Eksplorasi Konsep - Budaya Positif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Eksplorasi Konsep - Budaya Positif Bapak/Ibu CGP, Eksplorasi konsep untuk Budaya positif terdiri dari beberapa bagian yaitu. 2.1 Perubahan Paradigma -Stimulus Respon lawan  Teori Kontrol CGP dapat memahami miskonsepsi tentang kontrol dan selanjutnya mengadakan perubahan paradigma stimulus-respon menjadi teori kontrol. CGP juga  melakukan refleksi atas penerapan praktik disiplin yang dijalankan di sekolahnya. 2.2 Arti Disiplin dan 3 Motivasi Perilaku Manusia CGP dapat memahami konsep disiplin positif dihubungkan dengan teori motivasi perilaku manusia, serta konsep motivasi internal dan eksternal. 2.3 Keyakinan Kelas, Hukuman dan Penghargaan CGP dapat memahami pentingnya memiliki keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas, yang pada akhirnya akan menciptakan budaya positif.  2.4 Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia CGP memahami bahwa setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yang berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif. CGP memahami bahwa kebutuhan dasar dapat dipenuhi dengan cara positif atau negatif oleh karena itu peran guru adalah memberdayakan anak agar dapat memenuhi kebutuhannya secara positif. 2.5 Lima (5) Posisi Kontrol  CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya. CGP dapat mengetahui dan menerapkan disiplin restitusi di posisi Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan positif, aman, dan nyaman dan dapat menghasilkan murid-murid yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab. 2.6 Segitiga Restitusi CGP memahami dan menerapkan restitusi melalui tahapan dalam segitiga restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar menjadi murid merdeka.



2.1 Perubahan Paradigma Tujuan Pembelajaran Khusus : o



CGP dapat memahami miskonsepsi tentang kontrol dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser.



o



CGP dapat memahami dan menerapkan perubahan paradigma stimulus dan respon menjadi teori kontrol.



o



CGP dapat bersikap kritis, reflektif, dan terbuka dalam menganalisis perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.



Kegiatan Pemantik: Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda. Tugas rekan Anda adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda boleh membujuk, menghardik, menggoda, bahkan menawari Anda dengan uang agar Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda. Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di atas dengan teman kerja Anda secara bergantian, masing-masing akan memiliki waktu 1 menit saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan Anda. Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira mengapa? o



Kira-kira apakah Anda akan membuka kepalan tangan Anda dengan bujukan, godaan, atau paksaan teman Anda? Mengapa?



o



Ataukah Anda akan bertahan dan menolak membuka kepalan tangan sampai sekuat tenaga Anda? Mengapa?



Eksplorasi Mandiri:



Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Pembahasan disiplin kali ini akan meninjau teori yang dikemukakan oleh Diane Gossen. Sebelum kita gali lebih lanjut tentang teori Disiplin Restitusi dari Diane Gossen, mari menyamakan model berpikir kita tentang disiplin itu sendiri. Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid. Di bawah ini adalah paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory, untuk meluruskan berapa miskonsepsi tentang kontrol : o



Ilusi guru mengontrol murid. Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.



o



Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.



o



Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal.



Mereka



belajar



untuk



merasa



buruk



tentang



diri



mereka.



Mereka



mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif. o



Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.



Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk. Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,



“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspekaspek tertentu tentang realitas”.



Tugas 2.1 Saat ini Anda bayangkan memandang cermin, memandang diri Anda sebagai seorang pendidik, dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan renungan tersebut di bawah ini setelah membaca tentang perubahan paradigma:  1. Setelah membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma stimulus respon ke teori kontrol, adakah bagian yang masih mengganjal atau belum Anda pahami? Ada, pada bagian ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa



2. Apakah Anda meyakini bahwa tepat untuk meminta murid menyesuaikan diri dengan keinginan Anda, dan bahwasanya adalah tanggung jawab Anda untuk memaksa murid demi suatu kebaikan, adakah cara lain?   Dalam kondisi tertentu, ada kalanya murid harus menyesuaikan diri dengan keinginan saya untuk kebaikan mereka. Dan pada kondisi dan situasi tertentu pula saya sebagai guru harus mendengarkan aspirasi murid tentang keinginan mereka.



2.2 Konsep Disiplin Positif dan Motivasi Tujuan Pembelajaran Khusus : •



CGP dapat memahami konsep disiplin positif dihubungkan dengan teori motivasi perilaku manusia.







CGP dapat memahami konsep teori motivasi manusia dihubungkan dengan konsep motivasi internal dan eksternal.







CGP dapat bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis motivasi yang dimiliki oleh CGP sendiri menurut teori motivasi perilaku manusia



Pertanyaan Pemantik : Bagaimana cara membuat murid disiplin? Siapakah yang bisa mendisiplinkan murid? Apakah guru yang bisa mendisiplinkan murid? Atau Kepala Sekolah? Atau orangtua murid? Atau murid itu sendiri? Mengapa? Bapak dan Ibu calon guru penggerak, Setelah memahami perbedaan teori stimulus respons dan teori kontrol pada pembahasan sebelumnya, sekarang mari kita belajar tentang konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita citacitakan di sekolah-sekolah kita. Kebanyakan guru, sangat tertarik dengan topik pembahasan tentang disiplin. Mereka berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang paling menantang dari pekerjaan mereka.



Bagaimana dengan Bapak/Ibu CGP? Apakah Anda



memiliki pendapat yang sama? Marilah kita baca artikel di bawah ini: Makna Kata Disiplin Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ di maknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun



disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470) Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri. Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri) Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan; “...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469) Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Referensi: Restitution: Restructuring School Discipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New View Publications, North Canada Ki Hajar Dewantara;Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,2013, UST-Press bekerjasama dengan Majelis Luhur Tamansiswa



Bapak dan Ibu calon guru penggerak, Indah sekali bukan pemikiran-pemikiran tentang konsep disiplin di atas. Mari kita bayangkan alangkah indahnya ketika tercipta masyarakat yang bisa saling belajar, yang saling merasa terikat dan terhubungkan satu sama lain; karena masyarakat seperti itu akan mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya, senantiasa selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itulah tujuan dari disiplin diri. Eksplorasi Mandiri Bapak Ibu calon guru penggerak, Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, Terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau. Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apa lagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel ini: 3 Motivasi Perilaku Manusia Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia: 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya



Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal. Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi? Saat itu, anda sedang menjadi orang yang seperti apa?



Bapak Ibu calon guru penggerak, Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid murid Kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilainilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai -nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita?



Tugas 2.2 (1) Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita? Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti Program Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda tidak mengikuti program ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah Anda mengikuti program ini karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi seorang guru pemelajar?  Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon guru penggerak?



Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka panjang dan membuat Anda terus bersemangat secara internal? Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi sebuah pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, apa dampaknya pada diri Anda? Pada awalnya saya berpikir mengikuti program guru penggerak ini sama seperti mengikuti program Pendidikan dan Latihan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan saya dalam pembelajaran. Setelah mengikuti beberapa tahapan dan mencari informasi tentang guru penggerak, disitulah saya baru mengetahui tujuan dari PGP ini untuk memberikan bekal kepada saya berupa kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan pedagogi sehingga harapannya mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada awal mengikuti PGP ini saya merasa sulit, jadwal yang padat dan tugas yang banyak. Seiring dengan waktu dengan selalu konsisten dan berteman dengan CGP lain yang hebat menjadikan motivasi saya untuk mengikuti PGP ini. Dalam mengikuti PGP ini saya tidak berpikir terhadap hadiah atau penghargaan, menjadi guru yang baik adalah tujuan saya. Tugas 2.2 (2) Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan Anda dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya? Motivasi saya datang tepat waktu di sekolah agar tidak ditegur oleh atasan, menghindari ejekan dari rekan guru lain dan murid serta menjadi teladan untuk murid-murid saya (menghargai nilai-nilai diri sendiri) Tugas 2.2 (3)



Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda?  Jelaskan alasan Anda. Saya akan tetap datang tepat waktu, karena datang tepat waktu merupakan cara sederhana untuk membangun citra yang baik dan menjadi contoh teladan terhadap murid Tugas 2.2 (4) Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan! Menurut saya motivasi yang paling banyak mendasari prilaku murid-murid saya di sekolah adalah untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Karena mereka merasa datang tepat waktu belum menjadi kebutuhan atau tidak paham bahwa datang tepat waktu menunjukkan bahwa orang tersebut dapat diandalkan dan membangun citra yang baik. Tugas 2.2 (5) Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada muridmurid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda? Saat ini strategi yang saya terapkan dengan memberikan contoh kepada murid datang tepat waktu, membuat banner “Budaya Malu Datang Terlambat”, dan menghukum siswa yang terlambat Tugas 2.2 (6) Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di kelas dan sekolah Anda? Yang saya tanamkan kepada murid-murid saya agar datang tepat waktu (Tidak terlambat) dengan menasehati siswa agar tidur tidak larut malam dan menunaikan sholat subuh.



Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan rapi antre di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu diikuti teman-temanya yang lain, agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antre di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja,  pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas, tanpa antri, karena Pak Heru tidak memberikan stiker bintang.  Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda. o



Menurut Anda apa yang terjadi pada cerita Ibu Anas dengan murid kelas 2?  Murid-murid Ibu Anas tidak bisa tertib dalam masuk kelas, murid murid berebutan masuk ke kelas. Untuk mengantisipasinya Ibu Anas menggunakan penghargaan/hadiah stiker bintang.



o



Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari pada pembelajaran 2.2, kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas?  Motivasi murid untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.



o



Adakah cara lain agar murid kelas 2 bersedia antre di depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang? Ada, dengan bertanya kepada murid-murid kenapa tidak bisa berdiri rapih ? atau dengan cara mengintruksikan kepada murid untuk berdiri rapi/antre dengan sikap tegas.



Tugas 2.3 Setelah membaca 5 (lima) poin yang berisi pernyataan atau penemuan tentang ‘Dihukum oleh Penghargaan’.  Pilihlah salah satu POIN yang berisi pernyataan atau cerita yang paling menarik atau menantang untuk Anda. Tuliskan tanggapan Anda terhadap pernyataan yang Anda pilih tersebut, kemudian berilah minimal 2 tanggapan atas jawaban/tanggapan rekan Anda. Pernyataan yang paling menarik “Penghargaan Merusak Hubungan”.



Dalam penghargaan adanya kompetisi, dampak negatif dari kompetisi di kelas dapat menghangcurkan persatuan dan kesatuan murid di kelas, dan munculnya dominasi pemenang atas yang kalah.



o Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut. o Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada muridmuridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut. o Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan kecemasan. o Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba. 



Diterima Disayang : Cinta Bisa : Mampu Senang : bahagia Bebas : merdeka







Siapakah orang-orang yang paling penting dalam hidup Anda?  Orang Tua, Istri, dan anak







Nilai-nilai kebajikan apa yang terpenting dalam hidup Anda?  Tanggung Jawab







Kalau Anda menjadi orang yang ideal, karakter atau sifat apa yang Anda paling inginkan ada pada diri Anda?  Percaya diri dan komunikatif







Apa pencapaian Anda yang Anda sangat banggakan? 



Pekerja Keras 



Apa pekerjaan ideal bagi Anda? Guru







Ceritakan bagian perjalanan hidup Anda, dimana Anda merasa itulah titik puncak hidup Anda?  Setelah lulus SMK saya kuliah sambal bekerja, pekerjaan saya selama kuliah tersebut sebagai penservis Sofa, montir di bengkel dynamo, rental jasa pengetikan dan operator warnet. Setelah lulus kuliah saya bekerja menjadi guru kemudian berkeluarga, disitulah titik puncak hidup saya.







Apa yang paling bermakna dalam hidup Anda?   Perjalanan hidup saya yang paling bermakna adalah mampu menyelesaikan kuliah dan pernikahan dengan biaya sendiri



2.5 Lima Posisi Kontrol ujuan Pembelajaran Khusus: o CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya. o CGP dapat mengetahui dan menerapkan disiplin restitusi di posisi Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman. o CGP dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol. Pertanyaan Pemantik:  Bacalah kasus-kasus di bawah ini, dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia:  o Tisa dan Hana dipanggil masuk ke ruangan Ibu Dewi, kepala sekolah SMA Makmur. Ibu Dewi baru saja mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa Hana menggunakan kata-kata kasar, dan merendahrendahkan Tisa di sosial media.  o Anto jarang sekali hadir di pembelajaran jarak jauh, dan pada saat hadir pun, Anto seringkali menggunakan kata-kata kasar di kolom chat mengejek teman-temannya. Hal ini sudah sangat mengganggu dan beberapa orang tua murid yang mengikuti pembelajaran daring mengeluhkan tentang perilaku Anto di pembelajaran jarak jauh. Bila Anda adalah guru, penerapan disiplin apakah yang akan Anda lakukan untuk kasus Hana dan kasus Anto? Mengapa? kasus Hana, sebagai guru saya akan mempertanyakan ke Hana “apakah kamu tahu bahwa posting di media sosial dapat dilihat oleh public ?”. setelah ada jawaban dari Hana kemudian saya menyanyakan Kembali ke Hana “Kenapa memposting/komen kata-kata kasar di media sosial ?”. setelah mendengarkan jawaban/klarifikasi dari Hana, saya mulai merelai/mendamaikan antara Tisa dan Hana. Setelah proses mendamaikan saya mempertanyakan kepada Tisa dan hana “Apakah kalian berdua bisa saling memaafkan/saling menghargai ?”. setelah mendapatkan kesepakatan perdamaian terjadi, selanjutnya saya akan bertanya kepada Hana “Bagaimana cara hana memperbaiki keadaan di media sosial ?. Kasus Anto, sebagai guru saya akan melakukan pemanggilan. Setelah bertemu dengan anto saya akan menanyakan “kenapa kamu melakukan seperti ini?”. Setelah mendapatkan penjelasan dari anto, kemudian saya menanyakan “apakah kamu tau bahwa perbuatan ini dapat menganggu orang lain?. Setelah menasehati anto, kemudian saya bertanya “bagaimana cara kamu memperbaiki keadaan ini?.



Bahas dengan rekan CGP Anda, dan bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama? Bila berbeda, utarakan masing-masing pandangan Anda. Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,  Berikut ini akan disampaikan suatu model disiplin yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol. Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Mari kita tinjau lebih dalam kelima posisi kontrol ini: Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.  Pembuat Orang Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan



murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha, Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.  Monitor/Pemantau: Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stimulusrespon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid. Manajer: Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri.  Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata: “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) “Apakah kamu meyakininya?” “Jika kamu menyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?” “Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?” “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”



Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.  Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman. Di bawah ini adalah contoh peragaan yang dikutip dari Yayasan Pendidikan Luhur (2007) di mana ada seorang murid yang melanggar suatu peraturan sekolah. Selanjutnya ada dialog antara seorang guru dengan murid tersebut, serta bagaimana guru tersebut menjalankan disiplin dengan menggunakan kelima posisi kontrol untuk kasus yang sama:  Adi yang terlambat hadir di sekolah. Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuknunjuk menghardik): “Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?”  Tanyakan kepada diri Anda: Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya datang terlambat?   Akibat: Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku. Pembuat orang lain merasa bersalah (Nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu): “Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.”  Bagaimana perasaan murid bila ditegur seperti cara ini? Akibat: Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap



penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain. Teman (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka) “Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” (sambil senyum-senyum).  Bagaimana perasaan murid dengan sikap guru seperti ini? Akibat:  Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila ada masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya. Akibat lain dari posisi teman, Adi hanya akan berbuat sesuatu bila yang menyuruh adalah guru tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang lain. Pemantau (nada suara datar, bahasa tubuh yang formal): Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?”  Adi: “Tahu Pak!”  Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti apa yang harus dilakukan bila terlambat?”  Adi: “Paham Pak, saya harus tinggal kelas pada jam istirahat nanti dan mengerjakan tugas ketertinggalan saya.”  Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam istirahat kamu harus sudah di kelas untuk menyelesaikan tugas yang tertinggal tadi. Saya tunggu”  Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini? Akibat:  Murid memahami sanksi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah.  Murid tetap dibuat tidak nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu jam istirahat dan mengerjakan tugas. Guru tetap harus memonitor atau memantau murid pada saat mengerjakan tugas di jam istirahat karena murid tidak bisa ditinggal seorang diri. Manajer (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid): Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”  Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!”  Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?” Adi:  “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang



tertinggal.”  Guru:  “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”  Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”  Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri” Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini? Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak perlu meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid. Fokus adalah pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua. Murid sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila guru mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa sanksinya apa peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru.



2.6 Segitiga Restitusi o Dalam sebuah acara pesta ulang tahun, teman Anda memecahkan gelas. Apakah Anda akan membiarkan dia membayar harga gelas yang dipecahkannya? Saya tidak akan menerima pembayaran harga gelas tersebut. Kemungkinan ini terjadi karena ketidaksengajaan. Solusinya saya akan membantu teman saya untuk membersihkan pecahan gelas tersebut dan menyimpan gelas yang lainnya agar tidak terjadi pecah lagi. o Anda sudah janji bertemu dengan teman Anda, namun ternyata dia juga memiliki janji penting bertemu orang lain di tempat lain, dan Anda terpaksa naik taksi untuk menemui teman Anda di tempat itu, apakah Anda akan meminta teman Anda membayar biaya taksi Anda menuju ke tempat tersebut? Saya tidak akan meminta pembayaran taksi, karena bertemu dengan teman adalah tujuan utamanya o Pegawai Anda membuat kesalahan yang menyebabkan kerugian finansial pada perusahaan, pegawai tersebut menawarkan untuk bekerja lembur tanpa bayaran, apakah Anda sebagai pemilik perusahaan akan menerimanya? Ya, saya akan menerima tawaran tersebut untuk memperbaiki kesalahannya. 1.



Dari 5 posisi kontrol, posisi mana yang dipraktikkan oleh guru? Jelaskan.  Pada posisi kontrol Manager, pada posisi ini guru menjadi mentor untuk berbuat sesuatu Bersama dengan murid dengan mengajak murid selalu mengindahkan keyakinan kelas sehingga bisa berperilaku lebih baik lagi. 2. Kebutuhan apa yang berusaha dipenuhi oleh Mario dan Adi?  Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang) 3. Apa yang dikatakan guru dalam tahap Menstabilkan Identitas, Validasi Tindakan, dan Mencari Keyakinan? Menstabilkan Identitas : Baiklah. Bapak disini bukan untuk mencari siapa yang salah, Bapak disini untuk mencari penyelesaian sama-sama, berpikir sama-sama tentang apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki situasi ini. Validasi Tindakan : Kalian pasti melakukan itu ada alasannya ya. Pasti seru ya main lemparlemparan makanan begitu Mencari Keyakinan : Kalian berdua ingat dengan baik keyakinan kelas kita Kita kembali pada ketika kalian main lempar-lemparan makanan dan mengenai Ibu Dina, apakah ketika kalian melakukan itu kalian menghormati orang lain dan lingkungan? 4. Kira-kira sesuai prinsip restitusi, apa yang akan dilakukan Mario dan Adi untuk memperbaiki kesalahan mereka pada Ibu Dina? Meminta maaf ke Ibu Dina dan berjanji selalu mengindahkan keyakinan kelas.