Etiologi Apendisitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



:



FAADHILLAH MUHAMMAD YUSUF



Kelas



:



NO



:



ALPHA



04011181520063 Etiologi apendisitis







Bakteri







Timbunan tinja yang keras (fekalit)







Tumor







Makanan rendah serat







Peningkatan



tekanan



intralumen



menghambat



aliran



limfe



mengakibatkan oedema pada dinding apendiks. Faktor pencetus apendisitis adalah terjadinya sumbatan lumen apendiks, berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya sumbatan yaitu hiperplasia jaringan limfe, fecalith, tumor apendiks, dan cacing askaris. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti Entamoeba histolytica. Kebiasaan makan makanan r+-endah serat dan konstipasi juga berpengaruh terhadap terjadinya apendisitis, konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora kolon. Walaupun telah terjadi sumbatan pada lumen apendiks, apendiks tetap melakukan fungsi sekresinya, sehingga



mukus



meningkatnya



yang



tekanan



dihasilkan



akan



intralumen.



menyebabkan



Tekanan



yang



semakin meningkat



menyebabkan lumen menjadi edema dan dinding lumen menjadi lebih tipis. Gangguan aliran darah juga mulai terjadi, pembuluh darah vena akan terjepit dan aliran darah balik terganggu sehingga edema yang terjadi akan bertambah parah. Lama kelamaan pembuluh darah arteri akan terjepit dan suplai darah akan berkurang, sehingga mengakibatkan iskemik pada jaringan apendiks. Iskemik yang terjadi mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri yang terdapat di dalam usus dan bakteri anaerob akan menginvasi mukosa apendiks. Tubuh akan berusaha membatasi omentum,



proses usus



peradangan



halus,



atau



dengan



menutup



apendiks



dengan



adneksa



sehingga



terbentuk



massa



periapendikuler yang dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan terurai secara lambat. Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan



dengan



jaringan



sekitarnya.



Perlengketan



ini



dapat



menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Bila keluhan ini berlangsung lebih dari 2 minggu, maka dikatakan mengalami apendisitis kronik. Pada suatu waktu, organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami apendisitis kronik eksaserbasi akut.Bila invasi bakteri ke dalam mukosa apendiks semakin dalam dan ditambah dengan dinding lumen yang semakin tipis, lama kelamaan dinding akan rapuh. Kemudian



akan



terjadi



perforasi



yang



dikenal



dengan



apendisitis



perforata. Pus yang keluar pada apendisitis perforata akan ditutupi oleh omentum atau usus halus sebagai mekanisme pertahanan tubuh sehingga akan terbentuk massa periapendikuler. Massa periapendikuler yang dindingnya belum sempurna dapat terjadi kebocoran sehingga pus akan menyebar



ke



peritoneum



dan



menyebabkan



peritonitis



purulenta



generalisata. Oleh karena itu, massa periapendikuler yang masih bebas disarankan untuk segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Bila terjadi perforasi juga dapat terbentuk abses apendiks.



Bagaimana anatomi dan histologi dari appendiks? Anatomi



Appendix adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada caecum (bagian awal dari colon). Bentuknya seperti cacing. Secara anatomi appendix sering disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbaicacing. Appendix terletak di bagian kanan bawah dari abdomen. Dasar Appendix Vermiformis berproyksi ketitik McBurney (transisi antara sepertiga lateral dan dua pertiga medial pada garis yang menghubungkan umbilicu dan spinailiaca anterior superior). Lokasi ujung appendix lebih bervariasi dan berproyeksi ketitik LANZ (transisi anatar sepertiga kanan dan dua pertiga kiri pada garis yang menghubungkan kedua spina iliaca anteriores superiors. Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n. vagus yang mengikuti a. mesenterica superior dan a. appendicularis. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari n. thoracalis X. Karena itu nyeri visceral pada appendicitis bermula disekitar umbilicus. Vaskularisasinya berasal dari a.appendicularis cabang dari a.ileocolica, cabang dari a. mesenterica superior. Histologi



(Atlas Histologi di Fiore hal. 207) Gambaran mikroskopis appendix vermiformis secara structural mirip kolon , terdapat empat lapisan yaitu, mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Terdapat beberapa persamaan antara mukosa appendix dan kolon yaitu epitel pelapis dengan banyak sel goblet; lamina propria di bawahnya yang mengandung kelenjar intestinal (kriptil ieberkuhn) dan mukosa muskularis. Kelenjar intestinal pada appendix kurang berkembang, lebih pendek, dan sering terlihat berjauhan letaknya. Jaringan limfoid diffus di dalam lamina propria sangat banyak dan sering terlihat sampai kesubmukosa yang berdekatan. Disini terdapat sangat banyak limfo noduli dengan pusat germinal dan sangat khas untuk appendix. Noduli ini berawal di lamina propria namun karena ukuran nya besar, nodule ini meluas dari epitel permukaan sampai kesubmukosa. Di tunika muskularis appendix vermiformis terdapat suatu tempat pertemuan yang merupakan gabungan dari taenia coli. Submukosanya sangat vascular dengan banyak pembuluh darah. Muskularis eksterna terdiri atas lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Ketebalan lapisan otot ini bervariasi. Ganglia parasimpatis pleksus meienterikus Auerbachter lihat di antara lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Lapisan terluar appendix adalah serosa. Darah Rutin / Darah Lengkap Usia



Hb Ht Eritrosit RDW MCV MCH (g/dL) (%) (mill/mm3) (fL) (pg)



MCHC (%)



Trombosit (x 103/mm3)



0-3 hari



15.020.0 1-2 minggu 12.518.5 1-6 bulan 10.013.0 7 bulan – 2 10.5tahun 13.0 2-5 tahun 11.513.0 5-8 tahun 11.514.5 13-18 tahun 12.015.2 Laki-laki 13.5dewasa 16.5 Wanita 12.0dewasa 15.0



45-61 4.0-5.9