Dwi Rahayu .S - Kondisioner [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIK BAHAN ALAM “KONDISIONER RAMBUT” Tanggal Praktikum



: 06 Mei 2021



Dosen Pengampu



: 1. Dra. Dwi Indriati, M.Farm., Apt 2. Mindya Fatmi, M.Farm., Apt 3. Asri Wulandari, S.Farm 4. Wilda Nurhikmah, M.Farm., Apt 5. Nina Herlina, M.Farm



Asisten Dosen



: Alya Savira Disusun oleh : Dwi Rahayu Suciati 066118034 A



LABORATORIUM FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2021



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Rambut kepala manusia mempunyai fungsi sebagai pelindung dan kosmetik atau hiasan. Rambut juga dapat melindungi kulit kepala dari sengatan matahari yang terik pada siang hari. Rambut membutuhkan penataan dan perawatan secara teratur supaya rambut tetap sehat, indah, dan berkilau oleh karena itu perawatan rambut tidak hanya dikeramas dengan menggunakan sampo saja yang hanya bersifat sebagai pembersih namun perlu dirawat dan dipelihara sehingga tetap terlihat sehat, indah dan berkilau. Salah satunya dengan menggunakan kondisioner. Sediaan kondisioner merupakan sediaan yang berfungsi untuk melembutkan rambut dan untuk merapikan kutikula pada rambut agar rambut tidak kasar dan kusam. Melakukan perawatan rambut akan membuat rambut tetap besih, sehat, serta kuat. Perawatan rambut adalah tindakan untuk merawat rambut dan kulit kepala yang bertujuan untuk memelihara agar rambut dan kulit kepala senantiasa dalam keadaan bersih dan sehat. Bahan yang dapat digunakan sebagai kondisioner diantaranya yaitu minyak mineral, silikon, humektan, surfaktan kationik atau polimer, minyak hidrokarbon atau lilin, protein dan lemak. Rambut mengandung protein, vitamin A yang dapat memberikan kelembutan dan kesehatan kulit kepala tetap terjaga, vitamin E berperaan dalam kesehatan rambut, vitamin B kompleks penting untuk mempertahankan sirkulasi dan warna rambut, vitamin C berperan dalam kekuatan dan menjaga rambut agar tidak rusak dan bercabang, yodium untuk kelangsungan fungsi kelenjar tiroid yang normal agar sintesis hormon tiroid terjaga dan tidak menurunkan kadar tiroksin bebas di dalam darah yang dapat menyebabkan rambut kusam dan ujung rambut pecah-pecah. Kandungan kimia utama pada rambut adalah protein keratin yang terdiri dari 18 jenis asam amino, sedangkan kandungan sampingnya berupa pigmen melanin, elemen kecil (mangan, besi, magnesium, kalsium, seng, tembaga, silikon dan fosfor), dan lemak (asam lemak bebas, kolesterol, monogliserida, digliserida, trigliserida, ester kolesterol, dan ester



lemak). Jika rambut kekurangan kandungan kimia tersebut maka akan menyebabkan kerontokan.



1.2 Tujuan 1. Mengetahui formula sediaan kondisioner 2. Mengetahui cara pembuatan sediaan kondisioner



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Conditioner Conditioner adalah produk perawatan rambut, berupa cream yang biasa digunakan sesudah menggunakan shampo. Manfaat conditioner adalah untuk melembabkan dan mencegah rambut menjadi kusut. Selain itu conditioner juga dapat membuat rambut menjadi bercahaya, halus dan mengkilap. Conditioner merupakan pelengkap sampo yang mengandung pelembab.



2.2 Definisi Rambut Rambut adalah organ yang menyerupai benang yang muncul dari dalam lapisan dermis dan tumbuh melalui saluran folikel rambut dan keluar dari kulit. Rambut tidak memiliki saraf perasa, hal ini yang menyebabkan tidak sakit bila rambut dipotong. Pada manusia, rambut tumbuh diseluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak kaki, telapak tangan, dan bibir. Rambut memiliki komponen yang terdiri dari 70%-80% keratin, 3-6% senyawa minyak, 1% zat warna melanin dan pheomelanin (pigmen warna lebih muda), 15% kelembaban air dan sisanya merupakan karbohidrat dan unsur-unsur mineral. Komposisi kimiawi batang rambut terdiri dari 44,5% karbon, 30% oksigen, 14% oksigen, 6,5% hidrogen, dan 5% belerang. Rambut dapat tumbuh lurus, bergelombang, atau ikal tergantung pada bentuk folikel rambut. Rambut ikal tumbuh dari folikel oval, rambut bergelombang tumbuh dari folikel yang datar dan, rambut lurus tumbuh dari folikel bulat. Pada kepala manusia terdapat sekitar 100.000 folikel rambut.



2.3 Struktur Rambut 1. Akar dan Batang Rambut Akar rambut terletak di dalam dermis bagian tengah, batang rambut ada di atasnya. Batang rambut terdiri atas tiga lapisan yaitu : a. Selaput Rambut (kutikula) Lapisan paling luar batang rambut ini terdiri dari



susunan sekitar 7- 10 sel-sel tanduk pipih, keras, dan transparan atau tembus oleh cahaya yang berfungsi untuk memancarkan warna rambut. 2. Kulit rambut (korteks) Korteks terdiri dari sel-sel tanduk yang berbentuk kumparan panjang, dan sejajar dengan batang rambut. 3. Sumsum rambut (medulla) Medulla adalah inti dari rambut yang terdapat di bagian terdalam batang rambut yang tebal. 4. Kelenjar Minyak Kelenjar minyak adalah suatu saluran yang berguna untuk memberikan kelembutan rambut. 5. Folikel Folikel rambut merupakan kantong yang mengelilingi akar rambut. Dari folikel ini akan tumbuh rambut yang berwarna hitam. Warna hitam pada rambut disebabkan oleh adanya melanin. 6. Papilla Papila rambut adalah bagian yang berada di folikel paling bawah dan bertugas menerima nutrisi dari folikel. Disinilah tempat rambut sesungguhnya bertumbuh. Ketika sel-sel bertambah dan memproduksi keratin untuk mengeraskan strukturnya, selsel itu didorong ke luar folikel dan kemudian muncul di permukaan kulit sebagai batang rambut. 7. Pembuluh Darah Pembuluh darah adalah saluran yang untuk merembeskan cairan yang berisi zat makanan untuk keperluan sel-sel lapisan epidermis.



2.4 Masalah-masalah Pada Rambut 1. Ketombe Ketombe disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme di kulit kepala.



Mikroorganisme tersebut muncul karena zat-zat kimia seperti shampoo dan minyak rambut yang tertinggal di kepala. Dalam keadaan berminyak mikroorganisme akan tumbuh semakin banyak. Selain karena mikroorganisme, ketombe juga disebabkan oleh jamur, penyakit psoriasis, yaitu penyakit radang kulit yang menyebabkan pergantian kulit kepala lebih cepat dari biasanya,dan penyakit dermatitis seboroik, yaitu peradangan kulit yang mengakibatkan munculnya sisik pada kulit kepala. 2. Rambut Rontok Kerontokan rambut merupakan hal yang normal terjadi jika rambut yang rontok kurang dari 100 helai per hari. Kerontokan rambut yang berlebihan dapat menyebabkan kebotakan. Penyebab rambut menjadi rontok adalah ketombe, hormon, demam tinggi, kurang gizi, atau alopesia, yaitu gangguan sistem kekebalan tubuh. 3. Uban Salah satu faktor penyebab munculnya uban pada rambut adalah stress. Gaya hidup di perkotaan dengan segala kesibukan masyarakatnya dapat memicu kenaikan tingkat stress. Selain itu, penyebab lainnya adalah genetic atau factor keturunan, kelainan imunitas tubuh, kelainan metabolisme, atau akibat penggunaan zat kimia yang terdapat pada cat rambut dan sampo bersulfur. 4. Rambut Mudah Patah Kurangnya mengonsumsi protein menjadi salah satu penyebab rambut mudah patah. Protein banyak terkandung dalam kacangkacangan, telur, dam susu. Penyebab lainnya adalah kesalahan pada saat menyisir dan menata rambut. 5. Rambut Kering Rambut kering merupakan ciri-ciri rambut yang kurang ternutrisi dan kurang kelembapan. Seringnya terkena sinar matahari, polusi udara dan pengeringan rambut yang berlebihan merupakan beberapa penyebab rambut dapat menjadi kering. 6. Rambut Bercabang Rambut bercabang atau dalam istilah medis disebut trichoptilosi adalah ujung rambut yang rapuh, kering, dan tampak bercabang. Faktor penyebabnya adalah bahan kimia, alat-alat styling.



7. Rambut Lepek Rambut lepek diakibatkan oleh produksi minyak berlebih pada rambut yang tipis sehingga terlihat lemas dan lepek. Penyebabnya adalah factor genetis, stress dan rasa cemas berlebihan, diet yang tidak seimbang, atau salah pemakaian produk rambut yang mengandung banyak minyak



2.5 Deskripsi Buah Kiwi







Kingdom (Kerajaan) : Plantae







Division (Divisi) : Magnoliophyta







Class (Kelas) : Magnoliopsida







Ordo : Ericales







Famili : Actinidiaceae







Genus : Actinidia







Spesies : Actinidia Deliciosa (A. Chev)



2.6 Data Preformulasi 1.



2.



Air suling (Kibbe,2009) Nama Resmi



: Aquadest



RM



: H₂O



Pemerian



: Cairan jernih, tidak berwarna



Kegunaan



: Sebagai pelarut dan fase air



Butil hidroksianisol (BHA) (Kibbe,2009) Nama Resmi



: Butil Hidroksi Anisol



Rumus Molekul



: C11H16O2



Titik Lebur



: 48ºC



Titik Didih



: 264ºC



Konsentrasi



: 0,005-0,2%



Pemerian



:Serbuk putih hampir putih, serbuk Kristal atau kekuningan,



berbau aromatik. Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol 50%,



propilenglikol, kloroform, eter dan heksan. Stabilitas



: Paparan dari cahaya menyebabkan perubahan warna dan



kehilangan aktivitas. Kegunaan 3.



: Antioksidan



Butil hidroksitoluen (BHT) (Kibbe,2009) Nama Resmi



: Butil Hidroksi Toluene



Rumus Molekul



: C15H24O



Titik Lebur



: 26,5ºC



Titik Didih



: 70ºC



Konsentrasi



: 0,0075-0,1%



Pemerian



: Kristal putih pucat atau kekuningan dengan bau khas fenolik



yang samar. Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan



alkali hiroksida, dan larutan asam mineral encer. Mudah larut dalam aseton, benzene, etanol (95%), eter, methanol, toluene, minyak dan minyak mineral. Lebih mudah larut dalam butylated hydroxyanisole dalam minyak dan lemak. Kegunaan 4.



: Antioksidan



Gliserin (Farmakope Indonesia III : 271) Nama Resmi



: Glycerin



Titik Lebur



: 17,8ºC



Rentang



: Humektan ≤ 30



Rumus Molekul



: C3H8O3



Pemerian



: Cairan jernih, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau,



sedikit rasa tajam mirip propilenglikol. Kelarutan



: Bercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%), air;



larut dalam 1 dalam 6 bagian eter; tidak bercampur dengan minyak mineral ringan atau minyak-minyak lemak, tetapi akan melarutkan beberapa minyak essensial. Kegunaan 5.



: Sebagai humektan



Natrium metabisulfit (FI IV, hal. 596; Martindale 2005 hal.1193; Excipient hal. 451) Pemerian



: Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang



dioksida Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam etanol Kegunaan : Antioksidan pH



: 3,5 – 5



Stabilitas



: Stabil pada suhu dibawah 40C



Sterilisasi : Filtrasi 6.



Setil alkohol (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 155) Pemerian



: Putih, granul, bau yang khas.



Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutanya meningkat dengan peningkatan temperatur, serta tidak larut dalam air.



Titik Lebur : 45C sampai 52C



7.



RM/BM



: C16H34O / 242,44



Fungsi



: Emulgator, Pengental



Stearil alkohol / Setostearil alkohol (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 151) Pemerian



: Putih atau hampir putih atau granul,



Kelarutan



: Larut dalam etanol 95% eter dan minyak. Praktis tidak larut



dalam air Stabilitas



: Stabil dibawah kondisi penyimpanan normal, harus



disimpan dalam wadah tertutup baik dalam keadaan sejuk dan kering. Titik Lebur



: 57C– 60C



Kegunaan



: Emolient dan emulsifying agent



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik dalam keadaan sejuk dan kering



BAB III METODE KERJA



3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Neraca listrik 2. Lumpang dan stamper 3. Gelas ukur 4. Batang pengaduk 5. Ayakan 6. Beaker glass 3.1.2 Bahan 1. Ekstrak kiwi 2. Setil alcohol 3. Stearil alcohol 4. Setostearil alcohol 5. Behenil



tirrer



3.2 Cara kerja 1. Dilarutkan Natrium metabisulfit dalam ekstrak buah kiwi. Polietilenglikol-20 setil/ stearil eter, lemak



tirrer (setil, stearil, setostearil dan behenil) dan campuran



dikaprilil eter dan lauril alcohol 2. Dilebur dalam cawan uap di atas penangas air hingga suhu 70-80Oc 3. Dihomogenkan dengan



tirrer, dan tambahkan



tirr hidroksianisol serta



tirr



hidroksitoluen diaduk sampai larut (fase 1). 4. Dipanaskan Gliserin, setrimonium klorida, dan air dalam beaker 0- 0 , lalu dihomogenkan dengan



a



a u u



tirrer (fase 2).



5. Fase 1 ditambahkan ke dalam fase 2, kemudian dihomogenkan dengan 6. Ditambahkan Emulsi ekstrak buah k



n



ada aat u u emu



tirrer.



40C) lalu



dihomogenkan dengan



tirrer.



7. Ditambahkan emulsi 5-bromo-5-nitro1,3-dioksan (pada saat suhu emulsi mendekati suhu kamar), lalu dihomogenkan dengan



tirrer dengan kecepatan dan waktu



pengadukan yang diperoleh dari hasil optimasi.



BAB IV



4.1 Data Pengamatan Evaluasi



Formula



Organoleptik



Putih, bau lemon



Homogenitas



Homogeny



Tipe emulsi



M/A



Viskositas



12800



Sifat alir



Tiksotropik



Sentrifugasi



Stabil



Ukuran partikel rata-rata (µm)



16,77



pH



4,28



4.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan conditioner dan mengunakan ekstrak buah kiwi. Buah kiwi memiliki fungsi sebagai antioksidan yang melindungi rambut dan memberikan asupan gizi bagi rambut yang berwarna. Buah kiwi mengandung vitamin C dan vitamin E yang membantu merangsang pertumbuhan rambut, menjaga kesehatan kulit kepala dan juga akan melancarkan peredaran darah ke rambut Penggunaan natrium metabisulfit sebagai antioksidan yang ditambahkan pada ekstrak buah kiwi serta antioksidan butil hidroksianisol dan butil hidroksitoluen yang ditambahkan ke dalam formula berfungsi untuk mencegah oksidasi dalam formula. Polietilen-20 setil/stearil eter digunakan sebagai bahan pengemulsi dan sebagai bahan pengental digunakan lemak alkohol. Bahan pengemulsi yang digunakan dari jenis surfaktan nonionik memiliki sifat yang netral. Penambahan pengental digunakan untuk meningkatkan kestabilan emulsi. Setelah sediaan dibuat dilakukan evaluasi. Evaluasi yang digunakan meliputi uji organoleptik, homogenitas, penentuan tipe emulsi, viskositas, sifat alir, sentrifugasi, ukuran partikel.



Pada pengujian organoleptik diperoleh pada masing-masing formula berwarna putih dengan bau khas lemon. Pada pengujian homogenitas didapatkan semua formula emulsi memperlihatkan hasil yang homogen. Hal ini disebabkan karena sebelum formulasi terlebih dahulu telah dilakukan optimasi kecepatan dan waktu pengadukan. Penentuan tipe emulsi digunakan metode zat warna dengan cara mencampur emulsi dengan beberapa tetes larutan metilen biru diatas kaca objek, kemudian diamati dengan mikroskop. Didapatkan fase luar berwarna biru dan fase dalam berupa tetesan cair tidak berwarna maka emulsi yang terbentuk adalah tipe emulsi minyak dalam air. Diperoleh tipe emulsi minyak dalam air karena sesuai dengan tipe emulsi yang diinginkan berdasarkan perbandingan komponen formula yaitu fase air lebih banyak (> 90%) dari pada fase minyak. Penambahan ekstrak buah kiwi dan variasi jenis lemak alkohol tidak mempengaruhi tipe emulsi. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield tipe RV dengan mengamati angka pada skala viskometer dengan kecepatan tertentu. Hair conditioner dimasukkan kedalam wadah berupa silinder kaca dan spindel 5 dimasukkan sampai batas yang ditentukan lalu diputar dengan kecepatan rpm 10 sampai jarum viskometer menunjuk pada suatu skala konstan. Penentuan sifat alir dilakukan dengan mengubah (menaikkan dan menurunkan) rpm sehingga didapat viskositas pada berbagai rpm. Sifat alir dapat diketahui dengan cara membuat kurva antara kecepatan geser (rpm) dengan gaya (dyne/cm2) sesuai dengan data yang diperoleh kemudian diplotkan pada kertas grafik antara gaya (x) dan kecepatan geser (y) kemudian ditentukan sifat alirnya Evaluasi sifat alir emulsi didapatkan aliran tiksotropi untuk semua formula, dimana viskositasnya dapat berkurang dengan meningkatnya kecepatan geser. Pengujian sentrifugasi dilakukan dengan cara emulsi kondisioner rambut dimasukkan kedalam tabung sentrifugasi hingga tinggi tiga per empat tabung, kemudian tabung dimasukkan kedalam alat sentrifuge. Putar selama 15 menit pada 2500 rpm kemudian, diamati tinggi bagian yang memisah dengan tinggi emulsi kondisioner rambut. Hasil pengujian pada semua formula memperlihatkan kestabilan pada uji sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit.



Pengamatan ukuran partikel dilakukan dengan cara emulsi hair conditioner yang akan diperiksa dihomogenkan terlebih dahulu, kemudian diambil sebagian, diletakkan pada gelas objek tipis, dan diamati dengan mikroskop yang dilengkapi lensa okuler mikrometer. Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop okuler pada perbesaran 10 kali, tiap sampel diukur sebanyak 300-500 buah partikel. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan larutan pH 7 (dapar fosfat ekimolal) dan pH 4 (dapar kalium biftalat). pH yang diperbolehkan menurut literatur yaitu 3-5 (Depkes RI,1993). Variasi jenis lemak alkohol tidak mempengaruhi nilai pH dari emulsi karena lemak alkohol merupakan golongan surfaktan nonionik yang tidak mempengaruhi perubahan pH.



BAB V KESIMPULAN Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Semakin panjang rantai karbon dari lemak alkohol maka viskositas semakin meningkat dan ukuran partikel semakin kecil 2. Ekstrak kiwi digunakan sebagai antioksidan 3. Variasi jenis lemak alcohol tidak mempengaruhinilai pH tetapi mempengaruhi sifat emulsi pada pengujian viskositas dan ukuran partikel



DAFTAR PUSTAKA



Adijaya, Nidi. 2014. Rahasia Cantik. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Brewer, Sarah. 1997. Body Fact. London: Dorling Kinders ey Pera atan a am. 2013. “ ara Men ata



Rambut Ker n



dan Bercaban ” da am www.perawatanalam.com



(diakses pada 06 Mei 2021) F, Meidiana dan E. Kristin N. 2013. Rahasia Tampil Cantik. Jakarta: Laskar Aksara James B.M, R. et. al. (2016). Surfactants and Skin. Inform, 27 (1), 694–699. Review, C.



(n.d.). The chemistry of shampoo and conditioner.



Rhein, L. (2007). Handbook for



Cleaning/Decontamination of Surfaces. Handbook for



Cleaning/Decontamination of Surfaces, 305–V. https://doi.org/10.1016/B978 044451664- 0/50009-7 Walters, R. M., Mao, G., Gunn, E. T., & Hornby, S. (2012). Cleansing formulations that respect skin barrier integrity. Dermatology Research and Practice, 2012. https://doi.org/10.1155/2012/495917