Evidence Based Practice [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP) Pengaruh Lamanya Pemasangan Kateter Terhadap Infeksi Saluran Kemih



DISUSUN OLEH : KELOMPOK I FERDINAN ALPIANSA



G1B218036



QORY AULIYA



G1B218022



PRATIWI OKTAFIA AHMAD



G1B218018



RISTIRA ARGAWANI



G1B218023



FIANA NANDA SYAFITRI



G1B218016



RENA ADHA SABRIATNA



G1B218025



MELAN SARI



G1B218032



YUYUN PUSPITA DAUD



G1B218037



RAHMA SUSANTI



G1B218033



Dosen Pembimbing Ns. Andika Sulistiawan, S. Kep. M. Kep Ns. Nurhusna, S. Kep. M. Kep Ns. Zikran, S. Kep. M. Kep



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2019 BAB I



PENDAHULUAN 1.1



LatarBelakang



1.2



TujuanPenulisan Setelah dilakukan kegiatan Evidence Based Practice (EBP) peserta diharapkan mampu memahami tentang pengaruh lamanya pemasangan kateter terhadap infeksi saluran kemih.



1.3



Metode Dalam penulisan EBP ini, penulis menggunakan media elektronik dan studi pustaka atau studi literature untuk memperoleh informasi dan analisis mengenai pengaruh lamanya pemasangan kateter terhadap infeksi saluran kemih. Artikel yang berkaitan dengan “pengaruh lamanya pemasangan kateter terhadap infeksi saluran kemih” kami dapatkan melalui dua cara, yaitu cara elektronik dan cara manual (hand searching). Dicari dengan data based: google, google scholar, studi literatur). Penyusunan Evidence Based Practice (EBP) ini menggunakan kata kunci sebagai berikut: 1.



evidence based practice, journal urinary tract infection indewelling catheher, prevention, infection, peripheral venous catheters management, peripheral intravascular



Hasil pencarian ditemukan sebanyak 660 artikel dari tahun 2010 hingga 2018. Namun, sebanyak 8 artikel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: 1. Jurnal dari 2010- 2018 2. Jurnal memuat tentang perawatan atau perggantian selang kateter setelah 3-5 hari dari pemasangan upaya pencegahan terhadap infeksi saluran kemih.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2015). 2.2 Etiologi berdasarkan klasifikasi Phlebitis Penyebab infeksi saluran kemih (ISK) didasarkan klasifikasinya yaitu kimia, mekanik, agen infeksi, dan post infus (INS, 2006) a.



Mechanical ISK (ISK mekanik) Infeksi Saluran Kemih (ISK) mekanikal sering dihubungkan dengan pemasangan atau penempatan selang katheter. katheter pada infeksi,



Penempatan



area saluran kencing lebih sering menimbulkan kejadian



oleh karena pada saat



ekstremitas digerakkan katheter yang



terpasang ikut bergerak dan meyebabkan trauma. Penggunaan ukuran katheter yang besar pada saluran yang kecil juga dapat mengiritasi dinding saluran kincing. (The Centers for Disease Control and Prevention, 2002) b.



Backterial ISK (ISK Bakteri) ISK bacterial adalah peradangan pada saluran kemih yang berhubungan dengan adanya kolonisasi bakteri. Berdasarkan laporan dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2002 dalam artikel catheter – related infection in adult and pediatric kuman yang sering dijumpai pada pemasangan katheter saluran kemih adalah stapylococus dan bakteri gram negative, tetapi dengan epidemic HIV / AIDS infeksi oleh karena jamur dilaporkan meningkat.



Adanya bakterial infeksi saluran kemih bisa menjadi masalah yang serius sebagai predisposisi komplikasi sistemik yaitu septicemia. Faktor – faktor yang berperan dalam kejadian infeksi saluran kemih bakteri antara lain : 1) Tehnik cuci tangan yang tidak baik. 2) Tehnik aseptik yang kurang pada saat pemasukan selang kateter. 3) Tehnik pemasangan katheter yang buruk. 4) Pemasangan yang terlalu lama. (INS, 2002) Cuci tangan merupakan hal yang penting untuk mencegah kontaminasi dari petugas kesehatan dalam tindakan pemasangan kateter .Dalam pesan kewaspadaan universal petugas kesehatan yang melakukan tindakan invansif harus memakai sarung tangan. Meskipun telah memakai sarung tangan, tehnik cuci tangan yang baik harus tetap dilakukan dikarenakan adanya kemungkinan sarung tangan robek, dan bakteri mudah berkembang biak di lingkungan sarung tangan yang basah dan hangat, terutama sarung tangan yang robek ( CDC, 1989). Tujuan dari cuci tangan sendiri adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Cuci tangan menggunakan sabun biasa dan air, sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun anti mikroba (Pereira, Lee dan Wade, 1990). Selama prosedur pemasangan harus menggunakan tehnik aseptic. Area yang akan dilakukan penusukan harus dibersihkan dahulu untuk meminimalkan mikroorganisme yang ada, bila kulit kelihatan kotor harus dibersihkan dahulu dengan sabun dan air sebelum diberikan larutan antiseptic.



Lama pemasangan katheter infus sering dikaitkan dengan



insidensi kejadian infeksi saluran kemih. May dkk (2005) melaporkan hasil, di mana merawat atau mengganti selang kateter selama 3-5 hari pemasangan untuk menyebabkan bebas infeksi saluran kemih. Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh Webster disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam JIKA tidak ada kontraindikasi. The Centers for Disease Control and



Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 7296 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008) c.



Post Infeksi Saluran Kemih Post Infeksi Saluran Kemih juga sering dilaporkan kejadiannya sebagai akibat terjadinya infeksi. Post Infeksi saluran kemih (ISK) adalah: peradangan pada saluran kemih yang didapatkan 48 – 96 jam setelah pelepasan selang kateter. Faktor yang berperan dengan kejadian Infeksi saluran kemih (ISK) post , antara lain : 1) Tehnik pemasangan catheter yang tidak baik. 2) Pada pasien dengan retardasi mental. 3) Ukuran katheter terlalu besar pada vena yang kecil.



2.3 Pengenalan tanda ISK Penggunaan kateter (selang kencing) jangka panjang dapat meningkatkan risiko ISK. Karena kateter akan membuat bakteri lebih mudah untuk masuk ke kandung kemih. Gejala yang ditimbulkannya antara lain: a. Rasa panas atau nyeri saat kencing b. Terasa ibgin kencing terus tapi keluarnya hanya sedikit-sedikit (anyanganyangan) c. Air kencing (urin) berdarah d. Urin keruh e. Urin bau menyengat f. Nyeri di bawah pusar g. Nyeri di daerah rectum 2.4 Mencegah dan Mengatasi Flebitis a. Mencegah infeksi saluran kemih Pedoman ini menekankan kebersihan tangan, teknik aseptik, perawatan daerah sselang kateter urin serta antisepsis kulit. Walaupun lebih disukai sediaan jelly agar bagian vagina dan penis tidak lecet .



b. Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik. Selang kateter harus dalam keadaan steril karena merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh. c. Mengganti Selang Kateter May, dkk (2005) dalam Darmawan (2008) melaporkan hasil 4 teknik pemberian nutrisi parenteral perifer (PPN), di mana mengganti selang kateter urin setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas infeksi. Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi oleh Webster dkk (1996) disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam jika tidak ada kontraindikasi. The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi, namun rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang cukup. d. Aseptic dressing Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah infeksi saluran kemih. Selang kateter harus setril dan penggunaan jelly



2.5 Tinjauan Literatur 2.7 Kesimpulan Dari beberapa jurnal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya menekan terjadinya infeksi saluran kemih akibat pemasangan selang kateter dapat dilakukan dengan : a. Memerlukan pergantian rutin setiap 3-5 hari dari pemasangan b. Penggunaan jelly yang steril c. Penggunaan jarum suntik yang steril d. Penggunaan aquades suntik yang steril e. Kerjasama antara perawat dn pasien serta pentingnya melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang perawatan kateter untuk mencegah infeksi f. Pentingnya pelatihan bagi perawat tentang pemasangan selang kateter. 2.8 Pembahasan Perawatan terhadap pergantian pemasangan selang kateter perlu dilakukan 3-5 hari pemasangan menurut CDC. Selain menghemat biaya untuk membeli alat dan bahan pergantian plester, tentunya juga akan menghemat tenaga dan meningkatkan kenyamanan pasien. Kenyamanan pasien yang dapat dipertahankan akan meningkatkan persepsi masyarakat pada mutu asuhan keperawatan yang diberikan.Penggantian rutin kateter urin saat ini didukung oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit infeksi sebagai standar perawatan. Penggunaan plaster seperti hipapix juga berpengaruh dalam terjadinya infeksi, selain karena plaster tersebut membuat area memerah karena terkumpulnya bakteri dan tidak dapat dilihat apakah ada tanda phelebitis atau tidak. Dan untuk memastikannya, kita harus membuka plaster tersebut terlebih dahulu. Hal ini dinilai kurang ekonomis jika



dilihat dari segi ekonomi karena plaster yang telah dibuka akan rusak dan kita harus menggantinya lagi dengan yang baru. Jika dinilai dalam segi waktu, tindakan tersebut sangat tidak efisien. Berbeda ketika perawat menggunakan plester steril transparan sebagai penutup tempat penusukan infus, infeksi dapat dinilai dengan mudah sehingga dapat menjadi upaya dini untuk mengidentifikasi kejadian infeksi. Kerjasama antara perawat dan pasien serta pentingnya melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang perawatan kateter urin untuk mencegah infeksi, perlu dilakukan kepada pasien. Hal ini bertujuan agar kondisi area pemasangan tetap kering terhindar dari kelembaban sehingga terhindar dari infeksi. Pelatihan bagi perawat tentang pemasangan dan perawatan terapi intravena penting dilakukan. Petugas kesehatan profesional diharapkan selalu mengikuti pelatihan dan pelatihan terkait pelaksanaan pemasangan katerisasi urin. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan perawat bertambah tentang manajemen pemasangan kateter urin, hal ini bertujuan agar pengetahuan perawat bertambah tentang manajemen pemasangan kateter urin dari pengetahuan yang belum diketahui maupun epidence based practice terbaru tentang manajemen pemasangan kateter urin, pelatihan ini juga bertujuan agar persepsi antar perawat sama dengan manajemen pemasangan kateter urin. Kewaspadaan dalam mencuci tangan dan teknik aseptik dalam hal ini juga sangat penting, terutama dalam mengganti atau merawat jalur intravaskuler, memilih kateter berdasarkan tujuan yang dimaksudkan serta kesesuaian area intim dengan kateter juga diperlukan, durasi penggunaan akan meminimalisir komplikasi terjadinya infeksi pada saluran kemih. Disarankan untuk menggunakan plester transparan steril untuk menutup kateter. Perawat yang melakukan pemasangan kateter urin harus mengikuti prosedur yang berlaku di RS tersebut agar menghindari kejadian infeksi



saluran kemih. Perlu juga disediakan jelly agar selang kateter licin dan mudah dimasukkan ke area saluran kandung kemih dan sediakan spuit dan aquades sebanyak 15 cc untuk dimasukkan ke dalam selang uapaya untuk menahan selang tersebut agar tidak tergeser atau terlepas saat bergerak.



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan Dari hasil telusur dan telaah evidence based practice (EBP) terkait



Pengaruh Lamanya Pemasangan Kateter Terhadap Infeksi Saluran Kemih maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut: a. Memerlukan pergantian rutin 3-5 hari pemasangan b. Penggunaan selang kateter steril c. Penggunaan Spuit steril untuk mencegah infeksi dari bakteri yang ada d. Penggunaan jelly dan aquades yang masih sangat baru e. Kerjasama antara perawat dan pasien serta pentingnya melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang perawatan kateter isasi urin untuk mencegah infeksi f. Pentingnya pelatihan bagi perawat tentang pemasangan keteterisasi urin. 3.2



Saran a.



Bagi Perawat  Diharapkan agar perawat dapat menerapkan prosedur pemasangan dan perawatan kateterisasi urin secara benar.  Diharapkan agar perawat dapat memperbaharui pengetahuan tentang perawatan dan pencegahan infeksi saluran kemih melalui evidence based practice



b.



Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengulas kembali penelitian dengan topik yang sama namun dengan jangka waktu yang berbeda dan metode penelitian yang berbeda