Eksplorasi KOnsep - Pendidikan Yang Memerdekakan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Menggali Pemikiran Para Tokoh Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianiah. Pandangan KHD tersebut sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan dari Rabindranath Tagore. Menurut tagore prinsip pendidikan ada dua, yaitu: naturalisme dan humanisme. Menurutnya, kedua prinsip tersebut musti diintegrasikan menjadi satu dobrakan yang masif, katanya. Karena menurutnya, tujuan utama pendidikan adalah memungkinkan terpeliharanya relasi yang sempurna antara manusia dan lingkungan. Dia percaya, memberikan anakanak kebebasan berekspresi dan bereksplorasi merupakan cara terbaik dalam mendidik mereka. Jadi, menurut Tagore, pendidikan semata-mata bukan hanya tentang kurikulum formal, tetapi adalah—  sebagai asimilasi dari beragam jenis pengetahuan yang kemudian ditransmisikan menuju pembenahan dan kemerdekaan bangsa. Haris Mudjiman (2007: 7) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai kompetensi tertentu guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. 2. Pendidikan Indonesia Zaman Kolonial Pendidikan pada masa penjajahan kolonial pada awalnya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan digunakan sebagai alat penjajah untuk mencetak tenaga kerja murah atau pegawai rendahan yang sangat diperlukan untuk perusahaan-perusahaan Belanda. Pendidikan kolonial tidak hanya berakibat negatif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga memberikan dampak positif karena setelah penjajahan Belanda di Indonesia berakhir dan Indonesia mencapai kemerdekaan sebagian penduduk di Indonesia khususnya di Jawa sudah tidak menderita tuna aksara atau buta huruf lagi. Karena penduduk Indonesia telah lama mengenal pendidikan atau sekolah. Pendidikan kolonial juga melahirkan tokohtokoh pergerakan nasional dan tokoh-tokoh pendidikan yang berjiwa nasionalis dan patriotis untuk memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. 3. Kerangka Pemikiran KHD Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. 4. Dasar-Dasar Pemikiran KHD Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. 5. Metode Montessori, Fröbel dan Taman Anak a. Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak dipentingkan. b. Frobel juga mendjaikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak-anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan mengjadi barang-barang yang menyenangkan anak. Namun, dalam proses pembelajarannya anak masih diperintah. c. Taman Siswa bisa dikatakan memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran paca indra dan permainan aka itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Sebab, salam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diisi Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.



6. Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan oleh Iwan Syahril



Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah usaha memasukkan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga membentuknya menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Filsafat pendidikan ini dikenal dengan filsafat pendidikan among yang di dalamnya merupakan kemampuan dasar anak dalam mengatasi masalah yang mereka alami dengan memberikan kebebasan berpikir yang luas. Dalam perumusan filsafatnya, Ki Hadjar Dewantara menggunakan kebudayaan asli Indonesia sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil secara selektif adaptatif sesuai dengan teori trikon. 7. Profil Pelajar Pancasila Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini antara lain: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. 8. Meramu Hasil belajar Pada Meramu Hasil kita diminta untuk membuat rangkuman hasil belajar mandiri, memaparkan poinpoin pemikiran yang diyakini menjadi temuan berpengaruh dan penting terhadap pemahaman CPP mengenai tujuan transformasi pendidikan berlandaskan filosofi KHD. hasil dari Meramu Hasil diunggah di LMS