Evaluasi Sediaan Semisolid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Evaluasi Sediaan Semisolida Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani 2020



Evaluasi Krim Organoleptis Isi minimum Homogenitas Viskositas Ukuran Partikel Stabilitas Krim Penentuan Tipe Krim Uji Pelepasan Zat Aktif Uji Kebocoran



Fisika



• • • • • • • • •



Kimia



• Identifikasi • Penetapan Kadar • pH



Biologi



• Uji Sterilitas • Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba • Uji batas mikroba • Penetapan potensi antibiotik (mikrobiologi)



Evaluasi Salep Fisika



Kimia



Biologi



⁕ Organoleptis ⁕ Homogenitas ⁕ Viskositas ⁕ Isi minimum ⁕ Uji Kebocoran ⁕ Uji Pelepasan Zat Aktif



⁕ Identifikasi ⁕ pH ⁕ Penetapan Kadar



⁕ Efektivitas Pengawet antimikroba ⁕ Penetapan Potensi Antibiotik ⁕ Uji batas mikroba



 SALEP MATA



+ Penentuan partikel logam + Uji Sterilitas



GEL Fisika • • • • • • • •



Organoleptik Homogenitas Viskositas Rheologi Uji Kebocoran Isi Minimum Uji Stabilitas Uji Pelepasan



Kimia • Identifikasi • pH • Penetapan Kadar Zat Aktif



Biologi • Uji Potensi Antibiotik • Uji Sterilitas (jk gel steril) • Uji efektivitas pengawet antimikroba • Uji Batas Mikroba



EVALUASI FISIK 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)



Penampilan/Organoleptis Homogenitas Distribusi Ukuran Partikel Konsistensi/Viskositas Isi minimum Uji Kebocoran Uji pelepasan bahan aktif



Evaluasi Kimia Identifikasi Kandungan zat aktif pH sediaan Evaluasi Mikrobiologi Potensi Antibiotik Uji Sterilisasi Uji efektivitas pengawet antimikroba Uji Batas Mikroba



EVALUASI FISIK SEDIAAN 1) Penampilan/Organoleptik Tujuan :  Memeriksa kesesuaian bau, warna dimana sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.  Pemeriksaan pemisahan fase dilakukan untuk sediaan yg terbentuk lebih dari satu fase, misal : emulgel, krim → c/ : uji stabilitas sediaan akibat pengaruh suhu Prinsip :  pemeriksaan bau dan warna menggunakan panca indera



Penentuan Tipe Emulsi  Pengujian untuk Sediaan dengan sistem emulsi Tujuan :  Mengetahui kesesuaian tipe emulsi yang dibuat dengan tipe emulsi yang telah diformulasikan sebelumnya dan melihat kemungkinan terjadinya inversi fase Prinsip :  Uji Kelarutan zat warna : kelarutan zat warna yang larut dalam air (mis. metilen biru) atau dalam minyak (misal sudan merah) dlm salah satu fase emulsi  Uji pengenceran : ketercampuran atau kelarutan pelarut air



Uji kelarutan zat warna Sedikit zat warna larut air, misal metilen biru atau biru brillian CFC diteteskan pada permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut dan berdifusi homogen pada fase eksternal yang berupa air → emulsi tipe M/A. Jika zat warna tampak sebagai tetesan di fase internal → emulsi tipe A/M. Hal yang terjadi adalah sebaliknya jika digunakan zat warna larut minyak (mis. sudan merah).



Uji Pengenceran  Uji ini dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air.  Jika emulsi tercampur baik dengan air, tanpa memperlihatkan ketidakcampuran → emulsi tipe M/A.  Hal ini dapat dilakukan dengan mikroskop untuk memberikan visualisasi yang baik tentang tidak adanya ketidakcampuran.



Penafsiran Hasil



 Emulsi M/A bila fase kontinu (fase pendispersi) emulsi terwarnai oleh zat warna larut air (mis. dengan metilen blue)  Emulsi M/A bila dapat diencerkan dengan pelarut aqueous ; Emulsi A/M bila tidak dapat diencerkan dengan pelarut aqueous



2) Homogenitas Tujuan : Menjamin distribusi bahan aktif yang homogen.



Caranya: Oleskan sedikit sampel diatas kaca objek dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau ketidak homogenannya.



Penafsiran hasil : Distribusi bahan aktif pada lapisan sediaan di permukaan kaca terlihat merata.



3) Distribusi Ukuran Partikel Untuk zat aktif yang tidak larut basis Prosedur : Sebarkan sejumlah sampel yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop. Lihat di bawah mikroskop. Penafsiran hasil : mengikuti kurva distribusi normal.



4) Konsistensi/Viskositas  Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.  Kekentalan adalah tekanan geser dibagi laju tegangan geser.  Satuan dasarnya yaitu poise; atau dalam sentipoise (1 poise = 100 sentipoise).  Kekentalan berubah sesuai suhu → secara umum kekentalan menurun dengan naiknya suhu → Untuk pengukuran sediaan farmasi, suhu dipertahankan dalam batas lebih kurang 0,1°



Konsistensi/Viskositas Tujuan :



Menjamin kemudahan penggunaan/pengolesan sediaan. Prinsip :



Sediaan semisolid termasuk system non newton, maka viskositasnya diukur dengan Viskometer Brookfield Helipath Stand. Pengukuran konsistensi sediaan dilakukan pada suhu kamar dengan memakai spindle pada kecepatan (rpm) tertentu.



Jenis Alat  Viskometer tabung kapiler



 Viskometer rotasi Pengukuran Kekentalan ❑ Jenis viskosimeter tabung kapiler → Viskosimeter Ostwald dan Ubbelohde Metode yang umum digunakan → penetapan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui kapiler. Viskosimeter Ubbelohde dapat digunakan untuk mengukur kekentalan larutan metilselulosa.



❑ Jenis viskosimeter rotasi → viskometer yg menggunakan gasing atau kumparan yang dicelupkan ke dalam zat uji, dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk rentang kekentalan tertentu, dan umumnya dilengkapi dengan beberapa kecepatan rotasi. Viskosimeter Brookfield, Rotouisco dan Stormer merupakan contoh alat gasing berputar dan MacMichael merupakan contoh alat cawan berputar.



Viskosimeter Ubbelohde



Spindels



Viscometer Brookfield



Helipath Stand Viskometer



 For viscosity/consistency measurement of gels, pastes, creams, putty, gelatin and other non-flowing substances.



5) ISI MINIMUM  Pengujian digunakan untuk sediaan krim, gel, jeli, salep, pasta, serbuk, aerosol dan inhalasi dosis terukur, termasuk semprot topikal bertekanan, dan tak bertekanan serta inhalasi dosis terukur.  Pengujian untuk sediaan dengan etiket yang mencantumkan bobot bersih tidak lebih dari 150 gram atau 150 mL Prinsip :  Bobot bersih isi wadah → merupakan selisih antara penimbangan bobot wadah berisi sediaan dengan bobot wadah kosong



Prosedur uji minimum (etiket bobot):  Ambil sampel sebanyak 10 wadah berisi zat uji, hilangkan semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot pada waktu isi dikeluarkan.  Bersihkan dan keringkan dengan sempurna bagian luar wadah dan timbang satu per satu.  Keluarkan isi secara kuantitatif dari masing-masing wadah, potong ujung wadah, jika perlu cuci dengan pelarut yang sesuai, hati-hati agar penutup dan bagian lain wadah tidak terpisah.  Keringkan dan timbang kembali masing-masing wadah kosong beserta bagian-bagiannya.



 Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah.



Kriteria penerimaan (dengan etiket bobot) :



Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan tidak satu wadah pun yang bobot bersih isinya kurang dari : ➢ 90% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang dan ➢ 95% dari jumlah yg tertera dari etiket untuk bobot lebih dari 60 g dan kurang dari 150 g. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, tetapkan bobot bersih isi dari 20 wadah tambahan.



Bobot bersih rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada etiket dan hanya satu wadah yang bobot bersih isinya kurang dari ➢ 90% dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang, dan



➢ 95% untuk bobot lebih dari 60 g dan kurang dari 150 g.



6) Uji Kebocoran Tujuan :  Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas (untuk sediaan yang harus steril) dan volume serta kestabilan sediaan . Prinsip :  10 tube sediaan dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya dengan kain penyerap. Kemudian tube diletakkan secara horizontal di atas kain penyerap di dalam oven dengan suhu diatur pada 60±3°C selama 8 jam



Hasil :  Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai. Abaikan bekas sampel yang diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube.



 Jika terdapat kebocoran hanya 1 tube (tidak boleh lebih dari 1tube) → ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan.  Uji memenuhi syarat jika tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 tube pada 30 tube yang diuji.



7) UJI pH Berhubungan dengan stabilitas ZA, efektifitas pengawet, keadaan kulit



Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai (elektrode kalomel atau elektrode perakperak klorida).



Efek pH (FI V hall 1644)  Degradasi banyak obat dalam larutan meningkat atau menurun secara eksponensial ketika pH menurun atau meningkat melampaui rentang nilai pH spesifik.  Tingkat pH yang tidak tepat dengan terkena kenaikan suhu merupakan faktor yang banyak menyebabkan obat kehilangan efek klinik yang bermakna, disebabkan oleh reaksi hidrolisis dan oksidasi.  Sebagai contoh: a.



larutan atau suspensi obat, mungkin stabil selama beberapa hari, minggu, bahkan tahun dalam bentuk formulasi aslinya, tetapi jika dicampur dengan cairan lain yang mengubah pH, akan terdegradasi dalam beberapa menit atau hari. Dengan perubahan pH walaupun hanya 1 unit (misalnya dari 4 inenjadi 3 atau dari 8 menjadi 9) dapat menurunkan stabilitas obat dengan faktor 10 atau lebih.



b.



Penganuh pH pada stabilitas fisik sistem dua fase, terutarna emulsi, juga penting. Sebagai contoh, emulsi lemak intravena yang stabil dengan adanya pH asam.



 Suatu sistem dapar pH, biasanya asam atau basa lemah dan garamnya, merupakan bahan pengisi yang biasa digunakan dalam sediaan cairan untuk mempertahankan pH pada suatu rentang yang akan meminimalkan kecepatan degradasi obat. pH larutan obat dapat juga diatur atau didapar untuk mencapai kelarutan obat. Sebagai contoh, pH yang berkaitan dengan pKa akan mengontrol fraksi terionisasi yang biasanya lebih lanit dan jenis non ionik yang kurang larut dari suatu senyawa organik yang bersifat elektrolit lemah.



 Pengukuran dilakukan pada suhu 25°± 2°, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.  Skala pH ditetapkan dengan persamaan sebagai berikut:



Ket. :  E dan Es berturut-turut adalah potensial terukur dengan sel galvanik larutan uji, dinyatakan sebagai pH dan Larutan dapar untuk pembakuan yang tepat, dinyatakan sebagai pHs;  harga k adalah perubahan dalam potensial per perubahan unit dalam pH, dan secara teoritis sebesar [0,05916 + 0,000198 (t-25°)] volt pada suhu t.



 Sebelum mengukur pH zat uji, terlebih dahulu dilakukan pembakuan pH meter dengan dua larutan dapar yg memiliki perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit sedemikian rupa sehingga pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya .



 Elektroda yg baik menunjukkan harga pH yg tidak lebih dari 0,02 unit pH dari harga larutan baku pH meter



8) Uji Pelepasan Zat Aktif (Difusi)  Terutama untuk sediaan semisolida yg dimaksudkan untuk berpentrasi ke dalam kulit  Jika dipersyaratkan dalam monografi/pustaka sediaan Tujuan :  Mengetahui laju difusi zat aktif Prinsip :  Menguji difusi bahan aktif dari sediaan emulgel/gel menggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu. Penafsiran Hasil  Tergantung profile difusi dari tiap zat aktif pada media uji.



Sel Difusi  Sel difusi digunakan untuk pengujian kecepatan pelepasan obat dari sediaan semisolida  Sampel diambil dari reservoir pada berbagai interval waktu sehingga menggambarkan pelepasan obat dari sediaan



Stabilitas Produk (FI V)



Faktor Lingkungan



•Suhu •cahaya •oksigen •karbon dioksida •kelembaban



Faktor Sediaan



• ukuran partikel (emulsi dan suspensi) • pH •Komposisi sistem pelarut (misalnya persentase air dan kepolaran) • kesesuaian antara anion dan kation, •kekuatan ion larutan, •wadah utama, •bahan tambahan kimia spesifik, •ikatan molekular, difusi obat dan adanya bahan pengisi.



Contoh Reaksi Penyebab Penurunan Stabilitas Sediaan (Non-visual)



•Hidrolisis, •Oksidasi, •Dekomposisi Fitokimia, •Efek perubahan pH (stabilitas ZA)



FI V hal 1644



 Untuk krim, salep dan supositonia, petunjuk utama ketidakstabilan yang sering ditemukan adalah perubahan warna atau perubahan dalam konsistensi atau bau.



Bentuk Ketidakstabilan Sediaan Semisolida



Krim



Salep



Suppositoria



• Krim → emulsi yang mengandung air dan minyak • Bentuk ketidakstabilan → pecahnya emulsi, pembentukan hablur, penciutan karena penguapan air dan kontaminasi mikroba yang besar



• perubahan dalam konsistensi dan pemisahan sejumlah besar cairan dan pembentukan granul atau butiran kecil



• Umumnya terjadi pelunakan berlebih dari sediaan suppositoria. Kadang ada pula yang mengering dan mengeras atau mengerut. • Adanya bercak minyak pada bahan pengemas • Sebagai aturan umum (walaupun ada pengecualian), suppositoria harus disimpan dalam lemari pendingin



Note : ❑ Untuk mengefektifkan waktu, jika ada pertanyaan untuk 3 materi sebelumnya dari saya (pendahuluan, salep, evaluasi sediaan) silahkan disampaikan pada kolom komentarnya, untuk bahan bahasan pada kuliah live via google meet. ❑ Live google meet akan diadakan jika ada pertanyaan yang akan dibahas. Lama kuliah hanya 30 menit. ❑ Jadwal akan susun kemudian