Drama Sejarah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Drama Sejarah Di zaman kita sekarang, bumi telah berevolusi. Memiliki banyak sumber daya alam dan sumber kekayaan. Dengan kesibukan perkotan dan manusia menjalani beban kehidupannya. Melihat kehidupan masyarakat zaman sekarang memang sangat berbeda dari masyarakat zaman dulu, kehidupan manusia purba. Apakah mereka memenuhi kebutuhan dengan cara berkerja? Apakah kehidupan mereka sama seperti kita sekarang? Mari kita menjelajah masa lalu. Ini adalah kehidupan zaman berburu dan meramu. Masa yang dikenal dengan berburu hewan hewan liar dan berpindah pindah tempat. Manusia Purba 1: “Hari ini kita harus mencari makanan lagi. Lihatlah stock makanan kita menipis,” Manusia Purba 2: “Aduh…aku lelah heh, kita sudah mencari makanan berjam jam kemarin. Masa kita harus mencari lagi hari ini?” Manusia Purba 1:”Iya daripada kelaparan. Sekarang ayo berangkat,” Kedua manusia purba tersebut pun mulai berangkat memburu makanan. Berbeda dengan manusia sekarang untuk mencari makanan, mereka harus terlebih dahulu. Manusia Purba 2:”Sudah bawa alat serpih kan? Itu barang wajib dibawa saat berburu,” Manusia purba 1: “Ya sudah dong. EHh, lihat itu ada kambing ayo kita ngikuti kambing itu,” (Keduanya membuntuti kambing dari belakan) Manusia Purba 2: “Ayo kita lempar alat serpihnya sekarang. Timbang hilang kambingnya,” Manusia Purba 1: “Kita harus menunggu waktu yang tepat kalau asal lempar nanti sasarannya gak pas,” Manusia Purba 2: “Lihat, kambingnya sudah diambil orang itu. Manusia Purba 1: “Iya tah? Waduh….iya nih. Kamu sih kelamaan sambat,” Manusia Purba 2: “Kok aku sih. Kamu kelamaan ceramah,” Manusia Purba 1: “Sudah ayo kita nyamperiin orang itu,” (Berjalan menuju orang yang menangkap kambing tadi) Manusia Purba 1: “Woyy kau mencuri kambing ku. Aku aslinya mau buru kambing itu tapi kambingnya melarikan diri,” Manusia Purba 3: “Iya tah…kasihan deh kamu. Manusia Purba 2: “Loh kamu harusnya sadar diri. Kau mencuri kambing kita,”



Manusia Purba 3: “Maaf siapa cepat dia dapat. Sampai ketemu kalian nanti. Aku doakan kalian cepet dapat buruan lagi. Aku tidak ingin menjadi orang yang bertangung jawab atas kematian kalian gara gara kelaparan,” (Berjalan pergi sambil menggendong hasil buruannya) Manusia Purba 2: “Ayo kita pulang, rupanya kita sia sia berburu hari ini,” Kedua manusia purba tersebut merasa sangat kecewa. Mereka sudah berjalan beribu ribu kilometer untuk mencari makanan dan hanya pulang dengan rasa capek dan kelelahan. Manusia Purba 4: (Melihat manusia purba 1 dan 2 pulang dengan muka kecewa) “ Kalian habis dari mana?” Manusia Purba 1:”Berburu makanan dan kami tidak mendapat apa apa kecuali kondisi perut yang kelaparan,” Manusia Purba 4: “Beruntunglah kalian aku masih punya beberapa daging dari hasil buruanku kemarin. Ini simpan saja,” (Sambil menyerahkan kantong berisi daging) Manusia Purba 1: “Beneran?? Wah makasih banget loh,” (Menerima kantong berisi daging) Manusia Purba 3: “Sama sama namanya juga food gathering. Kita semua ngumpuliin makanan dari hasil buruan kita dan kalau ada yang kekurangan makanan kita bisa saling berbagi,” Manusia Purba 5: “ Permisi maaf harus menganggu keseruan kalian tetapi kalian harus siap siap kita harus mencari tempat baru untuk kita tinggal,” Manusia Purba 3: “ Benerkah? Ayo semua kita harus siap siap,” Setiap orang pasti mempunyai kesulitan di kehidupannya. Ini adalah salah satu kesulitan yang waijb dihadapi manusia purba. Berpindah pindah tempat tinggal karena kendala cuaca. Manusia Purba 5:”Kamu siap jalan lagi nak?” Manusia Purba (anak): “Kenapa bu? Emang kita harus pindah lagi?” Manusia Purba 5: “Rupanya iya nak, karena cuaca sudah tidak memungkinkan lagi. Kita harus mencari tempat yang lebih aman untuk tinggal. Sekarang mana adikmu?” Manusia Purba(anak) :”Aku disini bu. Bu, ada apa ya…kok orang orang pada pergi semua,” Manusia Purba 5: “Kita harus mencari tempat tinggal lagi,” Manusia Purba (adik): “Tapi aku suka disini bu, tempatnya enak, dekat sungai. Aku gak pingin pindah,” Manusia Purba (Anak):”Sama bu, di sungai kita bisa main air sambil lihat ikan,” Manusia Purba 5: “Mau gak mau kita harus pindah. Sekarang ayo ikut rombogan. Kita tidak boleh ketinggalan,”



Manusia Purba (anak dan adiknya): “Tapi bu…” Manusia Purba 5: “Tidak ada tapi tapi..” Sekarang semua manusia purba pada zaman berburu dan meramu, sedang mencari tempat baru untuk tinggal. Dengan dipimpin oleh seorang ketua mereka akhirnya menemukan tempat yang baru untuk ditinggal. Di daerah sekitar lading rumput. Ketua Manusia Purba: “Lihatlah wahai semua, ini adalah tempat baru yang akan kita tinggal selama cuaca masih enak dan tidak ekstrim,” Manusia Purba 3: “Apakah tempat ini strategis untuk berburu makanan?” Ketua manusia purba:” Saya berpendapat bahwa tempat ini lumayan strategis sekarang ayo semua, kita harus mulai kehidupan baru di tempat ini. Bersabarlah semua meskipun tempat ini tidak seenak tempat kita yang dulu. Tapi namanya nomaden kita harus berpindah pindah tempat tinggal”



Itulah tadi kehidupan manusia purba pada zaman meramu dan berburu. Sekarang ini adalah zaman manusia yang lebih maju dari zaman berburu yaitu zaman bercocok tanam. Zaman ini memang lebih berbeda. Manusia Purba 6: “Ini adalah hari yang baru dengan semangat yang baru. Aku harus cepat bangun, hari ini hari yang tepat untukku memanen tumbuhan tumbuhan yang telah kutanam,” (Keluar dari abris sous rouchenya/ gua) Manusia Purba 6: “Halo semua kalian lagi ngapaiin?” Manusia Purba 7: “Biasa memeriksa tumbuhan kami. Rupanya tumbuhanmu sudah banyak yang mulai tumbuh dengan sehat,” Manusia Purba 6: “Aku memang selalu merawat tumbuhanku dengan perawatan terbaik. Aku bersyukur kita sekarang sudah bisa bercocok tanam,” Manusia Purba 7:”Iya aku juga. Aku dengar nenek moyang kita dulu untuk mendapatkan makanan harus berburu terlebih dahulu. Belum kalau tidak dapat hasil buruan pasti harus menahan laper sampe dapat,” Manusia Purba 8 : “Hei semua ayo ke guanya neneku,” Manusia Purba 7: “Kenapa kita harus kesana?” Manusia Purba 8: “Aku dengar dia menemukan kjokkenmondinger,” Manusia Purba 6:”Apa itu?” Manusia Purba 8:”Aku juga gak tahu makanya ayo kesana”



(Ketiga manusia purba tersebut berjalan menuju gua nenek manusia purba 8) Nenek: “Halo semua, aku yakin kalian kesini gara gara cucuku..iya kan?” Manusia Purba 8: “Nenek…jangan gitu dong,”(Malu) Manusia Purba 6: “Permisi nek, aku dengar nenek menemukan kjokkenmondinger. Bolehkah saya tahu apa itu kjokkenmondinger?” Nenek:”Ooh itu, itu adalah sampah dapur. Kjokkenmondinger adalah sampah dapur atau pembuangan sampah,” Manusia Purba 7:”Jadi guanya nenek dipenuhi sampah?” Nenek: “Enggak tapi seberang guaku itu ada tumpukan sampah ayo kita kesana,”



Akhirnya nenek pun menunjukkan kjokkenmondinger atau dapur sampah yang berada di seberang guanya. Kjokkenmondinger ini termasuk salah satu peninggalan manusia zaman bercocok tanam hingga saat ini. Kurang satu zaman yang belum kita menjelajah zaman perundagian. Zaman dimana pembagian kerja dan teknologi sudah lebih maju. Manusia Purba 9: “Waktunya untuk berkerja lagi. Menjadi seorang tukang memang melelahkan tetapi harus aku jalani dengan ikhlas,” (Pergi menuju tempat bekerja sambil menyiapkan alat-alat untuk mengecor) Manusia Purba 9: “Halo semua hari yang indah bukan?” Manusia Purba 10: “Iya memang hari yang indah. Bagaimana sudah berhasil membuat kapak corong?” Manusia Purba 9:”Belum,” Manusia Purba 10: “Gimana sih? Bukannya kita sudah janjian kita berdua masing masing membuat satu kapak corong yang akan kami kasih ke manusia purba 11 yang mau ulang tahun besok,” Manusia Purba 9: “Maaf aku lupa. Aku kemarin habis pergi memancing ikan tetapi bejana perungguku ketinggalan. Ya udah aku balik ke gua mengambil bejanaku dan kembali lagi ke sungai. Aku selesai mincing disaat hari sudah sangat gelap dan akhirnya aku memutuskan untuk tidur dan lupa gak ngerjaiin kapak corongnya,” Manusia Purba 10: “Makan aja pikiranmu itu. Eh itu Manusia purba 11 dia mau kesini,” (Sambil menunjuk manusia purba 11 yang berjalan kesini) Manusia Purba 11: “Hei semua, aku datang kesini untuk meminta kalian untuk membuatku beberapa manik manic,”



Manusia Purba 10: “Manik manik buat apa?” Manusia Purba 11: “ Temenku ada yang meninggal hari ini. Seperti kata ayahku, setiap kali ada orang meninggal kita harus memberinya manik manic sebagai bekal kubur,” Manusia Purba 9:” Kalau begitu kami siap membuatkannya untukmu.” Manusia Purba 11: “Usahakan jadi besok di hari pemakamannya. Makasih banget loh,” Manusia Purba 10: “Rupanya kita harus kerja dua kali lipat,”



Keesokan harinya manusia purba 10 dan 9 berjalan ke gua manusia 11. Mereka tampak kelelahan karena telah membuatkan beberapa manic manic untuk temannya manusia purba 11 yang telah meninggal dan dua kapak corong untuk manusia purba 11 yang sedang ulang tahun. Manusia Purba 9: “Ini manic manicnya oh dan selamat ulang tahun ini kado dari kami untukmu,” Manusia Purba 11: “Wih terimakasih. Hmmm…emang ini apa ya,” Manusia Purba 12:”(Datang menghampiri manusia purba 11, anaknya) Masa kamu gak tahu nak itu kapak corong. Ini adalah alat upacara yang memiiki nilai religious dan kesaktian yang tinggi.” Manusia Purba 11: “Oooh makasih atas informasi ya ayah,” Manusia Pubra 10: “Emang boleh tahu kenapa manic maniknya harus dikasih ke orang yang meninggal kan sudah gak sadar lagi orangnya ngapaiin dikasih?” Manusia Purba 12: “Manik manic mempunyai makna sendiri bagi kami. Manik manic digunakan sebagai bekal kubur kelak di saat kita meninggal. Manusia Purba 11: “Apakah akan selalu begitu? Apakah bejana perunggu yang kita gunakan sekarang akan selalu digunakan sebagai keranjang ikan? Atau apakah nekara yang ada di rumah kita selalu digunakan untuk memanggil roh nenek moyang?” Manusia Purba 12: “Dunia kita selalu berevolusi termasuk gaya hidup kita. Hari ini kita hidup seperti ini, entah berapa tahun kemudian hidup sudah akan sangat berbeda dari hidup yang kita alami sekarang,”



Dan itulah pembagian zaman menurut social ekonomi. Memang sulit untuk dipercaya kehidupan manusia zaman dulu dilukiskan kurang lebih seperti itu. Kita harus bersyukur bisa hidup di zaman kita ini. Karena beberapa tahun ke depan kita tidak akan melihat bumi dengan pandangan yang berbeda dari sekarang.