Essay Ekowisata Anargya Jagabrantas PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LOMBA ESSAY NASIONAL ALFA (AQUALINE FESTIVAL) 2018



Subtema: Pariwisata Berkelanjutan



EKOWISATA ANARGYA JAGABRANTAS



Disusun Oleh : AstridaWahyuUmayanti



175080200111045



2017



Dhita Widhiastika



175080200111005



2017



UNIVERSITAS BRAWIJAYA



MALANG



2018



1



PENDAHULUAN LATAR BELAKANG



Generasi millennial yang mendominasi negeri ini sejatinya sangat berpengaruh terhadap perkembangan kelestarian alam, salah satunya kelestarian ekosistem perairan. Para pemuda, khususnya mahasiswa bagaikan nahkoda yang bertekad menyebrangi samudera. Mampu menaklukan dahsyatnya angin dan gelombang serta permasalahan yang bertubi-tubi muncul. Dari ungkapan tersebut jelas bahwa pemudalah yang menjadi penggerak untuk mewujudkan Indonesia lestari dan asri. Pemudalah yang mejadi pemegang kontrol berkembangnya kearifan lokal suatu daerah untuk menghindari kelunturan dan degradasi. Serta pemudalah sebagai agent of change yang mampu merubah mindset orang-orang agar mawas diri lebih sadar akan pentingnya kelestarian ekosistem. Hal tersebut akan terwujud jika para pemuda peka terhadap kondisi alam sekarang ini dan mampu memahami seberapa pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Mau berfikir dan kritis serta bertindak mengenai dampak yang akan terjadiatas aktivitas yang dilakukan oleh perusak lingkungan. Pemudalah yang harus berkontribusi untuk negeri. Pemudalah yang kreatif dalam gagasangagasan yang disampaikan. Namun, tidak hanya sebatas pemikiran saja tapi harus mampu merealisasikannya. Jadi, pemudalah yang menjadi tonggak masa depan. Itulah yang diharapkan oleh semua orang. Kami sebagai mahasiswa harus tegas, mampu mencegah, menangani dan mengevaluasi permasalahan ekosistem agar terciptanya kelestarian lingkungan serta sumberdaya yang tetap terjaga keasliannya. Pemuda yang peka terhadap permasalahan ekosistem perairan pasti mengetahui kasus-kasus yang melanda suatu daerah. Salah satu daerah tersebut yaitu Desa Tawangrejo yang terletak di Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan sungai dengan kondisi ekonomi yang relatif menengah ke bawah. Kondisi perairan muara Waduk Karangkates yang sangat subur sehingga menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan. Ikan tersebut yaitu tawes (Borbonymusgonionotus), badher bang (Barbonymus balleroides), nila (Oreochromisniloticus), jendil (Pengasius micronemus) (Menteri PU, 2010). Dikarenakan populasi ikan yang melimpah, mayoritas mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan sungai. Akan tetapi, mereka menangkap ikan menggunakan alat



2



dan bahan yang tidak ramah lingkungan dan dilarang, seperti bom, potassium sianida, dan setrum. Mereka tidak peduli terhadap ekosistem dan hanya memikirkan hasil tangkapan yang maksimal. Ketidakpeduliannya juga terlihat dari hal sepele yaitu membuang sampah di sungai. Itu merupakan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan di daerah tersebutsehingga sangat mengganguu keseimbangan ekosistem perairan. Dari perilaku tersebut menyebabkan ikan di Sungai Brantas menurun sangat drastis dari tahun ke tahun. Menurut Ecoton (2015), pada tahun 1962 terdapat 120 spesies ikan sedangkan pada tahun 2013 hanya 23 spesies ikan, pada data tersebut terjadi penurunan sebanyak 80,8 %. Maka populasi ikan di Sungai Brantas sangat sedikit, bahkan para nelayan sungai sangat sulit untuk mendapatkan ikan. Mereka terancam tidak memiliki mata pencaharian sehingga lambat laun mulai sadar bahwa ikan merupakan sumber utama mata pencaharian masyarakat Desa Tawangrejo. Mereka merasa berdosa pada alam karena sudah merusak ekosistem dan berinisiatif untuk mengembalikan populasi ikan di Sungai Brantas. Saat ini spesies ikan endemik yang terancam punah adalah ikan badher bang. Ikan badher bang memiliki sejarah yang sangat menarik yaitu sebagai makanan istimewa bagi para Raja Blitar dan dijadikan kebanggaan di zaman Kerajaan Kahuripan yaitu pada masa pemerintahan Airlangga, pusaka Prabu Airlangga bernama Badher Bang Sisik Kencono. Nelayan sungai yang sadar terhadap dosa yang telah diperbuat, mereka membentuk suatu kelompok relawan yang sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan dan perlindungan ikan di Sungai Brantas yang bernama Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Fajar Bengawan. Kelompok tersebut beranggotakan 34 orang dengan rentang usia 25-50 tahun yang disahkan oleh SK Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Blitar No. 523/22.1/409.114/2014 pada 3 Mei 2014. Upaya yang dilakukan kelompok tersebut yaitu memberi pakan (pelet) selama 2 tahun dan



dan menentukan



kawasan perlindungan sebagai pelarangan penangkapan. Akhirnya upaya yang dilakukan membuahkan hasil, populasi ikan mulai bertambah secara bertahap. Kawasan perlindungan tersebut dijadikan kawasan konservasi “Badher Bank”.



3



PEMBAHASAN Konservasi memiliki arti pelestarian yaitu untuk melestarikan/ mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara seimbang (Anugrah, 2008). Adapun tujuan konservasi yaitu melestarikan sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem yang dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Selain itu, tujuan lainnya yaitu



melestarikan kemampuan dan pemanfaatan



sumberdaya alam hayati dan ekositemnya secara serasi dan seimbang (Siregar, 2009). Strategi dan Metode Konservasi Lingkungan Sungai mengarah pada (Menteri PU, 2010): 1. Meningkatkan fungsi dan kemanfaatan sungai serta mengendalikan daya rusaknya terhadap lingkugan. 2. Meningkatkan kepedulian masyarakat di sekitar sungai dalam menjaga kelestarian sungai. 3. Menetapkan peruntukan pada daerah sempadan sungai yang menyangkut batas sempadan dan peruntukan lahannya, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993. Dari pemaparan tersebut, kawasan perlindungan di Sungai Brantas sangat sesuai untuk dijadikan kawasan konservasi badher bank.Dalam menentukan kawasan konservasi dilakukan pembuatan peta partisipatif yaitu peta sederhana yang memuat informasi terkait pembagian zonasi yakni zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan. 1. Zona inti yang tidak boleh diganggu sepanjang 300 m, dimana lokasi ini terdapat tempat telur-telur ikan dan sebagai tempat memijahnya populasi ikan. 2. Zona penyangga atau buffer zone merupakan wilayah cadangan sepanjang 500 m, untuk melindungi zona inti dari pengaruh aktifitas manusia. 3. Zona pemanfaatan, merupakan zona dimana masyarakat boleh melakukan aktifitas penangkapan ikan ramah lingkungan, pariwisata maupun rekreasi dan kegiatan penunjang serta pengembangan lain sepanjang 12 km. Kawasan konservasi badher bank memiliki potensi yang besar untuk dijadikan kawasan ekowisata yang berguna untuk melakukan edukasi kepada wisatawan dan menghasilkan pendapatan bagi POKMASWAS Fajar Bengawan serta masyarakat. Ekowisata dapat



4



diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam (WWF, 2006). Menurut (WWF, 2006) beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah : 1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung 2. Lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism) 3. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi) 4. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata) 5. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi) 6. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi). Konservasi badher bank sangat cocok untuk dijadikan kawasan ekowisata berbasis masyarakat. Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yangmendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan (WWF 2006).



Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat Desa Tawangrejo



memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Ekowisata badher bank memiliki potensi sumberdaya dan kearifan lokal yang perlu digali lagi. Daerah ini juga unik dan berkarakteristik karena merupakan daerah konservasi sungai satu-satunya di Indonesia yang sekarang menjadi ekowisata konservasi. Keunikan lainnya yaitu ikan liar di sungai tersebut menjadi sangat jinak dan bersahabat dengan manusia. Untuk itu, sangat disayangkan jika setelah melewati beberapa tahap pemulihan konservasi apabila perkembangan daerah ekowisata ini stagnan atau bahkan tidak mengalami perkembangan yang berkelanjutan. Salah satu faktornya yaitu terdapat pada peran POKMASWAS Fajar Bengawan , masyarakat



dan pemuda pada daerah tersebut.



POKMASWAS dan masyarakat masih belum bisa mengembangkan sektor ekowisata agar lebih tersebar luas dan terekspose



masyarakat luar. Selain itu, kurangnya pemanfaatan



potensi lokal dan kurangnya keunikan terhadap kawasan ekowisata. Untuk itu perlu peran pemuda (mahasiswa) untuk membantu mengembangkan ekowisata tersebut dengan cara Networking antara pihak POKMASWAS dengan semua lembaga yaitu Fakultas



5



Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pariwisata, Dinas Pemerintah dan Kota, Perum Jasa Tirta. Selain itu, mahasiswa juga menyalurkan ide kreatif dan publikasi. Seiring dengan perubahan zaman yang semakin modern disertai orang-orang yang cerdas dan kritis sejatinya trend ekowisata tidak hanya sekedar melepas penat. Makna yang sebenarnya dalam berekowisata yaitu wisatawan lebih memilih tempat yang unik, bersejarah atau memiliki nilai histori yang masih jarang dikunjungi kebanyakan wisatawan serta nilai paling penting yaitu memiliki kesan dan pengalaman yang luar biasa. Apalagi didukung dengan kearifan lokal di daerah yang menjadi ciri khas dan karakter atau icon daerah ekowisata konservasi tersebut. Untuk mewujudkan daerah ekowisata tersebut semua elemen masyarakat harus bersinergi untuk merealisasikannya. Peran pemuda (mahasiswa) sangat dibutuhkan dalam mengembangkan daerah ekowisata karena mereka memiliki ide-ide kreatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Daerah wisata ini merupakan ekowisata konservasi jadi harus sesuai aturan atau program agar keasrian dan kelestariannya tetap terjaga, yaitu sebagai berikut: 1. Pembuatan zonasi pada daerah konservasi Dalam membuat zonasi langkah awal yaitu membuat



peta partisipatif yaitu peta



sederhana yang memuat informasi terkait pembagian zonasi yakni zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan: •



zona inti yaitu zona yang mutlak dilindungi, didalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia, kecuali yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian, memiliki luas 300 m







zona penyangga tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pengambilan biota sungai seperti halnya pada zona inti kecuali kegiatan wisata alam terbatas, luasnya 500.







zona pemanfaatan dilakukan kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan serta kegiatan wisata/ rekreasi, memiliki luas 12 km.



2. Sistem kuota (limited tourism) Dalam ekowisata konservasi harus diterapkan sistem kuota agar lebih tersegmen yaitu hanya menampung 50 pengunjung setiap harinya dari jam 08.00-17.00 WIB. Menetapkan pakan ikan berupa pelet sebagai tiket masuk bagi wisatawan dengan harga yang sangat terjangkau yaitu Rp. 10.000.



6



3. Free plastic Pengecekan sampah sebelum masuk kawasan ekowisata dan ketika kembali yang bertujuan untuk meminimalisir sampah plastik agar kawasan ekowisata tetap bersih dan asri. Bagi wisatawan yang melanggar aturan maka dikenakan denda. 4. Sistem intensif patroli Terdapat tim yang berperan dalam mengawasi kawasan konservasi agar programnya benar-benar terencana dengan baik dan sesuai dengan fungsi konservasi. Patroli juga diterapkan untuk mengawasi wisatawan yang berkunjung dan menjaga kelestarian ekowisata. Selain program tersebut, ekowisata konservasi badher bank memiliki paket wisata dari beberapa objek yang akan ditelusuri untuk menjamu wisatawan dengan dibantu oleh nature guide. Objek wisata pada ekowisata konservasi badher bank sangat unik dari wisata lainnya karena mengangkat potensi lokal dan kearifan daerah yang jarang ditemui di ekowisata lainnya yang didukung dengan keasrian alamnya. Ditambah lagi dari masyarakat Desa Tawangrejo yang berkarakter sopan dan ramah. Objek wisata yang akan dijelajahi yaitu sebagai berikut: 1. History Galery badher bank Di galeri tersebut nature guide akan menjelaskan mengenai sejarah ikan bader bang, biota yang ada di Sungai Brantas dan kearifan lokal yang ada di Desa Tawangrejo. Selain itu wisatawan dapat berkreasi sesuai dengan keinginannya yang dapat dituangkan diatas gantungan kunci berbentuk ikan bader bang. 2. Telusur Sungai Jalur telusur Sungai Brantas sepanjang 5 km dengan waktu ± 45 menit menggunakan perahu. Saat telusur sungai wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan yang menyatu dengan alam. 3. Tubing Track Wisatawan dapat menikmati objek wisata tubing sepanjang 5 km dalam waktu tempuh ± 2 jam. Wisata tubing track



ini sangan unik karena dapat memacu adrenalin para



wisatawan. 4. Awesome Tourism Spot Spot foto dibuat di tengah sungai menggunakan bambu yang dihias sedemikian rupa



7



yang berbentuk seperti perahu untuk menarik wisatawan. Para wisatawan tentunya sangat senang dan suka jika terdapat spot foto yang menarik. 5.



Gubuk LUNGANLUR (Luwe Yo Mangan Lur) Terdapat gubuk untuk menjamu para wisatawan memanjakan perut. Makanan yang disajikan adalah makanan desa khas Tawangrejo yang sangat jarang ditemui di kota-kota. Contohnya sego jagung, sego tiwul, pecel, urap dan masakan ikan.



6. Handricraft Shopping Spot Salah potensi alam yang terdapat di Desa Tawangrejo yaitu kayu dan bambu. Para wisatawan diajak oleh nature giude untuk membuat kerajinan yang berbahan dasar bonggol kayu menjadi patung hewan atau manusia. Kerajinan ini bisa dijadikan buah tangan wisatawan dari icon ekowisata daerah. Dari ide-ide kreatif yang telah terprogram di ekowisata konservasi badher bank akan segera tereksekusi jika wisatawan mengetahui ekowisata ini. Peran pemuda yang selanjutnya yaitu membantu mempublikasikan ekowisata konservasi agar lebih dikenal. Caranya yaitu dengan membuat website yang berisi semua informasi mengenai ekowisata konservasi badher bank. Dengan adanya peran mahasiswa yang mengenal kecanggihan teknologi digital merupakan salah satu kontribusi yang efektif untuk mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan.



Benar



adanya



dalam



pepatah



bahwa



pemudalah



yang



mampu



menggoncangkan dunia dengan berawal dari kreatifitas, niat dan dieksekusi dengan tindakan yang relevan. Pemuda yang berjaya menjadikan masa depan bangsa yang jaya dan sejahtera.



Kesimpulan Kelompok masyarakat Fajar Bengawan telah melakukan transformasi mata pencaharian dari nelayan sungai menjadi pihak penyelenggara konservasi yang berbasis ekowisata. Upaya tersebut sebagai penebus dosa yang diperbuat pada masa lalu karena telah merusak ekosistem perairan. Pendapatan masyarakat daerah Tawangrejo tidak lagi berasal dari nelayan sungai tetapi bersumber dari wisatawan yang berkunjung. Dalam mewujudkan ekowisata tersebut kontribusi para pemuda yaitu mahasiswa memiliki peran yang besar seperti networking, menyalurkan ide-ide kreatif dan publikasi sehingga terciptanya ekowisata di Sungai Brantas yang tidak terhingga nilainya untuk mejaga kawasan tersebut dan meningkatkan perekonomian masyarakat.



8



DAFTAR PUSTAKA



Menteri Pekerjaan Umum. 2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas. Jakarta. Rachman, M. 2012. Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Indonesian Journal of Conservation. Vo. 1 (1):30-39. WWF Indonesia. 2009. Prinsip dan KriteriaEkowisata Berbasis Masyarakat. Kerjasama Direktorat



Produk



PariwisataDirektorat



Jenderal



Pengembangan



Destinasi



Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia.



9



10