Ekstraksi Benih [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Acara 2 EKSTRAKSI BENIH



Disusun Oleh:



Nama



: Cindya Reva Mardella



NPM



: E1J017083



Shift



: Jum’at, 10.00-12.00 WIB



Co. Ass



: Nesi Pratiwi



LABORATORIUM ARGONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Ekstraksi benih merupakan suatu proses yang dilakukan dalam hal pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Ekstraksi benih juga dapat diartikan sebagai pengambilan benih dari berangkasan tanaman yang lain, yang mungkin berupa buah, malai, polong, tanaman. Untuk tanaman serelia, seperti padi, jagung, dan kedelai, ekstraksi benih dilakukan setelah hasil panen dikeringkan.Ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan atau memisahkan biji dari buah/polongnya. Ekstraksi benih memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu untuk mengurangi campuran. Benih biasanya merupakan 1-5% dari total volume buah. Pengurangan campuran dapat membantu mengurangi biaya penyimpanan dan pengangkutan. Selaian itu, ekstraksi benih juga bertujuan agar mudah penanganannya. Benih umumnya diuji, diberi perlakuan pendahuluan dan ditanam secara individual, sehingga perlu pemisahan benih dari buahnya, dan dapat meningkatkan kemampuan penyimpanan. Benih akan lebih tahan lama bila dilakukan ekstraksi benih (Raja 2012). Beberapa benih yang diselaputi oleh struktur buah/benih yang berlendir dapat diekstraksi dari kotoran dan kandungan lendir yang berlebihan seperti pada buah tomat dengan cara ekstraksi basah atau kering. Selama proses ekstraksi kering, kotoran dikeringkan dan dipisahkan dengan memukulnya perlahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian dibersihkan menggunakan silinder berputar dan penyaringan. Selama ekstraksi basah, kotoran direndam dan dicuci dalam air. Benih yang mengumpul di bagian bawah wadah kemudian dipisahkan dengan menyaringnya di bawah aliran air. Proses penyaringan bisa dilakukan dengan menggunakan penyaris atau kain nilon. Kain nilon yang digunakan disesuaikan ukurannya dengan benih yang akar diekstraksi. Ekstraksi basah menghasilkan benih terbersih. Permasalahan pengumpulan benih dari kotoran adalah bahwa kotoran seringkali berisi campuran benih dari berbagai jenis yang akan mempersulit pemisahannya (ISTA 2000). Metode ekstraksi benih akan mempengaruhi mutu fisik dan fisiologis benih yang dihasilkan. Selain itu, mutu fisik dan fisiologis benih juga dipengaruhi oleh faktor ukuran benih. Ciri fisik benih bermutu dapat diteliti sebagai berikut: 1. Bentuk, ukuran dan warnanya seragam 2. Permukaan kulit benih harus bersih dan mengkilat.



Hal ini berarti benih harus tidak ada yang kotor atau keriput. Jika terdapat benih yang keriput, maka artinya buah tersebut dipetik pada saat belum cukup umur. 3. Tidak tercampur dengan benih hampa dan kotoran seperti tanah, sisa kulit, biji rumput, dan sebagainya 4. Kadar air cukup rendah dan benih sudah mengalami masa istirahat yang cukup, namun masih juga belum mengalami masa simpan terlalu lama sampai kadaluarsa. Manfaat ekstraksi benih yaitu memisahkan benih dari buah, memisahkan benih dari kotoran, dan meningkatkan kemurniaan (AS & PM, 2000).



1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengekstraksi benih.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Ekstraksi adalah metode umum yang digunakan untuk mengambil produk dari bahan alami, seperti jaringan tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dll. Ekstraksi merupakan suatu langkah awal dalam rangkaian kegiatan pengujian aktivitas biologi tumbuhan yang dianggap mempunyai pengaruh biologi pada suatu organisme (Dadang dan Prijono 2008). Pemuliaan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang dapat menghasilkan benih unggul sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman dibandingkan dengan menggunakan benih biasa. Benih hasil pemuliaan merupakan hal yang sangat penting sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis, dan genetic tetap terjamin baik (Leksono, 2009). Seiring berjalannya waktu, mutu benih secara periodik akan terus menurun. Kecepatan penurunan kualitas mutu benih sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi kadar air benih sedangkan faktor ekstrinsik, meliputi kondisi kelengasan udara dalam ruang simpan. Tujuan utama penyimpanan benih adalah agar dapat mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang lama agar benih dapat ditanam pada tahun berikutnya atau untuk tujuan pelestarian benih dari suatu jenis tanaman (Hasanah, 2010). Mutu fisik dan fisiologis merupakan rangkaian proses penanganan benih dari mulai proses produksi sampai perkecambahan benih. Sedangkan mutu genetik menunjukkan tingkat kemurnian varietas atau sebagai tingkat keterwakilan keragaman genetik suatu sumber benih (IFSP, 2011). Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat seperti kegiatan ekstraksi benih, yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatan-kegiatan pelunakan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum (Yuniarti, 2013). Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitasnya. Semakin rendah kadar air, maka benih tersebut makin lama dapat mempertahankan viabilitasnya. Rendahnya viabilitas benih (daya berkecambah dalam lingkungan yang optimal) dapat disebabkan karena kadar airnya yang terlalu tinggi sehingga dapat terjadi serangan cendawan. Disamping itu, hal ini dapat menyebabkan aktivitas fisiologis benih meningkat, sehingga dapat mempercepat kemunduran mutu benih (Hamzah, 2012).



BAB III METODOLOGI



3.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum yaitu: Alat:



Bahan:



1. Plastik nilon



1. Cabai



2. Nampan



2. Tomat



3. Cup dan air secukupnya



3. Pepaya



4. Lup



4. Ceri



5. Cutter 6. Pinset



3.2 Metode Praktikum Adapun langkah kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut: 1. Buah pepaya, tomat, cabai dan ceri diambil untuk kemudian dilakukan ekstraksi. 2. Masing-masing buah ditimbang agar dapat memperoleh nilai berat buah pada variabel yang diamati. 3. Bagian pepaya, tomat cabai dan ceri yang sehat dan matang dipotong dan diambil bagian tengahnya. 4. Bagian tengah tersebut di masukkan kedalam saringan/kantong nilon. 5. Biji tomat, cabai, dan ceri dicuci dengan air dan benih diremas untuk memungkinkan potongan daging dan kulit menempel pada biji untuk mengapung. 6. Pencucian diulang beberapa kali, ditambahkan air segar ke benih sampai semua potongan daging dan lendir hilang. 7. Benih yang sudah bersih di rendam di dalam cup yang sudah disediakan, untuk mengetahui benih yang bernas dan yang hampa. 8. Benih yang hampa dipisahkan dari benih yang berisi. Benih yang berisi akan tenggelam sedangkan benih yang hampa akan mengambang ke permukaan air. 9. Benih yang bernas di letakkan di atas kertas untuk ditimbang dan dikeringkan. 10. Benih ditimbang untuk mengetahui berat basah benih, dan berat buah segar juga ditimbang. 11. Benih dikeringanginkan menggunakan kertas yang telah ditutup rapat. 12. Setelah benih kering, kemudian benih ditimbang kembali untuk mengetahui nilai berat benih kering.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Pengamatan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukkan, maka diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:



No.



Variabel



Cabai



Tomat



Pepaya



8



118



1180



1.



Berat buah (g)



2.



Berat benih segar (g)



4,46



4,46



30,45



3.



Berat benih kering (g)



0,52



0,61



9,37



4.



Jumlah benih



106



110



598



5.



Jumlah benih per buah



19



144



598



6.



Berat benih per buah (g)



0,058



0,305



1,56



7.



Berat 100 benih (g)



0,56



1,54



4.2 Pembahasan Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis dibidang hortikultura. Oleh karena itu, penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi. Agar dapat mencapai keberhasilan agribisnis hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut untuk mampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan varietas dan memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pangan (konsumen) dan menerapkan prinsip tujuh tepat yaitu tepat jenis, varietas, nutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga. Pada saat praktikum, bahan yang praktikan gunakan adalah buah pepaya, ceri, tomat, dan cabai. Selanjutnya kami menimbang buah tersebut untuk memperoleh variabel berat buah (g). Buah yang memiliki ukuran yang besar diimbang dengan menggunakan neraca duduk, sedangkan cabai dan tomat ditimbang dengan menggunakan neraca digital. Setelah memperoleh berat benih, selanjutnya buah dipotong untk memudahkan dalam pengambilah benih. Untuk tomat, pepaya, dan cabai benih diambil dengan menggunakan pinset. Sedangkan pada buah ceri dengan menekan buah sampai bijinya keluar. Setelah masing-masing biji dikeluarkan, selanjutnya dihitung dan ditimbang. Akan tetapi, praktikum ekstraksi benih ceri dibatalkan karena melihat jumlah bijinya yang banyak dan ukuran yang cukup kecil dengan peralatan yang kurang memadai.



Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan sumbernya dapat dilakukan dengan cara di remas dengan tangan dan bantuan plastik nilon yang merupakan ekstraksi benih menggunakan metode manual. Pada praktikum ekstraksi benih kali ini bahan yang digunakan yakni cabai, tomat, dan pepaya. Dalam mengekstraksi benih ini dilakukan pemberian air secara berkala guna memisahkan benih dengan lendir. Pada praktikum kali ini dapat dinyatakan bahwa dari ketiga buah yang diamati, benih yang memiliki lendir yang paling banyak adalah tomat kemudian pepaya dan cabai. Setelah biji berhasil dipisahkan dengan daging dan lendir, selanjutnya dilakukan penghitungan dan pengukuran variabel yang diamati yaitu berat benih segar (g), berat benih kering (g), jumlah benih, jumlah benih pe buah, berat basah per buah, dan berat 100 benih (g). Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat dinyatakan bahwa setiap benih memiliki bentuk, tekstur serta berat yang bervariasi. Untuk berat benih segar yang paling berat yakni pepaya kemudian cabai dan tomat dengan jumlah benih berturut-turut 598, 177, dan 288. Hal ini terjadi karena tedapat keterkaitan antara berat benih dan jumlah benih. Berat benih yang besar terjadi karena ukuran benihnya besar dan jumlah benihnya banyak. Begitu juga dengan berat benih kering yang diperoleh yaitu buah pepaya sebesar 9,37 g, tomat 0,61 g, dan cabai 0,52 g. Hal ini diperoleh dari perhitungan rata-rata dari 4 kelompok.



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa ekstraksi benih dapat dilakukan dengan menggunakan metode manual. Prosedur ekstraksi benih dimulai dari pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya, yaitu ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah. Ekstraksi benih kadang kala tidak perlu dilakukan sesaat sebelum penaburan benih pada kondisi kemampuan penyimpanan benih yang tidak diekstraksi lebih baik atau kebutuhan akan pekerja untuk proses ekstraksi sangat tinggi. Selain itu, pastikan benih sudah bersih dari lendir, karena jika tidak dilakukan maka akan mempersulit pertumbuhan benih.



5.2 Saran Adapun saran untuk praktikum kali ini dan kedepannya agar alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lebih dioptimalkan lagi.



DAFTAR PUSTAKA



AS dan PM, 2000. PVP Status: PVP Asia in Balance. Asia Seed dan Planting Material, 7 (3): 18 – 19. Dadang dan Prijono D 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Hamzah, L, 2012. Teknologi Benih. CV. Rajawali. Jakarta. Haryati, 2013. Ekstraksi benih. Kanisius. Yogyakarta. Hasanah, M, 2002. Peranan Mutu Fisiologik Benih Tanaman Industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol.3. No. 21.: 84 – 90. IFSP. 2000. Pengaruh dari Kegiatan Penanganan Benih dan Persemaian Terhadap Mutu Benih. Bahan Kursus Biologi Benih . Bogor. ISTA, 2000. Pemilihan Benih Berdasarkan Ukuran Benih. Dirjen Reboisasi dan Rehabilitas Lahan. Bogor. Kuswanto, 2007. Agribisnis Semangka Non Biji. Penebar Swadaya. Jakarta. Leksono, B. 2009. Pemuliaan Tanaman Hutan. Rencana Penelitian Integratif. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Raja 2012. Ekstraksi benih. Rajabenih.com. Diakses pada tanggal 28 Desember 2013. Yuniarti, N. Megawati, dan Budi, L., 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Ukuran Benih Terhadap Mutu Fisik-Fisiologis Benih Acacia crassicarpa. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 10. No. 3: 129 – 137.