Evalusi Kurikulum, Program Pendidikan Dan Program Pembelajaran [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Anna
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENILAIAN HASIL BELAJAR FISIKA “KONSEP EVALUASI KURIKULUM, KONSEP EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN, DAN KONSEP EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN”



Dosen Pengampu: Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd



1. 2. 3. 4. 5.



Nama Anggota Kelompok 3: Anna Mepti Febria A1C317042 Dialola Gustia Mararengga A1C317068 Rani Ramadhan A1C317072 Suryanti A1C317064 Vetty Milyani A1C317022



Kelas: Pendidikan Fisika Reguler B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari dosen pengampu Mata Kuliah Penilaian Hasil Belajar Fisika yang telah berkontribusi memberikan arahan dan materi. Makalah ini membahas tentang Konsep Evaluasi Kurikulum, Konsep Evaluasi Program Pendidikan, dan Konsep Evaluasi Program Pembelajaran. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep-konsep evaluasi kurikulum, program pendidikan, dan program pengajaran. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan yang akan datang dengan mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berperan dan kami memohon kritik serta saran yang dapat membangun demi perbaikan yang akan datang.



Jambi,



Februari 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 2.1 Literatur .................................................................................................... 3 2.1.1 Evaluasi Kurikulum ........................................................................... 3 2.1.2 Konsep Evaluasi Kurikulum............................................................... 7 2.1.3 Evaluasi Program Pendidikan ........................................................... 13 2.1.4 Evaluasi Program Pembelajaran ....................................................... 14 2.1.5 Konsep Evaluasi Program Pendidikan .............................................. 15 2.1.6 Konsep Evaluasi Program Pembelajaran .......................................... 17 2.2 Kajian Kritis ............................................................................................ 19 BAB III PENUTUP .......................................................................................... 21 3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21 3.2 Saran ....................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber manusia ini tentu berhubungan dengan dunia pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil menjawab tantangan masa kini terutama lapangan kerja. Salah satu komponen pendidikan yang sentral adalah komponen kurikulum. Pengembangan kurikulum penting untuk meningkatkan keberhasilan sistem pendidikan secara menyeluruh. Sekolah yang tidak kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum akan semakin tertinggal dan ditinggal oleh peserta didik serta masyarakat dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dievaluasi dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, sehingga bangsa Indonesia memiliki daya saing dengan negara lain dalam segala sendi kehidupan. Kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sungguh sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses belajar dan pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi diketahui apakah belajar dan pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut berhasil dan faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran. Dengan diketahuinya hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan perbaikan belajar dan pembelajaran. Pada proses pendidikan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran.



1



Berdasarkan uraian di atas, maka diangkatlah topik pembahasan makalah ini yaitu tentang konsep evaluasi kurikulum, konsep evaluasi pendidikan, dan konsep evaluasi pembelajaran.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum? 2. Apa saja konsep evaluasi kurikulum? 3. Apa yang dimaksud dengan evaluasi program pendidikan? 4. Apa yang dimaksud dengan evaluasi program pembelajaran? 5. Apa saja konsep evaluasi program pendidikan? 6. Apa saja konsep evaluasi program pembelajaran?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu evaluasi kurikulum. 2. Untuk mengetahui konsep evaluasi kurikulum. 3. Untuk mengetahui apa itu evaluasi program pendidikan. 4. Untuk mengetahui apa itu evaluasi program pembelajaran. 5. Untuk mengetahui konsep evaluasi program pendidikan. 6. Untuk mengetahui konsep evaluasi program pembelajaran.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Literatur 2.1.1 Evaluasi Kurikulum 2.1.1.1 Pengertian Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari suatu pengembangan kurikulum yang memegang peranan penting, baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan, maupun untuk pengambilan keputusan. Hasil dari evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh orang-orang yang mengembangkan kurikulum dan bagi pemegang kebijaksanaan kurikulum dalam pengembangan sistem pendidikan (Sinambela, 2010:29). Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi, dan efektivitas suatu program. Evaluasi kurikulum juga merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat, termasuk evaluasi terhadap implementasi kurikulum (Adnan, 2017:111-112). Evaluasi kurikulum merupakan pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan, proses pembelajaran untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektivitas program (Kristiawan, Safitri, dan Lestari., 2017:90). Evaluasi implementasi kurikulum merupakan proses penilaian yang luas dan komprehensif. Evaluasi kurikulum adalah evaluasi terhadap seluruh aktivitas pendidikan di sekolah seperti siswa, guru, model dan metode pengajaran, administrasi, serta sarana dan prasarana (Ismail, 2014:5-6). “Curriculum evaluation is a process to judge the curriculum effect with certain standard, information and professional knowledge, including the judgement of curriculum design, compilation, implementing and students’ scores. Curriculum evaluation means the basic check of curriculum plan, curriculum subject and teachers’ planned curriculum subject and curriculum plan, connection between modules and so on” (Luo, 2015:151). Terjemahan: Evaluasi kurikulum adalah proses untuk menilai efek kurikulum dengan standar tertentu, informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam, termasuk penilaian desain kurikulum, kompilasi, implementasi, dan skor siswa. Evaluasi kurikulum berarti pemeriksaan dasar dari rencana kurikulum, mata pelajaran



3



kurikulum, dan kurikulum yang direncanakan guru, serta hubungan antara modul dan sebagainya (Luo, 2015:151). “There are several views regarding of curriculum evaluation. According Fitzpatrick (in Iwasiw, Goldenberg, and Andrusyszyn., 2005:222), curriculum evaluation is an organized and thoughtful appraisal of those elements central to the course of studies undertaken by students. The aspects to be evaluated include the curriculum goals, design, and outcomes; courses; teaching and evaluation strategies; human and physical resources to support the curriculum; learning climate; and curriculum policies.” Terjemahan: Terdapat beberapa pandangan mengenai evaluasi kurikulum. Menurut Fitzpatrick (dalam Iwasiw, Goldenberg, and Andrusyszyn., 2005:222), evaluasi kurikulum adalah penilaian terorganisir dan bijaksana mengenai elemen-elemen yang menjadi pusat program studi siswa serta kemampuan siswa. Aspek yang akan dievaluasi meliputi tujuan, desain, hasil kurikulum, kursus, strategi pengajaran, sumber daya manusia, iklim belajar, dan kebijakan kurikulum. “"Curriculum evaluation" is a term used more and more in educational discussion. "Curriculum evaluators" are being appointed to current research projects. It is important, in the early days of a new large-scale educational venture such as the present curriculum reform movement, to make sure that the conceptual framework within which it is being undertaken is as clear as may be” (White, 2015:101).



Terjemahan: "Evaluasi kurikulum" adalah istilah yang semakin banyak digunakan dalam diskusi pendidikan. "Penilai kurikulum" ditunjuk untuk proyek penelitian saat ini. Usaha pendidikan berskala besar seperti gerakan reformasi kurikulum saat ini sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa kerangka kerja konseptual dilakukan sejelas mungkin (White, 2015:101). 2.1.1.2 Tujuan Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, dan efisiensi program (Shobirin, 2016:32). Luas dan sempitnya program evaluasi kurikulum, sebenarnya ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan komponen-komponen dalam sistem kurikulum atau



4



hanya komponen-komponen tertentu dalam sistem kurikulum (Sinambela, 2010:29-30). Evaluasi



kurikulum



dimaksudkan



sebagai



suatu



proses



mempertimbangkan untuk memberi nilai dan arti terhadap suatu kurikulum. Kurikulum adalah rencana yang mengatur tentang isi dan tujuan pendidikan serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan kata lain, kurikulum dijadikan sebagai dokumen atau kurikulum tertulis (Sanjaya, 2008:341). Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan dengan ditinjau dari berbagai kriteria (Wathoni, 2018:154). Evaluasi kurikulum memiliki beberapa tujuan. Menurut Majir (2017:134), tujuan tersebut terbagi menjadi : a. Evaluasi digunakan untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan relevansi program. b. Evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kurikulum. Sebagai alat bantu, evaluasi adakalanya berfungsi dalam usaha memperbaiki program, dan menentukan tindak lanjut pengembangan kurikulum. Untuk menilai kebaikan dari suatu kurikulum diadakan evaluasi kurikulum. Suatu evaluasi yang baik dilakukan secara komprehensif, mencakup semua langkah kegiatan dan komponen kurikulum, mulai dari dokumen kurikulum, pelaksanaan, hasil yang telah dicapai, fasilitas penunjang serta para pelaksana kurikulum (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:113). Evaluasi merupakan usaha menghimpun data atau informasi guna pengembangan kurikulum lebih lanjut. Menurut Munandar (2018:207), Eisner mengemukakan bahwa tujuan evaluasi meliputi: 1. Untuk mengadakan diagnosa. 2. Untuk merevisi kurikulum. 3. Untuk mengadakan perbandingan. 4. Untuk mengantisipasi kebutuhan pendidikan. 5. Untuk menetapkan apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau belum.



5



“There are also other curriculum evaluation goals. According Iwasiw, Goldenberg, and Andrusyszyn (2005:222), curriculum evaluation can provide justification for refinement, revision, or complete curriculum change. Formative evaluation is carried out at regular intervals during the implementation of a new curriculum. The purpose is to provide evidence about the feasibility and effectiveness of a portion of the curriculum, so that ongoing revisions and improvements can be made. Evidences comes mainly from teachers and students. Summative evaluation is carried out at the completion of a portion of, or the total curriculum. The purpose is to judge the effectiveness of all or part of the curriculum. Evidences comes from teachers, students, graduates, administrators, and other stakeholders.” Terjemahan: Terdapat pula tujuan evaluasi kurikulum yang lain. Menurut Iwasiw, Goldenberg, and Andrusyszyn (2005:222), evaluasi kurikulum dapat memberikan justifikasi untuk penyempurnaan, revisi, atau perubahan kurikulum lengkap. Evaluasi formatif dilakukan secara berkala selama implementasi kurikulum baru. Tujuannya adalah untuk memberikan bukti tentang kelayakan dan keefektifan sebagian kurikulum, sehingga revisi dan perbaikan yang berkelanjutan dapat dilakukan. Sumber berasal terutama dari guru dan siswa. Evaluasi sumatif dilakukan pada penyelesaian sebagian, atau total kurikulum. Tujuannya adalah untuk menilai efektivitas semua atau sebagian dari kurikulum. Sumber berasal dari guru, siswa, lulusan, administrator, dan pemangku kepentingan lainnya. “Curriculum evaluation can be aimed at spesific purposes. According Demirel (in Aslan 2016:205), emphasizes that curriculum evaluation involves determining whether there are any elements that fall short of meeting the needs in the implementation process or that prevent achievement of the targets, or identifying to which elements of the curriculum the problems, if any, are related, and applying necessary corrections.”



Terjemahan: Evaluasi kurikulum dapat ditujukan untuk tujuan tertentu. Menurut Demirel (dalam Aslan 2016:205), menekankan bahwa evaluasi kurikulum ditujukan untuk menentukan apakah ada elemen yang tidak memenuhi kebutuhan dalam implementasi proses atau yang mencegah pencapaian target, atau bahkan mengidentifikasi elemen kurikulum yang terkena masalah, dan menerapkan koreksi yang diperlukan. “There are many objectives of curriculum evaluation. According Iwasiw, Goldenberg, and Andrusyszyn (2005:224), the purposes of curriculum evaluation is: 1. Diagnose curriculum problems, and assess strengths and weakness. 2. Examine intended and actual effects of the curriculum. 3. Document achievement of the curriculum in relation to the learning goals. 4. Determine if the curriculum is effective. 5. Provide data to make curriculum and administrative decisions. 6. Assist the dean or director and faculty tp account for fiscal resources. 7. Apprise dean or director of faculty development needs. 8. Fulfill approval and/or accreditation requirements.” Terjemahan: Terdapat banyak sekali tujuan evaluasi kurikulum. Menurut Iwasiw, Goldenberg, dan Andrusyszyn (2005: 224), tujuan evaluasi kurikulum adalah: 1. Mendiagnosis masalah kurikulum, dan menilai kekuatan dan kelemahannya. 2. Memeriksa efek nyata yang dihasilkan dari kurikulum.



6



3. 4. 5. 6. 7. 8.



Mendokumentasikan pencapaian kurikulum terkait dengan tujuan pembelajaran. Menentukan apakah kurikulum itu efektif. Menyediakan data untuk membuat keputusan kurikulum dan administrasi. Membantu dekan atau direktur dan staf pengajar untuk sumber daya fiskal. Mengangkat dekan atau direktur untuk kebutuhan pengembangan fakultas. Memenuhi persyaratan persetujuan dan / atau akreditasi.



“There are several things that must be done in evaluating the curriculum. According Sukmadinata (in Rohmad 2016:99), the curriculum evaluation plays important role to determine the education policy and curriculum decision-making. The evaluation of curriculum has to do to know curriculum relevancy in science and technology development and the development of society. Besides, by the curriculum evaluation can be obtained information about the level of efficiency and effectiveness in curriculum and problems from curriculum implementation.”



Terjemahan: Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengevaluasi kurikulum. Menurut Sukmadinata (dalam Rohmad 2016:99), evaluasi kurikulum harus dilakukan untuk mengetahui relevansi kurikulum dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pengembangan masyarakat. Selain itu, dengan evaluasi kurikulum dapat diperoleh informasi tentang tingkat efisiensi dan efektivitas dalam kurikulum dan masalah dari implementasi kurikulum. “In a rational process, curriculum evaluation is tied to objectives. Evaluation deteremines whether or not objectives and the learning experience designed to achieve them produce desired changes in student behavior. Interpretive models are intentionally subjective and rely on observing and recording of experience, immersion of the evaluator in a situation, interpretation, and judgment. The goal is to disclose events, their worth, and quality” (Kridel, 2010:208).



Terjemahan: Evaluasi menentukan apakah tujuan dan pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapainya menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam perilaku siswa. Model interpretatif sengaja subyektif dan mengandalkan pengamatan dan pencatatan pengalaman, pencelupan evaluator dalam situasi, interpretasi, dan penilaian. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan acara, nilainya, dan kualitasnya (Kridel, 2010:208).



2.1.2 Konsep Evaluasi Kurikulum 2.1.2.1 Konsep Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Komponen Kurikulum Menurut Yatim (dalam Sinambela, 2010:31), menyatakan bahwa evaluasi terhadap kurikulum mencakup keseluruhan komponen yang ada dalam kurikulum, yakni (1) komponen tujuan dan komponen isi kurikulum (2) komponen strategi pembelajaran (3) komponen media (4) komponen proses pembelajaran, dan (5) komponen hasil yang dicapai. Komponen tujuan dinilai berhubungan dengan tujuan institusional. Komponen isi kurikulum mencakup keseluruhan materi yang



7



diprogramkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Komponen strategi meliputi berbagai upaya dan penunjang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Komponen media merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci. Komponen belajar mengajar merupakan komponen kurikulum yang nantinya akan menghasilkan perubahan perilaku. Komponen hasil yang akan dicapai merupakan salah satu komponen penunjang yang harus dievaluasi. Berdasarkan uraian tersebut, ternyata evaluasi dapat dijadikan feedback untuk pengembangan kurikulum selanjutnya. Terdapat beberapa kompenen kurikulum. Menurut Sanjaya (2008:100), komponen kurikulum tersebut yaitu tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapakan. Isi kurikulum menyangkut semua aspek, baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi belajar yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran. Strategi berkaitan dengan upaya yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Strategi yang berpusat kepada siswa biasanya dinamakan student centered, sedangkan strategi yang berpusat pada guru dinamakan teacher centered. Konsep nilai dan arti, dalam konteks penilaian terhadap suatu kurikulum memiliki makna yang berbeda. Pertimbangan nilai adalah pertimbangan yang ada dalam kurikulum itu sendiri. Contohnya berdasarkan proses pertimbangan tertentu, evaluator memberikan nilai: apakah kurikulum yang dinilai itu dapat dimengerti oleh guru sebagai pelaksana kurikulum; apakah setiap komponen yang terdapat dalam kurikulum itu memiliki hubungan yang serasi; apakah kurikulum yang dinilai itu dianggap sederhana dan mudah dilaksanakan oleh guru; dan lain sebagainya. Berbeda dengan nilai, arti berhubungan dengan kebermaknaan suatu kurikulum. Misalkan, apakah kurikulum yang dinilai memberikan arti untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa; apakah kurikulum itu dapat mengubah cara belajar siswa menjadi lebih baik; apakah kurikulum itu dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap lingkungan sekitar; dan sebagainya (Sanjaya, 2008:341). “Curriculum planning or development is viewed as a series of activities that provide a support framework that helps teachers to design effective activities and learning situation to promote learning5. In designing stage, it involves all the preliminary work that is carried out to ensure that the curriculum is relevant, appropriate and workable. At this stage, the curriculum is conceptualized and attention is paid to arrangement of the varied components. Considerations include the focus on the philosophical underpinnings, need assessment, goals, objectives, subject matter (materials), learning experiences and evaluation” (Wahyuni, 2016:74). Terjemahan: Perencanaan atau pengembangan kurikulum adalah serangkaian kegiatan yang menyediakan, mendukung kerangka kerja yang membantu guru merancang kegiatan dan situasi belajar yang efektif. Dalam tahap mendesain, kurikulum dikonseptualisasikan dan perhatian diberikan kepada pengaturan komponen yang bervariasi. Pemgembangan termasuk fokus pada dasar-dasar filosofis, penilaian kebutuhan, tujuan sasaran, materi pembelajaran, pengenalan dan evaluasi pembelajaran (Wahyuni, 2016:74).



2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum Dalam evaluasi kurikulum, terdapat beberapa prinsip-prinsip. Menurut Sudjana (dalam Munandar, 2018:217-218), prinsip-prinsip evaluasi kurikulum terdiri dari 7 bagian, yaitu: 1. Tujuan harus jelas. Artinya, setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik.



8



2. Realisme, dengan kata lain penilaian kurikulum terbatas pada aspek yang hanya bisa dinilai, kondisi-kondisi tersebut harus melihat keadaan dana yang tersedia, alat-alat yang dimiliki, dan kemampuan tim penilai. 3. Operasional artinya, harus dapat merumuskan secara spesifik hal-hal yang diukur dan dinilai dalam melaksanakan kegiatan penilaian kurikulum yang berarti seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan. 4. Klasifikasi. Dalam menilai suatu kurikulum, harus melihat klasifikasi yang jelas dari pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum, karena dipandang evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. 5. Keseimbangan. Khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materiil yang digunakan. 6. Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. untuk itu, peran penting pendidik dan kepala sekolah sangat diutamakan, karena mereka paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum. 7. Ekologi. Suatu kurikulum harus dapat memperhitungkan adanya hubungan yag erat antara program studi dan situasi daerah atau tempat sekolah itu berada. Karena keberhasilan kurikulum secara langsung ataupun tidak langsung bergantung pada pengaruh lingkungan sekitar.



Untuk dapat melakukan evaluasi kurikulum dengan baik, maka harus berpedoman pada prinsip-prinsip dalam melakukan evaluasi. Menurut Zuhri (2016:99), prinsip-prinsip itu antara lain adalah sebagai berikut: 1.



Evaluasi mengacu pada tujuan



2.



Evaluasi dilakukan secara menyeluruh



3.



Evaluasi harus objektif



2.1.2.3 Model-Model Evaluasi Kurikulum Terdapat beberapa model untuk evaluasi kurikulum. Menurut Yatim (dalam Sinambela, 2010: 34-40), model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product) Terdapat empat unsur cakupan antara lain: (1) Context adalah penilaian yang berkaitan dengan usaha-usaha penemuan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dengan berbagai masalah yang bersifat deskriptif dan komparatif. (2) Input (masukan) yakni penilaian yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana menggunakan sumber-sumber untuk mencapai tujuan. (3) Process yaitu penilaian yang dilakukan pada saat program berlangsung, sehingga mampu menggambarkan kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan prosedur untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dalam desain pembelajaran. (4) Product yakni penilaian yang berupaya untuk mengukur dan menafsirkan pencapaian suatu program. 2. Model EPIC (Evaluation Program Innovative Curriculum) Model EPIC atau evaluation program innovative curriculum menggambarkan keseluruhan program evaluasi dalam sebuah kubus. Menurut Nana (dalam Sinambela, 2010:36), jika dipandang bentuk evaluasi model ini dalam sebuah kubus, maka yang akan tampak adalah tiga bidang kubus. Bidang pertama adalah behavior atau perilaku yang menjadi sasaran pendidikan yang meliputi perilaku cognitive, affective, dan psychomotor. Bidang kedua adalah instruction atau pengajaran, yang meliputi organization, content, method,



9



3.



4.



5.



6.



7.



8.



facilities and cost, dan bidang ketiga adalah kelembagaan yang meliputi student, teacher, administrator, educational specialist, family and community. Model CEMREL (Central Midwestern Regional Education) Model evaluasi ini dikembangkan oleh Edward Russeet dan Louis Smith yang menitikberatkan evaluasi pada tiga aspek, yakni: (1) fokus evaluasi yang menekankan penilaian terhadap peserta didik mediator dan material (2) peranan evaluasi, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang berjalan dan evaluasi pada akhir kegiatan, dan (3) data, yakni penilaian yang bersumber pada skala respon kuesioner dan observasi. Model Atkinson Evaluasi kurikulum menurut Atkinson, adalah penilaian yang diarahkan pada tiga domain, yakni: (1) struktur adalah penilaian yang berhubungan dengan masalah perencanaan sekolah dan organisasi sekolah (2) proses yakni penilaian yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung (3) produk yaitu penilaian yang mencakup perilaku sebagai hasil belajar peserta didik. Model Stake (The Stake Congruence Contingency Model) Dalam program pendidikan ada tiga fase yang perlu mendapat perhatian, yakni antecedents, transaction, dan outcomes. Antecedents (pendahuluan) merupakan kondisi yang mendahului proses pembelajaran yang mencakup karakter peserta didik dan guru, isi kurikulum, materi pembelajaran, organisasi sekolah, dan konteks masyarakat. Transaction (transaksi) merupakan proses pembelajaran yang meliputi komunikasi, alokasi waktu, urutan kegiatan, dan suasana sosial. Outcomes (hasil) adalah hasil yang akan dicapai oleh program, meliputi prestasi siswa, sikap, keterampilan, efek pada guru dan lembaga. Model Measurement Model evaluasi kurikulum ini dikembangkan oleh Thorndike dan Ebel. Hasil evaluasi digunakan untuk kepentingan evaluasi/seleksi peserta didik untuk membandingkan efektivitas antara dua atau lebih program atau kurikulum. Objek evaluasi mencakup hasil belajar peserta didik, terutama yang dapat diukur melalui “paper and pencil test”. Dengan demikian, data yang dipergunakan dalam model ini hanya terbatas pada data objektif, khususnya skor hasil tes. Model Congruence Model Congruence dikemukakan Tyler, Carrol, dan Cronbach. Hasil evaluasi ini dipergunakan untuk keperluan penyempurnaan program dan informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan. Objek evaluasi meliputi semua hasil belajar peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian, data yang dipergunakan dalam model ini cenderung pada data objektif berupa skor tes dan teknik lainnya.. Model Illuminatif (Parlet dan Hamilton) Hasil evaluasi ini digunakan untuk keperluan penyempurnaan program. Objek evaluasinya mencakup latar belakang, proses pelaksanaan, hasil belajar dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Data yang digunakan dalam model ini lebih banyak merupakan data subjektif hasil keputusan dari berbagai pihak.



Model-model evaluasi kurikulum yang dapat dipilih dan diaplikasikan adalah model pencapaian tujuan (goal attainment model), model pertimbangan (judgemental evaluation model), model pengambilan keputusan (decition facilitative evaluation model), dan model deskriptif (Zuhri, 2016:99). Banyak model evaluasi kurikulum yang dapat digunakan sebagai bagian integral dari pembelajaran maupun pendidikan. Menurut Yusuf (2015:122-138), beberapa model evaluasi kurikulum yang sering digunakan adalah sebagai berikut: 1. Stufflebeam’s Model (Context, Input, Process, Product) Pada prinsipnya, model ini digunakan untuk evaluasi program dan pendidikan (program and products). Tipe instrumen yang digunakan tergantung pada tujuan yang ingin diukur. Untuk evaluasi belajar di sekolah, dapat



10



2.



3.



4.



5.



6.



7.



digunakan tes esai dan objektif atau tes unjuk kerja maupun evaluasi portofolio, sedangkan untuk menilai kepribadian, minat atau atau sikap dapat digunakan projective techniques, skala sikap atau tes kepribadian. Stake’s Model Model ini merupakan tipe evaluasi pendidikan yang menekankan pada kriteria ekstrinsik, yaitu hasil/dampak suatu program pada tingkah laku peserta didik. Tujuan dan prosedur evaluasi pendidikan tentu berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Sekolah A misalnya, dapat menggunakan tes standar; sedangkan di sekolah B menggunakan tes yang lain lagi. Oleh karena itu, evaluasi hasil belajar saja, sebenarnya belumlah lengkap, tanpa menilai program pendidikan secara keseluruhan. Scriven’s Model Model ini dikembangkan dengan tujuan utama pada waktu itu, yaitu evaluasi kurikulum. namun, bentuk evaluasi yang dikemukakannya dapat dialihkan kepada assesmen proses dan assesmen produk pembelajaran maupun assesmen program. The CSE Model of Evaluation Rancangan evaluasi model CSE ini bertujuan untuk menilai program pendidikan, dimana evaluasi product merupakan bagian dari evaluasi pelaksanaan program, dan evaluasi ini dilakukan pada saat program dilaksanakan. Alkin’s Model Model ini dikembangkan dengan tujuan untuk menilai program. Alkin berpendapat ada lima area yang perlu dievaluasi, dan akan sangat berarti bagi pengambil keputusan, yaitu evaluasi sistem, perencanaan program, implementasi program, perbaikan program, dan sertifikasi program. Ralph Tyler’s Model Pengaruh Tyler cukup kuat dalam bidang pendidikan, satu hal yang harus digarisbawahi tentang evaluasi model ini adalah evaluasi yang dilakukan sangat berorientasi pada tujuan. Jika tujuan telah dicapai, satu keputusan akan diambil. Jika tidak tercapai, atau tercapai hanya sebagian atau dalam jumlah yang terbatas, keputusan lain yang mungkin akan diambil. Malcolm’s Provus Model Pada hakikatnya, Malcolm Provus adalah pengikut Tyler dalam konstruk evaluasi. Ia menyatakan bahwa tujuan evaluasi yaitu untuk menetapkan apakah akan memperbaiki, memelihara, atau menghentikan program yang diberikan/dilaksanakan.



Ornstein dan Hunkins membagi dua pendekatan pada model-model evaluasi kurikulum. Menurut Ismail (2014:6-14), yaitu model positivistik-saintifik (scientificpositivistic models) dan model naturalistik humanistik (humanistic and naturalistic models). a. Model Positivistik-Saintifik 1) Model Black Box Model Black Box Tyler memiliki tiga prosedur utama dalam melakukan evaluasi kurikulum, yaitu: 1) Menentukan tujuan kurikulum yang akan dievaluasi, 2) Menentukan situasi di mana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan, dan 3) Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik 2) Model Countenance Stake Kegiatan evaluasi pada model ini menekankan kepada dua hal yaitu deskripsi dan pengamatan atau observasi. 3) Model Discrepancy Provus Provus mengatakan dalam kegiatan evaluasi ada tiga kegiatan yang dilakukan. Pertama: menetapkan standar program. Kedua: menentukan kesenjangan antara aspek-aspek hasil program dan standar baku pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Ketiga: dengan data dan kesenjangan yang



11



didapat akan ditentukan salah satu yang diganti, baik itu hasil atau kinerja atau standar program. 4) Model CIPP Stufflebeam CIPP merupakan singkatan dari Context (Konteks), Input (masukan), Prosess (proses), dan Product (produk). 5) Model EPIC Robert L. Hammond Model evaluasi yang digagas oleh Hammond terdiri dari lima langkah, pertama: memilih dan mengisolasi bagian kurikulum yang akan dievaluasi, kedua: mendefinisikan variabel-variabel deskriptif (semua variabel yang berkaitan dengan sekolah dan tujuannya), ketiga: menetapkan hasil belajar yang diinginkan, keempat: menilai hasil belajar, dan kelima: analisis hasil dengan membuat kesimpulan terhadap suatu program. b. Model Naturalistik Humanistik 1) Model Evaluasi Connoisseurship Ciri khas dari model ini, sebagai model penelitian dengan pendekatan humanistik-naturalistik, evaluan berpartisipasi langsung sebagai observer pada proses penelitiannya. Evaluan secara seksama dan teliti menganalisa pola kerja siswa dan guru. Ciri lainnya pada model ini adalah penggunaan teknologi sebagai media di dalam penelitiannya seperti penggunaan film, videotape, kamera dan audiotape 2) Model Illuminative Parlett dan Hamilton mengatakan bahwa model ini tidak membatasi diri dalam pengumpulan datanya seperti pada evaluasi tradisional. Model ini memiliki fokus pada deskripsi daripada interpretasi angka dalam memprediksi penelitian.



“A curriculum evaluation model is a framework that guides the evaluation of a curriculum. Variations in models arise from differing conceptions and definitions of evaluation. The models provide a path for planning and conducting evaluation, not a detailed roadmap. Evaluation models and approaches range from checklists and suggestions to comprehensive appraisal” (Iwasiw, Goldenberg, and Andrusyszyn., 2005:224). Terjemahan: Model evaluasi kurikulum adalah kerangka kerja yang memandu evaluasi kurikulum. Variasi dalam model muncul dari konsepsi dan definisi evaluasi yang berbeda. Model menyediakan jalur untuk perencanaan dan pelaksanaan evaluasi, tetapi bukan peta jalan terperinci. Model dan pendekatan evaluasi diambil dari daftar pemeriksaan dan saran, sehingga penilaiannya lebih komprehensif (Iwasiw, Goldenberg, dan Andrusyszyn., 2005:224). “Of all the models available for evaluating an integrated programme, Stufflebeam’s CIPP model seems to be most apt. This model closely resembles Donabedian’s structure-process-outcomes paradigm in the field of health quality assurance. Stufflebeam’s model for programme evaluation will be illustrated in relation to an integrated programme” (Bandaranayake, 2011:94). Terjemahan: Dari semua model yang tersedia untuk mengevaluasi program terintegrasi, model CIPP Stufflebeam tampaknya paling tepat. Model ini sangat



12



mirip dengan paradigma struktur-proses-hasil Donabedian di bidang jaminan kualitas kesehatan. Model Stufflebeam untuk evaluasi program akan diilustrasikan dalam kaitannya dengan program terintegrasi (Bandaranayake, 2011: 94).



2.1.3 Evaluasi Program Pendidikan 2.1.3.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan Evaluasi yang sering dipahami selama ini dalam dunia pendidikan adalah terbatas pada penilaian saja. Penilaian ini dilakukan secara formatif dan sumatif. Ketika sudah dilakukan penilaian, dianggap sudah melakukan evaluasi. Dengan kata lain, evaluasi merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan pada objek tertentu, salah satunya program pendidikan (Munthe, 2015:1-3). Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan hasil belajar, namun konsep evaluasi mempunyai makna yang sangat luas. Menurut Tyler dalam Tayibnapis, evaluasi adalah suatu proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Evaluasi pendidikan merupakan proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan informasi yang berguna untuk menentapkan alternatif keputusan (Lazwardi, 2017:143-144). Menurut Harlen (dalam Darodjat dan Wahyudhiana, 2015:3-4), kegiatan evaluasi di dahului oleh penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului oleh pengukuran (measurment). Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan hasil pengamatan dan kriteria. Sedangkan penilaian merupakan kegiatan menafsrikan dan mendeskripsikan hasil pengukuran. Dari penjelasan tersebut, dijelaskan bahwa kegiatan evaluasi pendidikan merupakan kegiatan yang meliputi pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan yang kemudian akan diambil kesimpulan atau penafsiran. Dalam pelaksanaan evaluasi dicari bukti-bukti yang menunjukkan diantaranya kesesuaian program dengan visi dan misi pendidikan, kesesuaian program dengan tujuan pendidikan, kesesuaian dengan rencana strategis, kesesuaiannya dengan keberadaan peserta didik, kesesuaiannya dengan hasil yang diharapkan diperoleh dari pelaksanaan program, efisiensi pelaksanaan program baik secara internal maupun eksternal, dan keefektifan biaya program. Evaluasi pendidikan hendaknya dapat sinkron dengan visi, misi dan program serta rencana agar tercpainya program pendidikan (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007:105-106).



2.1.3.2 Tujuan Evaluasi Program Pendidikan Tujuan evaluasi pendidikan menurut Miswanto (2016:91-92) ada 2, yaitu: a. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu. b. Untuk mengetahui tingkat efisien metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selam jangka waktu tertentu tadi. “As to the opinion about the purpose of the evaluation according to Ball (2011:4), the purpose of this kind of evaluation is to provide information to decision makers who have responsibility for existing or proposed educational programs. For instance, program evaluation may be used to help make decisions concerning



13



whether to develop a program (needs assessment), how best to develop a program (formative evaluation), and whether to modify—or even continue—an existing program (summative evaluation).” Terjemahan: Sedangkan pendapat mengenai tujuan evaluasi menurut Ball (2011:4), tujuan dari evaluasi semacam ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembuat keputusan yang memiliki tanggung jawab atas program pendidikan yang ada atau yang diusulkan. Misalnya, evaluasi program dapat digunakan untuk membantu membuat keputusan mengenai apakah akan mengembangkan program (penilaian kebutuhan), cara terbaik untuk mengembangkan program (evaluasi formatif), dan apakah akan memodifikasi — atau bahkan melanjutkan — program yang ada (evaluasi sumatif) .



2.1.4 Evaluasi Program Pembelajaran 2.1.4.1 Pengertian Evaluasi Program Pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengevaluasi hal-hal yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan proses penilaian serta dampaknya terhadap peserta didik. Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan dapat memperbaiki kekurangan dalam pembelajaran, dan dapat dijadikan dasar untuk proses pembelajarannya selanjutnya (Lukum, 2015:28). Istilah evaluasi pembelajaran sering disama artikan dengan ujian. Ujian ulangan harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan denganpenerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran (Asrul, Ananda, dan Rosnita., 2014:1-2).



Penilaian adalah proses pengumpulan informasi untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai. Informasi itu dapat berupa pendapat guru, orang tua, kualitas buku, hasil penilaian, dan sikap siswa. Alat evaluasi dapat berupa tes, kuesioner, wawancara, dan observasi (Nuriyah, 2014:73-74). 2.1.4.2 Tujuan Evaluasi Program Pembelajaran Tujuan dari evaluasi program pembelajaran menurut Zaim (2016:191) yaitu evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program tersebut digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Tindak lanjut dari evaluasi program dapat berupa pemberhentian program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program. Menurut Astiti (2017:2-4), evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, serta dapat pula digunakan untuk melihat tingkat efesiensi pelaksanaannya. Tujuan melakukan penilaian pembelajaran antara lain : a. Menilai proses pembelajaran



14



b. Penilaian untuk mengetahui prestasi individu c. Penilaian untuk evaluasi program d. Refleksi tujuan penilaian Evaluasi juga merupakan kegiatan identifikasi mengenai program dan pelaksanaan pembelajaran yang telah tercapai atau belum, hingga dapat memenuhi tujuan dari evaluasi itu sendiri.



2.1.5 Konsep Evaluasi Program Pendidikan 2.1.5.1 Prinsip Evaluasi Program Pendidikan Prinsip-prinsip evaluasi program pendidikan menurut Abdurrahmansyah dan Muhammad Fauzi (dalam Miswanto, 2016:90-91), diantaranya adalah sebagai berikut: a. Prinsip kontinuitas, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus selama proses pendidikan dan pengajaran berlangsung. b. Prinsip multi teknik, yaitu evaluasi yang harus dilakukan dengan berbagai test dan non test yang bertujuan dapat mengetahui kemampuan siswa yang sesungguhnya baik dalam kemampuan, keterampilan, maupun sikap terhadap bidang studi tersebut. c. Prinsip menyeluruh dan berimbang, yaitu evaluasi yang dilakukan dengan menggambarkan penguasaan siswa terhadap pencapaian keseluruhan tujuan yang diharapkan. d. Prinsip objektif yaitu penilaian secara seobjektif mungkin sehingga hasil evaluasi mencerminkan kenyataan yang sebenarnya.



2.1.5.2 Model Evaluasi Program Pendidikan Beberapa model yang banyak dipakai untuk mengevaluasi program pendidikan menurut Darodjat dan Wahyudhiana (2015:5-25) antara lain: a. Evaluasi Model CIPP Model evaluasi ini banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi model CIPP (Context, Input, Process and Product) pertama kali dikenalkan oleh Stufflebeam pada1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). Evaluasi model Stufflebeam terdiri dari empat dimensi, yaitu: context, input, process, dan product, sehingga model evaluasinya diberi nama CIPP. “This CIPP Model has advantages compared to other model, according Hakan and Seval (2011:593), one of the strengths of CIPP model is a useful and simple tool for helping evaluators produce questions of vital importance to be asked in an evaluation process. Evaluators can determine lots of questions for each component of the CIPP model. The CIPP model enables evaluators to intervene the evaluation process when needed, both before and during the program and it also gives the possibility of evaluation for only one component. The CIPP evaluation model has some weaknesses, too. A potential weakness of this model is the evaluator’s occasional inability to respond to some significant questions or issues. In planning evaluation procedures, evaluators need to consider the resources and time available. If this model requires more time or resources than are available, another model may have to be considered.” Terjemahan: Model CIPP ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan model lainnya, menurut Hakan dan Seval (2011:593), salah satu kekuatan model CIPP adalah alat yang berguna dan sederhana untuk membantu evaluator menghasilkan pertanyaan yang sangat penting untuk ditanyakan dalam proses evaluasi. Evaluator dapat menentukan banyak pertanyaan untuk setiap komponen model CIPP. Model CIPP memungkinkan evaluator untuk mengintervensi proses evaluasi ketika dibutuhkan, baik sebelum dan selama program dan juga memberikan kemungkinan evaluasi hanya untuk satu komponen. Model evaluasi CIPP juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan potensial dari model ini adalah ketidakmampuan sesekali evaluator untuk menanggapi beberapa



15



pertanyaan atau masalah yang signifikan. Dalam merencanakan prosedur evaluasi, evaluator perlu mempertimbangkan sumber daya dan waktu yang tersedia. Jika model ini membutuhkan lebih banyak waktu atau sumber daya daripada yang tersedia, model lain mungkin harus dipertimbangkan. b. Evaluasi Model Provus (Discrepancy Model) Kata discrepancy berarti kesenjangan, berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance). c. Evaluasi Model Stake (Countenance Model) Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake dari University of Illinois. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan judgment. d. Evaluasi Model Brinkerhoff Evaluasi model Brinkerhoff menekankan tiga pendekatan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, yaitu: (1) Fixed vs Emergent Evaluation Design. (2) Formative vs Sumative Evaluation. (3) Experimental & Quasi-Experimental Designs vs. Unobtrusive Inquiry. e. Measurement Model Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan pengukuran di dalam melaksanakan proses evaluasi. Pengukuran, menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menunjukkan besarnya (magnitude) objek, orang ataupun peristiwa sehingga dengan demikian hasil pengukuran itu selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan. f. Congruence Model Kegiatan evaluasi dimaksudkan sebagai kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar yang mereka perlihatkan pada akhir kegiatan pendidikan. Mengingat tujuan pendidikan mencerminkan perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan pada anak didik, maka yang penting dalam proses evaluasi adalah memeriksa sejauhmana perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan itu telah terjadi pada anak didik. g. Illuminative Model Model illuminatif ini lebih menekankan pada penilaian kualitatif. Tujuan evaluasi model ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap sistem maupun program yang bersangkutan, yang meliputi: (1) bagaimana implementasi program di lapangan, (2) bagaimana implementasi dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat program yang bersangkutan dikembangkan, (3) apa kebaikankebaikan dan kelemahan-kelemahannya dan bagaimana program tersebut mempengaruhi pengalamam-pengalaman belajar para siswadalam pelaksanaan evaluasi model yang keempat ini lebih banyak menekankan pada penggunaan judgement. h. Model Logik (Logic Model) Kekhasan dari model logik adalah penggunaan tabel dan grafik alir yang berisi input, aktivitas, dan hasil. Sebagian besar menggunakan teks dan anak panah atau grafik untuk menggambarkan urutan aktivitas untuk menghasilkan perubahan, dan bagaimana aktivitas tersebut terhubung dengan hasil program yang diharapkan tercapai. Sedangkan menurut Tim pengembangan Ilmu Pendidikan (2007:106-120), berbagai pakar evaluasi pendidikan mengemukakan adanya empat konsep atau model evaluasi pendidikam yang telah dikembangkan selama ini yaitu konsep atau model pengukuran (measurement), persesuaian (congruence), evaluasi sistem pendidikan (educational system evaluation), dan iluminasi.



16



1. Model Pengukuran Dalam hubungan dengan evaluasi program pendidikan di sekolah, model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan test. 2. Model Pencapaian Evaluasi menurut model yang kedua ini dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian antara tujuan dan hasil belajar. Oleh karena itu yang dijadikan obyek evaluasi program pendidikan adalah perilaku siswa. Secara lebih khusus, yang dinilai disini adalah perubahan prilaku yang diinginkan (intented behavior) yang diperlihatkan oleh siswa pada akhir program pendidikan. 3. Model Evaluasi Sistem Pendidikan Dimensi program pendidikan yang dijadikan objek evaluasi yaitu mencakup dimensi peralatan dan sarana, proses pelaksanaan, dan hasil atau produk yang diperlihatkan oleh program yang bersangkutan. 4. Model iluminatif Objek evaluasi yang diajukan oleh model ini mencakup: a. Latar belakang dan perkembangan yang dialami program. b. Proses pelaksanaan program itu sendiri. c. Hasil belajar yang diperlihatkan para siswa. d. Kesukaan-kesukaan yang dialami program, sejak dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya dilapangan.



2.1.6 Konsep Evaluasi Program Pembelajaran 2.1.6.1 Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Konsep perencanaan pembelajaran dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 menjelaskan bahwa perencanaan program pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, lokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar (Salmawati 2017:77-78).



2.1.6.2 Objek dan Sasaran Evaluasi Program Pembelajaran Konsep evaluasi juga mencakup objek dan sasaran evaluasi program pembelajaran. Menurut Zaim (2016:191-192), objek dan sasaran tersebut dapat antara lain: (1) Input/siswa, (2) Kurikulum, (3) Materi ajar, (4) Guru, (5) Metode dan tekhnik mengajar, (6) Sarana dan media pembelajaran, (7) Lingkupan sekolah. 2.1.6.3 Pelaksanaan Evaluasi Program Pembelajaran Pelaksanaan evaluasi program pembelajaran menurut Zaim (2016:192) yaitu evaluasi program dilakukan secara menyeluruh terhadap komponenkomponen program yang dievaluasi. Evaluasi program juga harus dilakukan secara mendalam terhadap objek yang dijadikan sasaran evaluasi. 2.1.6.4 Model-Model Evaluasi Program Pembelajaran Dalam dunia pendidikan terdapat banyak model-model evaluasi program pembelajaran. Menurut Arikunto dan Jabar (dalam Djuanda dan Maulana, 2015:310314), tujuh model evaluasi program yang umum digunakan adalah sebagai berikut: 1. Gool Oriented Evaluation Model Yang menjadi objek pengamtan pada model ini adalah tujuan program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evalusi dilakukan secara berkesinambungan. Evaluator terus menerus mengecek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana didalam proses pelaksaan program. 2. Goal Free Evaluation Model Dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu memeperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif maupun hal-hal negatif.



17



3. Formative-Summative Evaluation Model Model ini menunjukan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif). Tujuan evaluasi formatif adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirangcang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program. 4. Countenance Evaluation Model Menurut Stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan perbandingan, yaitu: a. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan program lain, dengan objek sasaran yang sama. b. Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang diperuntukan bagi program yang bersangkutan,didasarkan pada tujuan yang akan dicapai. 5. CSE-UCLA Evaluation Model Tahap-tahap model CSE-UCLA tersebut menjadi 4, yakni: (a) CSEModel: needs Assesment. (b) CSE Model: program planning. (c) CSE Model: formative evaluation. (d) CSE Model: summative evaluation. 6. CIPP Evaluation Model Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak diterapkan oleh para evaluator. CIPP merupakan singkatan dari context, input, process, dan product. Keempat kata dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. 7. Discrenpancy Model Pada model ini, evaluasi program yang dilaksanakan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan/perbedaan yang ada disetiap komponen, antara yang seharusnya dicapai dengan yang sudah nyata dicapai.



2.1.6.5 Pelaksana Evaluasi Program Pembelajaran Orang atau tim yang melaksanakan evaluasi dikenal dengan sebutan evaluator. Dalam evaluasi program pembelajaran menurut Djuanda dan Maulana (2015:314), ada dua jenis evaluator, yaitu: a. Evaluator internal (internal evaluator) atau elevator dalam, merupakan orangorang dari dalam yang ikut dalam kegiatan program. b. Evaluator eksternal (external evaluator) atau elevator luar, merupakan orang yang tidak ikut terlibat dalam kegiatan program.



18



2.2 Kajian Kritis Evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan atau proses menilai suatu kurikulum baik yang telah dilaksanakan ataupun yang sedang dilaksanakan. Untuk menilai atau mengevaluasi kurikulum, haruslah berdasarkan komponenkomponen kurikulum. Dalam mengevaluasi kurikulum, biasanya evaluator menilai dari berbagai aspek, yaitu mulai dari tujuan, isi, metode, dan lain sebagainya. Hal itulah yang menjadi pertimbangan bagi evaluator dalam mengevaluasi kurikulum guna mengetahui apakah kurikulum tersebut layak diganti ataupun direvisi. Secara umum, evaluasi kurikulum dilakukan untuk meneliti kembali atau mengecek suatu kurikulum apakah kurikulum tersebut telah berjalan sesuai rencana atau diluar rencana. Kurikulum terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Komponen kurikulum terdiri dari komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Dalam konteks evaluasi kurikulum, terdapat suatu konsep berupa konsep nilai dan arti, dimana kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Konsep nilai merupakan suatu pertimbangan nilai yang ada dalam suatu kurikulum. Sedangkan konsep arti lebih berkaitan dengan kebermaknaan suatu kurikulum. Dalam mengevaluasi kurikulum, evaluator harus mengacu pada prinsip-prinsip kurikulum, yaitu evaluasi harus dilakukan sesuai tujuan, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, dan evaluasi harus dilakukan secara objektif. Selain itu, juga terdapat model-model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah model CIPP, model EPIC, model CEMREL, model Atkinson, model Stake, model Measurement, model Congruence, model Iluminatif, model Scriven, model Ralph Tyler, dan lain sebagainya. Evaluasi program pendidikan adalah upaya mengumpulkan informasi mengenai suatu program, kegiatan atau proyek. Informasi tersebut berguna untuk mengambil keputusan, antara lain untuk memperbaiki program pendidikan, menyempurnakan kegiatan program pendidikan lanjutan, menghentikan suatu kegiatan atau menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program atau kegiatan pendidikan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu, dan



19



untuk mengetahui tingkat efisien metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu. Evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, serta dapat pula digunakan untuk melihat tingkat efesiensi pelaksanaannya. Program berarti sejumlah aktivitas yang dirancang secara terorganisir untuk membuat seperangkat hasil yang akan membawa dampak pada terpecahkannya massalah khusus atau terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan. Sementara pembelajaran merupakan kegiatan yang terencana dan tersusun sesuai dengan kebutuhan dari peserta didik atau dengan bahasa lain yaitu mendasarkan pada assesment kebutuhan peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pembelajaran merupakan upaya mengumpulkan informasi mengenai suatu program, kegiatan atau proyek pembelajaran. Yang nantinya informasi tersebut berguna untuk mengambil keputusan, antara lain untuk memperbaiki program, menyempurnakan kegiatan program lanjutan, menghentikan suatu kegiatan atau menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program pembelajaran. Evaluasi program pendidikan terdiri dari beberapa model, yaitu Evaluasi Model CIPP, Evaluasi Model Provus (Discrepancy Model), Evaluasi Model Stake (Countenance Model), Evaluasi Model Kirkpatrick, Evaluasi Model Brinkerhoff, Measurement Model, Congruence Model, Illuminative Model, dan Model Logik (Logic Model). Selain itu, dapat juga berupa Model Pengukuran, Model Pencapaian, Model Evaluasi sistem Pendidikan, dan Model Iluminatif. Prinsip evaluasi program pendidikan adalah prinsip kontinuitas, prinsip multi teknik, prinsip menyeluruh dan berimbang, dan prinsip objektif. Evaluasi program pembelajaran meliputi evaluasi pada desain program pembelajaran. Maka hal yang perlu untuk dievaluasi adalah kompetensi dasar yang akan dikembangkan, strategi pembelajaran yang akan diterapkan, dan isi program pembelajaran. Implementasi program pembelajaran perlu dijadikan obyek evaluasi, khususnya proses belajar dan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Hasil yang dicapai ini dapat mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek (ouptut) maupun mengacu pada pencapaian tujuan jangka panjang (outcome).



20



BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan Evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan atau proses menilai suatu kurikulum baik yang telah dilaksanakan ataupun yang sedang dilaksanakan. Secara umum, evaluasi kurikulum dilakukan untuk meneliti kembali atau mengecek suatu kurikulum apakah kurikulum tersebut telah berjalan sesuai rencana atau diluar rencana. Dalam mengevaluasi kurikulum evaluator harus mengacu pada prinsip-prinsip kurikulum, yaitu evaluasi harus dilakukan sesuai tujuan, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, dan evaluasi harus dilakukan secara objektif. Selain itu, juga terdapat model-model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah model CIPP, model EPIC, model CEMREL, model Atkinson, model Stake, model Measurement, model Congruence, model Iluminatif, model Scriven, model Ralph Tyler, dan lain sebagainya. Evaluasi program pendidikan adalah upaya mengumpulkan informasi mengenai suatu program, kegiatan atau proyek pendidikan. Evaluasi program pendidikan terdiri dari beberapa model, yaitu Evaluasi Model CIPP, Evaluasi Model Provus, Evaluasi Model Stake, Evaluasi Model Kirkpatrick, Evaluasi Model Brinkerhoff, Measurement Model, Congruence Model, Illuminative Model, Model Logik, dan lain sebagainya. Prinsip evaluasi program pendidikan adalah prinsip kontinuitas, prinsip multi teknik, prinsip menyeluruh dan berimbang, serta prinsip



objektif.



Sedangkan



program



pembelajaran



merupakan



upaya



mengumpulkan informasi mengenai suatu program, kegiatan atau proyek pembelajaran. Evaluasi program pembelajaran meliputi evaluasi pada desain program pembelajaran. Implementasi program pembelajaran perlu dijadikan obyek evaluasi, khususnya proses belajar dan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Hasil yang dicapai ini dapat mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek (ouptut) maupun mengacu pada pencapaian tujuan jangka panjang (outcome).



21



1.2 Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan



sumber-sumber



yang



lebih



banyak



yang



tentunya



dapat



dipertanggungjawabkan.



22



DAFTAR PUSTAKA



Adnan, Mohammad. (2017). Evaluasi Kurikulum sebagai Kerangka Acuan Pengembangan Pendidikan Islam. Al-Idaroh. 1(2). Aslan, Dogun. (2016). An Evaluation of the Private High School Curriculum in Turkey. Journal of Education and Practice. 7(9). Asrul., Ananda, Rusydi., dan Rosnita. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Ciptapustaka Media. Astiti, Kadek Ayu. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Andi. Ball, Samuel. (2011). Evaluating Educational Programs. Australia: Educational Testing Service. Bandaranayake, Raja C. (2011). The Integrated Medical Curriculum. United Kingdom: Radcliffe Publishing Ltd. Darojat dan M. Wahyudhiana. (2015). Model Evaluasi Program Pendidikan. ISLAMADINA. 14(1). Djuanda, Dadan dan Maulana. (2015). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Sumedang Press. Hakan, Karatas and Seval, Fer. (2011). CIPP Evaluation Model Scale: Development, Reliability and Validity. Procedia Social and Behavioral Sciences. 15: 592-599. Ismail, Fajri. (2014). Model-Model Evaluasi Kurikulum. Lentera. 2. Iwasiw, Carroll., Goldenberg, Dolly., and Andrusyszyn, Mary-Anne. (2005). Curriculum Development in Nursing Education. Sudbury: Jones and Bartlett Publishers. Kristiawan, Muhammad., Safitri, Dian., dan Lestari, Rena. (2017). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish. Kridel, Crige. (2010). Encyclopedia of Curriculum Studies. California : SAGE Publications, Inc. Lukum, Astin. (2015). Evaluasi Program Pembelajaran IPA SMP Menggunakan Model Countenance Stake. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 19(1): 25-37.



Lazwardi, Dedi. (2017). Implementasi Evaluasi Program Pendidikan di Tingkat Sekolah Dasar dan Menengah. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam. 7(2). Luo, Qi. (2015). Sports Engineering and Computer Science. United Kingdom: CRC Press. Majir, Abdul. (2017). Dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Deepublish. Miswanto. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Pesantren Mini di Madrasah Aliyah Patra Mandiri Plaju Palembang. Jurnal of Islamic Education Management.2(2): 86-104. Munandar, Arif. (2018). Pengantar Kurikulum. Yogyakarta: Deepublish. Munthe, Ashiong. (2015). Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat. Scholaria. 5(2). Nuriyah, Nunung. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Jurnal Edueksos. 3(1). Rohmad. (2016). The Evaluation of Curriculum Implementation On Islamic Higher Education in Indonesia. Ijtimā’iyya. 1(1). Salmawati. (2017). Evaluasi Program Pembelajaran IPS di SDN Se-Wilayah IV Kecamatan Donri Donri



Kabupaten Soppeng.



PEP



Educational



Assessment. 1(1). Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group. Shobirin, Ma’as. (2016). Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Deepublish. Sinambela, Pardomuan N.J.M. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kajian Teoritis Tentang Evaluasi Kurikulum dalam Pembelajaran). Generasi Kampus. 3(1). Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama. Wahyuni, Sri. (2016). Curriculum Development in Indonesian Context The Historical Perspectives and The Implementation. Jurnal Universum. 10(1): 73-82. Wathoni, Lalu Muhammad Nurul. (2018). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Pemikiran Filosofis Kurikulum 2013. Ponorogo: CV. Uwais Inspirasi Indonesia Ponorogo.



White, J.P. (2015). The Concept of Curriculum Evaluation. Journal of Curriculum Studies. 3(2): 101-112. Yusuf,



A. Muri. (2015). Asesmen dan Evaluasi Pendidikan.



Jakarta:



Prenadamedia Group. Zaim. (2016). Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Kencana. Zuhri. (2016). Convergentive Design: Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi dan Aplikasinya). Yogyakarta: Deepublish.