidak punya alasan untuk menyingkirkan dia. Maksud saya saudara-saudara tidak punya alasan untuk menyingkirkan dia' Apa boleh buat, saYa sekali' Pada suatu kali kira-kira setahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang wanita' Saya mencintainya habis-habisan' Saya ingin Aia menjadi istri saya. Dia membalas cinta saya dan berjanji akan setia kepada



Sobat



52



saya. Ternyata tidak. Kemudian



dengan



sadar, .saya membunuhnya.



Lampu di tempat lain terang. Kelihatan seorang wanita berdiri sambil memegang sebuah buku.



LAN



FA



:



Saya tinggal di desa bersama Opa saya yang sudah tua. Entah kenapa ipar saya membujuk saya untuk pergi ke kota. Karena saya



takut kepada kakak saya, akhirnya



saya



mau juga. Ipar saya mengatakan bahwa ia tidak berbahagia kawin dengan kakak saya. Dia mengajak saya kawin. Tentu saja saya menolak. Akhirnya dia membujuk kakak saya untuk meracuni opa supaya lebih cepat mati, toh katanya orang tua kalau terlalu lama hidup hanya akan menderita. Karena kakak saya cinta kepadanya dia kemudian meracun sendiri opa. Setelah opa meninggal semua harta kekayaan jatuh ke tangan ipar saya. Saya dibujuk supaya mempercayakan bagian warisan saya kepadanya. Saya maumau saja. Tak lama kemudian dia bangkrut. Lalu dia hendak kawin dengan seorang janda kaya. Kakak saya karena takut dan cinta kepada, setelah menangis hanya bisa memberi ijin. Saya sendiri hanya setuju-setuju saja, kalau itu memang untuk urusan dagang. Tetapi belakangan kakak ipar saya takut kepada saya. Dikiranya saya akan membalas



dendam. Karena hasutan istrinya yang kedua, dia memaksa untuk mengawini saya, karena takut kalau saya kawin dengan orang lain, suami saya akan menuntut harta



warisai, Saya mau saja. Akhirnya saya kawin dengan dia. Baru seminggu saya kawin kakak saya sendiri yang sudah me53



nanggung tujuh orang anak. Kami berunding, karena hidup tambah susah. Akhirnya kakak saya, maksud saya, saya sendiri membunuh suami saya. Maksud saya kakak ipar saya, karena pernikahan saya dengan dia belum sah. Lampu di tempat yang lain terang. Keiihatan Pelayan.



PELAYAN



:



Saya membunuh karena terpaksa' Saya min-



ta maaf. Waktu itu saya gelap mata. Habis dipancing-pancing. Sekuat-kuat manusia kalau dipancing ya akan jadi binatang juga. Mudah-mudahan bapak hakim ingat-ingat



pada kata-kata beliau sendiri



sebelum



memutuskan perkara ini. Karena kalau iidak saya bunuh, entah kejahatan apa lagi yang dilakukan oleh sasaran saYa itu' Terdengar suara gebrakan. Lampu menerangi tempat Hakim'



Hakim



54



:



Sudah saya katakan saya mendengarkan baik-baik semua kata-kata saudara. Baik sendiri-sendiri maupun dalam kesatuan. Saya ingin menambahkan, bahwa saya bertugas untuk memilih jalan yang baik, sementara saya melihat bahwa pada saat saya pilih adakalanya segala sesuatu berubah, sehingga saya tidak menemukan yang terbaik dari semua pilihan yang ada. Lain daripada itu apa yang tertulis di dalam buku-buku itu, apa yang tergurat di atas meja ini dan apa yang menggosok-gosok dalam hati saya bulu-bulunya berbeda. Namun demikian, untuk menjaga setidak-tidaknya sedikit tempat berpegang sementara waktu ini, ijinkanlah saya memilih untuk saudara-saudara, bahwa setiap pembunuhan, apapun alasan-



nya, slapa pun yang melakukannya, karena dia telah mendahului kehendak Tuhan untuk rnenentukan nasib manusia, saya angkat palu ini. Saya ketukkan tiga kali. (menghentakkan kakinya tiga kali) Kelompok orang-orang ke luar" Terbagi tiga. Mengelilingi seriap tertuduh. Menyiapkan tali gantungan. Sobat maju. Sobat Tapi berapa hukumannya? Lima belas tahun penjara! Hakim Bukan. Sobat Dua puluh tahun! Hakim Bukan. Sobat mau bicara. Hakim Sobat



Hakim Sobat



Hakim Sobat



Hakim Sobat



Hakim Sobat



Hakim



Bukan! Kamu tidak usah main tebaktebakan! Seumur hidup! Tidak usah menebak! Gila! Jadi dibebaskan? Aku sudah bilang tidak usaha menebak. Jadi bagaimana? Pengadilan akan berusaha menerapkan hukum dengan seadil-adilnya. Itu kami tahu, sejak dulu juga begitu. Kami? Kamu bicara atas nama siapa? Mereka semua! Justa!



Terdengar suara gebr akan. Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang



Seorang wanita telah terbunuh dengan kejam. Pengadilan berusaha untuk menerapkan hukum dengan seadil-adilnya. Tapi hakim sempat berpikir dua kali sebelum memberikan putusan. Bukan karena isi keputusan itu, tetapi karena akibat-akibatnya. 55



Seseorang



Ia ingin mengajak orang untuk



menerima



keputusan itu sebagai kerja rutin pengadilan, di mana seorang hakim berusaha mendudukkan persoalan dengan sepatut-patutnya.



Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang Seseorang



Tetapi orang banyak menganggap itu saat untuk melahirkan seorang pahlawan. Sehingga arti peristiwa tersebut berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa kenyataan kemudian berbeda dengan arti yang diberikan kePadanYa. Dan bahwa nilai-nilai luhur yang kita kejar dengan susah payah. Ternyata! Tidak rnenawarkan PenYelesaian. Inilah semuanya! Sekarang atau nanti, dalam keadaannya yang lebih baik Ternyata! Kita tetap berbeda! Berselisih! Dan bunuh-bunuhan!



Gebrakan sekali lagi. Sobat



Hakim



Sobat



Hakim Sobat 56



Gila!



Jadi, kalau kamu masih memaksa



apa mindahulu terlebih keputusan saya, dengan ta maaf kepada siapa saja yang menjadi korban sekarang, juga kepada mereka yang dikorbankan di kemudian hari, dengan sedih sekali saya terima seluruh tanggung jawab seandainya ini adalah kekerdilan, kengawuran, kejahatan bahkan siapa tahu mungkin pengkhianatan. Ngomong cepet, jangan seperti belut! Saya putuskan Menunda perkara ini!



Terdengar gebrakan.



Gubernur



:



Sobat



: :



Gubernur



Siapa sih orang ini? Berkeliaran dari tadi membakar-bakar orang? Maaf pak, saya sahabat bapak hakim. Tangkap dia!



Terdengar suara gebrakan.



Hakim



:



Tunggu! Tunggu!



Kelompok bendera maju dan mengganyang orang itu. Semua lampu mati. Tinggal yang tengah. Sobat tergeletak di tengah. Terbaring dijaga oleh kelompok bendera. Gubernur



Ada yang kenal siapa orang ini? (menghampiri) Rupanya mirip-mirip salah seorang di antara kita, tetapi tidak pasti. Pakaiannya khas, ia pasti berasal dari satu tempat atau keluarga yang rajin, ulet, sederhana, memiliki disiplin dan kelihatan genah. Betul tidak ada yang kenal saudara-saudara? Jangan malu. Akan kita pisahkan perbuatannya dengan hubungan kekeluargaan saudara. Ini masaalah warisan dan pengurusan penguburannya saja. Sebab orang ini sudah mati. Petugas Belum mati pak. Gubernur Mati! Bereskan dong! Petugas (langsung menggebrak) Mati pak. Gubernur Ya? Bagaimana, saudara-saudara? Supaya cepat silahkan periksa ke mari. Nanti terlanjur dibereskan secara ahu, bisa menyesal. Silahkan. Orang-orang mendekat memeriksa.



Gubernur



: (kepada petugas)



Mundur-mundur dulu.



Nanti kalau gawat bapak panggil lagi. Para petugas bukannya mundur, tapi ikut menonton sambil menghilangkan sikap formil mereka sebagai kelompok yang keras. 57



Gubernur



:



(kepada istrinya dan calon menantunya) An-



da berdua juga sebaiknya ikut melihat.



Ibu Gubernur dan Pacar ikut melihat. : Oke. Jadi tidak ada kan? Sah. Orang ini Gubernur memang bukan berasal dari salah seorang penduduk kita. Setidak-tidaknya kita anggap begitu. Harus ada kepastian, kata bapak



hakim tadi, ingat. Jadi saudara-saudara yang tidak berkepentingan istirahat saja dahulu. Terdengar suara gebrakan. Semua orang bubar. Tinggal Gubernur, Pembela dan Jaksa. Pak Jaksa bagaimana pendapat bapak? Gubernur Sejak semula sudah saya ikuti perkemJaksa bangan orang ini. Saya pikir, meskipun dia sudah meninggal, kejahatan-keiahatannya harus diadili. Maksud bapak? Gubernur yang terjadi, pengadilan harus Apapun Jaksa ini penting. Proses dibuka. Pentingnya? Gubernur Bahwa hukuman tidak bisa dihindari dengan Jaksa mati sekaliirun. Maaf. Apakah saya boleh tidak mengerti? Gubernur Boleh saja. Jaksa Bapak Jaksa sendiri mengerti apa maksud Gubernur kata-kata bapak? Tidak. Ah, tentu saja. Jaksa Maksud bapak, bahwa sekalipun orang ini Gubernur mati, karena dia bersalah, hukuman dijatuhkan. Tidak ada orangnya, tidak apa secara formil, hukum harus dilaksanakan. Harus dilaksanakan. Jaksa Jadi tegasnya bagaimana? Gubernur 58



Jaksa



Pembela Gubernur Pembela



Gubernur Pembela



Gubernur Pembela Gubernur Pembela Jaksa Pembela



Gubernur Pembela Jaksa Pembela Jaksa Gubernur Jaksa Gubernur



Setidak-tidaknya, ahli warisnya akan memikul hukuman itu secara moril, kalau ia sendiri tak sanggup untuk memikulnya. Pendapat saya belum ditanyakan. Ya bagaimana? Meskipun, seandainya pun para pembunuh itu terbukti bersalah 'dan atau menginsafi kesalahannya, masih ada soal yang penting. Ia tidak boleh Tidak boleh bagaimana? Ditolak untuk bertobat. Karena hukuman sendiri pun pada hakekatnya dimaksudkan rrpayd orang sedikit demi sedikit kapok. Jadi kalau seandainya ia minta ampun, Ia harus dibebaskan Tapi ia sudah mati.



Ahli warisnya berhak menuntut mengapa ia sampai mati. Ia mati karena kesalahannya sendiri! Tapi saya lihat sendiri ia ditembak. Petugas kita menembaknya tadi. Kenapa? Itu bukan pertanyaan, tapi tuntutan. Memang. Saudara tidak bisa menuntut takdir orang! Bisa. Bisa. Lho, bapak memihak saya atau dia? SStt. Saya bertugas untuk memihak semua tuntutan dari saudara-saudara. Dan saya akan membantu saudara menyalurkan tuntutan itu. Ini perbedaan saya dengan bapak hakim. Beliau hanya melihat tuntutantuntutan yang punya dasar hukum. Beliau menegakkan keadilan, saya sendiri ingin menegakkan keinginan saudara-saudara. Kalau karena keinginan saudara-saudara Kenapa dibiarkan mati?



59



anak saya misalnya harus dihukum, hukumlah dia. Bahkan kalau saudara menganggapnya harus dibunuh, bunuhlah dia. Tapi jangan lupa, di balik baju yang saya pakai ini, saya juga sama dengan kamu semua' Saya juga punya keinginan dan berhak menuntut. Tidak hanya berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan kamu yang mustahil. Pertanyaan yang kamu besar-besarkan, karena menganggap nasib saya lebih baik daripada kamu. Kamu



Istri Gubernur datang. Cukup. Jangan bicara terlalu banyak. Istri Gubernur Gubernur Istri Gubernur



Jaksa Pembela



Ini



kesempatan saya. Ya, tapi sudah cukup. (kepada Pembela dan Jaksa) Bapak kurang, sehat. Maaf kata-



katanya tadi. Itu biasa. Tidak apa-apa.



Justru tidak sehat, kata-katanya jadi



lempeng ya? Huss! Jaksa Saudara bilang aPa? Gubernur Kamu harus beristirahat, sayang. (menuntun Istri Gubernur suaminya:lalu menoleh) Sekali lagi minta maaf. Gubernur dituntun Istrinya pergi. Lampu di tempat Ali terang. Gubernur masih menoleh sekali lagi kepada orang-orang itu' Gubernur Istri Gubernur Gubernur



Saya minta maaf. Sudah. Sekali saja cukuP.



Saya ingin dimaafkan, bukan minta maaf saja.



Istri Gubernur Gubernur



Jangan memaksa dong. Saya tidak memaksa, untuk dimaafkan. Saya hanya menyesali bahwa kedudukan



saya dan tingkah laku anak saya sudah



60



Istri Gubernur Gubernur Istri Gubernur Gubernur Istri Gubernur Gubernur Jaksa



Gubernur Pembela



Gubernur Jaksa Gubernur Jaksa



Gubernur Pembela



membuat banyak orang jadi sulit, rikuh dan menghambat pengadilan ini. Apa itu perlu dikatakan? Perlu sekali. Mereka harus tahu! Kalau mereka sudah tahu? Kamu bilang apa? Mereka sudah tahu! Mustahil (kepada Jaksa dan pembela) Betul semua orang sudah tahu? Sebetulnya tahu atau tidak tahu sama saja, yang penting. (kepada pembela) Mereka tahu atau tidak? Hampir semua kita, tidak lagi sebodoh yang kita duga. Setidak-tidaknya kalau mereka bodoh, itu hanya menjaga perasaan saja. Atau takut. Gila! Jadi selama ini mereka baik kepada saya karena takut. Betul. Hanya basa-basi hanya untuk menjaga perasaan saya? Anda sudah diperlakukan sebagai anak kecil. Jadi saya hanya anak kecil. Bapak akan tambah kecil lagi, kalau dengan begini bapak kemudian mundur.



Jaksa



Astagafirullah saya akan mundur. Saya akan mundur sekarang juga! Ali! Bapak jangan terpancing! (memegang



Gubernur



gubernur) Jangan sentuh saya! (alan ke tempat Ali)



Gubernur



Istri Gubernur data ng. Istri Gubernur Papa, kamu jangan edan. Kuasai dirimu sedikit di depan umum! Gubernur



Jangan sentuh saya!



6t



Papa!



Pacar



Gubernur



tz l< t --i wd4



f-l"i



a



It_ a'



t6-' tl.



":s



\:E:." , '"';I c.:f !.., +



i



Istri Gubernur



:



Diam! (sampai ke dekat Ali) Saya tidak mau lagi diganggu. Saya mau mempergunakan mulut dengan otak saya sendiri mulai sekarang. Saya sudah bosan jadi jailangkung. Ali! Kamu anak saya. Saya akan bela kamu mati-matian. (kepada semua) Kamu dengar? Ini anak saya siapa yang berani menyentuhnya akan berhadapan dengan saya. Saya tidak akan mundur. Saya akan tetap di sini sampai titik darah yang penghabisan! Lihat!



Kelompok orang dengan pakhian hitam dan pakaian hitam. kembali muncul. Mereka menuju ke tempat Ali' Tali gantungan Ali perlahan-lahan tertarik. Tubuh Ali tergantung. Tepat di bawahnya ada Pacar. : Astaga apa-apaan ini? Gubernur lstri Gubernur langsung menangis. Salah seorang yang memakai pakaian hitam kemudian menyelimuti Istri Gubernur dengan kain hitam dan memberikan juga payun$ hitam. Sobatpun dibangunkan dan diberikan kain hitam. : Gila! Kamu apakafi anak saya? Gubernur Salah seorang memberikan Gubernur selimut hitam dan payung hitam. Gubernur melemParkannya. Gubernur



:



Mustahill Tidak mungkin. Dia sehat sekali waktu aku tinggalkan. Ia seorang yang kuat, yakin dan tidak mudah menyerah. Ini tidak bisa terjadi! Ya Allah. Masak? Ali! Ali! Masak! Aliiii! Ya Tuhan. Betul! Tidak! Saya tidak percaya! Ini mimpi buruk saja. Ayo bubar semuanya. Saya perintahkan



bubar! di samping Pacar. Hanya Pacar yang berdiri. Semua orang duduk 62



Gubernur



:



Apa sebetulnya yang terjadi? Lampu di tempat Lan Fa terang. Lan Fa



Saya membunuh diri pada saat saya akan dibebaskan karena saya tidak tahan melihat bapak hakim menyesali dirinya. Karena saya yakin dulu ia menjatuhkan hukuman pada saya bukan karena bukti-bukti lengkap, bukan juga karena keyakinan menjalankan hukum,. tetapi karena desakan orang banyak. Ia ingin membenarkan orang banyak.



Gubernur Lan Fa Cubernur Lan Fa Gubernur



Stop! Saya tidak tanya kamu! Siapa yang kamu tanya?



Lan Fa



Pelayan



Hakim! Karena itu dengarkan saya. Kamu hanya ngomong untuk bacotmu sen-



diri. Saya ngomong untuk dia. Ini suara dia, hanya pinjam mulut saja pada saya. Saya mati untuk mengingatkan dia seumur hidupnya bahwa orang banyak juga tidak bisa dipercayai. Mereka tidak benar-benar berjuang untuk kelompok, mereka dikendalikan oleh beberapa orang yang berjuang untuk dirinya sendiri dengan cara mengumpulkan kesalahan orang laiir. Mulut siapa ini?



Lampu menyala di tempat Pelayan. Pelayan



Gubernur Pelayan Lan Fa Pelayan



Gubernur



Mulut siapa? Mulut Lan Fa. Suara siapa? Kamu jangan ikut campur. Dia mengaku suara hakim? Ya. 63



Pelayan



Perempuan!



Lan Fa Pelayan



Tapi bukan Inem.,Nama saYa Lan Fa. Sama saja dengan Inem. Disogok sedikit mulutnya jadi seribu. (kepada Gubernur) Jangan percaya kePada dia'



Gubernur Pelayan



Saya percaya.



Goblok! Orang ini bunuh diri



karena



ketakutan. Kenapa dia takut? Karena kalau saya ke luar dari penjara, kakak saya akan membunuh saya, karena dialah sebetulnya yang membunuh suami-



Gubernur Lan Fa



nya.



Pelayan Lan Fa



:



Maunya sih begitu' Kamu bunuh diri karena kamu malu dibebaskan padahal karena



memang kamu Yang membunuh. Mulut orang yang sudah mati susah dipercaya! Apalagi yang masih hidup. Terang-terangan



,uju, mulut kamu siaPa Yang



Pakai



sekarang?



Bapak hakim! Kenapa dia tidak pakai mulutnya sendiri? Gubernur (maju) Bapak Hakim! Kamu tidak perlu main umpet-umpetan lagi. Bicara sekarang! Bicara! Pakai mulutmu sendiri! Jangan terus pura-pura berpikir' Saya menuntut kamu untuk bertindak! Hee nyalakan lampu. Lampu di tempat hakim menyala. Hakim terlihat di atas meja sedang menumpuk buku-buku sehingga tinggi sekali' Mulutnya



Pelayan



komat-kamit.



Gubernur



: Jangan diapungkan terus' Sekarang



bebaskan anak saya. Mereka sudah lupa apa



yang dilakukannYa. 64



Lan Fa



:



Felayan



:



Gubernur



:



Pembunuhan memang terkutuk. Tapi setiap kali ada pembunuhan berikutnya, untuk melupakan pembunuhan yang sudah terjadi. Orang tak pernah benci pembunuhan, mereka hanya ketakutan kalau mereka jadi orang yang terbunuh. Apalagi yang kita bunuh adalah kecoak yang akhirnya akan mati juga di tangan orang lain! Stop! Jangan bicara untuk saya! Kamu cuma bisa dompleng! Jangan dengarkan mulut mereka! Bapak hakim! Bicara sekarang, jangan terlalu lama diapungkan. Nanti mereka curiga. Mereka bisa marah.. Ayo bicara monyet! Lamban! Perlu digebuk ini! (mengambii payung)



Pelayan dan Lan Fa berlari merentangkan tali antara Gubernur dengan Hakim. Ujung tali itu dititipkan kepada seorang penonton. Kemudian ia mengambil tali yang lain yang sudah dipersiapkan sejak semula di kaki kursi penonton. Gubernur mengambil payung dan berlari hendak menuju ke hakim. Gubernur : Perlu digebrak ini! Aduh! (terjungkal kena tali dan jatuh) Bajingan! Kamu pakai akal



busuk. Oke, kalau kamu tidak mau,



saya



akan bebaskan sendiri. Itu anak saya, kenapa tidak. Aliii! (berlari) Pelayan dan Lan Fa berlari mendahului menyilang membarva tali. Gubernur jatuh. Pelayan dan Lan Fa terus kemudian sibuk merentangkan tali yang silang menyilang sehingga arena penuh dengan tali bersilangan seperti sarang labah-labah. Gubernur jatuh bangun sambil mengumpat-umpat. Akhirnya ia tidak bisa berdiri lagi. Lan Fa segera mendekati dan menyelimutinya dengan kain hitam. Ia ditegakkan, payungnya dikembangkan. Pelayan mendekati hakim. Lampu cahaya fajar. Kokok ayam. Pelayan : Selamat pagi bapak. DOR,5



65



Hakim tertegun. Di tangannya masih tergenggam buku. : Semua orang sudah menunggu keputusan Pelayan bapak. Terdengar suara azan.



Hakim



Setiap pembunuhan, siapa pun melakukan-



nya, apapun alasannya, yang mengakibatkan penderitaan satu atau banyak orang lain adalah kejahatan. Atas nama keadilan, untuk menegakkan hukum dan mendekatkan kita pada kebenaran penjahat tersebut harus dihajar dengan hukuman. Pacar



Pelayan Lan Fa



Tetapi sebelum hukuman dijatuhkan,



pengadilan wajib memeriksa dengan teliti dan jujur apa sebenarnya yang terjadi! Biar bapak bicara dulu! (kepada Pacar) Terus saja jangan peduli!



Kelompok pembawa payung berdiri. Mereka memencar berdiri di antarapenonton. separuhnya lagi pergi ke luar pintu/daerah pertunjukan. Pelayan



Terus!



Pengadilan memutuskan hukuman apa yang pantas untuk seorang Penjahat. Pengadilan tidak bisa asal main pukul saja. Pacar Kalau keadaan tidak memungkinkan dilHakim ambil keputusan secara tepat.Kalau keadaan menghendaki supaya keadilan ditangguhkan, maka hakim terpaksa tidak bisa berbuat lain kecuali menunda perkara dalam waktu yang tak terbatas. Maka akan diputuskan menyimpan perkara sampai ada angin baik menyokongnya. Diapungkan! Terlihat tubuh-tubuh terapung di udara. Lampu menyorot ke atas ke arah langit-langit



Hakim



66



Pacar



Mengapungkan perkara berarti melupakannya perlahan-lahan.



Hakim



Karena



Pacar



Saya bertugas untuk mengadili. Mengobati kejahatannya dengan hukuman. Saya menunggu orang lupa pada kejahatan



itu



harus diambil tindakan



tegas.



Ati! Hakim



Pacar



Hakim



Pacar



Hakim



Pacar



Hakim



Tetapi rupanya keadaan sudah gawat. Banyak hukuman hanya berarti sebagai keputusan, untuk membela martabat pengadilan secara formil, bahwa ia sudah menunaikan tugas. Akhirnya saya tahu Calon mertua saya akan membebaskan Ali pada akhirnya dihukum atau tidak dihukum, sama saja. Saya tetap menunggu dengan -cinta yang ngebet untuk membangun rumah tangga. Saya sudah menyerah dan memujanya. Kalau keputusan hanya formalitas, yang bisa dirubah. Hukuman yang dijatuhkan pengadilan akan sia-sia. Dan penjahat itu harus dihukum. Tidak apa! Toh dia akan bebas juga. Maka tidak ada jalan lain. Kecuali berpikir dua kali. Dengan keyakinan penuh, saya carikan jalan bagaimana caranya agar penjahat itu dihukum. Saya melihar kepada orang banyak. Merekalah algojo-algojo yang lebih baik. Saya jadi sabar dan menunggu dengan tenang. Saya yakin. Atas nama keadilan saya percaya. Mula-mula saya percaya cintanya kepada saya. Akhirnya saya baru tahu bahwa hatinya tetap pada pelacur yang terbunuh itu. .



Pacar



67



Lalu saya jatuhkan putusan. Ali



Hakim



putera



bapak Gubernur dibebaskan dari tuduhan pembunuhan keji! Tanpa persyaratan. Supaya orang banyak tersinggung, marah dan meletup mengganyang Ali dengan hukum yang lebih tepat. Saya meletup seperti gunung meletus. Saya Pacar malu, keki dan merasa terhina. Lalu Lalu apa? Hakim Saya racun dia sampai mati. Pacar lna lillahi wa ina ---- Baiklah, apa boleh Cubernur buat. Ayo! . Lampu perlahan-lahan mati di tempat Pacar. Memusat ke Hakim'



Hakim Gubernur



: :



Tunggu dulu!



Cepat! Waktu sudah banyak terbuang siasia!



Hakim berusaha memegang buku-buku yang ditumpuk itu' Ia turun dari meja. Buku-bukunya berjatuhan. Hati-hati pak. Pelayan Tidak ada rvaktu! Lan Fa Gubernur Hakim



Cepat! Sebelum terjadi bencana! Ayo! Tunggu doirg!



Pelayan membantu mengumpulkan buku-buku meletakkan di tangan Hakim. : Bapak tidak mandi? Pelayan Hakim tidak menjawab siL:uk mengumpulkan buku.



Perava'lr ' 3:fr?lu,,ffi:::rJ,illlo','*ho* lilli" &fl, sudah berangkat. Boleh saya



bantu? Kasihan. Saya ikut cemas kalau-kalau bapak tidak selesai. Ternyata beres juga. Satu pekerjaan lagi selesai" Semua orang hanya tahu beresnya. Nanti bapak sudah bawa lagi tugas baru. Tapi tak apa, kaiau memang



6g



senang'



Pelayan memasang jubah hitam hakim. Memasang juga toganya. Kemudian dia kenakan juga topeng pada muka malikannya itu.



:



Pelayan



Saya hanya bisa berdoa. Saya sering melihat



topeng itu basah sesudah selesai dipakai. Mula-mula saya kira keringat. Kemudian ternyata seperti air mata. Belakangan ini seperti darah. Tetapi saya yakin ketiga_ tiganya?



Hakim mengangguk-angguk. Kemudian ia berjalan menyebrangi tali-tali itu dengan buku-bukunya. Dalam pelaksanaan mungkin ada buku jatuh, mungkin tidak. Tak jadi ioal. Tapi wakru me-



lepaskan pelayan berdoa. Sementara itu, Lan Fa menyiapkan sesuatu untuk Gubernur. Ia memasukkan tangan kanan Gubernur ke saku jasnya.



:



Lan Fa



Jangan ragu-ragu lagi. Semuanya akan rusak kalau ragu-ragu. Laksanakan saja sesuai dengan rencana. Kepada siapa lagi



kita berani kalau bukan kepada sahabat. Ayo. Semangat sedikit. Jangan perdulikan sahabat, ini tugas. Siap ya?



Ia perlahan-lahan meninggalkan Gubernur. Gubernur dengan jubah hitam tetap memegang payung. Hakim datang. Kedua berpandang-pandangan.



Hakim Gubernur Hakim Gubernur Hakim Gubernur



Terlambat ya? Belum. Maaf telat. Makanya buruan. Ini semua (Ia melemparkan buku-buku itu) Teruskan. Hakim mulai menyusun buku-buku itu lagi dalam tumpukan me_ ninggi. Hakim Gubernur



: :



(ketawa sederhana) Berhasii juga kan?! Yang paling bawah apa?



Hakim menunduk. Ia berjongkok melihat yang paling bawah. 69



Hakim



:



(membaca keras-keras) Pengorbanan yang abadi!



IMPROVIGubernur menembak. Hakim tergeletak' Selanjutnya SASI Jakarta, 24 Januari



19'19



Catatan



Dilarang



memPerbanYak



naskah



ini tanpa



ang/Teaier mandiri karena naskah ini baiki. Pementasan Pertama 2l s/d 3l Maret 1979. pengar



70



sePengetahuan



masih akan diper-



4 :,: *J {, "t'*"S.



.fdJl