Ekowisata Umbul Nogo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Judul Proyek Ekowisata Umbul Nogo Resort dan Pusat Kebudayaan dengan pendekatan arsitektur simbiosis.



1.2



Pengertian judul Definisi dari Ekowisata Umbul Nogo dengan pendekatan arsitektur simbiosis berdasarkan tiap kata yang membentuknya: 1. Ekowisata Menurut organisasi The Ecotourism Society (1990) ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi



lingkungan



dan



melestarikan



kehidupan



maupun



kesejahteraan penduduk setempat. (http://pengertian-definisi.blogspot.co.id/2010/10/definisi-ekowisataecotourism.html?m=1 (diakses pada 26/01/17)) 2. Umbul Nogo Umbul Nogo adalah tempat wisata mata air yang mengalir dari batuan atau tanah ke permukaan tanah secara alamiah yang berasal dari legenda hewan mitos dengan wujud ular dengan tubuh yang besar. (diakses pada 26/01/17)) 3. Resort Merupakan fasilitas penginapan yang terletak di dekat daerah wisata. (Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANDI) 4. Pusat Kebudayaan adalah sebuah tempat yang digunakan untuk berkumpul dan menjadi pusat kegiatan untuk mengenal dan mempelajari kebudayaan. (http://digilib.petra.ac.id (diakses pada 20/02/17))



5. Pendekatan Arsitektur Simbiosis



adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah dengan seni dan ilmu sebagai gaya rancangan suatu konstruksi bangunan yang saling berhubungan dengan organisme hidup, entah saling menguntungkan, merugikan, ataupun tidak sama sekali . (http://kbbi.web.id/ (diakses pada 26/01/17)) 1.3



Latar Belakang 1.3.1



Kajian pentingnya sektor pariwisata Pariwisata memiliki



peranan



penting dan



strategis



dalam



membangun sektor perekonomian nasional. Penggerak dalam pendapatan daerah dan pencipta lapangan pekerjaan menjadi salah satu unggulan dalam perekonomian nasional. Selain itu pariwisata juga mampu untuk memperkenalkan kebudayaan, kesenian, dan keindahan alam. Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan maupun kesejahteraan penduduk setempat (The Ecotourism Society (1990)). Semula para wisatawan pecinta alam yang menginginkan daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, namun selain itu juga menginginkan kebudayaan dan kesejahteraanmasyarakat tetap terjaga. 1.3.2



Kajian pemilihan lokasi Jawa tengah memiliki potensi pariwisata yang besar yang dapat



ditingkatkan dan menjadi salah satu sumber ekonomi daerah, jenis-jenis pariwisata tersebut adalah wisata budaya, , wisata bahari, wisata religi, wisata sejarah, wisata pendidikan, wisata belanja, wisata kuliner. Wonogiri merupakan salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah. Secara geografis, Kabupaten Wonogiri terletak disebelah tenggara Provinsi Jawa Tengah yaitu tepatnya pada koordinat 7˚32’ – 8˚15’ Lintang Selatan dan antara 110˚41’ – 111˚18’ Bujur Timur. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan, dengan ketinggian wilayah berkisar antara 0 mpdl sampai dengan diatas 600 mpdl. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Surakarta, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Sukoharjo di utara, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan (Provinsi



Jawa Timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewa Yogyakarta) di sebelah barat.



Gambar 1.1: Peta Kabupaten Wonogiri Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Wonogiri



Berdasarkan Perda No.3 Tahun 2002, Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan yang terdiri dari 251 desa, dan 43kelurahan. Dari data tersebut didapat data wisata unggulan di Wonogiri, yakni:



Gambar 1.2: Beberapa lokasi tujuan wisata Sumber : Wawancara Kepala Dinas Pariwisata



Mulai tahun 2015 desa wisata sudah mulai menjadi salah satu penggerak ekonomi ekowisata di kabupaten Wonogiri. Namun untuk dapat menikmati desa wisata yang ada di kabupaten Wonogiri, pengunjung masih harus memesan penginapan diluar kawasan wisata yang kualitasnya masih dibilang kurang. Berikut data jumlah pengunjung tempat wisata, pengguna hotel, dan jumlah kamar yang tersedia :



Gambar 1.3: Data Pengunjung Sumber : BPS, Survei Hotel dan PariwisataTahun 2014, 2015



Jumlah pengunjung berdasarkan statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2015 jumlah pengunjung di obyek wisata di Kabupaten Wonogiri turun mencapai –0,03 persen dari tahun 2014.



Gambar 1.4: Jumlah Tingkat Penghuni Kamar hotel dalam persen Sumber : BPS, Survei Hotel dan PariwisataTahun 2014, 2015



Gambar 1.5: Jumlah Hotel dan Kamar yang tersedia Sumber : BPS, Survei Hotel dan PariwisataTahun 2014, 2015



Dari obyek-obyek wisata di atas, masih banyak lagi tempat wisata di Kabupaten Wonogiri yang patut untuk diperhatikan dan dikembangkan. Tempat-tempat wisata seperti Desa Wisata Karanglor di Kecamatan Manyaran yang dikembangkan secara swadaya masyarakat dan masih banyak tempat lainnya bila dikembangkan akan memberikan sumbangan cukup besar untuk meningkatkan kepariwisataan di Wonogiri. Selain itu dari tahun ke tahun kegiatan perhotelan yang ada di Kabupaten Wonogiri semakin mengalami peningkatan. Dalam beberapa tahun terakhir hotel-hotel mulai dibangun sampai ke beberapa kecamatan di luar Kota Wonogiri. Walau pada tahun ini tidak ada penambahan jumlah hotel, namun hotel-hotel baru dibangun pada tahun-tahun terakhir semakin mendapat sambutan yang baik dari pengunjung yang datang ke Wonogiri. 1.3.3



Latar belakang masalah Kecamatan Manyaran merupakan salah satu kecamatan yang ada di



Wonogiri. Merupakan kecamatan yang dilewati oleh jalan provinsi, yakni jalan Jateng-D.I. Yogyakarta. Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo di utara, kecamatan Wuryantoro di sisi timur, kecamatan Eromoko di selatan, dan provinsi D.I. Yogyakarta di barat. Kecamatan Manyaran merupakan daerah pegunungan yang berbukit-bukit dan didominasi oleh tanah merah. Menurut survey Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT), kecamatan Manyaran memiliki luas 8166.068 Ha.



Kecamatan Manyaran terdiri dari dari enam desa dan satu kelurahan, yakni desa Karanglor, desa Kepuhsari, desa Punduhsari, desa Pijiharjo, desa Bero, desa Pagutan, dan kelurahan Gunungan.



Gambar 1.6: Peta administratif kecamatan Manyaran Sumber : Kecamatan Manyaran dalam Angka 2016



Ekowisata yang menjadi unggulan sudah mulai dikenal masyarakat, khususnya kecamatan Manyaran. Kecamatan Manyaran sudah memiliki dua destinasi desa wisata unggulan yakni Desa Wisata Wayang Kepuhsari, dan Desa Wisata Alam Karanglor. Berikut data potensi kecamatan Manyaran :



Gambar 1.7 : Kondisi Budaya kecamatan Manyaran Sumber : Survey Lapangan



Secara keseluruhan kecamatan Manyaran memang masih kental dengan kebudayaannya, mulai dari pentas seni setiap peringatan hari kemerdekaan Indonesia, hiburan untuk orang menikah, dan sampai menjadi mata pelajaran pengembangan diri dan ekstrakurikuler di sekolah. Ini akan menjadi potensi ekowisata yang menarik apalagi didukung dengan kondisi transportasi jalan Manyaran yang menjadi jalan antar provinsi. Dengan adanya potensi ini perlu adanya pusat kebudayaan untuk memperkenalkan kebudayaan lokal khususnya kecamatan Manyaran lebih dalam lagi. Pusat Kebudayaan ditujukan untuk orang-orang yang ingin berkumpul, belajar, maupun berwisata tentang budaya lokal. Selain itu pusat kebudayaan juga diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat sekitar. Desa wisata alam Karanglor yang berada di pusat keramaian kecamatan Manyaran sudah menjadi salah satu tujuan wisata favorit lokal. Desa wisata alam karanglor selain menawarkan wisata alam yakni Umbul Nogo yang berupa sumber air, juga menawarkan wisata outbond berupa bola air dan kolam renang. Usaha warga dalam mengonservasi alam dan kebudayaan setempat yakni membuat desa wisata(yang sudah ada) dan membuat kegiatan pentas budaya yang berada di Umbul Nogo.



Gambar 1.8 : Desa Wisata Karanglor berlokasi di Umbul Nogo Sumber : Google earth



Selain itu, potensi desa Kepuhsari yang memiliki desa wisata kerajinan wayang kulit dan tatah sungging sering dikunjungi oleh wisatawan untuk melihat bahkan belajar bagaimana cara untuk membuat



wayang dan memainkannya, sehingga banyak wisatawan yang perlu fasilitas penginapan. Namun belum tersedianya fasilitas peginapan khusus untuk wisatawan menjadi kendala tersendiri. Biasanya para wisatawan mencarai penginapan di luar kecamatan Manyaran. Maka dari itu ini bisa menjadi peluang untuk membuat fasilitas penginapan yang dekat dengan tempat wisata yakni resort. Perencanaan pusat kebudayaan dan resort berada di kawasan wisata Umbul



Nogo, dusun



Karanglor,



dikarenakan



lebih dekat



pusat



pemerintahan, pusat perdagangan, dan pusat keramaian di wilayah kecamatan Manyaran. Dimana setiap acara kebudayan sering diadakan di dusun Karanglor.



Gambar 1.9: Jarak kelurahan ke pusat kecamatan Sumber : Kecamatan Manyaran dalam Angka 2016



Melihat potensi alam dan kebudayaan yang masih bagus dan masih terjaga maka perlu didukung oleh fasilitas yang baik pula. Namun disamping itu juga harus menggabungkan antara organisme dengan fasilitas yang dibutuhkan maupun dengan aktivitas budayanya. Arsitektur Simbiosis adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah dengan seni dan ilmu sebagai gaya rancangan suatu konstruksi bangunan yang saling berhubungan dengan organisme hidup, entah menguntungkan, merugikan, ataupun tidak sama sekali.



saling



Dengan Pendekatan Arsitektur Simbiosis, fungsi resort dan pusat kebudayaan diharapkan mampu untuk menghubungkan antara bangunan dengan organisme hidup yakni alam sekitar, dan alam sekitar dengan manusianya. Dimana resort diharapkan menjadi sarana pendukung untuk belajar dan pusat kebudayaan akan menjadi sarana yang digunakan untuk mempelajari budaya dan alam sekitar. Sehingga sebuah bangunan bisa selaras, memberikan manfaat, dan saling menguntungkan bagi alam sekitar dan manusia. 1.4 Rumusan Masalah 1.



Permasalahan Umum a. Bagaimana merancang Resort di kecamatan Manyaran kabupaten Wonogiri. b. Bagaimana merancang Pusat Kebudayaan di kecamatan Manyaran kabupaten Wonogiri.



2.



Permasalahan Khusus a. Bagaimana merancang Resort di Manyaran dengan konsep simbiosis. b. Bagaimana merancang Pusat Kebudayaan di Manyaran dengan konsep simbiosis.



1.5 Tujuan dan Sasaran 1.



Permasalahan Umum a.



Mengetahui cara merancang Resort di kecamatan Manyaran kabupaten Wonogiri.



b.



Mengetahui cara merancang Pusat Kebudayaan di kecamatan Manyaran kabupaten Wonogiri.



2.



Permasalahan Khusus a. Mengetahui cara merancang Resort di Manyaran dengan konsep simbiosis. b. Mengetahui cara merancang Pusat Kebudayaan di Manyaran dengan konsep simbiosis.



1.6 Lingkup Pembahasan Lingkup Pembahasan Non Arsitektural



Dalam perancangan Resort dan Pusat Kebudayaan ruang lingkup arsitektural meliputi : 1.



Gubahan masa



2.



Pengelolaan tapak



3.



Analisa site



4.



Konsep desain



1.7 Lingkup Pembahasan Arsitektural Dalam perancangan ekowisata ruang lingkup arsitektural meliputi : 1. Lingkup arsitektural Resort dan Pusat Kebudayaan : a. Hubungan ruang dan sirkulasi ruang antara Resot dengan Pusat Kebudayaan. b. Bentuk gubahan yang dipengaruhi fungsi dan keterkaitan Resort dan Pusat Kebudayaan. c. Penataan kawasan yang sesuai dengan Resort dan Pusat Kebudayaan. d. Pengaturan fungsi-fungsi tambahan dalam pemanfaatan lahan untuk mengakomodasi aktifitas Resort dan Pusat Kebudayaan. 2. Lingkup arsitektural dengan pendekatan simbiosis : a. Hubungan dan sirkulasi ruang yang sesuai dengan pendekatan simbiosis. b. Fasade gubahan yang dipengaruhi oleh pendekatan simbiosis. c. Penataan kawasan zona budaya dan penginapan yang saling mempengaruhi. d. Fungsi-fungsi yang saling mempengaruhi untuk mendukung bangunan utama. 1.8 Skematik Penulisan Skematik penulisan dalam konsep perancangan terdiri dari lima bab yang secara keseluruhan saling berkaitan dan disertai dengan dengan daftar pustaka, dan sistem penyusunan meliputi: BAB I PENDAHULUAN yaitu, berkenaan dengan dengan pengertian judul, latar belakang masalah, tujuan, dan sasaran, ruang lingkup, pembahasan skematik penulisan dan keaslian penulisan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA yaitu,



pengertian



objek,



standar



tentang



bangunan,



tinjauan



dan



pendekatan/penekanan judul, studi kasus. BAB III METODE PERANCANGAN Metodologi yang digunakan alur pola pikir, ( latar belakang, focus bangunan, cara mensintesa) BAB IV HASIL PEMBAHASAN Lokasi eksisting site, pemilihan site, analisis site, analisi program ruang, pemahaman konsep perancangan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1.9 Keaslian Penulisan Penulisan pengembangan konsep tugas akhir dengan judul “Ekowisata Umbul Nogo Resort dan Pusat Kebudayaan” belum pernah diusung oleh mahasiswa Prodi Arsitektur UTY sebelumnya. Namun terdapat sejumlah preseden penulisan tugas akhir mahasiswa sebelumnya yang digunakan sebagai referensi. Berikut ini adalah beberapa contoh judul tugas akhir beserta penulisannya yang dijadikan sebagai referensi. Nama



Judul



Lokasi



Pendekatan



Esthi Desthasari Kuncorowulan Univ.Sebelas Maret Surakarta



Tahun 2013



Ulasan



Membuat



gedung



pusat



budaya



seni



dengan tujuan untuk: 1. Sesuai



Pusat Seni Dan Budaya Jawa di Surakarta



Karangpandan,



Arsitektur



Karanganyar



Simbiosis



dengan



arsitektur lokal. 2. Mampu



mewadahi



kelokalan kota Solo. 3.Memperbaiki kondisi lingkungan Solo.



Kota



Perancangan Tourism center



Adi Irawan Univ. Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim



Tahun 2016



guna



mengakomodasi



Perancangan



tempat



wisata



di



Tourism



Singosari,



Arsitektur



Malang dengan fungsi



Center di



Malang



Simbiosis



Gedung



Informasi



dan Hostel dengan



Singosari



tiga penekanan yakni ruang, makna, dan bentuk Pendekatan



yang



diambil



adalah



analogi



pola



tata



ruang rumah jawa yang



Pusat Studi



Eko Sulaksono Univ. Atma Jaya Yogyakarta



dan Kajian Kebudayaan Jawa



Tahun 2013



diterapkan



pada pola tata ruang



Jalan Raya Tajem, Depok, Sleman



Analogi



dan



pola



tatanan



masa pusat studi dan



Transformasi



kajian



kebudayaan



jawa



yang



menampung



unsur



kebudayaan jawa yang telah



mengalami



akultu-rasi kebudayaan. Intermediate space , yang merupakan salah



Aplikasi



Artha Riddihat



Metode



Nurindra



Filosofi



Univ. Gadjah Mada



Simbiosis



Yogyakarta



dalam



Tahun 2015



satu



prinsip



filosofi



Kota Bekasi,



Filosofi



Jawa Barat



Simbiosis



utama



simbiosis



merupakan salah satu bentuk



yang



bisa



diterapkan



untuk



Bangunan



membentuk



ruang



Apartemen



yang menjembatani privasi



penghuni



dengan public.