Epidemiologi Double Burden Malnutrition [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EPIDEMIOLOGI DOUBLE BURDEN MALNUTRITION Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Dosen Pengampu: Puji Lestari, S.K.M., M.P.H.



Disusun Oleh: 1. Lia Afiliani



(1907026062)



2. Firda Ainun Nabila



(1907026072)



3. Giyanti Nurlatifa



(1907026076)



4. Lulu Trida Nur Alifa



(1907026078)



PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UIN WALISONGO SEMARANG 2021



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas keharidat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Epidemiologi Double Burden Malnutrition”. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah kami ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Semarang, 7 November 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii BAB I .............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1 A.



Latar Belakang ................................................................................................................. 1



B.



Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2



C.



Tujuan............................................................................................................................... 2



BAB II............................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3 A.



Pengertian Double Burden Malnutrition .......................................................................... 3



B.



Epidemiologi Gizi Kurang ............................................................................................... 3



C.



Epidemiologi Gizi Lebih .................................................................................................. 7



D.



Pencegahan Double Burden Malnutrition di Masyarakat ................................................ 9



E.



Kondisi Double Burden Malnutrition ............................................................................ 10



BAB III ......................................................................................................................................... 13 PENUTUP..................................................................................................................................... 13 A. B.



Kesimpulan..................................................................................................................... 13 Saran……………...……………………………………………………………………...14



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Salah satu masalah gizi yang masih terjadi saat ini yaitu malnutrisi. Malnutrisi merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian nutrisi yang tidak benar maupun tidak mencukupi. Beban ganda (double burden) malnutrisi, meliputi kurang gizi dan kelebihan berat badan, menjadi masalah utama di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang (FAO, 2006; Sedgh et.al., 2000; WHO, 2016). Prevalensi balita overweight di Indonesia juga terus meningkat. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi overweight di Indonesia mencapai 11,9%. Indonesia termasuk di dalam 17 negara di dunia yang memiliki ketiga masalah gizi tersebut dalam waktu bersamaan. Tingginya prevalensi malnutrisi, baik undernutrition maupun overnutrition, menunjukkan bahwa beban ganda malnutrisi di Indonesia sudah cukup memprihatinkan. Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam jangka lama dapat mempengaruhi pertumbuhan balita, gangguan sistem imun, dan risiko terkena penyakit infeksi meningkat serta risiko terjadinya kematian pada balita (Hong dkk., 2006). Penelitian Devi (2010), mengemukakan beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya gizi kurang adalah berat bayi lahir rendah (BBLR), penyakit penyerta balita, pengetahuan orang tua tentang gizi rendah, keadaan ekonomi keluarga, keadaan lingkungan, pola asuh orang tua, dan lama pemberian ASI Eksklusif. Jenis kelamin, status pendidikan ayah, jumlah kelahiran juga mempengaruhi status gizi balita (Asfaw dkk., 2015). Sedangkan gizi lebih (overweight) dalam istilah awam lebih dikenal sebagai kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang berlebihan sehingga menghasilkan ketidakseimbangan energi antara konsumsi makanan dan 1



pengeluaran energi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Overweight pada remaja perlu mendapatkan perhatian, dikarenakan overweight yang terjadi pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan lansia. Overweight merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes militus, beberapa jenis kanker dan yang lainnya. (Khomsan, 2003). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud double burden malnutrition? 2. Bagaimana epidemiologi gizi kurang? 3. Bagaimana epidemiologi gizi lebih? 4. Bagaimana pencegahan double burden malnutrition di masyarakat? 5. Bagaimana kondisi double burden di Indonesia saat ini? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian double burden malnutrition. 2. Untuk mengetahui epidemiologi gizi kurang. 3. Untuk mengetahui epidemiologi gizi lebih 4. Untuk mengetahui pencegahan double burden malnutrition di masyarakat. 5. Untuk mengetahui kondisi double burden di Indonesia saat ini.



2



BAB II PEMBAHASAN 1) Pengertian Double Burden Malnutrition Salah satu masalah gizi yang masih tetap terjadi hingga saat ini yaitu malnutrisi. Definisi malnutrisi menurut WHO merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh asupan atau pemberian nutrisi yang tidak benar maupun yang tidak mencukupi. Malnutrisi lebih sering dihubungan dengan asupan nutrisi yang kurang atau sering disebut undernutrition (gizi kurang) yang bisa disebabkan oleh penyerapan yang buruk atau kehilangan nutrisi yang berlebihan. Namun istilah malnutrisi juga mencakup overnutrition (gizi lebih). Sesorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah, jenis, dan kualitas gizi yang memadai untuk diet yang sehat dalam jangka waktu yang lama. Beban gizi ganda atau Double Burden of Malnutrition (DBM) adalah suatu keadaan koeksistensi antara kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan pada populasi, masyarakat, keluarga dan bahkan individu yang sama (WHO, 2010). 2) Epidemiologi Gizi Kurang 2.1 Gizi Kurang Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh (Adiningsih, 2010). Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013). Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya berada pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak dengan status gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat badan setiap bulannya atau mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali selama enam bulan (Depkes, 2005). Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30% dibawah berat badan ideal. Gizi kurang dapat berkembang menjadi 3



gizi buruk, yaitu keadaan kurang gizi yang berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan lemak berlangsung terus-menerus dan dampaknya terhadap kesehatan anak akan menjadi semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat menyebabkan kematian (Adiningsih, 2010). 2.2 Etiologi Gizi Kurang Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. 2.2.1



Faktor langsung Terdapat dua faktor yang memengaruhi status gizi secara langsung yaitu asupan makan dan infeksi suatu penyakit. Asupan makan sangat memengaruhi status gizi, apabila tubuh memperoleh asupan makan yang dibutuhkan secara optimal maka pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal (Almatsier, 2002). Infeksi penyakit berkaitan erat dengan perawatan dan pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akan mengakibatkan proses penyerapan nutrisi terganggu dan tidak optimal sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi (Supariasa, 2016). 1) Asupan makan Asupan makan harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, konsumsi makanan harus beragam, bergizi dan berimbang. Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh diantaranya, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Namun, seringkali anak cenderung kurang berminat terhadap makanan bergizi dan bermasalah dalam pemberian makanan karena faktor kesulitan makan, anak memilih-milih makanan dan lain sebagainya (Judarwanto, 2004). Gangguan kesulitan makan pada anak perlu mendapat perhatian yang serius agar tidak menimbulkan dampak negatif nantinya. Dampak negatif



yang ditimbulkan diantaranya 4



adalah kekurangan



gizi,



menurunnya daya intelegensi dan menurunnya daya tahan tubuh anak yang akan berdampak pula terhadap kesehatan anak, anak lebih mudah terserang penyakit dan tumbuh kembang anak tidak berlangsung dengan optimal (Santoso, 2004).



2) Infeksi Infeksi suatu penyakit berkaitan erat dengan buruknya sanitasi lingkungan dan tingginya kejadian penyakit menular. Infeksi penyakit terutama infeksi berat dapat memperburuk status gizi karena memengaruhi



asupan



gizi



sehingga



kemungkinan



besar



akan



menyebabkan kehilangan zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Keadaan patologis seperti diare, mual muntah, batuk pilek atau keadaan lainnya mengakibatkan penurunan nafsu makan dan asupan makanan serta peningkatan kehilangan cairan tubuh dan zat gizi. Berkurang atau hilangnya nafsu makan mengakibatkan penurunan asupan nutrisi sehingga absorpsi zat gizi pun menurun (Santoso, 2004)



2.2.2



Faktor tidak langsung 1. Tingkat pengetahuan Kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan beraneka ragam setiap harinya dan dapat mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuh. 2. Pendapatan keluarga Pemenuhan gizi yang baik didukung dengan tingkat pendapatan (penghasilan) yang memadai. Pendapatan keluarga atau status ekonomi merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan terpenuhinya ketersediaan pangan didalam keluarga, karena daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga. Sebagian besar jumlah pendapatan penduduk Indonesia adalah golongan rendah dan menengah, 5



hal ini akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan bergizi. Oleh sebab keterbatasan ekonomi yang dialami, maka masyarakat cenderung tidak mampu untuk membeli bahan pangan/ makanan yang baik sehingga berdampak terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cenderung menurun (Marimbi, 2010). 3. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga dapat berpengaruh terhadap distribusi makanan dalam keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus dilayani jumlahnya sedikit (anggota keluarganya sedikit). 4. Jarak Kehamilan Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi,maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang akan tetapi air susu ibu (ASI) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pendamping ASI, yang kadang- kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah dapat mengakibatkan terjadinya gizi kurang. Sehingga, jarak kelahiran yang yang terlalu rapat dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang pada balita. 5. Sanitasi lingkungan Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna. Apabila anak menderita infeksi saluran cerna maka penyerapan zat- zat gizi akan terganggu, hal ini akan menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Kekurangan zat gizi dalam tubuh akan menyebabkan mudah terserang penyakit sehingga pertumbuhan akan terganggu (Supariasa, 2016).



6



2.3 Interaksi antara Host, Agent, dan Environment dalam Penyakit Gizi Kurang 1. Agent Agent adalah penyebab utama terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent adalah zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan, akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi, keluarga miskin, ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak, faktor penyakit bawaan pada anak, dan faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat. 2. Host Host adalah manusia yang kemungkinan terpapar atau beresiko terhadap suatu penyakit. Dalam gizi kurang manusia berperan sebagai host atau pejamu. 3. Environment Environment atau lingkungan meliputi lingkungan sosial, lingkungan biologi, dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial yang mempengaruhi host adalah ekonomi rendah sehingga host tidak mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi adalah sanitasi atau air bersih yang tidak memadai. Dan lingkungan fisik yang mempengaruhi adalah keadaan rumah yang kurang baik. Penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah keluarga miskin. Keluarga miskin sangat erat hubunganya dengan ekonomi rendah, sehingga host dengan kondisi ekonomi rendah untuk memenuhi kebutuhan pangan hanya seadanya tidak memperhatikan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan ditambah dengan sanitasi atau air bersih yang tidak memadahi dan keadaan rumah yang kurang baik. 3) Epidemiologi Gizi Lebih 3.1 Overweight dan Obesitas Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Obesitas adalah 7



penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan diatas normal. Obesitas dan gizi lebih dapat terjadi karena adanya ketidak-seimbangan antara energi dari makanan yang masuk lebih besar dibanding dengan energi yang digunakan tubuh. Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas. Batas IMT untuk dikategorikan overweight adalah antara 23 – 24,9, sedangkan obesitas tingkat I adalah 25-29,9, dan kategori obesitas tingkat II dengan IMT ≥ 30. Kegemukan (obesitas) dapat terjadi mulai dari masa bayi, anak-anak, sampai pada usia dewasa. Untuk pengukuran anak dibawah usia 2 tahun dapat menggunakan Z-score dengan BB/TB, jika +2 SD sampai dengan +3 SD dapat dikatakan overweight dan obesitas jika sudah lebih dari +3 SD. Kegemukan pada masa bayi terjadi karena adanya penimbunan lemak selama dua tahun pertama kehidupan bayi. Bayi yang menderita kegemukan maka ketika menjadi dewasa akan mengalami kegemukan pula. Kegemukan pada masa anak-anak terjadi sejak anak tersebut berumur dua tahun sampai menginjak usia remaja dan secara bertahap akan terus mengalami kegemukan sampai usia dewasa. Kegemukan pada usia dewasa terjadi karena seseorang telah mengalami kegemukan dari masa anak-anak (Suyono, 1986). Obesitas juga dapat diukur menggunakan pengukuran antropometri lingkar pinggang, menurut WHO (Asian) untuk laki-laki dikatakan obesitas jika lingkar pinggang >90 cm (35 inchi) dan perempuan >80 cm (32 inchi). Sedangkan untuk Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP), dapat dikatakan obesitas jika RLPP laki-laki >0.9 cm dan perempuan >0,85 cm.



3.2 Faktor risiko gizi lebih Faktor risiko gizi lebih meliputi : 1. Genetik 2. Usia 3. Kelebihan energy 4. Kurang aktivitas fisik 5. Masalah sosial dan ekonomi 6. Kurang pengetahuan akan gizi seimbang 8



7. Lifestyle 8. Kehamilan 9. Konsumsi obat-obatan 10. Tekanan hidup/ stress 11. Intervensi gizi lebih dan obesitas



3.3 Dampak gizi lebih dan obesitas Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal, dan stroke.



3.4 Interaksi antara Host, Agent, dan Environment dalam Penyakit Gizi Lebih 1. Agent Agent adalah penyebab utama terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent adalah zat"zat gizi yang terkandung dalam makanan, lifestyle, ketidaktahuan gizi seimbang, perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan, aktifitas fisik yang ringan, serta riwayat pemberian ASI dan MPASI. 2. Host Host adalah manusia yang kemungkinan terpapar atau beresiko terhadap suatu penyakit. Dalam gizi lebih manusia berperan sebagai host atau pejamu. 3. Environment Environment atau lingkungan meliputi lingkungan sosial, lingkungan biologi, dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial yang mempengaruhi host adalah ekonomi jika berlebih sehingga membeli makanan terlalu banyak dan tidak sehat, kemudian gaya hidup akan mempengaruhi pola makan dan aktifitas fisik. 4) Pencegahan Double Burden Malnutrition di Masyarakat Penanggulangan masalah gizi kurang: 1. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beraneka ragam pangan; 9



2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga; 3. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit; 4. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); 5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat; 6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas; 7. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak beriodium; 8. Peningkatan kesehatan lingkungan; 9. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, Iodium, dan Zat Besi; 10. Upaya pengawasan makanan dan minuman; 11. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi. Sedangkan untuk penanggulangan gizi lebih, Kemenkes sedang melaksanakan kampanye untuk gizi seimbang (keragaman pangan) sementara ada gerakan nasional yang disebut GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dalam Instruksi Presiden (No. 1, 2017) yang mendorong: 1. Aktivitas fisik 2. Peningkatan perilaku hidup sehat (misalnya tidak merokok, dll) 3. Penyediaan makanan sehat dan percepatan perbaikan gizi 4. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit 5. Peningkatan kualitas lingkungan 6. Peningkatan pendidikan hidup sehat



10



5) Kondisi Double Burden Malnutrition Indonesia menderita kekurangan gizi yang cukup tinggi (defisiensi gizi makro dan mikro) yang diiringi dengan meningkatnya prevalensi obesitas - yang disebut sebagai ‘Beban Ganda Masalah Gizi’ (Double Burden of Malnutrition). Wilayah Asia Tenggara dan Pasifik memiliki hampir setengah dari populasi di seluruh dunia, yang menderita Beban Ganda Masalah Gizi. Beban Ganda Masalah Gizi di Indonesia terjadi di sepanjang siklus kehidupan, dimulai lebih awal dengan 12% anak di bawah lima tahun menderita kurus (wasting), sementara 12% lainnya mengalami kegemukan (overweight) (Kementerian Kesehatan, 2013). Sekitar 11% dari remaja perempuan dan laki-laki berusia 13-15 tahun mengalami kurus, yang diukur melalui indeks massa tubuh (IMT) yang rendah, sementara 11% dari remaja pada usia yang sama lainnya mengalami kegemukan. Antara tahun 2010-2013, prevalensi berat badan lebih (gemuk) dan obesitas meningkat dua kali lipat pada wanita dewasa (dari 15% menjadi 33%), sedangkan seperempat wanita hamil mengalami kurus (Kementerian Kesehatan, 2013). Beban ganda ibu dan anak, di mana ibu yang mengalami berat badan lebih tinggal di rumah yang sama dengan anak yang pendek (stunted) atau gizi kurang (underweight), telah diamati pada 11% rumah tangga pedesaan di Indonesia (Oddo, Rah, Semba, & et al., 2012). Sementara data terbaru menurut Riskesdas 2018 menunjukkan terdapat 10,1% anak balita kurus dan 7,6% balita mengalami kegemukan (Kementerian Kesehatan, 2018). Beban Ganda Masalah Gizi mengakibatkan banyak sekali kerugian, baik dalam bidang kesehatan, maupun bidang pembangunan dan ekonomi Indonesia. Dimana kerugian tersebut dapat terjadi mulai sebelum kelahiran. Ibu dengan berat badan kurang cenderung memiliki bayi dengan pertumbuhan intra-uterus yang terhambat serta lahir dengan berat badan lahir rendah dan dengan risiko kematian yang lebih tinggi (Black, Victora, Walker, & et al., 2013). Berat badan berlebih dan obesitas pada ibu juga meningkatkan risiko kematian bayi (Meehan, Beck, Mair-Jenkins, & et al., 2014). Sementara bayi dengan berat badan lahir rendah lebih cenderung untuk mengalami kekurangan gizi pada masa kanak-kanak (Cresswell, Campbell, De Silva, & Filippi, 11



2012). Kekurangan gizi dan kegemukan selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi. Kurang gizi menyebabkan 45% kematian pada anak usia di bawah lima tahun di seluruh dunia (Black, Victora, Walker, & et al., 2013) dan merupakan predisposisi bagi anak untuk menderita penyakit menular seperti diare dan infeksi saluran pernapasan akut (Black, Allen, Bhutta, & et al., 2008). Pada saat yang sama, setidaknya 2,6 juta orang meninggal setiap tahun akibat kelebihan berat badan ataupun obesitas (WHO, 2018). Anak yang gemuk cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang mengalami berat badan berlebih dan mengalami PTM yang berkaitan dengan pola makan seperti diabetes tipe 2 (Bjeeregaard, Jensen, & Angquist, 2018) dan penyakit kardiovaskular (Litwin, 2014). Remaja putri yang mengalami malnutrisi lebih rentan untuk menjadi wanita dewasa yang juga terkena malnutrisi dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Dengan demikian, ia akan mewariskan Beban Ganda Masalah Gizi dari satu generasi ke generasi berikutnya.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Malnutrisi (WHO) merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh asupan atau pemberian nutrisi yang tidak benar maupun yang tidak mencukupi. Beban ganda (double burden) malnutrisi, meliputi gizi kurang dan gizi lebih. Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013). Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya berada pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Gizi kurang dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun faktor tidak langsung. Faktor langsung penyebab gizi kurang yaitu asupan makan dan infeksi. Sedangkan, faktor tidak langsungnya adalah tingkat pengetahuan, pendapatan keluarga, jumlah keluarga, jarak kehamilan, dan sanitasi. Selain itu, juga terdapat interaksi antara host, agent, dan environment dalam gizi kurang. Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi, dapat dikategorikan berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan diatas normal. Indonesia masih terus menurunkan angka gizi buruk dan gizi lebih dengan segala macam upaya. Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal, dan stroke. Selain itu, juga terdapat interaksi antara host, agent, dan environment dalam gizi lebih.



13



B. Saran Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang isi makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan kita dalam memahami isian.



14



DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S.2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta ; Gramedia. Adiningsih, S. 2010. Waspada Gizi Balita Anda. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Bjeeregaard, L., Jensen, B., & Angquist, L. (2018). Change in Overweight from Childhood to Early Adulthood and Risk of Type 2 Diabetes. New England Journal of Medicine, 378(14). Dikutip dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29617589 Black, R., Allen, L., Bhutta, Z., & et al. (2008). Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health consequences. The Lancet, 371, 243-260. Dikutip darihttps://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(07)61690-0/fulltext Black, R., Victora, C., Walker, S., & et al. (2013). Maternal and child undernutrition and overweight in low-income and middle-income countries. The Lancet, 382(9890), 427451.



Dikutip



dari



https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-



6736(13)60937-X.pdf Blossner, Monika, de Onis, Mercedes. Malnutrition: quantifying the health impact atnatiol and local levels. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2005. Environmental Burden of Disease. Kementerian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Kementerian Kesehatan. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Meehan, S., Beck, C., Mair-Jenkins, J., & et al. (2014). Maternal Obesity and Infant Mortality: A Meta-Analysis.



Pediatrics,



133(5).



Dikutip



dari



http://pediatrics.



aappublications.org/content/133/5/86. Nasution, F. R. A. dan N. (2012). Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi dan Balita. (Rifqy Alya Prasmadyan, Ed.) (I). Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Satoto. dkk. 2000. Kegemukan Obesitas dan Penyakit Degeneratif : Epidemiologi. Sodikin. (2013). Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan (I). Jakarta: EGC. 15



Suyono, Slamet dan Djauzi S. (1994): Penyakit Degeneratif dan Gizi Lebih, Risalah WKNPG V, LIPI, Jakarta. WHO. 2013. Set of 9 voluntary global NCD targets for 2025. Retrieved from http:// www.who.int/nmh/global_monitoring_framework/gmf1_large.jpg?ua=1 WHO. 2018. NLiS. Dikutip dari Stunting, wasting, overweight and underweight - Nutrition Landscape



Information



System



(NLiS):



http://apps.who.int/nutrition/



landscape/help.aspx?menu=0&helpid=391&lang=EN WHO. 2019. WHO child growth standards and the identification of severe acute malnutrition in infants



and



children



A



Joint



Statemen.



http://www.who.int/maternal_child_adolescen [Accessed 17 Aspr. 2015].



16



2009).



[online]



Tersedia



di:



t/documents/9789241598163/en/