Ekivalen Ekologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konsep relung ekologi hampir tidak terpisahkan dari konsep kompetisi antar spesies, akan tetapi sangat sulit untuk mendefinisikannya secara tepat. Relung ekologi adalah jumlah total semua penggunaan sumber biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara untuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum: “jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya-bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem”. Habitat dan relung. Tempat hidup seekor hewan disebut habitatnya, sejumlah habitat umum , antara lain: tanah berlumpur, bendungan, kuala, gurun, dan sebagainya. Dalam golongan-golongan besar ini terdapat pembagianpembagian lagi. Jadi beberapa hewan di daerah tepi danau meliang di dalam lumpur sedangkan yang lain hidup di antara tumbuhan ini. Subdivisi habitat demikian itu disebut mikrohabitat. Relung ekologis suatu organisme harus tersedia di dalam habitatnya. Akan tetapi, konsep relung menyangkut pertimbangan yang tidak hanya sekedar tempat tinggal organisme. Kedudukan yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan merupakan faktor utama dalam menentukan relung ekologisnya. Jika memperhatikan tentang kehidupan berbagai jenis hewan diberbagai tempat sering ditemukan spesies-spesies hewan serupa yang hidup didaerah geografi yang berbeda. Kita dapat menemukan cacing tanah dimana saja, misalnya di Indonesia, di Amerika, di Eropa, dan ditempat lainnya. Cacing-cacing tanah tersebut secara morfologi mempunyai bentuk yang sama, namun



1



sebenarnya mereka berbeda spesies, hal inilah yang disebut dengan Ekivalen ekologi. Spesies-spesies hewan yang berkerabat dekat, satu marga atau genus misalnya, dapat ditemukan pada habitat atau daerah penyebaran yang sama (simpantrik) atau ditemukan pada habitat atau daerah penyebaran yang berbeda (alopatrik). Jika spesies-spesies hewa yang



berkerabat dekat



(kogenerik)



ditemukan dalam keadaan simpantrik, seleksi alam aka menghasilkan ciri-ciri tubuh yang semakin mencolok perbedaannya diantara spesies-spesies itu atau dikatan mengalami evolosi devergen. Sebaliknya, dalam keadaan alopatrikseleksi alam akan menghasilakan evolusi konvergen sehingga perbedaan ciri-ciri itu makin kabur. Fenomena tersebut diatas dikenal sebagai pergeseran ciri.



2



BAB II PEMBAHASAN A. EKIVALEN EKOLOGI Jika memperhatikan tentang kehidupan berbagai jenis hewan diberbagai tempat sering ditemukan spesies-spesies hewan serupa yang hidup didaerah geografi yang berbeda. Kita dapat menemukan cacing tanah dimana saja, misalnya di Indonesia, di Amerika, di Eropa, dan ditempat lainnya. Cacing-cacing tanah tersebut secara morfologi mempunyai bentuk yang sama, namun sebenarnya mereka berbeda spesies. Cacing tanah di Jawa (Pheretina javanica) serupa dengan cacing tanah di Amerika (Lumbricus terestis). Kedua jenis cacing tersebut menempati tempat yang lembab dengan relung ekologi yang serupa. Jenis-jenis hewan yang menempati relung ekologi yang sama (ekivalen) dalam habitat yang serupa didaerah zoogeografi yang berbeda disebut ekivalen-ekivalen ekologi. Biasanya kekerabatan taksonomi dari ekivalen-ekivalen ekologi sangat dekat, namun tidak selalu demikian. Contoh lain dari hewan yang ekivalenekivalen ekologi antara lain; ular Chrysopelea, Boiga dan Trimeresurus yang hidup disemak-semak dan pohon hutan daerah Orientalia adalah ular Boiga dan Chondrophytondi daerah Australo-papua, Boiga, Thresops dan Atheris di daerah Etiopia, Elaphe dan



Ophiondrys didaerah Neratika, seta ular Boa dan



Trimenesurus di daerah Neotropaka. Untuk mengingatkan kembali tentang pembagian daerah geografi berdasarkan jenis atau komonitas hewannya. Secara umum ekivalen-ekivalen ekologi dapat dikenali dari kemiripan-kemiripan yang diperlihatkan hewan-hewan tersebut dalam hal adaptasi-adaptasi morfologis serta pola perilakunya. Sebabya ialah karena berbagai adaptasi itu adalah tiada lain dari pada perangkat modal



3



kemampuan hewan untuk memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya didalam lingkungannya atau habitatnya. B. PERGESERAN CIRI Spesies-spesies hewan yang berkerabat dekat, satu marga atau genus misalnya, dapat ditemukan pada habitat atau daerah penyebaran yang sama (simpantrik) atau ditemukan pada habitat atau daerah penyebaran yang berbeda (alopatrik). Jika spesies-spesies hewan yang



berkerabat dekat



(kogenerik)



ditemukan dalam keadaan simpantrik, seleksi alam akan menghasilkan ciri-ciri tubuh yang semakin mencolok perbedaannya diantara spesies-spesies itu atau dikatakan mengalami evolosi devergen. Sebaliknya, dalam keadaan alopatrik seleksi alam akan menghasilakan evolusi konvergen sehingga perbedaan ciri-ciri itu makin kabur. Fenomena tersebut diatas dikenal sebagai pergeseran ciri. Evolusi yang menghasilkan pergeseran ciri pada spesies-spesies hewan dalam keadaan simpantrik mempunyai dua kepentingan adaptif bagi spesiesspesies yang bersangkutan. Pertama, karena ciri (adaptasi morfologis, misalnya) yang nyata bedanya akan menyebabkan pemisahan relung ekologi. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya interaksi berupa persaingan, apabila spesies iu berkohabitasi., akan tereduksi. Kedua, berbedanya cirri morfologi yang menghsilkan berbedanya pola perilaku, misalnya perilaku berbiak, akan menjamin terjadinya pemisahan genetic diantara spesies-spesies yang berkerabat itu bila berkohabitasi, atau menghindari terjadinya



inbreeding yang tidak



menguntungkan. Salah satu contoh fenomena pergeseran ciri adalah yang terjadi pada dua spesies burung dari genus Sitia, yakni Sitia tephronota dan Sitia neumayer, Sitia neumayer, yang penyebarannya maliputi beberapa negara di daerah asia kecil (Turki, Yunani, Azerbaizan, Iran, Afganistan, Pakistan, dll). Dalam keadaan alopatrik penampilannya sangat mirip satu dengan yang lainnya, sehingga



4



hampir-hampir



tidak dapat dibedakan. Sebaliknya dalam keadaan simpantrik



mudah sekali mengenali bagian kepala (di atas mata). Perbedaan panjang paruh menunjukkan kemungkinan perbedaan jenis dan ukuran makanan, sehingga mengurangi peluang persaingan. Perbedaan pita gelap di kepala mempunyai peranan penting dalam pengenalan sesama jenisnya secara visual. Hal ini akan mengurangi terjadinya hibridisasi alami diantara kedua spesies yang akan menghasilkan keturunan steril atau akan mengalami perkawinan mati bujang.



5



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Ekivalen-ekivalen ekologi adalah jenis-jenis hewan yang menempati relung ekologi yang sama (ekivalen) dalam habitat yang serupa didaerah zoogeografi yang berbeda. Contoh relung ekologi adalah Kita dapat menemukan cacing tanah dimana saja, misalnya di Indonesia, di Amerika, di Eropa, dan ditempat lainnya. Cacing-cacing tanah tersebut secara morfologi mempunyai bentuk yang sama, namun sebenarnya mereka berbeda spesies. Jika spesies-spesies hewan yang berkerabat dekat (kogenerik) ditemukan dalam keadaan simpantrik, seleksi alam akan menghasilkan ciri-ciri tubuh yang semakin mencolok perbedaannya diantara spesies-spesies itu atau dikatakan mengalami evolosi devergen. Sebaliknya, dalam keadaan alopatrik seleksi alam akan menghasilakan evolusi konvergen sehingga perbedaan ciri-ciri itu makin kabur. Fenomena tersebut diatas dikenal sebagai pergeseran ciri.



6



DAFTAR PUSTAKA Dharmawan Agus, 2000 Ekologi Hewan, UM Press, Malang http://ilhamasgegesik.blogspot.com/2009/05/relung-ekologi-buktiadanya-kompetisi.html http://id.wikipedia.org/wiki/ular_bangkai_laut Google Images



7