Evaluation and Interpretation of Body Compotition [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

`BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2002). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Metode antropometri mencakup pengukuran dari dimensi fisik dan komposisi nyata dari tubuh (WHO cit Gibson, 2005). Ada dua macam pengukuran antropometri, yaitu : 1. Body size yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lain-lain. 2. Body composition yang meliputi pengukuran : a. Fat free mass yang terdiri dari pengukuran : Mid-upper-arm circumference, mid-upper-arm muscle circumference, dan mid-upper-arm muscle area. b. Fat mass yang terdiri dari pengukuran : skinfold thickness, waist-hip circumference ratio, waist circumference, dan limb fat area. 2.2 Metode Evaluasi Tubuh Terdapat tiga model untuk mengukur komposisi tubuh seseorang yaitu two compartment model, three compartment model dan four compartment model. 1. Two compartment model Two compartment model merupakan metode evaluasi komposisi tubuh yang penghitungannya berdasarkan pada jumlah massa lemak (fat mass) dan jumlah massa non lemak (fat free mass). Metode ini paling banyak digunakan karena paling mudah perhitungannya dan tidak membutuhkan banyak variabel untuk menentukan komposisi tubuh seseorang, sehingga menjadi lebih cepat dan relatif murah karena tidak memerlukan tes laboratorium. Rumus : BW = FM + FFM Keterangan : BW : Body weight atau berat badan (kg) FM : Fat mass atau massa lemak (kg) FFM : Fat free mass atau massa non lemak (kg) 2. Three compartment model



Three Compartment Model adalah Metode evaluasi komposisi tubuh yang menggabungkan 2 unsur Fat Free Mass(FFM) menjadi 1 komponen. Misalnya tulang dan protein di gabung. Rumus : BW = FM + TBW + S Keterangan : BW : Body weight atau berat badan (kg) FM : Fat mass atau massa lemak (kg) TBW : Total body water atau jumlah air (kg) S : Solid (nonaqueous) atau gabungan tulang dan protein (kg) 3. Four compartment model Four Compartment Model adalah Metode evaluasi komposisi tubuh yang berdasarkan pada jumlah air (water), tulang (bone), lemak (fat), otot (protein), dan glikogen yang jumlahnya sangat sedikit, sehingga beratnya sering diabaian. Rumus : BW = FM + TBW + Protein + Bone + Glikogen Keterangan : BW : Bogy weight atau berat badan (kg) FM : Fat mass atau massa lemak (kg) TBW : Total body water atau jumlah air (kg) Protein, Bone dan Glikogen (kg) Dari tiga metode pengukuran komposisi tubuh tersebut, massa lemak selalu menjadi perhatian utama. Hal ini karena lemak adalah komposisi tubuh yang bersifat buruk sehingga dijadikan sebagai prediktor untuk menentukan resiko terjadinya penyakit degenerative. Lemak tubuh juga merupakan komponen terbanyak dalam tubuh kita.Komposisi lemak dalam tubuh setiap manusia berbeda. Rata – rata komposisi lemak dalam tubuh wanita sekitar 26,9 % dari total berat badan. Sementara rata – rata komposisi lemak dalam tubuh pria sekitar 14,7 % dari total berat badan. Berikut adalah distribusi lemak dalam tubuh pada pria dan wanita (Gibson, 1993). Tabel Distribusi Lemak dalam Tubuh Pria dan Wanita (Gibson, 1993) Fat Location Essential fat (lipids of the bone marrows, CNS,



Men 2,1



Women 4,9



mammary glands, and other organs) Storage fat (depot)



8,2



10,4



Subcutaneous



3,1



5,1



Intermuscular



3,3



3,5



Intramuscular



0,8



0,6



Fat of thoracic and abdominal cavity Total fat Body weight Percentage fat



1,0 10,5 70,0 14,7



1,2 15,3 56,8 26,9



2.3 Evaluasi dan Interpretasi Data Hasil Pengukuran Komposisi Tubuh Untuk mengintepretasikan dan evaluasi hasil pengukuran Body Composition dibagi menjadi 2 yaitu Fat Mass dan Fat Free Mass. Fat Mask berdasarkan pada Skinfold, Mid Upper Arm Fat Area dan sebagainya. Sedangkan untuk Fat Free Mask berdasarkan pada Mid-upper arm circumference ( MUAC), Mid-upper arm muscle circumference ( MUAMC), Mid-upper-arm muscle area ( MUAMA ) dan Corrected Mid-upper-arm Muscle Area. 1. Pengukuran Massa Lemak Tunggal (Single Measurement) Pengukuran massa lemak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain kita harus mengetahui cara perhitungan dari data yang telah dihasilkan, tentunya kita juga harus kemudahan dan kesulitan dari masing-masing cara. Cara perhitungan lemak tubuh tersebut disesuaikan oleh jenis pengukuran, jenis kelamin dan usia. Bagian badan yang biasa diukur untuk menentukan jumlah lemak dalam tubuh adalah trisep, bisep, subscapula, dan suprailiaka. Pada umumnya, rata-rata komposisi lemak tubuh wanita lebih banyak dari pada komposisi lemak pria. Lemak tubuh dapat diukur secara absolute (dalam kilogram) maupun dalam presentase dari berat keseluruhan. Lemak tubuh dapat diperkirakan dengan satu atau lebiih pengukutan skinfold thickness. Perkiraan awal lemak tubuh dan kecepatan perubahan lemak dalam tubuh diperlukan untuk memantau keparahan dan ketidakseimbangan asupan energi-protein. Hilangnya lemak tubuh secara besar-besaran dapat mengindikasikan adanya katidakseimbangan energi. Namun, perubahan kecil pada lemak tubuh tidak dapat diukur seara akurat menggunakan metode antropometri. a. Triceps Skinfolds Triseps skinfold merupakan pengukuran lemak pada titik tengah bagian belakang lengan atas tangan yang jarang digunakan. Tebal lemak pada triseps ini merupakan suatu area yang sering digunakan untuk mengestimasi secara tidak langsung ukuran dari tempat penyimpanan lemak subkutan karena pada area ini dianggap yang paling memprosentasikan lemak tubuh.



Anggapan ini sebenarnya tidak benar, karena distribusi lemak subkutan tidak seragam pada seluruh tubuh dan bervariasi pada setiap jenis kelamin, ras, dan usia. Namun, pengukuran triseps sering digunakan karena mudah, sopan. Triseps skinfold ini memiliki korelasi koefisien dengan : % lemak tubuh : 0,70 (pria) dan 0,77 (wanita) Total lemak tubuh : 0.73 (pria) dan 0,80 (wanita) Cara mengintepretasikan tebal lemak triseps adalah :  Menentukan ketebalan lemak pada triseps.







Gambar : Contoh pengukuran triceps skinfolds Setelah diketahui data ketebalan lemak pada trisep, kemudian mencari persentase mediannya, yaitu sebagai berikut : 100× ketebalan trisep median= median ketebalan trisep berdasarkan umur dan jenis kelamin



Tabel Persentil Pengukuran Trisep Berdasarkan Umur dan Kelamin (Gibson, 1993)







Setelah mendapatkan persentase median, maka dapat diinterpretasikan hasil median tersebut ke dalam tabel klasifikasi antropometri. Tabel Klasifikasi Evaluasi Fat Status (Fransisco, 1990)



Contoh soal : Ny. R berumur 29 tahun, memiliki tebal trisep 18 mm. Berapa persentil ketebalan trisep dan bagaimana status lemaknya? Jawab :



median=



100 × 18 =90 . Status lemak Ny. R adalah Excess Fat atau 20.0



lemak berlebih. b. Subscapular Skinfolds Bagian subscapular terletak di daerah belakang tubuh di bawah tulang belikat pada bagian punggung kiri. Subscapular skinfold digunakan untuk mengukur jaringan adipose subkutan dan ketebalan kulit. Subscapular skinfold memungkinkan untuk memprediksi total lemak tubuh, tekanan darah dan kadar lemak dalam darah. Pada subscapular setidaknya dilakukan 2 kali pengukuran dan perbedaan diantara keduanya harus kurang dari 1 mm. Subscapular skinfold memiliki korelasi koefisien : % lemak tubuh : 0,75 (pria) dan 0,71 (wanita) Total lemak tubuh : 0,79 (pria) dan 0,80 (wanita) Cara mengintepretasikan tebal lemak subscapular adalah :  Menentukan ketebalan lemak pada subscapular.







Gambar contoh pengukuran subscapular skinfold Setelah diketahui data ketebalan lemak pada subscapular, maka dapat dicari persentase median, sebagai berikut : median=



100 × ketebalan subscapular median ketebalan subscapular berdasarkan umur dan kelamin



Tabel Persentil Ketebalan Subscapular Berdasarkan Umur dan Kelamin (Gibson, 1993)







Setelah mendapatkan persentase median, maka dapat diinterpretasikan hasil median tersebut ke dalam tabel klasifikasi antropometri. Tabel Klasifikasi Evaluasi Fat Status (Frisancho, 1990)



Contoh Soal : Tn. T berumur 45 tahun, memiliki tebal subscapular 11 mm. Berapa persentil median subscapular dan bagaimana status lemaknya?



Jawab : median=



100 × 11 =63.71 . 17



Status lemak Tn. T adalah average atau



normal. 2. Pengukuran Massa Lemak Multiple (Multiple Measurement) Kombinasi pengukuran skinfold untuk beberapa area yang paling optimal belum diketahui jelas karena tidak ada satu pun area tubuh yang memiliki jumlah lemak subkutan yang secara konsisten dapat merepresentasikan jumlah lemak pada seluruh tubuh. Pada umumnya, dalam studi pada anak-anak dan dewasa, direkomendasikan untuk mengambil satu hasil pengukuran lemak di anggota gerak (misalnya triseps) dan satu hasil pengukuran lemak tubuh (misalnya subskapula). a. Pengukuran Trisep dan Subscapular Multiple measurement skinfold ini menggunakan penjumlahan hasil pengukuran lemak triseps dan subssapular dengan rumus : ketebalan trisep+ ketebalan subscapular ¿ 100× ¿ median=¿



Tabel Persentil Ketebalan Trisep dan Subscapular Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin (Gibson, 1993)



Tabel Kalsifikasi Evaluasi Fat Status (Frinsascho, 1990)



Contoh Soal : Tn. S berumur 45 tahun, memiliki ketebalan trisep 15 mm dan subscapular 11 mm. Berapa persentil median ketebalan trisep dan subscapular dan bagaimana status lemaknya? Jawab : 100 ×(15+11) median= = 89.66 %. Status lemak Tn. S adalah Excess 29 Fat atau lemak berlebih.



b. Mid Upper Arms Fat Area Mid Upper Arm Fat Area adalah luas penampang lemak bagian lengan atas yang dihitung dari pertengahan lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit trisep. Perhitungan ini merupakan gabungan dari MUAC (Mid Upper Arm Circumference) dan ketebalan trisep-skinfold. Cara perhitungannya adalah :  Menghitung Mid Upper Arm Fat Area menggunakan persamaan : 2 SKF × MUAC π ×(S KF) A= − 2 4







Keterangan : A = Mid upper arm fat area (mm2) C1 = Mid upper arm circumference / MUAC (mm) SKF = Ketebalan Triceps Skinfold (mm) Menghitung prosentase median untuk mid-upper-arm



fat



area



menggunakan umur, dan jenis kelamin dengan persamaan : 100 × observed arm fat area median= median arm fat area



Tabel Persentil Mid Upper Arm Fat Area Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin (Gibson, 1993)







Menentukan Arm Fat Index (AFI) atau indeks lemak di lengan atas, dari persamaan : Arm Fat Area × 100 AFI = Total Mid Upper Arm Area Dalam persamaan diatas, total mid-upper-arm areanya berasal dari perhitungan :



MUAC ¿ ¿ ¿2 ¿ Total Mid Upper Arm Fat Area=¿







Setelah mendapatkan nilai AFI, barulah menentukan status fat dari hasil perhitungan tersebut menggunakan tabel klasifikasi antropometri :



Tabel Klasifikasi Evaluasi Fat Status (Frinsascho, 1990)



c. Waist Hip Ratio (WHR) WHR dilakukan untuk mengetahui distribusi dari lemak pada subkutan dan pada jaringan adipose intra-abdomen. Pengukuran waist dilakukan pada pinggang sedangkan pengukuran hip dilakukan pada pinggul. Yang disebut lingkar pinggang adalah bagian di atas pusar dan di bawah dada, yakni bagian terkecil dari tubuh. Pinggul adalah bagian paling lebar dari tubuh. WHR digunakan untuk mengukur banyaknya cadangan lemak pada perut, pinggul dan pantat. Berat badan yang terpusat di sekitar abdomen sering disebut “apple shape”, sedangkan yang terkonsentrasi di sekitar pinggul disebut “pear shape”. Orang dengan berat badan berlebih yang terpusat di daerah abdomen beresiko lebih besar untuk mengidap penyakit-penyakit degeneratif dibanding dengan orang yang berat badannya terpusat di daerah pinggul dan paha.



Gb. Pengukuran WHR Gb. Apple Shape vs. Pear Shape Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan WHR merupakan resiko terhadap penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus. WHR dan kegemukan secara sinergis merupakan resiko terhadap non insulin



dependent diabetes mellitus. Dalam beberapa penelitian, menyatakan bahwa pria dan wanita yang memiliki WHR yang tinggi memilik resiko yang lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes melitus tipe 2. Pengukuran massa lemak tubuh dengan metode waist hip ratio ini dianggap lebih presisi daripada menggunakan metode skinfold. Pengukuran waist hip ratio dapat dilakukan dengan rumus : WHR=



Waist Circumference atau Lingkar Pinggang (cm) Hip Circumference atau Lingkar Pinggul(cm)



Nilai batas ambang pada pria dan wanita berbeda. Ambang batas (cutoff) resiko terhadap penyakit untuk laki-laki (WHR) 1 sedangkan untuk wanita



(WHR)



0,85.



Nilai



batas



ini



dapat



digunakan



untuk



menginterpretasikan kemungkinan atau resiko terkena penyakit degeneratif. Tabel Nilai Ambang Batas WHR Berdasarkan Jenis Kelamin Pengukuran



Pria



Wanita



Resiko



Resiko Sangat



Resiko



Resiko Sangat



Lingkar pinggang



Meningkat > 94 cm



Meningkat > 102 cm



Meningkat > 80 cm



Meningkat > 88 cm



Perbandingan



0,9



1,0



0,8



0,9



lingkar pinggang dan lingkar pinggul



Tabel Resiko Penyakit Berdasarkan Waist-Hip circumference Ratio (WHR) Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Jenis



Umur



Kelamin Laki-laki



Resiko Rendah



20-29



< 0,83



Sedang 0,83 – 0,88



Tinggi



Sangat



0,89 – 0,94



Tinggi > 0,94



Perempuan



30-39



< 0,84



0,84 – 0,91



0,92 – 0,96



> 0,96



40-49



< 0,88



0,88 – 0,95



0,96 – 0,10



> 0,10



50-59



< 0,90



0,90 – 0,96



0,97 – 1,02



> 1,02



60-69 20-29



< 0,91 < 0,71



0,91 – 0,98 0,71 – 0,77



0,98 – 1,03 0,78 – 0,82



> 1,03 > 0,82



30-39



< 0,72



0,72 – 0,78



0,79 – 0,84



> 0,84



40-49



< 0,73



0,73 – 0,79



0,80 – 0,87



> 0,87



50-59



< 0,74



0,74 – 0,81



0,82 – 0,88



> 0,88



60-69



< 0,76



0,76 – 0,83



0,84 – 0,90



> 0,90



Contoh Soal : Seorang remaja putri berumur 17 tahun, memiliki memiliki lingkar pinggang sebesar 75 cm dan lingkar pinggul 80 cm. Bagaimana tingkat resika remaja tersebut? Jawab : WHR=



75 =0.94 80



Dengan melihat tabel WHR berdasarkan umur dan



jenis kelamin, remaja tersebut sangat beresiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. d. Menghitung Total Body Fat Prosentase lemak tubuh dapat dihitung menggunakan data dari pengukuran skinfold tunggal (single) atau jumlah dua-empat pengukuran skinfold. Prosedur pengukurannya adalah :  Melakukan pengukuran skinfold. Pengukuran skinfold yang dimaksud adalah pengukuran pada salah satu tempat, seperti trisep, subscapular, 



bisep atau suprailiac. Menghitung body density ( D ) menggunakan rumus : D = c – m (log hasil skinfold) Keterangan : D = Body Density Nilai m dan c dilihat di table Durnin dan Womersley Nilai m dan c Tabel Durnin dan Womesley (1974)







Menghitung prosentase lemak tubuh Persamaan perhitungan prosentase lemak tubuh didasarkan asumsi : berat jenis dari massa bebas lemak relative konstan, berat jenis lemak pada orang normal tidak berubah masing- masing individunya, kandungan air dalam massa bebas lemak konstan, proporsi dari mineral tulang pada otot dalam fat-free body konstan. Kita dapat menghitung proporsi lemak tubuh dengan rumus : Siri (1961) 4.95 fat= −4.50 ×100 D



{



}



Siri menggunakan persamaan yang mengasumsikan bahwa berat jenis lemak adalah 0.900 gr/cc dan berat jenis pada jaringan bebas lemak adalah 1.100 gr/cc. Brozek, et al (1963) 4.570 fat= −4.142 ×100 D



{



}



Rathbun and Pace (1945) 5.548 fat= −5.044 ×100 D



{



}



Persamaan Brozek dan Rathburn and Pace didasarkan atas konsep referensi tubuh dari berat jenis spesifik dan komposisi, dan menghindari syarat dari penaksiran pada berat jenis dari massa bebas lemak. Setelah kita mendapatkan prosentase jumlah lemak, kita dapat menginterpretasikannya sebagai berikut : Tabel Klasifikasi Lemak Tubuh (Lee and Nieman, 1996) No



Jenis Kelamin



.



Klasifikasi Lean



1.



Pria