EBP Asma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVIDENCE BASED PRACTICE EFEKTIFITAS SENAM ASMA PADA PENDERITA ASMA STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT



DISUSUN OLEH : NAMA



: HANNA PRAMESTI



NIM



: G1B220029



PEMBIMBING AKADEMIK : Ns. YOSI OKTARINA, S.KEP., M.KEP



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2021



BAB I PENDAHULUAN 3.1



Latar Belakang Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju



maupun di negara berkembang. Penyakit asma merupakan penyakit lima besar penyebab kematian di dunia. Menurut data dari laporan Global Initiatif for Asthma (GINA) tahun 2017 dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari berbagai negara adalah 1-18% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma. Prevalensi asma menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat ini menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian lebih dari 80% di negara berkembang. Di Amerika Serikat menurut National Center Health Statistic (NCHS) tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan umur, jenis kelamin, dan ras berturut-turut adalah 7,4% pada dewasa, 8,6% pada anak-anak, 6,3% laki-laki, 9,0% perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan 9,9% ras kulit hitam. Asma adalah suatu gangguan pernafasan dimana terjadinya penyempitan pada jalan nafas karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu sehingga terjadinya peradangan pada saluran pernafasan. Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan merupakan penyebab utama penyakit asma. Polusi udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam peningkatan serangan asma. Serangan asma umumnya timbul karena adanya paparan terhadap faktor pencetus (debu rumah, serbuk sari bunga, bulu hewan, asap rokok, udara dingin, dan asap sisa pembakaran bahan kimia), gagalnya upaya pencegahan, atau gagalnya tatalaksana asma jangka panjang. Asma merupakan penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam waktu yang pendek terhambatnya aliran udara dalam saluran nafas paru yang ditandai dengan wheezing episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Ciri-ciri klinis yang dominan



adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah wheezing. Ciri-ciri utama fisiologis adalah episode obstruksi saluran napas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara pada 2 ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri patologis yang dominan adalah inflamasi saluran napas yang kadang disertai dengan perubahan struktur saluran napas. Selama ini penderita asma tidak mengetahui upaya pencegahan kekambuhan, hal ini tampak asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup pada dewasa dan anak-anak, sehingga kurangnya pengetahuan pada penderita asma terhadap kontrol yang dapat memicu kekambuhan. Selain dari pada terapi obat, dibutuhkan juga terapi komplementer untuk mengurangi penyakit asma. Salah satu terapi asuhan keperawatan yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan senam asma. Senam asma adalah senam yang diciptakan khusus untuk penderita asma yang gerakan-gerakannya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan penderita berdasarkan berat atau ringannya penyakit asma. Senam asma dimulai sejak tahun 1980an. Salah satu juan dilakukannya senam asma adalah untuk meningkatkan kemampuan otot pernafasan dalam mekanisme pernafasan. 3.2



Tujuan Penulisan Penulisan Evidence Based Practice (EBP) bertujuan agar pembaca dapat



memahami dan mengerti tentang efektifitas senam asma pada penderita asma. 3.3



Manfaat Penulisan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan gawat darurat



tentang “Evidence-Based Practice”. Selain itu diharapkan semoga makalah ini dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menambahkan pengetahuan terkait efektifitas senam asma pada penderita asma.



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1



Definisi Asma Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri



brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologis.12 Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara menuju paru-paru mengalami peradangan sehingga lebih sensitif terhadap faktor pemicu yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan menimbulkan kesulitan dalam bernafas sehingga bunyi nafas terdengar seperti mengi. Inflamasi ini akan berkembang menjadi episode gejala asma yang berulang seperti batuk, sesak nafas, mengi, dan rasa sesak didada yang sering memburuk pada saat malam atau pagi hari. Gejala-gejala ini biasanya berhubungan dengan adanya obstruksi saluran nafas dalam paru-paru yang luas dan dapat membaik secara spontan maupun dengan pengobatan.13, 14 Asma dapat didefinisikan sebagai peningkatan responsitivitas bronkus terhadap berbagai stimulus yang menandakan adanya penyempitan jalan nafas yang meluas dengan tingkat keparahannya yang berubah secara spontan. Ciri khas utama asma adalah sebagai berikut15 : 1. Penyempitan jalan nafas dan aliran udara yang terganggu, umumnya reversibel secara spontan atau setelah pengobatan. 2. Peningkatan



sensitivitas



terhadap



stimulus



yang



menyebabkan



bronkokonstriksi (hiper-responsivitas). 3. Peningkatan jumlah sel inflamasi (eosinofil, sel mast, neutrofil, limfosit T) dalam bronkus. 2.2 Etiologi Gastroenteritis Akut Sampai saat ini penyebab timbulnya asma masih belum diketahui secara pasti. Secara umum faktor resiko asma dapat di bagi menjadi 2, yaitu faktor pejamu dan lingkungan. Faktor pejamu meliputi riwayat keluarga, riwayat



penyakit atopi pada ibu, hiperaktivitas bronkus, jenis kelamin, ras/ etnik. Dan untuk faktor lingkungan meliputi Alergen, perubahan cuaca dan polusi, infeksi saluran pernafasan, psikis, dan aktivitas fisik (olahraga). Alergen adalah substansi yang dapat menyebabkan terjadinya hiperaktivitas pada saluran nafas. Faktor ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kekambuhan asma pada anak. Terpapar alergen dalam waktu lama dapat menimbulkan gejala yang menetap. Alergen dapat masuk melalui saluran pernafasan langsung (inhale) contohnya : debu rumah, bulu binatang, spora jamur, serbuk sari. Dan alergen yang masuk melalui mulut (ingestan) contohnya makanan dan obat-obatan. Perubahan cuaca yang mendadak dingin merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya asma.21,18 Penderita asma sangat rentan terkena udara yang berdebu, asap rokok, asap pabrik, dan asap pembakaran. Infeksi virus merupakan salah satu faktor pemicu asma pada semua umur. Salah satu virus yang paling sering menyebabkan asma adalah Virus influenza. Faktor Psikis seperti kegembiraan, kesedihan, dan stress dapat memicu serangan asma. Faktor psikis hanya menjadi faktor pemicu terjadinya kekambuhan asma bukan faktor penyebab asma. Aktivitas fisik (Olahraga) merupakan pemicu yang paling sering terjadi pada anak-anak. Lari cepat dan bersepeda adalah olahraga yang paling mudah menimbulkan terjadinya serangan asma yang akan terjadi setelah aktivitas.21 2.3 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala asma sulit untuk di identifikasikan karena tanda dan gejala asma bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya. Sebagian besar anak yang menderita asma akan menunjukkan gejala yang khas berupa wheezing, namun banyak juga anak yang tidak menujukkan gejala tersebut. Batuk persisten merupakan gejala asma yang banyak dijumpai namun sering diabaikan. Batuk rekuren pada malam hari juga merupakan tanda yang sering dijumpai pada anak yang menderita asma. Seorang anak dapat mengeluhkan bahwa dadanya terasa tidak enak atau nyeri ketika mereka bermain.16 Pada beberapa anak terus menunjukkan gejala asma sepanjang hidupnya, dan pada beberapa yang lainnya mengalami perbaikan gejala saat remaja dan



dewasa muda serta tidak menunjukkan gejala saat usia dewasa muda atau lebih tua meskipun pernah mengalami perbaikan saat remaja. Umumnya gejala klinis ditandai dengan adanya sesak nafas dan bunyi nafas yang berubah seperti suara peluit yang ditiup (nafas berbunyi “ngik-ngik”). Anak yang dicurigai menderita asma menunjukkan gejala batuk atau mengi yang timbul secara episodik terutama pada malam hari atau dini hari, setelah aktivitas serta adanya riwayat asma pada keluarga.17 2.4 Patofisiologi Asma Asma merupakan inflamasi kronik yang terjadi pada saluran pernafasan. Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh beberapa faktor pemicu antara lain zat alergen, virus, dan zat iritan yang dapat menyebabkan terjadinya respon inflamasi akut yang terdiri dari reaksi asma cepat dan reaksi asma lambat. Setelah reaksi asma cepat dan reaksi asma lambat, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya berupa infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinofil dan monosit dalam jumlah besar ke dinding bronkus.22, 19 Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma merupakan suatu hal yang kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan dibawah membran basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sel mast. Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan asma melalui sel efektor sekunder seperti eosinofil, netrofil, platelet dan limfosit. Selsel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti, tromboksan, PAF dan protein yang memperkuat reaksi asma keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hiperaktivitas bronkus.22  2.4



Komplikasi Asma Asma jika tidak di atasi dengan baik akan menyebabkan terjadinya



komplikasi seperti asmatikus (serangan asma berat yang tidak berespon pada pengobatan), pneumonia, infeksi akut saluran pernafasan bawah, bronkitis kroni, emfisema paru, atelektasis, serta dapat mengganggu pertumbuhan fisik pada anak



akibat sesak yang terus menerus dan dapat menyebabkan kegagalan pernafasan yang berujung pada kematian.20 2.6



Pencegahan Asma Berdasarkan buku pedoman pengendalian asma pencegahan dapat di



kelompokkan menjadi 3, yaitu21: 1. Pencegahan Primer : untuk mencegah sensitisasi pada bayi yang memiliki resiko asma (riwayat keluarga asma) dengan cara menghindari asap rokok dan polusi udara lainnya saat masa kehamilan, pemberian asi eksklusif sampai usia 6 bulan, dan menghindari makanan yang dapat menyebabkan alergi saat hamil (dengan syarat tidak mengganggu asupan janin) dan saat menyusui. 2. Pencegahan sekunder : untuk mencegah terjadinya inflamasi pada anak yang telah tersensitisasi agar tidak berkembang menjadi asma dengan cara menghindari alergen sedini mungkin. 3. Pencegahan Tersier : untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada anak yang telah terdiagnosa asma dengan cara mengindari faktor-faktor pemicu yang dapat menimbulkan asma, seperti debu rumah, polusi udara, alergen, serta menggunakan obat-obatan untung mengurangi serangan asma.



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1



Topik Topik yang diambil pada penyusunan evidence base practice ini adalah



“efektifitas senam asma bagi penderita asma” 3.2



Metode Penulisan a. Pencarian Jurnal Dalam penulisan EBP ini, penulis menggunakan media elektronik dan studi pustaka untuk memperoleh informasi dan analisis mengenai tentang pengaruh pemberian madu terhadap kejadian diare pada anak. Artikel yang berkaitan dengan “efektifitas senam asma bagi penderita asma”. Didapatkan melalui cara elektronik dengan data based: google, dan google scholar. Penyusunan Evidence Based Practice (EBP) ini menggunakan kata kunci “Asma, senam asma, control asma” diperoleh 45 jurnal dari tahun 2011-2020. Kriteria inklusi pemilihan jurnal : 1. Jurnal dari tahun 2011-2020 2. Jurnal membahas topik EBP terkait pengarus efektifitas senam asma bagi penderita asma Berdasarkan kriteria inklusi jurnal yang akan dibahas berjumlah 4 jurnal. b. Alasan Penulisan Jurnal Alasan pembuatan EBP ini bertujuan untuk mengetahui apakah senam asma efektifi bagi penderita asma



3.3



Hasil Review Jurnal a. Jurnal 1 1) Judul “Hubungan antara lama mengikuti program senam asma dengan tingkat control asma pada penderita asma” 2) Penulis



Millatina My 3) Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama mengikuti program senam asma dengan tingkat control asma pada penderita asma. 4) Isi Jurnal Penelitian merupakan penelitian survey engan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu, dengan total sampel 51 responden. Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan uji korelasi person product moment test. Penelitian ini dilakukan di bulan februari 2018 pada klub senam asma di BKKPM Surakarta dan peserta senam asma di Gedung induk Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama 3 hari. Pada penelitian ini didapat hasil bahwa peserta senam asma lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki dengan persentasi perempuan 84,3% dan laki-laki 15,7% yang berarti penderita asma lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa yang mengikuti program senam asma lebih dari 2 tahun memiliki skor ACT (Ashtma Control Test) yang lebih tinggi disbanding dengan peserta senam asma dibawah 2 tahun dengan hasil asma tidak terkontrol : 4, asma terkontrol Sebagian 14, dan asma terkontrol 1. Yang berarti semakin lama mengikuti program senam asma, maka tingkat control asma akan membaik. b. Jurnal 2 1) Judul “Pengaruh



senam asma



terstruktur



terhadap



jarak



relapse



(kekambuhan) pasien asma” 2) Penulis Budi Antoro, Yuli Lestari 3) Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam asma terstruktur terhadap jarak kekambuhan pada pasien asma di perkumpulan senam asma RSUD Hi, Dr. Abdul Moeloek. 4) Isi Jurnal



Penelitian ini merupakan pendekatan quasi experiment dengan bentuk pre test and post test with control group design. Populasi penelitian ini adalah semua pasien asma yang mengikuti senam asma di rumah sakit umum Abdul Moloek berjumpal 42 orang. Jumlah subyek yang diambil adalah total sample yang terpilih berdasarkan kriteria inklusi, dengan mengambil jumlah minimal sampel yang dianggap memenuhi syarat untuk penelitian eksperimen, perhitungan proporsi sampel berdasarkan hasil perhitungan menurut menggunakan rumus slovin yaitu menjadi 34 pasien. Alat pengumpul data menggunakan lemabar observasi. Analisa data menggunakan uji t-dependent untuk menguji data numerik tidak berpasangan. Berdasarkan hasil distribusi responden menurut jenis kelamin, persentase terbesar dengan jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 23 orang (67,6%). Sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang (32,4%). Rerata jarak ekambuhan pada kelompok intervensi pada pengukuran sebelum senam asma 2.24 kali/6 minggu dengan standar deviasi 2.251, sesudah senam asma 1.693 kali/ 6 minggu dengan standar deviasi 1.693. terlihat nilai mean perbedaan antara sebelum dan sesudah 0.59 kali. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara jarak kekambuhan sebelum dan sesudah melakukan senam asma. Sedangkan hasil analisis pada kelompok control didapat rerata jarak kekamnuhan didapat pengukuran sebelum senam asma 1.47 kali/6 minggu dengan standar deviasi 1.586, sesudah senam asma 1.12 kali/6 minggu dengan standar deviasi 1.317. terlihat selisih nilai berbedaan antara pengukuran sebelum dan sesuadah senam adalah 0.35, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jarak kekambuhan sebelum dan susadah melakukan senam asma.



Sosialisasi serta aplikasi senam asma terstruktur dapat menjadi salah satu terapi dalam asuhan keperawatan asma.



c. Jurnal 3 1) Judul “peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru melalui senam asma pada pasien asma” 2) Penulis Camalia S Sahat, Dewi Irawaty, Susanto Priyo Hastono 3) Tujuan Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh senam asma terhdap peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru. 4) Isi Jurnal Metode Penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan desain control group pretest-posttest. Kelompok intervensi merupakan pasien asma yang melakukan senam 3x seminggu, yaitu hari rabu, jumat, dan minggu selama 8 minggu. Sedangkan kelompok control merupakan pasien asma yang tidak melakukan senam asma. Pengambilan sampel digunakan total sampel dengan purposive sampling. Sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok control. Penelitian dilakukan di klub asma rumah sakit sakit. Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap pertama



dilakukan



sebelum



senam



asma, yaitu



mengkaji



karakteristik responden, melalui kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru, lalu mencatat data. Tahap kedua pengumpulan data setelah 8 minggu senam asma dengan menilai kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru. Distribusi responden menurut jeis kelamin pada kelompok intervensi dan control yaitu Sebagian besar jenis kelaminnya



perempuan yaitu 30 orang (60%) dari 50 responden dan laki-laki berjumlah 20 orang (40%). Rata-rata nilai kekuatan otot pernapasan setelah senam asma pada kelompok intervensi adalah sebesar 956ml(SD:223,76) dan kelompok control sebesar 648 (SD:104,56).hasil uji statistic menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kekuatan otot pernapasan setelah senam asma antara kelopok intervensi dengan kelompok control. Rata-rata nilai fungsi paru setelah senam asma pada kelompok intervensi adalah sebesar 80,22% dan kelompok control sebesar 68,84%. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata fungsi paru setelah senam asma antara kelompok intervensi dengan kelompok control. d. Jurnal 4 1) Judul “Korelasi lama senam asma dengan faal paru pada pasien asma yang mengikuti senam asma” 2) Penulis Eka Bebasari, Miftah Azrin 3) Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk



melihat korelasi antara lama



mengikuti senam asma dengan nilai faal paru pasien asma 4) Isi Jurnal Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien asma yang mengikuti senam asma di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Riau dan Puskesmas Rumbai. Sampel penelitian adalah seluruh pasien asma yang mengikuti senam asma di rumah sakit Pendidikan Universitas Riau dan Puskesmas Rumbai yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara totral sampling. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah



spirometer



bermerk



schiller



spirovit



sp-1



buatan



Switzerland serta kuisioner berupa daftar pertanyaan yang diisi peneliti melalui wawancara dengan responden. Pada penelitian ini didapatkan 31 orang pasien asma yang mengikuti senam asma di pekan baru. Pada penelitian ini jumlah responden perempuan (77,4%) lebih banyak dari laki-laki (22,6%). Hasil pemeriksaan faal paru responden pada penelitian ini didapatkan Sebagian besar faal paru responden tergolong obstruktif (54,8%). Penelitian ini didapatkan hasil korelasi antara lama mengikuti senam asma dengan nilai kapasitas vital paksa (KVP).



3.4



Pembahasan Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara menuju paru-paru



mengalami



peradangan sehingga lebih sensitif terhadap faktor pemicu yang



menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan menimbulkan kesulitan dalam bernafas sehingga bunyi nafas terdengar seperti mengi. Terapi dalam asuhan keperawatan asma salah satunya adalah dnegan senam asma. Senam asma adalah senam yang diciptakan khusus untuk penderita asma yang gerakan-gerakannya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan penderita berdasarkan berat atau ringannya penyakit asma. Senam asma dimulai sejak tahun 1980an. Senam asma memiliki banyak tujuan, salah satunya adalah meningkatkan kemampuan otot yang berkaitan dengan mekanisme pernapasan. Asma dapat menyerang siapa saja, dan dengan jenis kelamin apa saja. Sehingga senam asma dapat dilakukan oleh siapa saja penderita asma. Pada jurnal pertama didapat hasil bahwa peserta senam asma lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki dengan persentasi perempuan 84,3% dan lakilaki 15,7% yang berarti penderita asma lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Berdasarkan hasil distribusi responden jurnal kedua menurut jenis kelamin, persentase terbesar dengan jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 23 orang (67,6%). Sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 11 orang (32,4%). Pada jurnal ketiga distribusi responden menurut jenis kelamin pada kelompok intervensi dan control yaitu Sebagian besar jenis kelaminnya perempuan yaitu 30 orang (60%) dari 50 responden dan laki-laki berjumlah 20 orang (40%). Pada artikel keempat, penelitian ini jumlah responden perempuan (77,4%) lebih banyak dari laki-laki (22,6%). Dapat disimpulkan bahwa pada keempat jurnal diatas, rata-rata yang memiliki penyakit asma dan melakukan senam asma adalah berjenis kelamin perempuan. Pada jurnal pertama membahas tentang sudah berapa lama seseorang mengikuti senam asma dan bagaimana control asma mereka. Yang mengikuti program senam asma lebih dari 2 tahun memiliki skor ACT (Ashtma Control



Test) yang lebih tinggi disbanding dengan peserta senam asma dibawah 2 tahun . Pada jurnal ke empaj juga disebutkan bahwa lama senam asma juga berpengaruh pada nilai Kapasitas Vital Paksa (KVP). Yang berarti semakin lama mengikuti program senam asma, maka tingkat control asma dan nilai KVP akan membaik. Pada jurnal kedua membahas tentang kekambuhan asma. Pada penelitian ini disebutkan bahwa kekambuhan berkurang setelah melakukan senam asma. Pada jurnal ketiga membahas tentang kekuatan otot pernafasan dan fungsi paru, dimana setelah melakukan senam asma, kekuatan otot pernafasan meningkat dan juga fungsi paru membaik.



BAB IV PENUTUP 4.1



Kesimpulan Dari hasil telusur dan telaah evidence based practice (EBP) terkait



aktivitas senam asma efektif dilakukan pada seseorang dengan penyakit asma. 4.2



Saran Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat dan tenaga medis untuk



menggunakan intervensi terapi senam asma sebagai terapi asuhan keperawatan asma. Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu menambahkan kontraindikasi pada pemberian senam asma. 4.3



Implikasi Keperawatan a. Keperawatan Penelitian ini menunjukkan senam asma efektif dilakukan pada seseorang dengan penyakit asma. Penelitian ini penting untuk menambah pertimbangan intervensi bagi perawat dalam menangani klien dengan asma. b. Pendidikan Meningkatkan pengetahuan dan pembelajaran bagi institusi pendidikan tentang senam asma yang efektif terhadap penderita asma. c. Rumah Sakit Sebagai arahan untuk memberikan pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan dalam penatalaksanaan senam asma pada penderita asma. d. Pembaca Hasil literatur review ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan masukan dalam pengembangan ilmu dimasa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



National Health Lung and Blood Institute. Global initiatif for asthma. Global strategy for asthma management and Prevention; 2017. World Health Organization (WHO). Asthma 2016. Diakses 24 Januari 2020. Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets.html National Center Health Statistic. Asthma. 2016. Diakses tanggal 24 Januari 2020. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/nchs/fastats/asthma .htm Kemenkes RI, 2018, Hasil Utama RISKESDAS 2018. Kemenkes RI: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Rahajoe, N., dkk. Pedoman Nasional Asma Anak. 2nd ed. Jakarta: PP Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015 Bull, E, Price D. Simple Guide Asma. Jakarta: Erlangga; 2007 Chomari, N. Panduan terlengkap tumbuh kemang anak usia 0-5 tahun. Banyuanyar Surakarta: Cinta; 2015 Mutia, C. Hubungan Pengetahuan Orangtua Dengan Frekuensi Kekambuhan Asma Pada Anak Usia 6-12 Tahun. 2018. Diakses pada tanggal 27 Januari 2020 Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010



9. 10.



Koley G, Koley KC. Knowledge of Asthma in Mothers of Children Suffering from Wheezing Disorder. INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC STUDY. 2017 Feb 1;4(11):194-9. 11. Wati, M. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Asma Dengan Frekuensi Kekambuhan Penyakit Asma Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta. 2015. Diakses pada tanggal 27 Januari 2020 12. Somantri, I., Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. 2nd ed. Jakarta: Salemba Medika; 2012 13. Ayers., J. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Asma. Jakarta: Dian Rakyat; 2003 14. Ward J, Ward J, Leach RM, Wiener CM. At a Glance Sistem Respirasi. 2nd ed. Jakarta: Erlangga; 2007 15. Sumadiono. Pediatrick Allergy. Jakarta: Medya Crea; 2008



16. 17.



Varnell, MC. Asma: Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta: EGC; 2013



Fadhli, A. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek; 2010 18. Muttaqin, A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba; 2012 19. Smeltzer, SC, Bare, BG. Keperawatan Medikal-Bedah. Vol 12. Jakarta: EGC; 2014



20. 21.



Pudiastuti, RS. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta: PT Indeks; 2011.



Widjaja, A, ett. Asma: Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2004 22. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009