Esai Ilmiah Tumbuhan Ciplukan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Gesang Putranto Dwi Aji



Kelas



: Biologi F



Kelompok



:9



CIPLUKAN, SI KECIL YANG TERABAIKAN



A. Pendahuluan Klasifikasi Ciplukan (Physalis angulata L.) Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi



: Angiospermae



Kelas



: Dicotyledonnae



Ordo



: Solanales



Famili



: Solanaceae



Genus



: Physalis



(Sumber : Augustine & Ufuoma, 2012) Spesies



: Physalis angulata L.



(Augustine & Ufuoma, 2012) Morfologi dari Physalis angulata L. ialah tumbuhan herba anual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm. Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang



dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah (Andyana,2000). Tanaman ciplukan (Physalis angulata L.), merupakan tanaman yang tidak banyak diketahui orang bahwa dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan tidak sulit ditemukan. Tanaman ini dapat tumbuh didataran rendah hingga dataran tinggi, sehingga bisa dijumpai di pekarangan dan mendapat sinar matahari penuh dan tanahnya gembur (Siyok, 2002) Ciplukan atau ceplukan (Physalis angulata L.) dikenal sebagai tanaman pengganggu (gulma) bagi para petani. Ciplukan tumbuh liar di semak-semak, kebun, empang sawah dan ladang pertanian yang baru. Tanaman ciplukan merupakan tanaman yang tidak banyak diketahui orang bahwa dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Dianggap sebagai gulma maka tanaman tersebut biasanya dimusnahkan agar tidak mengganggu tanaman lain di ladang pertanian yang dikembang biakkan. Tanpa sadar, mereka telah menyia-nyiakan salah satu kekayaan alam yang di Indonesia. Padahal dari setiap bagian pada tanaman ciplukan ini dapat dijadikan obat. Beberapa masyarakat di pedesaan mengenal tumbuhan ciplukan sebagai salah satu obat tradisional untuk berbagai macam penyakit seperti peluruh seni, obat bengkak, memperbaiki pencernaan, anti inflamasi, desinfektan, asma, batuk rejan, bronkitis, orkitis, bisul, borok, kanker, tumor, leukemia dan kencing manis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Namun minimnya pengetahuan akan pemanfaatan ciplukan di era modern sekarang menyebabkan ciplukan diabaikan begitu saja. Salah satu penyakit yang dapat diatasi dengan meramu tanaman ciplukan ini ialah diabetes.



B. Badan Esai World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia tahun 2000 sebanyak 8,4 juta orang menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Perkeni, 2006). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional diabetes mellitus adalah 5,7%, dan masih ada



sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diabetes mellitus di atas prevalensi nasional. Dibawah ini adalah data statistik jumlah penderita diabetes di dunia versi WHO pada tahun 2000 dan proyeksi jumlah penderita diabetes dunia pada tahun 2030. Indonesia menduduki tempat ke 4 terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152% atau dari 8.426.000 orang pada tahun 2.000 menjadi 21.257.000 orang di tahun 2030.



(Sumber: Data Statistik Jumlah Penderita Diabetes di Dunia menurut WHO) Penelitian yang telah dilakukan, baik secara in vitro maupun in vivo, didapatkan informasi bahwa ciplukan memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus,



imunostimulan



dan



imunosupresan



(imunomodulator),



antiinflamasi,



antioksidan, dan sitotoksik. Penelitian aktivitas antidiabetes dari tanaman ciplukan terbukti mampu menurunkan kadar gula darah pada tikus atau mencit percobaan (Sediarso et al,2011). Peneliti lain juga membuktikan pemberian herba ciplukan (Physalis angulata L.) adalah salah satu antioksidan potensial yang dapat menurunkan kadar gula darah dan memperbaiki profil lipid. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi. Penelitian yang dilakukan oleh menyatakan bahwa ekstrak air herba ciplukan mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, steroid, fungsional dan triterpenoid, monoterpenoid, dan seskuiterpenoid. Penelitian pra-klinik ekstrak etanol daun ciplukan



pada mencit putih, menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ciplukan mempunyai aktivitas antidiabetes pada kisaran dosis antara 10mg/kg bb sampai 100 mg/kg bb (Ismail,2004). Baedowi (1998) telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara in vivo pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat mempengaruhi sel β insulin pankreas. Hal ini menunjukkan pula adanya aktivitas antihiperglikemi dari ciplukan. Kandungan senyawa dalam ciplukan antara lain adalah asam klorogenat, asam elaidat, asam sitrat, asam malat, tanin, kriptoxantin, fisalin, saponin, terpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid dan steroid (Sediarso et al, 2011). Senyawa-senyawa inilah yang memiliki peran untuk mengatasi kadar gula darah berlebih yang dialami seorang penderita diabetes. Selain itu, tanaman ciplukan bersifat analgetik (penghilang nyeri), detoksikan (penetral racun) serta pengaktif fungsi kelenjar-kelenjar tubuh. Saponin dan alkaloid yang terkandung dalam ciplukan memberikan rasa pahit dan berkasiat sebagai anti tumor dan menghambat pertumbuhan kanker, terutama kanker usus besar (Ismail,2004). Ekstrak etanol ciplukan memiliki aktivitas antibakteri (Sediarso et al, 2011). Aktivitas antidiabetes yang dilihat dari penapisan fitokimianya lebih lanjut, tanaman ciplukan diduga memiliki kandungan alkaloid tiazolidinedion yang merupakan salah satu ligan atau aktivator Peroxisome Proliferator-Activated Receptor-γ2 (PPARγ2). Salah satu faktor transkripsi dalam inti sel, yakni PPAR-γ2, berperan meregulasi ekspresi gen-gen yang berkaitan dengan pengaturan masukan glukosa dan asam lemak bebas (non-esterified fatty acid, NEFA) dalam adiposit dengan mekanisme metabolik yang terkait satu sama lainnya. (Sediarso et al, 2011). Kandungan fitokimia dalam tanaman ciplukan dapat dilakukan dengan cara maserasi menunjukkan adanya kandungan metabolit sekunder alkaloid (positif pada uji Dragendorf, Meyer, dan Wagner), flavonoid, dan saponin pada ekstrak etanol buah ciplukan (Djajanegara, 2013).



(Sumber : Djajanegara, 2013) Saya sangat percaya bahwa tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) bermanfaat sebagai obat anti diabetes. Penelitian yang dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui kadar-kadar lain yang terkandung di dalam tanaman tersebut menunjukkan bahwa peran senyawa metabolit sekunder untuk penanganan anti diabetes paling banyak terdapat dalam tanaman ciplukan. Rumput laut dikatakan dapat menjadi obat antidiabetes karena mengandung karagenan yang merupakan serat makanan pengikat kation (binding of cations). Karagenan ini akan mempengaruhi proses pemecahan karbohidrat (disakarida) didalam intestinum yang akhirnya juga akan mempengaruhi proses penyerapan monosakarida, sehingga dapat menahan laju peningkatan kadar glukosa darah post-prandial dan mengurangi penurunan balik gula darah yang akan merangsang selera makan (Wikanti et al, 2002). Namun, berdasar hasil penelitian yang dilakukan rumput laut masih belum dapat menurunkan kadar gula darah yang diuji cobakan kepada mencit. C. Simpulan Tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman dari lahan basah yang dapat digunakan sebagai sediaan bahan obat anti diabetes. Bagian utama yang dibuat ialah daun ciplukan yang mengandung flavonoid, saponin, terpenoid dan alkaloid dengan cara maserasi. Pengolahan ciplukan menjadi sediaan obat berfungsi memanfaatkan bahan alam yang ada di bumi dan menyadarkan masyarakat akan peran besar tanaman ciplukan dari segi kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA Andyana, P.B., & I.B.P. Aryana. 2000. Morfologi Tumbuhan. Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja. Augustine A.A. and Ufuoma O., 2013, Flavonoids from the leaves of Physalis angulata Linn, Planta Medica, 79 (13), 1211. Baedowi, 1998, Timbunan Glikogen dalam Hepatosit dan Kegiatan Sel Beta Insula Pancreatisi Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian Ekstrak Daun Ciplukan, Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 139. Djajanegara I, Wahyudi P. 2010. Uji sitotoksisitas ekstrak etanol herba ceplukan (Physalis angulata Linn.) terhadap sel T47D secara in vitro. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 1:41-47. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 199,308, 313. Ismail I, 2004. Pengaruh Pemberian Infus Herba Ciplukan (Physalis angulate L.) terhadap Kadar Glukosa Darah dan Jumlah Sel b-Pankreas pada Tikus yang Diinduksi dengan Aloksan. Universitas Pancasila. Jakarta. 1-16. Sediarso., H.Sunaryo., N. Amalia. 2011. Efek Antidiabetes Dan Identifikasi Senyawa Dominan Fraksi Kloroformherba Ciplukan (Physalis Angulata L.) Majalah Ilmu Kefarmasian. 8 (1): 14-24 Wikanti T, Khaeroni, Rahayu L. 2002. Pengaruh Pemberian Natrium Alginat terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8(6): 21-32