Epidemiologi Hiv Dan Aids [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EPIDEMIOLOGI HIV DAN AIDS



DISUSUN OLEH: RETNO DWI LESTARI



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS 2020



RESUME EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS A. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya, hanya terdapat dua perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis (Lilienfeld & Lilienfeld) dan ruda paksa (Mausner & Bhan). Epidemiologi sendiri terdiri dari 2 jenis: 



Epidemiologi Deskriptif : Epidemiologi yang hanya menggambarkan besarnya masalah kesehatan yg terjadi di masyarakat. Besarnya masalah kesehatan digambarkan dalam 3 variabel epidemiologi yaitu orang (person), tempat (place) dan waktu (time).







Epidemiologi Analitik : Epidemiologi analitik selain menggambarkan besarnya masalah dengan 3 variabel epidemiologi juga mencari faktor penyebab masalah kesehatan tersebut.



Tujuan dari epidemiologi sendiri adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Selain memiliki tujuan tersebut, epidemiologi juga memiliki fungsi yang utama yaitu: 



Menerangkan tentang besarnya masalah dan ganggun kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.







Menyiapkan data/ informasi yang esensial







Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah.



Ruang lingkup epidemiologi bukan hanya terbatas pada satu aspek kehidupan tetapi seluruh tatanan, seperti disebutkan diatas termasuk barbagai masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat dengan bidang kesehatan maupun dengan berbagai kehidupan social. Salah satunya adalah epidemiologi penyakit baik penyakit tidak menular maupun penyakit menular. Ada 3 bentuk pemodelan dalam epidemiologi (Disease Models) yaitu: 



Segitiga Epidemiologi (Epidemiological Triangle) : Interaksi agen dan inang (tuan rumah) di lingkungan yang sesuai menimbulkan penyakit.  







Model Roda (Wheel Model): Host memiliki genetika sebagai inti, dikelilingi oleh lingkungan yang terbagi secara skematik menjadi biologis, fisik dan sosial







Jaring-jaring sebab akibat (The Web of causation): Interaksi yang kompleks dari faktor-faktor penyebab penyakit Introduction to Epidemiology Konsep dasar Epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan



antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya adalah host (pejamu), agent (penyebab), dan environment (lingkungan). B. KONSEP HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merosak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. 2. Triad Epidemiologi HIV AIDS a. Faktor Agent (Penyebab) Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus  yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Secara mortologis HIV  terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan Bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris  tersusun  atas  dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120).Gp 120 Berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan.



Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap Pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan Dengan berbagai disinfektan seperti eter , aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan Sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet. b. Faktor Host (Penjamu) Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomisbiologis dan faktor sosiologis-gender. Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi “menampung”, dan alat reproduksi wanita sifatnya “masuk kedalam” dibandingkan pria yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh orang tersebut. Adanya infeksi kronik akan memudahkan masuknya virus HIV. Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV. Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival. Faktor resiko HIV adalah: 



Bayi dan anak dari ibu yang menderita HIV 







Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda, karena maraknya pergaulan bebas.







PSK ( Pekerja Seks Komersial) dan pelanggannya







TKI/TKW







Biseksual yang sering berganti-ganti pasangan.



c. Faktor Environment ( Lingkungan ) Kondisi lingkungan yang selau berubah dapat menurunkan kondisi fisik manusia sehingga dia rentan terhadap penyakit atau kondisi lingkungan yang berubah sehingga agent dapat berkembang biak dengan pesat pada lingkungan tersebut yang menyebabkan timbulnya penyakit. 3. Port Of Entri dan Port Of Exit Tempat masuk kuman Human imuno defisiensi virus ada 3 cara :







Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah terinfeksi HIV.







Transfusi darat atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.







Mother-to-Child Transmission : Dari ibu yang terjangkit HIV pada anaknya



Perlu diketahui HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan/minum yang sama, gigitan nyamuk, memakai jamban yang sama atau tinggal serumah. a. Masa Inkubasi Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow periode”. b. Transmisi Di bawah ini beberapa transmisi pada HIV/AIDS : 



Transmisi seksual: Penularan seksual terjadi dengan kontak antara sekresi seksual dari satu orang dengan membran mukosa rektum, alat kelamin atau mulut pasangannya.







Paparan patogen melalui darah: Ini rute transmisi sangat relevan dengan pengguna narkoba intravena, penderita hemofilia dan penerima transfusi darah dan produk darah.







Transmisi perinatal: Transmisi virus dari ibu ke anak dapat terjadi in utero. Dengan tidak adanya perawatan, tingkat transmisi antara ibu dan anaknya selama kehamilan, persalinan dan melahirkan adalah 25%. Fakta Transmisi HIV/AIDS :



 Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.  Jarum suntik/tindik/tato yang tidka steril dan dipakai bergantian  Mendapatkan tarnsfusi darah yang mengandung virus HIV  Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)



 HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), menggunakan toilet duduk, berbagi alat makan makanan atau gelas minum, berjabat tangan, atau melalui ciuman.  HIV tidak dapat bertahan untuk waktu yang lama di luar tubuh.  Virus hanya dapat ditularkan dari orang ke orang, bukan melalui gigitan binatang atau serangga  Orang yang terinfeksi HIV yang memakai ART masih dapat menulari orang lain melalui hubungan seks dan jarum-berbagi 4. Metode pencegahan HIV/AIDS Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang : a. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek Upaya   pencegahan   AIDS   jangka   pendek   adalah   dengan   KIE,  m emberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV). Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Secara singkat pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. o   A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Atau PUASA melakukan hubungan seks. o   B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah harus SETIA hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. o   C adalah CONDOM b. Upaya pencegahan jangka panjang Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab adalah : 



Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.







Hanya melakukan hubungan seksual dengan  mitra seksual yang setia dan tidak  terinfeksi HIV (monogamy).







Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.







Menghindari hubungan  seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual.







Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.







Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin







Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.







Tidak melakukan hubungan anogenital.







Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual.



C. EPIDEMIOLOGI HIV AIDS HIV (Human Immunodeficiency virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan permasalah darurat untuk seluruh dunia dimana kasus ini pertamakali dilaporkan di Los Angeles (Dr.Gotlibb, 1981) dimana kasus pertama ditemukan pada lima orang remaja yang aktif melakukan aktivitas seksual dan merupakan homoseksual. Gejala yang ditimbulkan antara lain penurunan imunitas dan infeksi Pneumonicystis Carinii Pneumonia (PCP). Sedangkan di Indonesia kasus pertama dilaporkan di Bali pada tahun 1987 diamna terdapat seorang warga negara asing yang telah terdiagnosa HIV 2 tahun sebelumnya dan merupakan homoseksual. Berdasarkan laporan United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) pada tahun 2015 diketahui bahwa 35 juta orang didunia hidup dengan HIV dan 19 juta diantaranya tidak tahu bahwa dirinya positif menderita HIV. Di tahun 2016 prevalensi HIV dan AIDS mengalami penurunan dari 0,40 per 1.000 populasi menjadi 0,26 per 1.000 populasi. Di akhir tahun 2017 penderita HIV diseluruh dunia mencapai 36,9 juta jiwa, dengan 940.000 meninggal, 1,8 juta jiwa baru terinfeksi atau 5.000 orang terinfeksi perharinya (UNAIDS, 2018). Pada tahun 2019 jumlah penderita HIV diseluruh dunia adalah 38 juta jiwa dengan 81% mengetahui status terinfeksi HIV dan 7,1 juta diantaranya tidak mengetahui status terinfeksi HIV. Selain itu 36,2 juta orang dengan HIV-AIDS (ODHA) merupakan usia dewasa dan 1,8 juta diantaranya merupakan anak-anak dengan usia 0-14 tahun. Dari jumlah ini pula diketahui bahwa 1,7 juta diantaranya merupakan kasus baru dan 690.000 jiwa meninggal akibat HIV-AIDS (UNAIDS,2020). Berdasarkan data UNAIDS pada tahun 2019 yang dilansir pada laman resmi UNAIDS tahun 2020 dapat diketahui bahwa kasus baru HIV telah menurun 40%



sejak puncak terjadinya kasus ini di tahun 1998 yakni dari 2,8 juta menjadi 1,7 juta kasus. Hal ini berbanding lurus dengan penurunan angka kematian akibat AIDS sebanyak 60% sejak puncaknya di tahun 2004 dengan jumlah 1,7 juta menjadi 690.000. United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) melaporkan penurunan kasus sejak 10 tahun terakhir, dimana terjadi penurunan 23% untuk kasus baru dan 39% untuk angka kematian akibat AIDS (UNAIDS,2020). Berdasarkan analisa yang telah dilakukan UNAIDS (2020) terkait HIV-AIDS sebagai dampak pandemi Covid-19 dimana akan terjadi peningkatan biaya ekspor obat antiretroviral (ARV) sebanyak 10-25% yang apabila selama 6 bulan akan terjadi gangguan pengobatan maka dapat menyebabkan lebih dari 500.000 kematian akibat AIDS, dan terjadi peningkatan kasus infeksi HIV pada anak dibeberapa negara seperti Melawai (162%), Uganda (139%), Zimbawe (106%), dan Mozambik (83%). Di Indonesia pada tahun 2015 jumlah penderita HIV mencapai 30.935 jiwa, dengan 7.123 jiwa berusia 0-24 tahun, 21.810 jiwa berusia 25-49 tahun dan 2.002 berusia diatas 50 tahun, selain itu 59,4% merupakan laki-laki dan 40,6% perempuan. Angka ini mengalami perubahan di tahun 2016 menjadi 41.250, dengan 63,3% laki-laki, 36,7% perempuan, 9.973 jiwa berusia 0-24 tahun, 28.602 jiwa berusia 25-49 tahun, dan 2.675 berusia diatas 50 tahun. Di tahum 2017 angkanya bertambah menjadi 48.300 jiwa dengan 63,6% laki-laki serta 36,4% perempuan. Sedangkan jika berdasar usia 11.307 jiwa berusia 0-24 tahun, 33.448 jiwa berusia 25-49 tahun, dan 3.545 jiwa berusia diatas 50 tahun. Tahun 2018 jumlah penderita HIV bertambah menjadi 46.659 dengan persentase 63,8% lakilaki dan 36,2% perempuan, jumlah penderita HIV yang berusia 0-24 tahun sebanyak 9.949 jiwa, 32.847 jiwa berusia 25-49 tahun, dan 3.863 berusia diatas 50 tahun. Di tahun 2019 penderita HIV bertambah menjadi 50.282 jiwa, dengan 10.491 jiwa diantaranya berusia 0-24 tahun, 35.393 jiwa berusia 25-49 tahun dan 4.398 jiwa berusia diatas 50 tahun (P2P, 2019). Meskipun prevalensi jumlah penderita HIV di Indonesia mencapai 0,19 per 1.000 populasi akan tetapi berdasarkan laporan UNAIDS (2018) kepada WHO (2018) angka ini masih dibawah angka global (0,26 per 1.000 populasi). Meski demikian hal ini bukan berarti baik bai Indonesia karena Indonesia berada diatas rata-rata angka HIV negara Asia Tenggara (0,08 per 1.000 populasi) dan menduduki urutan tertinggi



ketiga jumlah penderita baru terbanyak di Asia Pasifik setelah India dan China (Utami, 2018). Di Sumatera Selatan kasus HIV berjumlah 175 jiwa pada tahun 2015, kemudian menurun pada tahun 2016 menjadi 115 jiwa, dan kembali bertambah menjadi 170 jiwa di tahun 2017, dan 435 kasus dengan jumlah laki-laki 317 kasus dan jumlah perempuan 118 kasus, HIV terbanyak untuk kategori umur pada lakilaki usia 20-29 Tahun dengan jumlah 123 kasus dan untuk kategori umur pada perempuan usia 30-39 Tahun dengan jumlah 48 kasus (Dinkes Sumsel, 2019). Sedangkan rata-rata kasus AIDS di Sumatera Selatan sejak 1987-2019 adalah 14,23% per 100.000 penduduk dengan jumlah kasus 1.209 dan 113 diantaranya meninggal dunia (P2P, 2019). Prevalensi HIV AIDS di Sumatera Selatan juga memenuhi target nasional yakni dibawah 0,5 persen (0,3%). Ada beberapa kabupaten yang berada diwilayah Sumatera Selatan salah satunya adalah Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan laporan dinas kesehatan Banyuasin (2018) tahun 2014 ditemukan 4 penderita positif HIV dengan 3 penderita laki-laki dan 1 perempuan. Pada tahun 2015 ditemukan 3 orang penderita HIV. Tahun 2016 ditemukan lagi 4 penderita HIV dan 2 penderita AIDS degan jenis kelamin laki-laki dan dua penderita AIDS tersebut meninggal. Tahun 2017 ditemukan 11 yang keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki dan 2 penderita AIDS. Tahun 2018 ditemukan 11 penderita HIV dengan 9 orang berjenis kelamin laki-laki dan 2 orang berjenis kelamin perempuan.



DAFTAR PUSTAKA Amanah, FS., Maksudi, BI., Salbiah, E. 2020. Analisis Kinerja Pegawai Dalam Penanggulangan Hiv/Aids. Jurnal Governansi, 6(2): 114-120. Azanella, LA. 2018. “HIV/AIDS dalam Angka: 36,9 Juta Penderita, 25 Persen Tak Menyadarinya”. https://lifestyle.kompas.com /read/2018/12/01/ 124545720/ hivaids-dalam-angka-369-juta-penderita-25-persen-tak-menyadarinya?page = all. Di akses Tanggal 13 Oktober 2020. Bobsusilo. (2016). situasi HIV/AIDS pada tahun 1987-2016. Jakarta: pusat data informasi kementrian RI. https://www.kemkes.go.id/ diakses pada tanggal 13 oktober 2020 Dinas Kesehatan Kota Palembang. (2019). Profil Kesehatan Kota Palembang. Dinkes. Palembang Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin. Dinkes. Banyuasin http://repository.unmuha.ac.id/ diakses tanggal 13 oktober 2020 https://www.academia.edu/12057283/konsep_dasar_epidemiologi diakses tanggal 13 oktober 2020 P2P. 2019. Laporan Program Penanganan. Jakarta: Kemenkes Sumini , Hadisaputro,S., Anies, Laksono, B., Sofro MAU. 2017. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian HIV/AIDS pada Pengguna Napza Suntik (Studi Epidemiologi Di Kota Pontianak). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas 2 (1), 2017, 36-45. United



Nations



Programme



on



HIV



and



AIDS.



2020.



UNSAID.



https://www.unaids.org /en/ resources/documents/2017/2017_data_book. Diakses Tanggal 13 Oktober 2020. Utami, Sri. 2018. HIV Dalam Suistinables Goals(SDGs). Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Mencapai. Jurnal diakses pada 13 Oktober 2020