Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Dosen: Zahratul Mufidah



Disusun Oleh: M. Syafi’i: (201710570311…) Diana Fitri: (201710570311031) Sogi Berani: (201710570311…)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG



PENGERTIAN EVALUASI, ASESMEN, PENGUKURAN dan TES A. Pengertian Evaluasi Kata evaluasi pembelajaran sering disamarkan dengan kata ujian. Meskipun saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna. Ujian ulangan harian yang dilakukan didalam kelas oleh guru sekalipun, belum dapat menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitan dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran. Dalam arti luas, evaluasi adalah proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan. Oleh sebab itu evaluasi merupakan kegiatan atau proses yang sengaja dibuat untuk memperoleh informasi atau data untuk kemudian membuat suatu keputusan. Tokoh utama yang mendefinisikan evaluasi berkaitan dengan masalah pendidikan dan prestasi hasil belajar siswa adalah Ralph Tyler (1950) bahwa “evaluasi adalah merupakan sebuah proses mengumpulkan data untuk mengetahui sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan itu sedah tercapai. Cron Bach dan Stuffle Beam juga mendefinisikan dengan define yang hamper sama, dengan sedikit tambahan bahwa proses evaluasi bukan hanya sekedar mengukur sejauhmana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Dalam Kaitannya dengan kegiatan pengajaran, Norman E. Gronlund (1976)- sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, MP., dinyatakan bahwa pengertian evaluasi adalah ”Evaluation…a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran bahasa telah tercapai oleh siswa). Ada empat macam evaluasi berdasarkan jenisnya: 1. Measurement Model Model ini ini dikembangkan oleh R. Thorndike dan R.I., Ebel dan merupakan model tertua. Menurut model ini, evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran



(measurement) terhadap bebagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi, bimbingan, dan perencanaan pendidikan dan pengajaran. Obyek kegiatan evaluasi menurut model ini adalah tingkah laku siswa, yang mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan (intelegensi, bakat), minat, sikap dan juga aspek-aspek kepribadian siswa. 2. Congruence Model Adanya model ini sebagai reaksi dari model pertama diatas, dan tokoh-tokohnya adalah Raph W. Tyler, John B. Carrol dan Lee J. Cronbach. Menurut model ini evaluasi adalah merupakan usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan dan atau pengajaran yang di harapkan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Obyek evaluasi menurut model ini adalah tingkah laku siswa, atau secara khusus, yang dinilai adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behaviour) yang diperhatikan oleh siswa pada akhir pendidikan dan pengajaran. 3. Educational System Evaluation Model Model yang ketiga ini lahir sebagai reaksi dari kedua model sebelumnya. Tokohtokohnya adalah Daniel F. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E, Stake, dan Malcom M. Provus. Menurut model ini keberhasilan suatu sistem pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, karakteristik anak didik maupun lingkungan disekitarnya, tujuan system dan peralatan yang dipakai, serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan system itu sendiri. 4. Illuminative Model Model ini dikembangkan terutama di Inggris oleh Malcolm Parlett. Bila model measurement dan congruence lebih beroirentasi pada evaluasi secara kuantitatif dan bestruktur, model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif dan terbuka. Tujuan utama evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian kompetensi oleh siswa sesuai indicator yang dirumuskan (tujuan instruksional) sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.



B. Pengertian Asesmen (penilaian) Asesmen dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan instrument maupun non tes. Asmawi Zainul dan Agus Mulyana (2007:7) mengemukakan bahwa asesmen (penilaian) adala memberikan nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau sebarapa jauh sesuatu proses atau sesuatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Nana Sudjana (1990:3) juga mengatakan bahwa asesmen atau penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasrkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Keduanya merupakan tema asesmen/penilaian yang mengimplementasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Karena itu maka dalam asesmen selalu ada objek/program, ada kriteria dan ada interpretasi dan judgment. Dengan demikian asesmen/penilaian diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperolehnmelalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan instrument test maupun non test. Asesmen/penilaian dilaksanakan mempunyai beberapa tujuan sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (1995:9) bahwa tujuan dan fungsi penilaian meliputi; (1) penilaian berfungsi selektif, (2)penilaian berfumgsi diagnostic, (3) penilaian berfungsi sebagai penempatan, dan (4) penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Nana



Sudjana



(1990:



3)



juga



berpendapat



tentang



fungsi



dan



tujuan



asesmen/penilaian. (1) mendeskripsikan kecakapan balajar para siswa, (2) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran, (3) menentukan tindak lanjut hasil penilaian, (4) memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada stakeholders, (5) sebagai dasar umpan balik perbaikan proses belajar-mengajar. C. Pengertian Pengukuran Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk



mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengukuran juga diartikan sebagai suatu proses dimana kita menggunakan angkaangka kepada barang atau gejala-gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu (Raka Joni, 1994:7). Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion (1994:5), mengemukakan pendapat lebih bahwa pengukuran diartikah sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Misalkan untuk mengukur tinggi atau berat seseorang dengan mudah kita memahami, karena aturannya telah diketahui secara umum. Tetapi untuk mengukur bakar dan kecerdasan seseorang jauh lebih kompleks dan tidak semua orang memahaminya. Dari definisinya, didapatkan dua karakteristik, (1) penggunaan angka atau skala tertentu, (2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Angka atau skala dapat diklasifikasi kedalam empat kategori; (1) angka nominal, angka yang bersifat kategorikal, misalnya bila sebutir soal dapat dijawab benar oleh siswa atau warga belajar, maka ia mendapat skor 1 (satu), (2) angka ordinal, angka yang menunjukkan adanya urutan, tanpa mempersoalkan jarak antar urutan tersebut, misalnya angka yang menunjukkan kepandaian siswa atau warga belajar dalam suatu mata pelajaran tertentu, (3) skala atau angka interval, yaitu angka yang menunjukkan adanya jarak yang sama dari angka yang berurutan, (4) skala atau angka rasio, yaitu angka yang memiliki semua karakteristik angka atau skala yang terdahulu dan ditambah dengan satu karakteristik lagi, yaitu memiliki nol mutlak. Selanjutnya karakteristik kedua dari pengukuran adalah menurut suatu aturan atau formula tertentu. Salah satu aturan yang digunakan untuk pengukuran adalah pendekatan penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Pendekatan acuan norma merupakan system penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Sedangkan penilaian acuan patokan yaitu suatu cara menentukan kelulusan seseorang dengan menggunakan sejumlah patokan. Bilamana seseorang telah memenuhi patokan tersebut ia dinyatakan behasil, dan sebaliknya. D. Pengertian Tes Kata tes sudah cukup terkenal dikalangan pendidik maupun masyarakat sehingga bukan merupakan hal yang aneh dan hamper setiap orang pernah mendngar,



membicarakan, atau bahkan pernah mengikuti tes. Tes juga merupakan alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk menjatat atau mengamati prestasi siswa yang berjalan dengan target penilaian (Jacobs & Chase, 1992; Alwasilah, 1996). Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu. Setiap butis pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan seorang guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan(Calongesi, 1995). Sedangkan menurut Arikunto dan Jabar (2004) bahwa tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini, kita harus bias membedakan pengertian antara tes, testing, testee, dan tester. Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat pengambilan tes). Gabel berpendapat bahwa testing menunjukkan proses pelaksanaan tes. Testee adalah responden yang mengerjakan tes atau yang akan dinilai/diukur kemampuannya. Sedangkan tester adalah seorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada responden. Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (Subekti& Firman, 1989). Dalam pembelajaran bahasa Arab evaluasi tes dan non tes dapat digunakan. Adapun tes yang dapat digunakan dalam evaluasi pembelajaran bahasa Arab, yaitu tes tulis dan tes lisan. Tes tulis digunakan untuk kemahiran istima’ (menyimak), kemahiran qira’ah (membaca), dan kemahiran kitabah (menulis). Tes tulis ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan. Tes lisan digunakan untuk kemahiran kalam (berbicara), tujuannya untuk mengetahui sejauhmana peserta didik mampu berbicara dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar.



KEDUDUKAN, FUNGSI dan PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB A. Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, guru akan mengatur seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran bahasa Arab, mulai dari membuat desain pembelajaran bahasa Arab, melaksanakan kegiatan pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab, dan melakukan evaluasi pembelajaran bahasa Arab termasuk hasil dan proses belajar yang berupa “dampak pengajaran”. Proses pembelajaran bahasa Arab dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab dan peserta didik dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Tujuan atau kompetensi tersebut biasanya sudah dirancang dalam perencanaan pembelajaran bahasa Arab yang berbentuk tujuan pembelajaran bahasa Arab, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab atau menguasai kompetensi tertentu, maka guru perlu melakukan tindakan evaluasi. Sebelum melakukan evaluasi, seorang guru bahasa Arab terlebih dahulu harus paham tentang tujuab dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru bahasa Arab akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. B. Fungsi Pembelajaran Bahasa Arab Ada dua fungsi evaluasi pembelajaran bahasa Arab: Pertama, untuk perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran bahasa Arab. Sebagaimana kita tahu bahwa pembelajaran bahasa Arab sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen, seperti tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru, dan peserta didik. Kedua, untuk akreditasi. Dalam UU No.20/2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan bahwa akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Salah satu komponen akreditasi adalah pembelajaran. Fungsi



evaluasi dapat dilaksanakan jika hasil evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga pendidikan (Arifin, 2013). Untuk hasil evaluasi yang lebih baik, hendaknya evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip umum sebagai berikut: 1. Kontinuitas, yaitu evaluasi tidak boleh dilakukan insidental karena pembelajaran bahasa Arab itu sendiri adalah proses yang kontinu. Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus dihubungkan dengan hasilhasil pada waktu sebelumnya. 2. Komprehensif, yaitu dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. 3. Adil dan Objektif, yaitu guru harus berlaku adil dan tidak pilih kasih dalam melaksanakan evaluasi. Guru hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik. 4. Kooperatif, yaitu dalam kegiatan evaluasi hendaknya guru bekerja sama dengan semu pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik itu sendiri. 5. Praktis, yaitu alat evaluasi hendaknya mudah untuk digunakan baik oleh guru itu sendiri maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut (Arifin, 2013: 31). C. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab Beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi: 1. Keterpaduan, evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping tujuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. 2. Keterlibatan siswa, guru harus membangkitkan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa meningkatkan cara dan hasil belajarnya. 3. Koherensi, evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. 4. Pedagogi, evaluasi juga diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.



5. Akuntabilitas, keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability).



Kesimpulan Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab al-Taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanyaadalah value, dalam bahasa Arab al-Qimah dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenaldengan kata measurement, dan dalam bahasa Arab adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiata yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Adapun penilaian mengandung arti mengambilkeputusan terhadap sesuatu dengan mendasarka diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit dan sebagainya. Adapun evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang dikemukakan yakni pengukuran dan penilaian (Sudjono, 2008: 1-5)



Daftar Rujukan: -Miladya, Jinda, [email protected]. Bahasa



Evaluasi



Arab



Dalam Pembelajaran (http://prosiding.arab-



um.com/index.php/konasbara/article/viewFile/21/19) -Asrul, dkk., Evaluasi Pembelajaran ( -Wahyudi, Asesmen Pembelajaran Berbasis Portofolio Di Sekolah (Jurnal Visi Ilmu Pendidikan hal. 289-291) -Ridho, Ubaid, [email protected]. Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab (jurnal, Vil. 20, No.01 2018) - Ratna, Ana., Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes, dan Pengukuran (http://file.upi.edu/DirektoriFPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATNAWULA N/pengertian_asesmen.pdf)