Essay Tokoh - 08191059 - Resty Annisa Kusnadi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MENGENAL TOKOH KEVIN LYNCH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP URBAN LANDSCAPE PERENCANAAN DUNIA Mata Kuliah: Teori Perencanaan Dosen Pengampu: 1. Rizky Arif Nugroho S.T., M.T. 2. Dwinsani P. Astha S.T., M.T



Disusun Oleh: Resty Annisa Kusnadi



(08191059)



PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN BALIKPAPAN 2021



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB I ........................................................................................................... 3 PENDAHULUAN ............................................................................................ 3 1.1



Latar Belakang Lynch ....................................................................... 3



1.2



Rumusan Masalah ........................................................................... 5



1.3



Tujuan ............................................................................................ 5



BAB II ......................................................................................................... 6 PEMBAHASAN............................................................................................... 6 2.1



Konteks Teori .................................................................................. 6



2.2



Kontribusi Spasial ............................................................................ 8



2.3



Kritik Terhadap Pemikiran Lynch ....................................................... 9



BAB III ....................................................................................................... 10 PENUTUP .................................................................................................... 10 3.1



Kesimpulan .................................................................................... 10



3.2



Saran ............................................................................................ 10



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11



ii



BAB I



PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Lynch Kevin Andrew Lynch atau yang biasa dikenal dengan Kevin Lynch



merupakan anak bungsu dari keluarga berdarah Irlandia-Amerika yang lahir di Chicago pada tanggal 7 Januari 1918 dan wafat pada tanggal 25 April 1984 di Vineyard Martha, Massachussets. Lynch dibesarkan di Hazel Avenue, Chicago Utara. Setelah lulus dari Sekolah Francis Parker pada tahun 1935, Lynch diterima sebagai mahasiswa arsitek di Universitas Yale. Lynch merasa sistem pembelajaran di Universitas Yale terlalu konservatif, lalu ia pun memutuskan untuk belajar dengan Frank Lloyd Wright di Taliesin Spring Green, Wisconsin. Lynch mengatakan bahwa Wright mempunyai pengaruh besar terhadapnya, tetapi ia tidak setuju dengan teori sosial individualistisnya. Setelah setengah tahun berjalan, ia pun meninggalkan Wright dan mendaftar di Rensselaer Polytechnic Institute di Troy, New York untuk mempelajari teknik pada tahun 1939. Namun, Lynch tidak menyelesaikan program pembelajarannya dan ia pun memutuskan untuk bekerja sebagai arsitek di Chicago Paul Schweikher. Pada tahun 1941, Lynch menikah dengan Anne Borders yang merupakan sesama lulusan Sekolah Parker dan memiliki empat orang anak. Tiga minggu setelah pernikahannya, Lynch direkrut sebagai personel militer Army Corps of Engineers dan bertugas di Filipina dan Jepang hingga tahun 1944. Setelah perang usai, ia pun menyelesaikan pendidikan sarjana di Massachusetts Institute of Technology dan menerima gelar sarjana dalam bidang perencanaan kota pada tahun 1947. Setelah lulus, Lynch mulai bekerja di Greensboro, Carolina Utara sebagai perencana kota. Setahun kemudian, ia pun direkrut untuk mengajar di Massachusetts Institute of Technology oleh Lloyd Rodwin sebagai asisten profesor pada tahun 1949, profesor tetap pada tahun 1955, dan profesor penuh pada tahun 1963. Pada tahun 1954, Lynch menerima bantuan dari Ford



3



Foundation untuk mempelajari bentuk perkotaan di Italia. Selain itu, Lynch dan rekan kerjanya György Kepes diberikan bantuan lagi oleh Rockefeller Foundation untuk mempelajari persepsi lingkungan perkotaan dan bentuk perkotaan. Pada tahun 1958, Lynch menulis esai yang berjudul “The Theory of Urban Form” dengan Lloyd Rodwin dimana kota digambarkan sebagai dua sistem yang saling melengkapi, aliran dan ruang yang diadaptasi serta diinterpretasikan menjadi beberapa bentuk perkotaan. Penelitiannya tersebut diterbitkan pada tahun 1960 sebagai buku “The Image of the City” karya Lynch. Pada tahun 1970, Lynch menerima dana dari UNESCO untuk mempelajari penggunaan kota oleh kaum pemuda di daerah perkotaan Salta, Melbourne, Toluca, dan Krakow, sebuah proyek yang dirangkum dalam bukunya Growing Up in Cities pada tahun 1977. Lynch memberikan kontribusi dalam bidang Perencanaan Kota melalui penelitian empiris tentang bagaimana individu memandang lanskap perkotaan. Buku-bukunya mengeksplorasi sejarah perkotaan dari waktu ke waktu, bagaimana lingkungan perkotaan mempengaruhi anak-anak, dan bagaimana memanfaatkan persepsi manusia tentang bentuk fisik kota dan wilayah sebagai konsep desain perkotaan yang baik. Lynch juga mempraktikkan perencanaan dan desain perkotaan bekerjasama dengan Stephen Carr. Dengannya, ia mendirikan Carr/Lynch Associates di Cambridge, Massachusetts. Lynch menjadi profesor pada tahun 1978 dan terus menulis serta mempraktekkan arsitektur. Kevin Lynch bukan hanya seorang perencana perkotaan Amerika yang paling terkenal, namun juga berprofesi sebagai penulis. Ia menulis sebuah buku yang berjudul “A Theory of Good City Form” pada tahun 1981 untuk menjawab pertanyaan apa yang membuat sebuah kota dikatakan ideal. Ia memulainya dengan melihat kembali tiga teori normatif atau kota sebagai media hubungan antara manusia dengan Tuhan, mesin industri, dan organisme hidup untuk menjelaskan upaya manusia dalam mencari bentuk yang ideal atas tempat hidup mereka. Tak hanya itu, ia juga dikenal atas karyanya yang menggambarkan persepsinya dari lingkungan perkotaan yang berjudul “Citra Kota” pada tahun 1960 serta karya lainnya yang berjudul “Apa Waktu adalah Tempat Ini?” pada



4



tahun 1972 yang berisi teori-teori lingkungan fisik dan prosesnya dari waktu ke waktu. Selang waktu berjalan, istri Lynch yang bernama Anne meninggal pada tahun 2011. Dan disusul oleh Lynch yang meninggal karena serangan jantung di rumah musim panasnya di Vineyard Martha, Massachussets pada tanggal 25 April 1984. 1.2



Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penyusunan essay yang berjudul



“Mengenal Tokoh Kevin Lynch dan Kontribusinya Terhadap Urban Landscape Perencanaan Dunia” adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana riwayat hidup dari tokoh perencana dunia Kevin Andrew Lynch? 2. Bagaimana perkembangan teori Lynch dan kontribusinya terhadap perencanaan spasial? 3. Bagaimana kelemahan serta kelebihan dari teori Lynch? 1.3



Tujuan Adapun tujuan dalam penyusunan essay yang berjudul “Mengenal Tokoh



Kevin Lynch dan Kontribusinya Terhadap Urban Landscape Perencanaan Dunia” adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui riwayat hidup dari tokoh perencana dunia Kevin Andrew Lynch 2. Mengetahui perkembangan teori Lynch dan kontribusinya terhadap perencanaan spasial 3. Mengetahui kelemahan serta kelebihan dari teori Lynch



5



BAB II



PEMBAHASAN 2.1



Konteks Teori Lynch merupakan perencana perkotaan yang paling terkenal. Karya Lynch



yang paling terkenal adalah yang berjudul “The Image of the City” pada tahun 1960. Karya ini merupakan hasil dari penelitian selama lima tahun tentang bagaimana pengamat melihat dan memperoleh informasi spasial kota karena menavigasi melalui kota-kota. Ia menggunakan tiga kota di Amerika sebagai contoh, yaitu Boston, Jersey City, dan Los Angeles serta mendapatkan kesimpulan bahwa pengguna memahami lingkungan mereka dengan cara yang konsisten dan dapat diprediksi hingga membentuk citra kota yang terbentuk dari elemenA.



Paths (Jalur atau Jalan) Path merupakan elemen paling penting dalam citra kota. Pada umumnya,



paths merupakan jalur atau lorong berbentuk pedestrian dan jalan raya. Path sangat beraneka ragam sesuai dengan tingkat perkembangan kota, lokasi geografisnya, aksesibilitasnya dengan wilayah lain dan lain-lain. Berdasarkan elemen pendukungnya, paths di wilayah kota yaitu meliputi jaringan jalan sebagai prasarana pergerakan serta angkutan darat, sungai, laut, udara, dan terminal/pelabuhan sebagai sarana perangkutan. Jaringan perangkutan ini cukup penting khususnya sebagai alat peningkatan perkembangan daerah pedesaan dan jalur penghubung baik produksi maupun yang lainnya. Lynch menemukan dalam penelitiannya bahwa jika identitas elemen ini tidak



jelas,



maka



kebanyakan



orang



meragukan



citra



kotanya



secara



keseluruhan. Paths mempunyai identitas yang sangat baik jika memiliki tujuan yang besar seperti ke stasiun, tugu atau alun-alun serta ada penampakan yang kuat seperti pohon atau ada belokan yang jelas. Berdasarkan



frekuensi,



kecepatan



dan



kepentingannya



jaringan



penghubung di kota, paths dikelompokan menjadi :



6



1. Jalan arteri primer 2. Jalan arteri sekunder 3. Jalan kolektor primer 4. Jalan kolektor sekunder 5. Jalan utama lingkungan 6. Jalan lingkungan Paths ini akan terdiri dari akses internal dan eksternal yang merupakan jalan-jalan penghubung antar kota dengan wilayah lain yang lebih luas. Jaringan jalan adalah pengikat dalam suatu kota yang kita menyatukan semua aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik suatu kota. B.



Nodes (Simpul) Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah



atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat berubah arah maupun aktivitasnya serta dapat membentuk suatu ruang tersendiri seperti persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, dan jembatan. Masing-masing nodes memiliki ciri yang berbeda, baik dari bentuk ruangnya maupun pola aktivitas umum yang terjadi. Biasanya, bangunan yang berada pada nodes tersebut sering dirancang secara khusus untuk memberikan citra atau identitas tertentu. Nodes juga dapat didefinisikan sebagai suatu pusat kegiatan fungsional yang menjadi suatu pusat inti (core region), dimana penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya bertumpu di nodes tersebut. C.



Districts (Distrik atau Kawasan) Districts merupakan kawasan-kawasan kota yang memiliki ciri-ciri yang



hampir sama serta memberikan citra yang sama seperti bentuk, pola, wujud, serta batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya. Districts mempunyai identitas yang sangat baik jika batasnya dibentuk dengan jelas berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain. Districts yang berada di pusat kota yaitu berupa daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi. Daerah ini merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan pekerjaan. Hal ini ditunjang oleh adanya sentralisasi sistem transportasi dan sebagian penduduk kota yang masih 7



tinggal pada bagian dalam kota-kotanya (innersections). Pada daerah-daerah yang berbatasan dengan district, masih banyak tempat yang banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah dan sebagian lainnya digunakan untuk tempat tinggal. D.



Landmarks (Tetenger) Landmark merupakan elemen eksternal berbentuk visual yang menonjol



dari kota seperti gunung, bukit, gedung tinggi, menara, tanah tinggi, tempat ibadah, pohon tinggi dan lain-lain. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena memberikan citra tertentu sehingga mudah dikenal dan diingat serta dapat memberikan orientasi bagi orang dan kendaraan untuk bersirkulasi. Landmarks menjadi ciri khas terhadap suatu wilayah sehingga mudah dalam mengenal orientasi daerah tersebut oleh pengunjung serta dapat memberikan suatu kesan terhadap kota tersebut. E.



Edges (Batas atau Tepian) Edges merupakan bentukan massa-massa bangunan yang membentuk



dan membatasi suatu ruang di dalam kota. Edges sebagai batas yang berada diantara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linier seperti pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi dan lain-lain. Edges harus memiliki fungsi batas yang jelas membagi atau menyatukan. Daerah perbatasan biasanya terdiri dari lahan tidak terbangun. Jika dilihat dari fisik kota, semakin jauh dari kota maka ketinggian bangunannya semakin rendah dan semakin rendah juga sewa tanahnya karena memiliki nilai lahan yang rendah (derajat aksesibilitas lebih rendah) serta kepadatan yang lebih rendah, namun biaya transpotasi yang lebih mahal. 2.2



Kontribusi Spasial Citra kota memberikan kesan fisik yang menjadi ciri khas atau identitas



kota. Menurut Lynch (1982), semakin nyata atau semakin jelas penempatan elemen-elemen pembentuk citra kotanya maka semakin mudah bagi seseorang untuk mengenali dan mengingat kota tersebut. Elemen-elemen citra kota yang terdiri dari paths, nodes, districts, landmarks, dan edges akan menjadi identitas atau ciri khas visual kota melalui penataan elemen-elemen pembentuk citra kota.



8



Citra kota yang baik dapat memunculkan identitas kota maupun dapat memperkuat identitas kota yang sudah ada. Oleh karena itu, citra kota dapat membantu suatu kota untuk memunculkan identitas kota dan membantu dalam hal pemasaran kota. Dalam risetnya, Lynch menemukan bahwa citra kota sangat penting karena citra yang jelas akan memberikan banyak hal yang berguna bagi masyarakatnya, seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah dan cepat, identitas yang kuat terhadap suatu tempat, serta keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang lain. 2.3



Kritik Terhadap Pemikiran Lynch Lynch menggunakan tiga teori normatif atau kota sebagai media



hubungan antara manusia dengan Tuhan, mesin industri, dan organisme hidup untuk menjelaskan upaya manusia dalam mencari bentuk yang ideal atas tempat hidup mereka. Sehingga, tiga teori normatif ini menunjukkan hubungan antara nilai-nilai manusia dengan bentuk permukimannya. Menurut teori normatif, bentuk kota ideal dilihat dari sejauh mana nilai-nilai yang dianut oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk fisik permukiman yang mereka tinggali. Terdapat tiga kritik terhadap teori Lynch. Adapun yang pertama yaitu tidak adanya teori normatif kontemporer yang memadai untuk menjelaskan bagaimana bentuk kota yang ideal. Lalu yang kedua yaitu menurut Lynch teori normatif telah menggeneralisir nilai-nilai manusia dalam suatu permukiman. Padahal bentuk permukiman tidak dapat diwakilkan hanya oleh nilai-nilai yang digeneralisir tersebut, generalisasi ini hanyalah sebagai bentuk pemaksaan suatu nilai (budaya) atas nilai lain dalam suatu kota. Teori Lynch yang menjelaskan hubungan nilai-nilai manusia dengan bentuk fisik perkotaan telah terjawab dengan munculnya konsep kota global (global city) sebagai bentuk kota kontemporer. Kota global ini lahir dari fenomena globalisasi yang terjadi pada abad ke-21.



9



BAB III



PENUTUP 3.1



Kesimpulan Kevin Andrew Lynch merupakan perencana perkotaan yang paling



terkenal melalui karyanya yang berjudul “The Image of the City” pada tahun 1960 yang didapatkan dari hasil penelitian selama lima tahun tentang bagaimana pengamat melihat dan memperoleh informasi spasial kota karena menavigasi melalui kota-kota. Ia menggunakan tiga kota di Amerika sebagai contoh yaitu Boston, Jersey City, dan Los Angeles. Dalam



pengembangan



suatu



kota,



citra



kota



berperan



sebagai



pembentuk identitas kota, penambah daya tarik kota, serta memberikan kesan fisik sebuah kota. Oleh karena itu, diperlukan citra kota yang jelas agar memperkuat identitas dan wajah kota sehingga membuat kota tersebut memiliki daya tarik tersendiri. Adapun elemen-elemen citra kota yaitu paths, nodes, districts, landmarks, dan edges. Dalam teorinya, tentu terdapat kelemahan yaitu tidak adanya teori normatif kontemporer yang memadai untuk menjelaskan bagaimana bentuk kota yang ideal serta teori normatif yang digunakan dalam teori ini telah menggeneralisir nilai-nilai manusia dalam suatu permukiman padahal bentuk permukiman tidak dapat diwakilkan hanya oleh nilai-nilai yang digeneralisir tersebut. 3.2



Saran Dengan adanya citra kota yang jelas, maka akan memberikan banyak



manfaat untuk masyarakat, seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah dan cepat, identitas yang kuat terhadap suatu tempat, serta keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang lain.



10



DAFTAR PUSTAKA



Budiman, I.T.R., Rondonuwu, D.M. and Tungka, A.E. 2018. Analisis ElemenElemen Pembentuk Citra Kota Di Kawasan Perkotaan Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. SPASIAL, 5 (2), pp.1 90-199. Purwantiasning, A.W. and Nurhidayah, N.K. 2013. Analisa Kawasan Boat Quay Berdasarkan Teori Kevin Lynch. NALARs, 12 (1). Ramadan, M. B. 2019. Elemen Pembentuk Citra Pusat Kota Jepara Berdasarkan Peta Mental Masyarakat. Sayoko, J. and Wikantiyoso, R. 2019. Kajian Citra Kota Dalam Branding City Beautiful Malang. Mintakat: Jurnal Arsitektur, 20 (1), pp.19-31. Sylvia, N., Pradipta, B. and Mandra, D. 2019. Identitas Kota Bandung pada Batik Komar Berdasarkan Teori Kevin Lynch. Narada, 6 (2), pp.263-272. Wulanningrum, S.D. 2014. Elemen-elemen Pembentuk Kota yang Berpengaruh terhadap



citra



kota



(studi



kasus:



kota



lama



semarang). Jurnal



Pembangunan Wilayah dan Kota, 10 (2), pp.197-204.



11