Endoftalmitis OK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ENDOFTALMITIS RUANG CENDRAWASIH BAWAH RSUD AJIBARANG



Disususun Oleh: INDRI WAHYUNI (108116049)



PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2019



LAPORAN PENDAHULUAN ENDOFTALMITIS RUANG CENDRAWASIH BAWAH RSUD AJIBARANG



Disususun Oleh: 1. Myelinda Ariyanti



(108116047)



2. Nurul Abibah



(108116048)



3. Indri Wahyuni



(108116049)



4. Vivi Nurafni Septiana



(108116051)



5. Sahrul Hardiyanto



(108116053)



PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2019 2



3



A. Pengertian Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan dalam bola mata (humor vitreus) dan bagian putih mata (sklera). Merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intra okuler disertai dengan terbentuknya abses didalam badan kaca. Penyebab Sepsis, selulitis orbita, trauma tembus, ulkus.Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca. Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari lingkunganluar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi danendolftalmitis post trauma. 1. Endoftalmitis Post Operatif Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini : katarak, implantasi IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan strabismus paracentesis, pembedahan vitreus dll. 2. Endoftalmitis Post Trauma Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang menimbulkan luka robek pada mata. 3. Endoftalmitis Endogen Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah. Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada : a. Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll b. Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis, pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll c. Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infectio



4



B. Etiologi Penyebab terjadinya endoftalmitis antara lain: 1. Tindakan pembedahan. 2. Luka yang menembus mata. 3. Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan spesies Streptococcus 4. Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan aktinomises



C. Patofisiologi Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca.



D. Manifestasi Klinik Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh. Selain itu akan terjadi penurunan tajam penglihatan dan fotofobia (takut cahaya). Endoftalmitis akibat pembedahan biasa terjadi setelah 24 jam dan penglihatan akan semakin memburuk dengan berlalunya waktu. Bila sudah memburuk, akan terbentuk hipopion, yaitu kantung berisi cairan putih, di depan iris. Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa: 1. nyeri mata 2. kemerahan pada sclera 3. fotofobia (peka terhadap cahaya 4. gangguan penglihatan.



5



Tanda seringkali muncul: 1. Kelopak merah 2. Bengkak, dan sukar dibuka, 3. Kornea keruh, 4. Bilik mata keruh. Tambahan gejala bervariasi, tergantung pada apa yang menyebabkan infeksi mata: 1. Endophthalmitis pascaoperasi – penyebab sebagian besar endophthalmitis adalah infeksi bakteri setelah operasi katarak. Ini masalah serius dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. Gejala sedikit bervariasi, tergantung pada apakah infeksi tersebut terjadi awal (enam minggu atau kurang) atau akhir (bulan atau tahun) setelah operasi. a. Gejala awal dapat termasuk penurunan dramatis dalam visus di mata terkena, sakit mata yang menjadi lebih buruk setelah operasi, mata merah dan kelopak mata bengkak. b. Akhir gejala cenderung lebih ringan dari gejala awal dan mungkin termasuk penglihatan kabur, peningkatan kepekaan terhadap cahaya terang (fotofobia) dan sakit mata ringan. 2. Posttraumatic Endophthalmitis - Gejala endophthalmitis disebabkan oleh cedera mata tajam umumnya dramatis - penurunan dramatis dalam visi di mata terkena, sakit mata yang menjadi lebih buruk, mata merah dan kelopak mata bengkak. 3. Hematogenous Endophthalmitis - Bila infeksi menyebar melalui aliran darah dan mengendap di mata, gejala-gejala dapat mengembangkan secara bertahap dan cukup halus. Misalnya, orang tersebut mungkin mengalami penurunan ringan pada visus selama beberapa minggu, bersama dengan munculnya floaters, yang gelap, semitransparan, bentuk mengambang di bidang visus.



6



E. Pathways



F. Komplikasi Komplikasi yang paling sering terjadi adalah meluasnya peradangan sehingga mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, sklera) dan badan kaca sehingga terjadilah panoftalmitis. Selain itu komplikasi lainnya dapat berupa vitreous hemoragik, endoftalmitis rekuren, ablasio retina, dan glaukoma sekunder.



G. Pemeriksaan Penunjang 1. Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya. Gejala klinis dapat dikonfirmasi dengan biakan mikroba. Sampel yang paling penting untuk biakan aspirat dari aquous dan kavum vitreus. Kemungkinan mikroba yang diisolasi dari vitreus 56-70% sedangkan dari aquous 36-40%. 2. Oftalmoskopi untuk melihat bagian dalam mata 3. Sken B ultrasonografi USG merupakan tindakan melihat dan memotret alat atau jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang tak terdengar. Alat ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraokuler.



7



H. Masalah Keperawatan/Kolaborasi 1. Nyari Akut b.d Agen Cidera Fisik 2. Mual b.d Program Pengobatan 3. Kerusakan Integritas Kulit b.d Prosedur Bedah 4. Gangguan Citra Tubuh b.d Prosedur Bedah 5. Resiko Jatuh b.d Gangguan Visual



I. Penatalaksanaan Pengobatan tergantung pada apa yang menyebabkan endophthalmitis dan negara penglihatan di mata yang terkena. Untuk Endophthalmitis disebabkan oleh infeksi bakteri, opsi mencakup satu atau lebih hal berikut: 1. Intravitreal antibiotics – Antibiotics are injected directly into the infected eye. antibiotik intravitreal - Antibiotik yang disuntikkan langsung ke dalam mata terinfeksi. Biasanya, beberapa vitreous dikeluarkan untuk tujuan diagnostik dan untuk membuat ruang bagi antibiotik. 2. Kortikosteroid - Dokter Anda mungkin menyuntikkan kortikosteroid ke dalam mata Anda untuk mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan. 3. Antibiotik intravena - Antibiotik, diberikan melalui vena, mungkin diresepkan untuk pasien dengan endophthalmitis parah. 4. Antibiotik topikal - Antibiotik diterapkan pada permukaan mata bila ada infeksi luka di samping endophthalmitis. 5. Vitrectomy - Bagian dari terinfeksi cairan's vitreous mata dilepas dan diganti dengan larutan garam (saline steril) atau cairan lain yang kompatibel. Ini biasanya dilakukan jika kehilangan penglihatan begitu parah sehingga orang itu hampir buta. Untuk mengobati Endophthalmitis disebabkan oleh infeksi jamur, dokter biasanya menyuntikkan obat antijamur (seperti amfoterisin B) langsung ke mata terinfeksi. Obat dapat diberikan intravena atau orang dapat menerima obat antijamur oral, seperti flukonazol. Jika infeksi sudah semakin berat, dokter spesialis mata dapat melakukan tindakan bedah yang disebut Vitrectomy untuk mengangkat cairan dan nanah dari dalam mata.



8



J. Fokus Intervensi Keperawatan Post Operasi NO



Diagnosa Keperawatan



NOC



NIC



1.



Nyari Akut b.d Agen



Setelah dilakukan keperawatan



NIC : Manajemen nyeri.



Cidera Fisik



selama 2x24 jam diharapkan



1. Lakukan pengkajian nyeri



nyeri dapat berkurang dengan



secara komprehensif



kriteria hasil:



termasuk lokasi,



NOC: Kontrol nyeri.



karakteristik, durasi,



Indikator



frekuensi, kualitas IR ER



1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Gali penegtahuan dan 2. Menggambarkan faktor penyebab kepercayaan pasien mengenai nyeri.



nyeri 3. Ekspresi nyeri wajah 4. Panjangnya episode nyeri



3. Berikan informasi mengenai nyeri 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.



Ket: 1. Tidak pernah menunjukkan



5. Dukung istirahat yang



2. Jarang menunjukkan



adekuat untuk membantu



3. Kadang-kadang



penurunan nyeri



menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten menunjukan



6. Monitor TTV 7. Ajarkan teknik non farmakologi 8. Kolaborasi pemberian obat analgetik



2.



Mual b.d Program



Setelah dilakukan keperawatan



Pengobatan



selama 2x24 jam diharapkan



NIC : Manajemen mual. 1. Dorong pasien untuk



mual dapat berkurang dengan



memantau pengalaman



kriteria hasil:



diri terhadap mual.



NOC : Kontrol mual dan



2. Dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi



muntah.



mual sendiri. Indikator 9



3. Observasi I ER tanda-tanda



non R verbal dan 1. Tidak dapat istirahat 2. Mendeskripsikan faktor penyebab. 3. Mengenali pencetus stimulus



ketidaknyamanan. 4. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan mual. 5. Tingkatkan istirahat dan



(muntah)



4. Menggunakan langkah-langkah tidur yang cukup untuk pencegahan.



memfasilitasi rangsangan nyeri. 6. Monitor efek dari



Ket: 1. Tidak pernah menunjukkan



manajemen mual secara



2. Jarang menunjukkan



keseluruhan.



3. Kadang-kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten menunjukan



7. Timbang BB secara teratur. 8. Dorong pola makan dengan porsi sedikit tapi sering. 9. Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi dan kalori. 10. Lakukan kebersihan mulut sesering mungkin untuk meningkatkan kenyamanan.



3.



Kerusakan Integritas



Setelah dilakukan tindakan



NIC: Perawatan Daerah



Kulit b.d Prosedur



keperawatan selama 2x24jam



(Area) Sayatan



Bedah



diharapkan integritas pasien



1. Periksa daerah sayatan



membaik dengan kriteria hasil:



terhadap kemerahan,



NOC: Integritas Jaringan



bengkak atau tanda-



Kulit dan Memberan Mukosa



tanda dehiscence atau eviserasi 2. Monitor proses



Indikator



10



penyembuhan sayatan I ER



3. Bersihkan daerah R 1. Suhu Kulit



disekitar sayatan dengan



2. Sensasi



pembersihan sayatan



3. Elastisitas



yang tepat 4. Monitor sayatan untuk



4. Tekstur



tanda dan gejala infeksi



5. Ketebalan



5. Gunakan kapas steril



6. Integritas Kulit Ket:



untuk membersihkan



1. Sangat terganggu



luka 6. Berikan plester untuk



2. Banyak terganggu



menutup



3. Cukup terganggu



7. Berikan salep antiseptic



4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu 4.



Gangguan Citra



Setelah dilakukan tindakan



NIC: Peningkatan Citra



Tubuh b.d Prosedur



keperawatan selama 2x24 jam



Tubuh



Bedah



diharapkan persepsi pasien



1. Tentukan harapan citra



membaik dengan kriteria hasil:



diri pasien didasarkan



NOC: Citra Tubuh



pada tahap perkembangan I ER



Indikator



2. Gunakan bimbingan R 1. Gambaran Interna Diri



antisipatif menyiapkan



2. Deskripsi bagian tubuh yang



pasien terkait dengan perubahan-perubahan



terkena dampak



citra tubuh yang telah



3. Sikap terhadap menyentuh



diprediksikan



bagian tubuh yang terkena dampak



3. Bantu pasien untuk mendiskusikan



4. Kepuasan dengan penampilan



perubahan-perubahan



tubuh 5. Kesiapan dengan fungsi tubuh



bagian tubuh disebbkan



6. Penyesuain terhadap perubahan adanya penyakit atau tubuh akibat pembedahan



pembedahan dengan cara yang tepat



Ket: 1. Tidak pernah positif 11



4. Bantu pasien



2. Jarang positif



menentukan



3. Kadang-kadang positif



berkelanjutan dari



4. Sering positif



perubahan-perubahan



5. Konsisten positif



actual dari tubuh dan tingkat fungsinya 5. Tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada citra diri pasien 6. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh mana yang berubah



5.



Resiko Jatuh b.d



Setelah dilakukan keperawatan NIC : Pencegahan jatuh.



Gangguan Visual



selama 2x24jam diharapkan



1. Identifikasi kekurangan



pasien dapat mengontrol resiko



baik kognitif dari pasien



jatuh dengan kriteria hasil:



yang mungkin



NOC: Kontrol resiko.



meningkatkan potensi



Indikator



jatuh IR pada E lingkungan tertentu.R



2. Identifikasi perilaku dan 1. Mencari informasi tentang resiko kesehatan.



faktor yang



2. Mengenali faktor resiko individu. mempengaruhi resiko 3. Mengenali kemampuan untuk merubah perilaku.



jatuh 3. Identifikasi karakteristik



4. Mengidentifikasi gaya hidup



dari lingkungan yang



untuk mengurangi resiko.



menngkatkan potensi



5. Mengenali perubahan status kesehatan.



jatuh. 4. Kaji ulang riwayat jatuh bersama pasien dan juga



Ket: 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang-kadang



12



keluarga. 5. Monitor gaya berjalan, keseimbangan dan



menunjukkan



tingkat kelelahan dengan



4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten



ambulasi 6. Ajarkan pasien untuk



menunjukan



beradaptasi terhadap modifikasi gaya berjalan yan telah disarankan. 7. Orientasikan pasien pada lingkungan fisik. 8. Sarankan pasien menggunakan alas kaki yang tepat. 9. Ajarkan pada anggota keluarga mengenai faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian jatuh .



K. Daftar Pustaka Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius Smeltzer,Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed.8. Jakarta: EGC



13