Efektifitas Senam Nifas [PDF]

  • Author / Uploaded
  • hijra
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITAN EFEKTIVITAS SENAM NIFAS TERHADAP NYERI LUKA PERINEUM PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SEHAT ZAMZAM TAHUN 2020



HIJRAWATI SAHAKA B.19.03.035



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN STIKES MEGA BUANA PALOPO PALOPO 2020



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Persalinan adalah suatu proses yang fisiologis, dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup diluar kandungan dimulai dengan adanya kontraksi uterus, penipisan dan pembukaan serviks, kelahiran bayi dan plasenta melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Luh putu widiastini, 2014) Proses persalinan adalah keadaan yang fisiologis yang akan dialami oleh ibu bersalin. Dari proses persalinan pervaginam perlukaan jalan lahir sering terjadi. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, dan yang berat berupa robekan. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pervaginam baik itu robekan yang disengaja dengan episiotomi maupun robekan secara spontan akibat dari persalinan dan pasti akan menimbulkan rasa nyeri. (eny,diah, 2010) Luka Perineum adalah luka yang diakibatkan oleh persalinan atau episiotomi. Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis. (Sulistyawati & Nugraheny, 2010)



1



2



Pada sebagian ibu yang telah menjalani proses persalinan akan mendapatkan luka perineum dan merasakan nyeri. Nyeri yang dirasakan pada setiap ibu dengan luka perineum menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak sehingga banyak ibu dengan luka perineum jarang mau bergerak dan dapat mengakibatkan



beberapa



masalah



diantaranya



sub



involusi



uterus,



pengeluaran lochea yang tidak lancar,dan perdarahan pascapartum (eny, diah, 2010) World Health Organitation (WHO) menyatakan bahwa untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF,UNFPA dan Bank Dunia tahun 2015 menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini penurunannya masih kurang dari satu persen per tahun. Sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang. Rasio AKI masih dirasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (WHO, 2017). Royal College of Obstricians and Gynaecologists (RCOG) (2004, dalam Chapman 2013) mengatakan bahwa kelahiran di Inggris Raya 80% terjadi trauma perineum. Robekan perineum sebagian besar tergolong derajat dua, yang bervariasi dari robekan kecil dan berbatas tegas sampe robekan yang panjang atau rumit. Menurut Depkes RI 2016



secara



nasional



penyebab



langsung



kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 24 %,



3



komplikasi perineum 8%, infeksi 11%, partus macet 5%. Sekitar 85% wanita yang melahirkan spontan pervaginam mengalami trauma perineum 32 - 33% karena tindakan episiotomi dan 52% merupakan laserasi spontan. Laserasi perineum ada yang ringan sampai berat, Laserasi perineum dibedakan menjadi derajat laserasi, dari laserasi derajat 1 sampai laserasi derajat 4. Tentu saja semakin dalam dan lebar laserasi perineum akan semakin menyebabkan nyeri. (Mulati, 2016 ) Menurut Profil Kesehatan Sulawesi selatan tahun 2016 ada 149.315 atau 94.02 % persalinan dan 145,664 atau 91.72 % yang mendapatkan pelayanan nifas. Data dari Dinas Kesehatan Kota Palopo pada tahun 2017 ada 2.956 persalinan, 2018 ada 3.035 persalinan, dan pada tahun 2019 ada 3.279 persalinan, dan yang mendapatkan pelayanan nifas pada kunjungan nifas 1 (Kf1) pada tahun 2017 ada 2.956 kunjungan, 2018 ada 3.035 kunjungan, dan pada tahun 2019 ada 3.279 kunjungan. Kf 2 pada tahun 2017 ada 2832 kujungan, pada tahun 2018 ada 2.998 kunjungan dan tahun 2019 ada 3.220 kunjungan. Kf 3 pada tahun 2017 ada 2912 kunjungan, tahun 2018 ada 3.027 kunjungan dan pada tahun 2019 ada 3.210 kunjungan. Luka perineum pada kenyataannya sering membuat ibu nifas sangat tidak nyaman bahkan mengalami ketakutan untuk melakukan mobilisasi dini. Padahal mobilisasi dini sangat penting untuk melancarkan pengeluaran lokhia, mengurangi infeksi pada luka, mempercepat involusio alat kandungan, melancarkan



peredaran



darah,



mencegah



mempercepat penyembuhan luka. (Mulati, 2016)



tromboplebitis



dan



akan



4



Mobilisasi dini merupakan aktivitas segera yang dilakukan secepat mungkin setelah beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu pada persalinan normal. Mobilisasi dini dapat langsung dilakukan setelah melahirkan asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak masa pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti sebelum melahirkan dapat dipersingkat. Hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital. (Sabrina Dwi Prihartini, 2014) Ibu



post partum membutuhkan mobilisasi dini untuk mempercepat



pemulihan ruptur perineum, karena Mobilisasi yang cukup lebih berpeluang mempercepat kesembuhan luka perineum dibandingkan dengan mobilisasi yang kurang. (Wulansari, dkk, 2016) Mobilisasi dini yang dilakukan seperti senam nifas. Latihan senam pascasalin dapat memperkuat otot panggul dan mengencangkan otot-otot abdomen. Sehingga dapat mempengaruhi pemulihan fisik lebih cepat. (Bahiyatun, 2009 ) Di Indonesia, senam nifas jarang dilakukan oleh ibu-ibu yang telah melakukan persalinan. Alasan ibu nifas tidak melakukan senam nifas. Pertama, karena memang tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua karena terlalu bahagianya, dengan lahirnya buah hati sehingga hanya terpokus dengan bayi. Ketiga, takut sakit. Sebenarnya senam nifas mudah dilakukan. Ibu pasca



5



melahirkan tidak harus melakukan gerakan bermacam-macam. Biasanya hanya duduk dan bersila. Bahkan, bila masih terasa sakit, senam nifas bisa dilakukan sambil tiduran (Firzanah, 2013). Data yang diperoleh dari Rumah Sehat ZamZam jumlah ibu dari bulan april sampai dengan desember 2019 sebanyak 33 ibu nifas. Dan pada bulan januari - februari 2020 jumlah ibu nifas sebanyak 15 orang dan mengalami ruptur perineum sebanyak 8 orang. Dari uraian diatas peneliti melihat perlunya senam nifas bagi ibu pasca melahirkan agar pemulihan fisik ibu lebih cepat sehingga angka kematian ibu pasca persalinan dapat ditekan. Kemudian rendahnya pelaksanaan senam nifas berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Rumah Sehat Zamzam membuat peneliti tertarik membahas secara spesifik mengenai “ Efektivitas Senam Nifas Terhadap Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sehat Zamzam tahun 2020. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ bagaimana Efektivitas senam nifas terhadap nyeri luka perineum pada ibu post partum di Rumah Sehat Zamzam tahun 2020? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas senam nifas terhadap nyeri luka perineum pada ibu postpartum di rumah sehat zamzam tahun 2020.



6



2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat nyeri perineum pada ibu post partum sebelum dilakukan senam nifas di rumah sehat zamzam tahun 2020 b. Untuk mengetahui efektivitas senam nifas terhadap nyeri perineum pada ibu post partum di rumah sehat zamzam tahun 2020 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah a. Dapat dijadikan bahan referensi untuk pengembangan ilmu khususnya kebidanan dikemudian hari. b. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan praktek senam nifas 2. Manfaat Bagi Institusi a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acaun dalam penerapan senam nifas bagi ibu post partum. b. Dapat menambah referensi perpustakaan sebagai bahan acuan. c. Dapat dijadikan bahan bacaan bagi siapa saja agar dapat dijadikan sebagai penambahan wawasan. 3. Manfaat Praktis a. Dapat mengaplikasikan hasil penelitian (senam nifas pada ibu post partum) terutama di tempat tugas. b. Merupakan pengalaman secara nyata yang sangat berharga sehingga dapat meningkatkan daya berfikir serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk melaksanakan pekerjaan dimasa yang akan datang.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Tinjauan Umum Tentang Nifas 1. Pengertian a. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu - minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan



untuk



memulihkan



kesehatannya



kembali



yang



umumnya memerlukan waktu 6 -12 minggu.(Nugroho. dkk, 2014) b. Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (sarwono prawirohardjo, 2012) 2. Tahapan masa nifas Menurut Eny, Diah (2010), tahapan masa nifas di bagi atas: a. Puerperium dini Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan - jalan. b. Puerperium intermedial Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.



7



8



c. Remote puerperium Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermingguminggu, bulanan atau tahunan. 3. Perubahan Masa Nifas Menurut Eny, Diah (2010), ada beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Pada Masa NIfas a. Perubahan fisiologi 1) Perubahan Uterus Involusio uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil. 2) Lokia Adalah cairan sekret yang berasal dan kavum uteri dan vagina dalam masa nifas, biasanya berlangsung 40 hari. Tahapan - tahapan masa nifas ini, vagina akan terus - menerus mengeluarkan darah. a) Merah segar (Lokia rubra). Tahapan pertama ini akan berlangsung selama tiga hari pertama setelah melahirkan. Darah pada tahapan pertama ini berpotensi mengandung banyak kuman penyakit. b) Merah dan berlendir (Lokia Sanguinolenta). Untuk tahapan kedua ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua minggu.



9



c) Kuning kecoklatan lalu merah muda (Lokia Serosa). Cairan yang berwarna seperti ini biasanya mulai keluar dua minggu hingga satu bulan setelah melahirkan d) Kekuningan lalu bening (Lokia Alba). Cairan ini keluar sekitar dua minggu, yakni dari minggu keempat sampai minggu keenam. 3) Perubahan vagina dan perineum a) Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. b) Vagina Pada minggu ke tiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan -lipatan atau kerutan - kerutan) kembali. c) Perubahan pada perineum Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar. Dalam penyembuhan luka memiliki fase - fase pada keluhan yang dirasakan ibu pada hari pertama sampai hari ke - 3 ini merupakan fase inflamasi,dimana pada fase ini ibu akan merasakan nyeri pada luka jahitan di perineum, hal ini akan terjadi sampai 4 hari post partum. (Wulansari, dkk. 2016)



10



4) Perubahan Tanda - tanda Vital a)



Suhu badan Dua puluh empat jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 – 38 ℃) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.



b)



Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 - 80x / menit. Sehabis melahirkan denyut jantung biasanya lebih cepat.



c)



Tekanan Darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan.Tekanan darah



tinggi



pada



post



partum



menandakanterjadinya



preeklamsi post partum. d)



Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.(Bahiyatun, 2013)



5) Perubahan Psikologis Ibu Masa Nifas Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor - faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya



11



sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasannya akan bayi, suami atau anak - anaknya yang lain. Adaptasi psikologi masa nifas menurut eny,Diah (2010) terbagi menjadi 4 tahapan sebagai berikut : a) Taking On Pada fase ini disebut meniru, pada takin in fantasi wanita tidak hanya meniru tapi sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnya. b) Taking In Periode ini terjadi 1 - 2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. c) Taking Hold Periode ini berlangsung pada hari 2 - 4 post partum ibu menjadi orang tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. d) Letting Go Periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang kerumah, pada ibu yang bersalin diklinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarganya. Dan depresi post partum terjadi pada periode ini.



12



6) Gizi Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui) . Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca persalinan. Minum kapsul vitamin A( 200.000 unit ) agar bisa memberikan vitaminA kepada bayinya melalui ASI. 7) Kebersihan diri Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. 8) Istirahat Menurut Dewi (2011), Istirahat pada ibu selama masa nifas beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kebutuhan istirahat sangat dibutuhkan oleh ibu beberapa jam setelah melahirkan. Kebutuhan tidur rata - rata orang dewasa 7 - 8 jam per 24 jam. 9) Perawatan payudara Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui



bayinya.



Sebelum



menyususi,



lakukan



danbersihkan areola pada putting susu barulah bayi disususi.



masase



13



10) Laktasi Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan umumnya produksi ASI baru terjadi hari kedua atau ketiga pasca persalinan, pada hari pertama keluar kolostrum. 11) Hubungan seksual Setelah 2 minggu postpartum, hubungan seksual dapat dilaksanakan kembali berdasarkan keinginan dan kenyamanan pasien ibu harus diberitahu bahwa menyusui akan menyebabkan periode supresi produksi estrogen yang memanjang sehingga yang mengakibatkan atropi dan kekeringan vagina keadaan fisiologis ini akan



menyebabkan



penurunan



lubrikasi



vagina



selama



perangsangan hormonal. 12) Keluarga berencana Idealnya pasangan harus menunggu sekurang - kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali setiap pasangan harus menentukan



sendirikapan



dan



bagaimana



mereka



ingin



merencanakan tentang keluarganya.(Bahiyatun, 2013) B. Tinjauan Tentang Nyeri Luka / Ruptur Perineum 1. Nyeri a. Pengertian Nyeri Nyeri adalah mekanisme pertahanan tubuh yang timbul, bila ada jaringan rusak dan hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara



14



memindahkan stimulasi nyeri. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari perawatan kesehatan. (indrayani dan moudy, 2016) b. Nyeri Perineum Pascasalin Nyeri perineum (perineal pain) didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi pada badan perineum (perineal body), daerah otot dan jaringan fibrosa yang menyebar dari simpisis pubis sampai ke coccygis oleh karna adanya robekan yang terjadi baik yang disengaja ataupun rupturspontan. Kondisi nyeri ini dirasakan ibu berbeda dngan nyeri lainnya. Nyeri perineum cenderung lebih jelas dirasakan oleh ibu dan bukan seperti rasa nyeri dialami saat berhubungan (intercourse). (Utami, 2015) c. Dampak Nyeri Perineum Menurut penelitian Rahayuningsih (2013) akibat dari laserasi perineum yang terjadi pada ibu post partum adalah adanya nyeri perineum sebanyak 70,9%. Dampak nyeri perineum tersebut adalah stress, traumatik, takut terluka, tidak nafsu makan, sulit tidur dan depresi, Sehingga ibu post partum mengalami keterlambatan mobilisasi,gangguan rasa nyaman pada saat duduk, berdiri, berjalan dan bergerak, sehingga berdampak pada gangguan istirahat ibu post partum dan keterlambatan kontak awal antara ibu dan bayinya. (Utami, 2015) d. Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang



15



dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Alat pengukuran nyeri terdiri atas skala undimensional sederhana dan kuisioner multidimensi. Pengukuran nyeri harus mencakup baik kerangka waktu dan konteks klinis nyeri. Skala undimensional umum digunakan diantaranya verbal rating scala (VRS), numeric rating scale (NRS) dan visual analogue scale (VAS). (Indrayani dan moudy, 2016) Skala intensitas numerical rating scale (NRS) (Indrayani dan moudy, 2016) yaitu : 1) 0 - 2 : Tidak nyeri



3)



6-8



: nyeri hebat



2)



4)



9-10



: nyeri sangat hebat



3 - 5 : nyeri ringan



5) Luka/Ruptur Perineum Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama, dan tidak jarang pula persalinan berikut .bentuk semua laserasi perineum, kecuali yang sangat superficial akan disertai perlukaan vagina bagian bawah dengan derajat yang bervariasi. Robekan semacam itu mencapai kedalaman tertentu itu sehingga mengenai muskulus spingterani dapat meluas dinding vagina dengan berbagai kedalam.(Nurasiah. dkk. 2014). a. Pengertian Luka / Ruptur Perineum . 1)



Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir



16



baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat. Robekan perineum



terjadi



pada



hampir



semua



primipara



(Winkjosastro, 2010). 2)



Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum yang biasanya disebabkan oleh trauma saat persalinan (Manuaba, 2010).



b. Faktor Penyebab Ruptur Perineum 1) Faktor ibu a) Partus presipitatus Adalah persalinan yang terjadi terlalu cepat yakni kurang dan tiga jam.Sehingga seorang petugas belum siap untuk menolong



persalinan



dan



ibu



mengejan



kuat



tidak



terkontrol.Kepala janin terjadi defleksi terlalu cepat keadaan ini akan memperbesar kemungkinan ruptur perineum. b) Primigravida Pada primigravida pemaksaan ditemukan tanda - tanda perineum utuh, vulva tertutup.Himen pervoratus vagina sempit dengan rugae pada persalinan akan terjadi penekanan pada jalan lahir lunak oleh kepala janin. Dengan perineum yang masih utuh pada primi akan mudah terjadi robekan perineum. (Sarwono, 2012).



17



c) Varikosa pada pelvis maupun jaringan parut pada perineum dan vagina Jaringan parut pada jalan lahir akan menghalangi atau menghambat kemajuan persalinan, sehingga episiotomi pada kasus ini akan dapat dipertimbangkan 2) Faktor janin a) Berat Badan Bayi Baru lahir b)



Presentasi



3) Faktor Persalinan Pervaginam a)



Vakum ekstrasi Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer A, 2009). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan pada serviks uteri dan robekan pada vagina dan ruptur perineum. (Neni rochmawati, 2015)



b)



 



Ekstrasi Cunam/Forsep Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan,



janin dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer A, 2009). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina (Neni rochmawati, 2015)



18



c)



Embriotomi Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut. Komplikasi yang mungkin terjadi atara lain perlukaan vagina, perlukaan vulva, ruptur perineum yang luas bila perforator meleset karena tidak ditekan tegak lurus pada kepala janin atau karena tulang yang terlepas saat sendok tidak dipasang pada muka janin, serta cedera saluran kemih/cerna, atonia uteri dan infeksi. (Mansjoer A, 2009).



d)



Persalinan Presipitatus Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2010).



4) Faktor penolong persalinan Pimpinan persalinan yang salah merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum, kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasal manual yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi pengendalian kecepatan dan



19



pengaturan diameter kepala saat melalui introitus vagina dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. (Nurasiah. dkk. 2014). C. Tinjauan Umum Tentang Senam Nifas 1. Pengertian a. Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan perut (Anggriyana, 2010). b. senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan perut. (Widianti dan Proverawati, 2010) 2. Tujuan senam nifas Senam nifas dapat dilakukan oleh ibu-ibu pasca persalinan, dimana senam nifas mempunyai tujuan untuk : a. Membantu



mencegah



pembentukan



bekuan



(thrombosis)



pada



pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan



20



peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung. b. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul. c. Memperbaiki regangan otot perut. d. Untuk relaksasi dasar panggul. e. Memperbaiki tonus otot pinggul. f. Memperbaiki sirkulasi darah. g. Memperbaiki regangan otot tungkai. h. Memperbaiki



sikap



tubuh



dan



punggung



setelah



melahirkan



(Anggriyana, 2010). i. Latihan / senam nifas penting dilakukan untuk mengembalikan otot otot perut dan panggul menjadi normal. Ibu merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi lebih kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. (Sari dan Rimadhini, 2014) j. Senam nifas adalah untuk mempertahankan dan untuk meningkatkan sirkulasi ibu pada masa post partum segera ketika ia mungkin beresiko mengalami trombosis vena atau komplikasi sirkulasi lain (suparyanto, 2012). Selain Itu, Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah: a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu b. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat kandungan



21



c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan persalinan d. Memperlancar pengeluaran lochea e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan f. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan g. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli, trombosia, dan lain-lain 3. Manfaat senam nifas adalah : a. Mengurangi Rasa sakit Pada Otot b. Memperbaiki Peredaran Darah c. Mengencangkan Otot perut dan Perinium d. Melancarkan pengeluaran Lokhia e. Mempercepat Involusi f. Mencagah Komplikasi Yang timbul pada waktu Nifas (Tromboflebitis). (Saminem, 2009). 4. Kontra indikasi senam nifas Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak diperbolehkan untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan umumnya tidak baik misalnya hipertensi, pasca kejang dan demam (Wulandari dan Handayani, 2011).



22



Demikian juga ibu yang menderita anemia dan ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantun dan paru-paru seharusnya tidak melakukan senam nifas (Widianti dan Proverawati, 2010). Menurut Angriyana, (2010) Senam nifas seyogyanya tidak dilakukan oleh ibu yang menderita anemia atau yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru-paru . 5. Pelaksanaan senam nifas Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan di saat lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit (Marmi, 2012). Bentuk latihan senam antara ibu pasca melahirkan normal dengan yang melahirkan dengan cara sesar tidak sama. Pada ibu yang melahirkan dengan cara sesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, latihan pernapasan dilakukan untuk memepercepat penyembuhan luka. Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan memperlancar sirkulasi darah dibagian tungkai dapat dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, maka gerakan senam dapat dilakukan.(Amru,2012)



23



6. Gerakan Senam Nifas a. Senam kaki Duduk atau berbaring dengan posisi lutut lurus. Tekuk lalu regangkan secara perlahan sedikitnya 12 kali, ingat untuk lebih memilih gerakan dorsifleksi (gerakan ke belakang sendi) bukan plantarfleksi (gerakan meluruskan telapak kaki) untuk mencegah kram. Pertahankan posisi lutut dan paha, putar kedua pergelangan sebesar mungkin putarannya, sedikitnya 12 kali untuk satu arah.



Gambar 2.1 Senam kaki Duduk atau berbaring dengan kaki lurus. Tarik kedua kaki ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan bagian belakang lutut ke tempat tidur. Tahan posisi ini dalam hitungan lima, bernapaslah secara normal, lalu relaks. Ulangi gerakan sebanyak 10 kali. (Suparyanto, 2012) Pernapasan diafragma membantu mengembalikan aliran vena melalui kerja pemompaan diafragma pada vena kava inferior dan harus diulangi beberapa kali sehari sampai ibu dapat mobilisasi. Dalam posisi apapun tarik napas dalam sebanyak 3 atau 4 kali (tidak boleh lebih) untuk memungkinkan ventilasi penuh paru-paru.(suparyanto, 2012).



24



b. Senam Dasar Panggul Senam dasar panggul menguatkan otot dasar panggul pasca partus, tujuannya mengembalikan fungsi sepenuhnya sesegera mungkin dan membantu mencegah masalah jangka panjang. Namun kontraksi dan relaksasi otot-otot ini juga membantu meredakan ketidaknyaman pada perineum, rasa ini mungkin timbul akibat persalinan, dan tujuan pemulihan dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan mengurangi edema. Senam dasar panggul harus dimulai sesegera mungkin setelah persalinan untuk mencegah hilangnya kendali kortikal pada otot-otot karena nyeri perineum. Senam ini dilakukan dengan mengencangkan anus seperti menahan defekasi, kerutkan uretra dan vagina juga seperti menahan berkemih, kemudian lepaskan ketiganya. Tahan dengan kuat selama mungkin sampai 10 detik, bernapas secara normal. Relaks dan istirahat selama tiga detik. Ulangi dengan perlahan sebanyak mungkin sampai maksimum 10 kali. Ulangi senam dengan mengencangkan dan mengendurkan, gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa menahan kontraksi (suparyanto, 2012) c. Senam Abdomen Selama kehamilan korset abdomen mengalami peregangan mencapai kira-kira dua kali lipat dari panjang semula pada akhir minggu masa kehamilan. Seluruh otot abodmen memerlukan latihan untuk mencapai panjang dan kekuatan semula, namun otot yang terpenting karena



25



perannya dalam menjaga kestabilan panggul ialah otot transversus (otot yang membentuk dinding abdomen). Senam Abdomen terdiri dari : 1) Senam transverses Berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki dasar menapak di tempat tidur. Letakkan kedua tangan di abdomen bawah di depan paha. Tarik napas dan pada saat akhir embuskan napas, kencangkan bagian bawah abdomen di bawah umbilikus (pusar) dan tahan dalam hitungan 10, lanjutkan dengan bernapas normal. Ulangi sampai 10 kali.



Gambar 2.2 Senam transverses 2) Senam dasar panggul dan transversus Kerja otot dasar panggul dan transversus akan bertambah dengan mengkombinasikan kedua latihan tersebut. Aktivitas bersama ini terutama bermanfaat pada masa pascanatal, khsusunya bila gerakan otot dasar panggul sulit dimulai. Caranya ibu dapat mengkontraksikan transversus terlebih dahulu lalu otot dasar panggul atau sebaliknya. Penting untuk menggunakan kontraksi kombinasi ini secara fungsional selama melakukan aktivitas untuk melindungi sendi panggul dan tulang belakang.



26



3) Senam Mengangkat panggul Senam mengangkat panggul dapat dilakukan diawal pasca partum, dan khususnya bermanfaat bila ibu memiliki riwayat nyeri punggung postural (punggung bungkuk) , (suparyanto, 2012)



Gambar 2.3 Senam mengangkat panggul d. Senam stabilitas batang tubuh Senam ini bertujuan untuk menstabilkan panggul sambil menggerakkan tungkai bawah, senam ini mulai dapat dilakukan kira-kira 5-10



hari



setelah



persalinan



normal



bila



tidak



ada



masalah



muskuloskeletal panggul (bagian usus sebelum dubur). 1) Dengan posisi duduk dan kaki datar diatas lantai serta tangan diatas otot abdomen bawah, tarik otot dasar panggul dan transversus serta naikkan satu lutut sehingga kaki beberapa inci diatas lantai. Tahan selam lima detik dengan bagian panggul dan tulang belakang tetap pada posisinya. Ulangi sebanyak lima kali gerakan untuk setiap kaki. Secara bertahap tingkatkan pengulangan sehingga ibu mampu



27



menahan gerakan tersebut diatas sampai 10 detik dan ulangi sebanyak 10 kali.



Gambar 2.4 Senam stabilitas batang tubuh 2) Dengan posisi berbaring miring, tekuk kedua lutut ke arah atas depan tarik otot transversus dan dasar panggul serta angkat lutut atas, dengan cara memutar paha ke arah luar, sementara tumit tetap saling berdekatan. Tahan selama lima detik, pastikan bahwa posisi panggul atau tulang belakang tidak turut berotasi. Ualangi 5 kali untuk masing-masing kaki. Secara bertahap tingkatkan penahanan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi sebanyak 10 kali.



Gambar 2.5 Senam stabilitas batang tubuh – menaikkan lutut 3) Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang bawah ditekuk ke arah belakang, tarik abdomen bagian bawah dan naikkan kaki yang atas ke arah atap sejajar dengan tubuh. Tahan gerakan ini selama 5 detik, namun tetap pastikan agar posisi punggung dan panggul tidak berotasi. Ulangi selama 5 kali pada masing-masing kaki. Secara



28



perlahan tingkatkan kemampuan menahan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi gerakan sebanyak 10 kali. Beberapa minggu kemudian tingkatkan untuk mengendalikan panggul dan tulang belakang sambil mengangkat kaki ke arah atap dengan paha dirotasikan ke luar.



Gambar 2.6 Abduksi paha dalam posisi miring 4) Dengan posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar diatas lantai. Letakkan tangan diatas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan biarkan lutut kanan sedikit ke arah luar dengan sedikit mengendalikan untuk memastikan bahwa pelvis tetap pada posisinya dan punggung tetap datar. Secara perlahan kembalikan lutut pada posisi semula yakni posisi tegak lurus. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali pada lutut yang lain. Secara bertahap tingkatkan gerakan pengulangan tersebut sampai sebanyak 10 kali. Beberapa minggu kemudian tingkatkan pengendalian panggul dengan posisi lutut lebih rendah lagi.



Gambar 2.7 Memutar lutut ke arah luar sambil mempertahankan tetap diam



29



5) Dengan posisi telentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar diatas lantai. Letakkan tangan diatas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan secara perlahan luruskan tumit salah satu kaki dengan tetap mempertahakan punggung datar setinggi panggul. Hentikan bila panggul mulai bergerak. Secara perlahan kembalikan posisi lutut menekuk. Ulangi gerakan 5 kali tiap kali secara bergantian. Secara bertahap tingkatkan pengulangan hingga 10 kali. Beberapa minggu kemudian tingkatkan pengendalian panggul untuk tujuan menguatkan kaki juga. (suparyanto, 2012).



Gambar 2.8 Mengencangkan satu kaki sambil mempertahankan panggul dan punggung tetap diam Ibu yang baru menjalani persalinan dengan forcep atau ekstraksi vakum akan mengalami penjahitan dan kemungkinan memar serta edema. Ibu ini akan ragu-ragu melakukan senam, namun diharuskan melakukan senam sirkulasi ( khususnya bila mereka pernah mengalami anestesi epidural ) dan senam dasar panggul ringan yang akan membantu penyembuhan perineum. Senam



transversus



harus



diperkenalkan



kapan



pun



ibu



siap



(suparyanto,2012) Posisi istirahat yang nyaman adalah berbaring miring dengan bantal diletakkan di antara kedua kaki (Gambar 2.9) dan posisi berbaring



30



telungkup ( banyak ibu lupa bahwa ia sudah bisa telungkup lagi ), dengan satu buah bantal diletakkan di bawah pinggang dan lainnya di bawah kepala dan bahu (Gambar 2.10). Menyusui akan lebih nyaman dengan posisi miring daripada duduk. (suparyanto,2012)



Gambar 2.9 Posisi miring yang nyaman



Gambar 2.10 Berbaring telungkup dengan bantal di bawah pinggang Senam pascanatal dan saran setelah seksio sesarea Ibu harus diajarkan bagaimana naik turun tempat tidur dengan menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik otot abdomennya dan berguling ke depan, dengan dorongan tangan dan kaki. Ia akan mampu berpindah ke arah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung duduk dari posisi berbaring, namun tetap berguling ke samping. Gerakan ini juga cara termudah untuk bangun dari tempat tidur - kencangkan bagian transversus dan dorong ke posisi duduk di samping tempat tidur (suparyanto,2012) Napas dalam diikuti dengan huffing (ekspirasi paksa singkat), akan membantu mengeluarkan sekresi di paru-paru yang mungkin dapat terjadi



31



setelah pemberian anestesi umum. Bila ibu perlu batuk, ia harus menekuk lututnya dan menahan lukanya dengan tekanan tangan atau bantal, sementara ibu bersandar atau duduk di tepi tempat tidur (Gambar 2.11). posisi ini mencegah regangan berlebihan pada sutura, meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi rasa nyeri . (suparyanto,2012)



Gambar 2.11 Posisi penyokong ketika batuk, pada pasca seksio sesarea Untuk Ibu yang baru mengalami kesedihan karena bayi lahir mati atau kematian neonatus, atau mereka yang bayinya menderita sakit parah, mungkin dirawat di ruang khusus dan cenderung tidak mengikuti senam pascanatal. Dukungan yang khusus perlu diberikan agar ibu mau melakukan senam ini serta saran tentang aktivitas normalnya sehari-hari. Mereka biasanya cenderung ingin mempraktekan dalam sesi tunggal. Sediakan leaflet yang tidak menyinggung tentang bayi, misalnya tentang menyusui, mengganti popok. Ibu ini, biasanya kembali bekerja lebih awal dari perencanaan semula dan memerlukan edukasi senam otot dasar panggul dan abdomen, khususnya ketika harus melakukan aktivitas



32



fungsional. Mereka menginginkan pertemuan tindak lanjut dengan ahli fisioterapi setelah beberapa minggu kemudian, karena sangat tidak tepat baginya mengikuti kelas pascanatal (suparyanto,2012) e. Senam yang harus dihindari Dua latihan yang lazim “ senam abdomen ” yaitu menaikkan kedua kaki bersamaan dan sit-up dengan kaki lurus. Latihan ini merupakan latihan yang berisiko tinggi untuk siapa pun dan mungkin dapat mengakibatkan cedera kompresi terhadap diskus vertebralis atau kerusakan otot dan ligamen. Terdapat risiko tambahan bagi ibu pascanatal karena terdapat peregangan otot dan kelenturan ligamen. Gambar dibawah ini adalah dua gerakan



senam



yang



tidak



dianjurkan



untuk



dipraktikkan.



(suparyanto,2012)



Gambar 2.12 dua senam yang tidak boleh dilakukan D. Kerangka konsep Luka perineum adalah luka yang diakibatkan oleh persalinan atau episiotomi. Luka perineum dapat menimbulkan nyeri atau kesakitan dan rasa



33



takut bergerak. Dengan mobilisasi dini berupa senam nifas dapat membantu pemulihan kesehatan pascapersalinan. Senam nifas merupakan aktivitas yang dilakukan segera setelah persalinan. Hal ini akan mencegah kekakuan otot atau sendi sehingga juga mengurangi nyeri. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Nyeri luka perineum



Senam nifas



Gambar 2.13 kerangka konsep Keterangan



: : variabel independen : variabel Dependen : Diteliti



E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif Tabel 2.1 Definisi operasional dan kriteria objektif Variabel



Definisi



Alat Ukur



Cara ukur



Hasil Ukur



Skala



Variabel independen Senam Nifas



Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh responden setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih. Dilaksanakan



Lembar observasi



Melihat 1. Ya : jika ordinal apakah responden responden melakukan melakuka senam nifas n senam nifas 2. Tidak : jika responden tidak melakukan senam



34



6 jam setelah persalinan. Maksimal 2 kali sehari selama 3 hari berturutturut.



nifas



Variabel dependen Nyeri luka Perinium



Nyeri perineum (perineal pain) didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi pada badan perineum (perineal body), yang dirasakan oleh responden yang diukur dengan lembar kuesioner intensitas nyeri



Lembar observasi intensitas nyeri dengan skala numerik



Melihat dan mencatat respon tubuh terhadap nyeri



1.



0-2 : Rasio tidak nyeri : tidak ada yang dirasakan 2. 3-5 : nyeri ringan : wajah responden sedikit meringis dan masih bisa menjawab pertanyaan dan mengikuti arahan dengan baik 3. 6-8 : nyeri hebat : wajah responden meringis dan tidak bisa menjawab pertanyaan namun masih mengikuti arahan yang diberikan 4. 9-10 : nyeri sangat hebat : wajah responden sangat meringis, tidak bisa menjawab pertanyaan dan tidak bisa



35



mengikuti arahan yang diberikan.



F. Hipotesis penelitian Tidak ada efektivitas senam nifas untuk menurunkan nyeri luka perineum pada ibu postpartum di rumah sehat zamzam tahun 2020



BAB III METODE PENELITIAN



A. Desain penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkup penelitian termasuk jenis penelitian Inferensial. Berdasarkan jenis data yang digunakan penelitian ini menggunakan data primer. Berdasarkan cara pengambilan data termasuk jenis penelitian langsung. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan bentuk One Group Pretest and Post test Design. Desain yang dimana peneliti dapat menguji apakah ada perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan Pre-test dahulu sebelum diberikan perlakuan, sesudah diberi perlakuan, kemudian diberikan Post-test . Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil antara sebelum diberi perlakuan dengan setelah diberi perlakuan. Pre test



Perlakuan



K



Post test



X



01



Keterangan : K



: Suatu Kelompok



X



: Perlakuan



O1



: Observasi perubahan nyeri perineum



36



37



B. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sehat Zamzam 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Juni tahun 2020 C. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas/postpartum dengan Luka perineum di Rumah Sehat Zamzam‘ 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas / postpartum dengan Luka perineum di Rumah Sehat Zamzam. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampel. Dimana seluruh jumlah ibu nifas / postpartum dijadikan sampel. D. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dari responden dalam bentuk lembar observasi. E. Pengumpulan data 1. Data primer Data yang diperoleh dengan cara mengambil data dengan cara mengobservasi responden dengan menggunakan lembar observasi skala intensitaas nyeri di rumah sehat zamzam.



38



2. Data sekunder Data yang diperoleh dari bidan rumah sehat zamzam dan dari keluarga responden. F. Pengolahan dan Penyajian Data Dilakukan pengolahan data beberapa tahap yang harus dilakukan guna memperoleh data yang valid. Langkah-langkah analisa data sebagai berikut: 1.



Editing Pada tahap ini penulis melakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh kemudian di teliti apakah terdapat kekeliruan dalam pengisiannya.



2.



Coding Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada setiap data pada lembar observasi sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data. Sebelum melaksanakan analisa data, dilakukan pengolahan data beberapa tahap dilakukan guna memperoleh data yang valid. Langkah analisa data sebagai berikut: Data Umum a) Usia responden 1) < 20 tahun



kode 1



2) 20 - 35 tahun



kode 2



3) > 35 tahun



kode 3



39



b) Pendidikan 1) Dasar (SD-SMP)



kode 1



2) Menengah (SMA)



kode 2



3) PerguruanTinggi (PT)



kode 3



c) Pekerjaan 1) IRT



kode 1



2) Wiraswasta



kode 2



3) Pegawai Swasta



kode 3



4) PNS



kode 4



Data Khusus



3.



0-3 =



nyeri rendah



kode 1



4-8 =



Nyeri sedang



kode 2



9-10=



Nyeri Hebat



kode 3



Scorring Scoring adalah data yang telah dikumpulkan dan diberi skor kemudian dikelompokkan berdasarkan itemnya dan ditabulasikan dalam tabel distribusi frekuensi.



4.



Tabulating Tabulasi adalah pekerjaan menyusun tabel mulai dari penyusunan tabel utama yang berisi seluruh data informasi yang berhasil dikumpulkan dengan daftar pertanyaan sampai tabel khusus yang telah ditentukan, setelah berbentuk tabel maka data tersebut siap dianalisis dan dinyatakan



40



dalam bentuk penelitian. Hal ini untuk mempermudah peneliti dalam membaca data yang terkumpul. G. Analisa data Analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antara variabel. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis univariat Analisis univariat merupakan analisa yang digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing variabel yang diteliti meliputi karakteristik responden, variabel bebas, variable terikat dalam penelitian. 2. Analisa Bivariat Analisa Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui efektifitas senam hamil terhadap nyeri luka perineum pada ibu postpartum di Rumah Sehat Zamzam. Jika asumsi terdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji paired t test dan jika asusmi terdistribusi tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji wilcoxon test yang dimana untuk menguji one group yang sama yaitu pre test and post test dengan menggunakan SPSS. H. Etika penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mendapat persetujuan dengan kepala Rumah Sehat ZamZam. Setelah mendapatkan persetujuan, kemudian akan dilakukan observasi dengan menekankan pada masalah etika sebagai berikut.



41



1. Informed concent Peneliti akan memberikan informasi yang terperinci tentang penelitian yang akan dilakukan,bahwa tidak akan merugikan responden setiap responden juga mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden pada inform concent juga di cantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. 2. Tanpa nama (anonymity) Pada penelitian ini, peneliti akan merahasiakan nama responden, dengan hanya memberikan kode-kode pada tiap-tiap responden. Hal ini penting untuk menjaga kerahasiaan apabila terdapat sesuatu atau kelainan yang tidak ingin dipublikasikan. 3. Kerahasiaan (confidentialty) Kerahasian informasi yang diambil oleh subjek dijamin oleh peneliti.