Etika Bisnis Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ETIKA BISNIS ISLAM “Teori Landasan Filosofis dan Normatif Etika Bisnis Islam”



Disusun oleh : Kelompok 2 1. Mita Audinia (1811140119) 2. Sefti Delia Maharani (1811140124)



Dosen : Agnes Yolanda, ME



PERBANKAN SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN AJARAN 2020/2021



1



Abstract Indeed, in terms of the whole implementation of life has been arranged in the view of Islamic teachings to regulate all human life including in relation to the implementation of the economy and business. Islamdoes not allow any person to work haphazardly to achieve his/her goals and desires by justifying anymeans such as committing fraud, cheating, false vows, usury, and any other vanity deeds. But, Islam hasgiven a boundary or line between the allowable and the unlawful, the right and wrong and the lawful and the unlawful. These limits or dividing lines are known as ethics. Behavior in business or trade is also not escaped from the moral value or business ethics values. Islamic business ethics is of which adheres to the principle of unity, equilibrium principle, freewill principle, responsibility principle, It is important for business people to integrate that ethical dimension into the framework or scope of the business. Abstrak Memang, dalam hal seluruh implementasi kehidupan telah diatur dalam pandangan ajaran Islam untuk mengatur semua kehidupan manusia termasuk dalam kaitannya dengan implementasi ekonomi dan bisnis. Islam tidak mengizinkan siapa pun untuk bekerja sembarangan untuk mencapai tujuan dan keinginannya dengan membenarkan apa pun berarti seperti melakukan penipuan, selingkuh, sumpah palsu, riba, dan perbuatan batil lainnya. Tapi, Islam punya diberikan batas atau garis antara yang diizinkan dan yang melanggar hukum, yang benar dan yang salah dan yang sah dan yang melanggar hukum. Batas atau garis pemisah ini dikenal sebagai etika. Perilaku dalam bisnis atau perdagangan juga tidak melarikan diri dari nilai moral atau nilai etika bisnis. Etika bisnis Islam adalah yang dianutnya prinsip persatuan, prinsip keseimbangan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab, penting untuk pebisnis untuk mengintegrasikan dimensi etis itu ke dalam kerangka kerja atau ruang lingkup bisnis.



2



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah Etika Bisnis Islam, yaitu pada bagian “Landasan Filosofis dan Normatif Etika Bisnis Islam“ ini dengan baik. Tugas makalah ini kami susun agar dapat memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Etika Bisnis Islam pada semester 4 (empat). Tujuan lain penyusunan tugas makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami tentang Landasan Filosofis dan Normatif Etika Bisnis Islam sebagaimana materi yang kami jelaskan di dalamnya. Materi ini kami sajikan dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa pada umumnya agar dapat dipahami oleh pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Bengkulu,



Maret 2020 Penyusun



Kelompok 2



3



DAFTAR ISI ABSTRACT........................................................................................................................2 KATA PENGANTAR.........................................................................................................3 DAFTAR ISI.......................................................................................................................4 BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................5 A. LATAR BELAKANG.............................................................................................5 B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................5 C. TUJUAN..................................................................................................................5



BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................6 A. Landasan Filosofis Etika Bisnis Islam...............................................................6 B. Landasan Normatif Etika Bisnis Islam .............................................................8 BAB III PENUTUP...........................................................................................................................11 A. Kesimpulan..............................................................................................................11 B.



Saran.......................................................................................................................11



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Begitu pentingnya kegiatan bisnis dalam kehidupan manusia, tidak heran jika Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah memberi tuntunan dalam bidang bisnis. Etika bisnis sangat penting untuk dikemukakan dalam era globalilasasi yang seringkali mengabaikan nilai-nilai moral dan etika. Karena itu, Islam menekankan agar aktifitas bisnis manusia dimaksudkan tidak semata-mata sebagai alat pemuas keinginan dan kebutuhan hidup saja, tetapi lebih pada upaya pencarian kehidupan berkeseimbangan disertai prilaku positif sesuai etika bisnis dalam islam. Suatu bisnis akan bernilai apabila dapat memenuhi kebutuhan material dan juga kebutuhan spiritual secara seimbang, tidak mengandung kebatilan, kerusakan dan kedzaliman. Akan tetapi mengandung nilai keesaan, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab, kebajikan dan kejujuran. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja landasan filosofis dan normatif etika bisnis islam. 2. Bagaimana filosofi etika dalam islam. C. Tujuan 1. Untuk menjelaskan landasan filosofis dan normatif etika bisnis islam. 2. Untuk menjelaskan filosofi etika dalam islam.



5



BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Filosofi dan Normatif Etika Bisnis Islam a. Landasan Filosofi Etika Bisnis Islam Etika dalam Islam memegang mengacu pada dua sumber yaitu Qur’an dan Sunnah atau Hadis Nabi. Dua sumber ini merupakan sentral segala sumber yang membimbing segala perilaku dalam menjalankan ibadah, perbuatan, atau aktivitas umat islam yang benar-benar menjalankan ajaran islam1. Etika bersama agama berkaitan erat dengan manusia, tentang upaya pengaturaan kehidupan dan perilaku nya. Islam meletakkan “Teks suci “ sebagai dasar kebenaran, sedangkan filsafat barat meletakkan “Akal” sebagai dasar. Keimanan menentukan perbuatan, keyakinan menentukan perilaku. Berbagai teori etika barat dapat dilihat dari sudut islam sebagai berikut : Teleologi yakni Utilitarian dalam islam ”hak individu dan kelompok penting” dan “Tanggung jawab adalah perseorangan”. Islam mengajarkan keadilan (distributive justice), hak orang miskin berada dalam harta orang kaya. Islam mengakui kerja dan perbedaan kepemilikkan atau kekayaan, keharusan sama rata pada kesempatan dan keadilan social bukan asal sama rata (blind justice). Deontologi dalam islam : niat baik tidak dapat mengubah yang “haram” jadi “halal”. Walaupun tujuan niat dan hasilnya baik, namun bila caranya tidak baik tetap tidak baik. Relativisme dalam sudut pandang islam: perbuatan manusia dan nilainya harus sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadist. Teori hak menurut pandangan islam menganjurkan kebebasan memiliki sesuai kepercayaannya dan menganjurkan keseimbangan. Kebebasan tanpa tanggung jawab dan accountability tidak dapat diterima. Tanggung jawab kepada Allah adalah individual2. Islam dengan sumber ajaran wahyu dan sunnah nabi ( Muhammad ) telah terlebih dahulu menjadi bahan 1



http://inspirasiunikya.blogspot.com/2019/06/landasan-filosofis-dan-normatif-etika.html



2



Badroen Faisal Dkk.,.Etika Bisnis Dalam Islam.Jakarta:Kencana 2006



6



acuan yang penting dalam mengatur perikehidupan antar sesama manusia dalam alam. Demikian juga dalam hubungan dengan penciptaNya (Al Kholik). 1. Landasan Wahyu Dan Ilmu Masalah etika merupakan pembahasan yang paling dekat dengan tuntutan agama Islam. Karena didalam etika menjelaskan tentang perilaku dan sikap yang baik, tidak baik atau buruk, perilaku yang berdimensi pahala dan dosa sebagian konsekuensi perilaku baik dan buruk atau jahat menurut tuntutan agama islam dimana di dalamnya ditentukan norm fan ketentuanketentuannya atau ajaran-ajarannya sebagaiman yang telah dilakukan ketika ilmu fiqih dan ilmu kalam oleh ulamah fiqih dan ulama kalam di zamannya. Wahyu bagi metodologis berfikirnya manusia dalam menemukan sistem peraturan kehidupan manusia merupakan sumber pertama yang melandasi folosofi dalam menentukan kriteria nilai baik dan nilai buruk. Adanya misi Nabi Muhammad dengan lamdasan wahyu Qur’an dan Hadis memperbaiki atau menyempurnakan akhlak umat manusia. Ini jelas indikasi bahwa maslah etika dalam kehidupan umat Islam adalah yang dicita-citakan dan dibutuhkan oleh umat manusia dalam pergaulan hidupnya dan dalam sikap dan perilakunya terhadap hidup dan kehidupan bersama dalam mengemban fungsi kehidupan di dunia. Perintah Allah di dalam wahyu-Nya memang tidak berhenti hanya pada tataran beribadah secara ritual belaka, tetapi juga terkait erat dengan perbuatan-perbuatan baik terhadap sesama manusia dan lingkungan sebagai implementasi dari kesalehan sosial dari umat Islam yang dituntut untuk berlaku bauk (beramal sholih). Di samping itu Islam dengan wahyu Al-Qur’an sangat mencela dan melarang atas perilaku yang buruk dan merugikan terhadap diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan. Bahkan Allah sangat melaknat terhadap manusia atau kaum yang melakukan kejahatan, kemungkaran, dan membuat bencana kerusakan di muka bumi ini3. Pada Al-Qur’an surah Muhammad ayat 22 dan 23 : Allah berfirman :



3



http://inspirasiunikya.blogspot.com/2019/06/landasan-filosofis-dan-normatif-etika.html



7



‫سدُوا‬ ْ ‫) أَ ْر َحا َم ُك ْم وا َوتُقَطِّ ُع‬22( ‫ص َّم ُه ْم ال َّل لَ َعنَ ُه ُم الَّ ِذينَ أُولَئِ َك‬ َ َ ‫) } َوأَ ْع َمى فَأ‬23( ‫ار ُه ْم‬ َ ‫ص‬ َ ‫أَ ْب‬ ِ ‫ض ِفي تُ ْف‬ ِ ‫األر‬ ‫س ْيتُ ْم فَ َه ْل‬ َ ‫أَنْ ت ََولَّ ْيتُ ْم إِنْ َع‬ Artinya : “Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” Dari sini jelas bahwa landasan filosofis etika dalam Islam mengacu pada wahyu atau Firman Allah atau Al-qur’an dan Sunnah Rasul. Disamping juga mengacu pada hasil kajian filosofis para mujtahid yang terbimbing kemakrifatannya dan teruji kesalihannya. Dengan demikian etika dalam Islam pendekatannya adalah subyektifisme, yaitu suatu aliran dilsafat etika yang mendasarkan pada tuntutan Tuhan (Allah) yakni Wahyu, Firman Tuhan Allah yaitu Al-Qur’an. Dengan perkataan lain kerena Al-Quran itu merupakan wahyu (firman Allah), dimana dijamin kebenarannya secara ilmiah, maka ia dijadikan landasan kehidupan pribadi dan dalam hubungan dengan masyarakat dan lingkungan4. 2. Filosofi etika dalam islam Islam menempatkan nilai etika di tempat yang paling tinggi. Pada dasarnya, Islam diturunkan sebagai kode perilaku moral dan etika bagi kehidupan manusia, seperti yang disebutkan dalam hadist : “ Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Terminologi paling dekat dengan pengertian etika dalam Islam adalah akhlak. Dalam Islam, etika (akhlak) sebagai cerminan kepercayaan Islam (iman). Etika Islam memberi sangsi internal yang kuat serta otoritas pelaksana dalam menjalankan standar etika 5. Konsep etika dalam Islam tidak utilitarian dan relatif, akan tetapi mutlak dan abadi. http://inspirasiunikya.blogspot.com/2019/06/landasan-filosofis-dan-normatif-etika.html Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Fokus Ekonomi (FE) Vol. 9, No.1 April 2010. Di Akses dari Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/24402-ID-Etika-Bisnis-Dalam-PerspektifIslam.Pdf 4 5



8



Jadi, Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk dalam dunia bisnis. AlQur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi dan bebas dari kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi dalam transaksi kredit). Syed Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu Sintesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan dan tanggung jawab6. b. Landasan Normatif Etika Bisnis Islam Dilihat dari perspektif ajaran etika (akhlak) dalam Islam pada prinsipnya manusia dituntut untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, disamping kepada sesama manusia, alam lingkungannya dan kepada Tuhan selaku pencipta-Nya. Oleh karena itu, untuk bisa berbuat baik pada semuanya itu, manusia di samping diberi kebebasan (free will), hendaknya ia memperhatikan keesaan Tuhan (tauhid), prinsip keseimbangan (tawazun =balance) dan keadilan (qist). Di samping tanggung jawab (responsibility) yang akan di hadapkan kepada Tuhan. Lima konsep inilah yang disebut Aksioma dasar etika bisnis Islam, yang terdiri atas prinsip-prinsip umum yang terhimpun menjadi satu kesatuan yang terdiri atas konsep-konsep keesaan (tauhid), keseimbangan



(equilibrium), kehendak



bebas



(free



will), tanggung



jawab



(responsibility), dan kebajikan (ihsan). Sejumlah aksioma dasar etika bisnis Islam tersebut sudah menjadi umum dan jelas kebenarannya, serta sudah dikembangkan dan dirumuskan oleh para sarjana muslim. Aksioma-aksioma ini merupakan turunan dari hasil penerjemahan kontemporer akan konsep-konsep fundamental dari nilai moral Islami. Penjelasan aksioma-aksioma tersebut adalah sebagai berikut7 : 1. Kesatuan (Tauhid/Unity) Konsep ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan total dan murni terhadap kesatuan (keesaan) Tuhan. Konsep tauhid merupakan dimensi vertical Islam yang berarti Allah sebagai Tuhan Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Fokus Ekonomi (FE) Vol. 9, No.1 April 2010. Di Akses dari Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/24402-ID-Etika-Bisnis-Dalam-PerspektifIslam.Pdf hlm 66 7 Ibid,….hlm 66-67 6



9



Yang Maha Esa menetapkan batas-batas tertentu atas perilaku manusia sebagai



khalifah,



untuk



memberikan



manfaat



pada



individu



tanpa



mengorbankan hak-hak individu lainnya. Hubungan vertical ini merupakan wujud penyerahan diri manusia secara penuh tanpa syarat di hadapan Tuhan, dengan menjadikan keinginan, ambisi, serta perbuatannya tunduk pada titahNya. Oleh karena itu tauhid merupakan dasar dan sekaligus motivasi untuk menjamin kelangsungan hidup, kecukupan, kekuasaan, dan kehormatan manusia yang telah di desain Allah menjadi makhluk yang dimuliakan. Dengan mengintegrasikan aspek religius dengan aspek-aspek kehidupan yang lainnya, seperti ekonomi, akan menimbulkan perasaan dalam diri manusia bahwa ia akan selalu merasa direkam segala aktivitas kehidupannya, termasuk dalam aktivitas berekonomi sehingga dalam melakukan aktivitas bisnis tidak akan mudah menyimpang dari segala ketentuannya. Perhatian terus menerus untuk kebutuhan etik dan dimotivasi oleh ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa akan meningkatkan kesadaran individu mengenai insting altruistiknya,



baik terhadap sesama manusia



maupun alam



lingkungannya. Ini berarti, konsep tauhid akan memiliki pengaruh yang paling mendalam terhadap diri seorang muslim. 2. Keseimbangan (Keadilan/Equilibrium) Prinsip keseimbangan bermakna terciptanya suatu situasi di mana tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan, atau kondisi saling ridho 8. Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam perniagaan (tijarah), islam melarang untuk menipu walaupun hanya ‘sekadar’ membawa 9 sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan sekalipun. Orang yang adil akan lebih dekat dengan ketakwaan. Allah berfirman : “Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Fokus Ekonomi (FE) Vol. 9, No.1 April 2010. Di Akses dari Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/24402-ID-Etika-Bisnis-Dalam-PerspektifIslam.Pdf hlm 67 9 Badroen Faisal Dkk., 2006.Etika Bisnis Dalam Islam.Jakarta:Kencana. Hlm 91 8



10



untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dengan takwa. (al-Ma’idah : 8) Perilaku keseimbangan dan keadilan dalam bisnis secara tegas dijelaskan dalam



konteks



perbendaharaan



bisnis



agar



pengusaha



muslim



menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang benar. karena hal itu merupakan perilaku yang terbaik dan membawa akibat yang baik pula10. Seperti dalam firman Allah : “Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. (al-An’am:152) Allah berfirman : “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. (arRahman:7,8,9) Konsep Equilibrium juga dapat dipahami bahwa keseimbangan hidup di dunia dan akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis muslim. Oleh karenanya, konsep keseimbangan berarti menyerukan kepada para pengusaha muslim muslim untuk bisa merealisasikan tindakan-tindakan (dalam bisnis) yang dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan keselamatan akhirat11. 3. Kehendak Bebas (Ikhtiyar/Free Will) Dalam pandangan Islam, manusia memiliki kebebasan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memperoleh kemashlahah-an yang tertinggi dari sumber daya yang ada pada kekuasaannya untuk dikelola dan12 dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan hidup, namun kebebasan dalam Islam dibatasi oleh nilainilai Islam. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT, ia diberikan kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih jalan hidup yang ia inginkan, dan yang paling penting, untuk bertindak berdasarkan aturan apapun yang ia pilih. Tidak seperti halnya ciptaan Allah Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam,..hlm 67-68 Faisal Badreon, Etika Bisnis..., hlm 92 12 Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam,..hlm 68 10 11



11



SWT yang lain di alam semesta, ia dapat memilih perilaku etis maupun tidak etis yang akan ia jalankan. Konsep Islam memahami bahwa institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan perekonomian. Hal ini berlaku manakala tidak ada intervensi bagi pasar dari pihak manapun, tak terkecuali oleh pemerintah. Dalam Islam kehendak bebas mempunyai tempat tersendiri, karena potensi kebebasan itu sudah ada sejak manusia dilahirkan di muka bumi ini. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa kebebasan yang ada dalam diri manusia bersifat terbatas, sedangkan kebebasan yang tak terbatas hanyalah milik Allah semata.oleh karena itu perlu disadari setiap muslim, bahwa dalam situasi apa pun, ia dibimbing oleh aturan-aturan dan prosedurprosedur yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan Tuhan dalam Syariat-Nya dicontohkan melalui Rasul-Nya13. Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat infaq, dan sedekah. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak system social yang ada14. 4. Tanggug Jawab (Responsibility) Menurut K.Bertens, isitilah tanggung jawab ada kaitannya dengan “jawab”.Bertanggung jawab berarti dapat menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab, menurutnya dapat diminta penjelasan atau keterangan tentang tingkah lakunya dan bukan hanya dia dapat menjawab, tetapi lebih dari itu dia harus menjawab kalau mau. Selain itu, tanggung jawab berarti orang tidak boleh menghindar 13 14



Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam,..hlm 68 Faisal Badreon, Etika Bisnis..., hlm 96-97



12



atau mengelak, apabila dia dimintai penjelasan tentang perbuatannya, baik kepada dirinya sendiri, kepada masyarakat, maupun kepada Tuhannya15. Aksioma tanggung jawab individu begitu mendasar dalam ajaran ajaran islam. Penerimaan pada prinsif tanggung jawab individu ini berarti setia orang akan diadili secara personal di hari kiamat kelak. Tidak ada satu cara apapun bagi seseorang untuk melenyapkan perbuatan-perbuatan jahatnya kecuali dengan memohon ampunan allah dan melakukan perbuatan perbuatan yang baik(amal saleh). Islam sama sekalih tidak mengenal konsep dosa warisan, (dank arena itu) tidak ada seorang pun bertanggup jawab atas kesalahankesalahan orang lain. Setiap individu mempunyai hubungan dengan Allah. Tidak ada perantara sama sekali. Nabi Saw. Sendiri hanyalah seorang utusan (Rasul) atau kendaraan untuk melewatkan petunjuk Allah SWT. Yang diwahyukan untuk kepentingan umat manusia. Ampunan harus diminta secara langsung dari Allah SWT. Tidak ada seorang pun memiliki otoritas untuk memberikan keputusan atas nama-Nya. Setiap individu mempunyai hak penuh untuk berkonsultasi dengan sumber-sember islam(al-qur’an dan sunnah) untuk kepentingannya sendiri. Setiap orang dapat menggunakan hak ini, karena hak inu merupakan landasan untuk melaksanakan tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Tanggung jawab muslim yang sempurna ini tentu saja yang di dasarkan atas cakupan kebebasan yang luas, yang dimulai dari kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang paling tegas yang perlu diambilnya16.



5. Ihsan (Benevolence)



15



Haris Abd.Etika Hamka.Yogyakarta:Lkis Yogyakarta. 2010. Hlm 101



16



Badroen Faisal Dkk.,.Etika Bisnis,…hlm 100-101



13



Ihsan (benevolence), artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan kemanfaaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata lain beribadah, dan berbuat baik seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu, maka yakinlah bahwa Allah melihat apa yang kita perbuat. Dalam sebuah kerjaan bisnis sejumlah perbuatan yang dapat mensupport pelaksanaan aksioma ihsan dalam bisnis, yaitu : 1.) Kemurahan hati (leniency) 2.) Motif pelayanan (Service motive) 3.) Kesadaran akan adanya Allah dan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan yang menjadi proritas. Selain hal yang disebutkan di atas, manusia juga diwajibkan untukmengenal dan mengobservasi skala prioritas Quran, seperti: 1.) Lebih memilih kepada penghargaan akhirat ketimbang penghargaan duniawi 2.) Lebih memilih kepada tindakan yang bermoral ketimbang yang tidak bermoral 3.) Lebih memilih halal ketimbang yang haram.



BAB III 14



PENUTUP A. Kesimpulan Etika dalam islam mengacu pada sumber yaitu al-qur’an dan sunnah dan atau hadist nabi, dua sumber ini merupakan sentral segala sumber yang membimbing segala perilaku dalam menjalankan aktivitas di dalam berbisnis. Secara filosofis etika islam mendasar diri padanalar ilmu dan agama untuk menilai suatu perilaku manusia. Secara normatif terbagi menjadi tauhid, keseimbangan, tanggung jawab, kebenaran. Landasan wahyu dan ilmu memiliki makna wahyu bagi metodologis berfikirnya manusia dalam menemukan sistem peraturan kehidupan manusia merupakan sumber pertama yang melandasi folosofi dalam menentukan kriteria nilai baik dan nilai buruk. Adanya misi Nabi Muhammad dengan lamdasan wahyu Qur’an dan Hadis memperbaiki atau menyempurnakan akhlak umat manusia. Ini jelas indikasi bahwa maslah etika dalam kehidupan umat Islam adalah yang dicita-citakan dan dibutuhkan oleh umat manusia dalam pergaulan hidupnya dan dalam sikap dan perilakunya terhadap hidup dan kehidupan bersama dalam mengemban fungsi kehidupan di dunia. Secara filosofis Etika Islam mendasarkan diri pada nalar ilmu dan agama untuk menilai suatu perilaku manusia. Landasan penilaian ini dalam pratek kehidupan di masyarakat sering kita temukan bahwa secara agama dinilai baik atau buruk sering diperkuat dengan alsan-alasan dan argumen-argumen ilmiah atau ilmu dan agama Islam. B. Saran Setelah mengetahui betapa pentingnya peranan etika bisnis dalam suatu perusahaan, maka kami menyarankan dan mengajak kepada pembaca agar dalam menjalankan usaha bisnisnya menerapkan suatu etika bisnis untuk mengurangi resiko kegagalan dan bersaing dalam era globalisasi saat ini. Diharapkan tulisan ini mampu memberikan motivasi bagi pembaca , tentunya di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami berharap di antara para pembaca dapat memberikan masukan yang bersifat membangun. Kami ucapkan terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA 15



Badroen Faisal Dkk., 2006.Etika Bisnis Dalam Islam.Jakarta:Kencana. Haris Abd.2010.Etika Hamka.Yogyakarta:Lkis Yogyakarta Juliyan, Erly. Etika Bisnis Dalam Persepektif Islam. Ummul Qura Vol VII, No.1 Maret 2016 Di Akses Dari File:///C:/Users/Lenovopc/Downloads/3081-Article%20Text-7936-110-20171014%20(1).Pdf Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Fokus Ekonomi (FE) Vol. 9, No.1 April 2010. Di Akses dari Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/24402-ID-EtikaBisnis-Dalam-Perspektif-Islam.Pdf http://inspirasiunikya.blogspot.com/2019/06/landasan-filosofis-dan-normatif-etika.html



16



Baiklah saya mita audinia dari kelompok 2 akan menambahkan sedikit penjelasan untuk pertanyaan melisa septiara : Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Jika salah satu dari ke-5 aksioma tidak diterapkan maka banyak kemungkinan yang akan terjadi, contohnya jika prinsip keseimbangan (keadilan) tidak diterapkan maka tidak akan tercipta suatu situasi di mana tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan, atau kondisi saling ridho, untuk sejenak berpikir perusahaan mana yang mau rugi didalam berbisnis, akan tetapi kerugian adalah resiko dari pekerjaan. Kemudian jika perusahaan tidak menerapkan prinsip tbaik pengembangananggung jawab maka perushaan mana yang ingin berbisnis/berkerjasama. Semuanya akan menimbulkan kerugian. Baiklah itu saja yang dapat saya tambahkan dari jawaban sefti delia terimaksih smoga mudah dipahami Baiklah, saya mita audinia akan membantu kelompok 3 untuk menjawab pertanyaan santi gantari:Untuk memahami pengelolaan harta dengan baik baik dalam pembelanjaan/pemanfaatan da pengembanganya dalam islam ada beberapa hal yang perlu dipahami diantaranya: 1. Menentukan Prioritas Pemanfaatan Harta Islam mengajarkan seorang muslim mengenai mekanisme menentukan pemanfaatan harta untuk mencapai tujuan falah tersebut. Falah akan tercapai dengan terpeliharanya enam kemashlahatan meliputi agama dien, jiwa/hidup nafs, keluarga/keturunan nasl, harta/kekayaanmaal  dan intelektual/akal aql  termasuk lingkungan/bii’ah . 2. Prinsip Halal & Thayyib Dalam Konsumsi Penggunaan prinsip halal & thayyib dimaksudkan untuk memberikan kebebasan bagi setiap muslim untuk menggunakan segala barang yang baik, bermanfaat bagi dirinya, menyenangkan, lezat dan lain sebagainya, selama dalam kerangka halal dan thayyib. Kebebasan yang diberikan Islam kepada setiap muslim dalam berkonsumsi tak terlepas dari pandangan Islam itu sendiri bahwa perbuatan memanfaatkan atau meng-konsumsi barang & jasa merupakan suatu kebaikan. 3.    Menghindari Tabdzir dan Israf Tabzir bermakna menghambur-hamburkan harta tanpa ada kemaslahatan atas tindakan tersebut. Ketika seseorang membeli sesuatu melebihi dari kebutuhan-nya maka pada saat itu ia dapat dikategorikan sedang melakukan tabdzir. israf  bermakna melakukan konsumsi terhadap sesuatu secara berlebihan. Misalnya, dalam hal makan, pada saat berbuka puasa Ipul memakan seluruh hidangan berbuka sehingga perutnya sakit karena terlalu banyak makanan yang masuk dalam perutnya.  17



4. Kesederhaan (Moderat) Kesederhanaan bukan berarti menggambarkan kehidupan dalam level terendah. Dalam sub-bahasan ini, kesederhanaan diartikan konsumsi moderat yaitu dengan menjauhi pola konsumsi berlebihan  atau menjauhi prilaku bermewah-mewahan. Kesederhanaan adalah jalan tengah dari dua cara konsumsi yang ekstrim yaitu boros (tabzîr) dan kikir (bakhil).



Baiklah saya mita udinia dari klompok 2 akan menmbahkan jawaban dari sefty delia untuk pertanyaan citra ramadhawita : Moralitas manusia tidak sebatas karena takut atas hukuman Tuhan dan pendambaan terhadap berkah Tuhan (dengan adanya dosa-pahala dan surga-neraka). Tidak hanya ateis, umat beragama sekalipun tidak melulu melakukan kebaikan hanya karena mendambakan surga atau takut pada murka Tuhan dan neraka. Membhasa tentang peljarab biologi yang pernah kita pelajari bahwa Sirkuit altruisme dan neuron cermin di otak manusia membantu manusia untuk mempunyai moralitas. Sirkuit altruisme membuat manusia rela mengorbankan dirinya untuk membantu orang lain, neuron cermin membuat manusia merasakan kesedihan yang diderita oleh orang lain sehingga melahirkan rasa empati. Dengan adanya sirkuit-sirkuit ini, manusia, baik yang beragama, percaya Tuhan ataupun tidak, dapat mempunyai moralitas.  Lalu apakah seorang ateis pasti tidak pernah merugikan orang lain? Apakah seorang yang beragama pastilah mempunyai moralitas? Tentunya hal ini tergantung oleh orang yang bersangkutan.



18